PENYESUAIAN IMPEDANSI ANTENA OPEN DIPOLE RF 217 MHz MENGGUNAKAN METODE SINGLE STUB

dokumen-dokumen yang mirip
Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line

BAB II LANDASAN TEORI

Teknik Transmisi. Radio

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

Week 8: Rangkaian Matching. Matching dengan λ/4 Line. Matching dengan Stub. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 8 8.

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISA

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI. Oleh: Team Dosen Elkom

BAB IV HASIL SIMULASI, PENGUKURAN DAN ANALISA Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

PERBANDINGAN MATCHING IMPEDANSI ANTENA DIPOLE SEDERHANA 152 MHz DENGAN ANTENA DIPOLE GAMMA MATCH 152 MHz

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

Elektronika Telekomunikasi Modul 2

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ALUMUNIUM BAHAN ANTENA UNTUK OPTIMASI TRANSMISI GELOMBANG RADIO

BAB I PENDAHULUAN. Penyesuaian impedansi (matching impedance) adalah suatu upaya untuk

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

Makalah Peserta Pemakalah

ANALISA EFISIENSI ANTENA DIPOLE DITINJAU DARI PENGGUNAAN BAHAN REFLEKTOR

APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL

Rancang Bangun Dan Analisis Antena Yagi 11 Elemen Dengan Elemen Pencatu Folded Dipole Untuk Jaringan VOIP

PENGUKURAN VSWR MENGGUNAKAN SITE MASTER ANRITSU TYPE S332B

BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP OMNI DIRECTIONAL BERSTRUKTUR LARIK GAP FOLDED DIPOLE

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Bab IV Pemodelan, Simulasi dan Realisasi

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

Elektromagnetika II. Nama : NIM : Kelas : Tanggal Tugas : / Take Home Kuis II

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

BAB II TEORI DASAR ANTENA

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL

M O D U L W O R K S H O P P E N G U K U R A N A N T E N A

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

PENINGKATAN UNJUK KERJA ANTENA UNTUK TRANSMISI DATA

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

PERANCANGAN ANTENA DUAL CIRCULAR LOOP SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI DIGITAL PADA RENTANG FREKUENSI UHF (ULTRA HIGH FREQUENCY)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ANTENA HELIKAL UNTUK PENGGUNAAN FREKUENSI L-BAND

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

VSWR Meter dengan Teknologi Mikrostrip

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

Optimasi Posisi Antena pada UAV Alap-Alap BPPT menggunakan Computer Simulation Technology

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

BUDI ASWOYO 82. Pengukuran Koefisien Refleksi Dinding Anechoic Chamber pada Frekuensi Gelombang Mikro Band-X menggunakan Teknik Gelombang Berdiri

Contents. Pendahuluan. Jenis-jenis Antenna feedline. Feedline pada antena tunggal dan array. Matching Impedance. Balun

BAB II TINJAUAN TEORITIS

RANCANG BANGUN ANTENA BICONICAL UHF UNTUK APLIKASI KANAL TV

Simulasi Pengaruh Kombinasi Slot Horisontal dan Slot Vertikal Pada Antena Microstrip 2.4 GHz

BAB II TINJAUAN TEORITIS

IMPLEMENTASI AMBIENT ELECTROMAGNETIC HARVESTING PADA FREKUENSI TV BROADCASTING UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK MELALUI TRANSFER DAYA TANPA KABEL

LAMPIRAN 1 GRAFIK PENGUKURAN PORT TUNGGAL

ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM

ANTENA YAGI. Oleh : Sunarto YBØUSJ

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

PENGUKURAN EFEK TRANSFORMER PADA WAVEGUIDE

Pengaturan Impedansi Input pada Antena UWB

PERANCANGAN ANTENA MONOPOLE 900 MHz PADA MODUL ARF 7429B

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

Desain dan Pembuatan Antena Whip Dual-Band pada VHF/UHF untuk Perangkat Transceiver Portabel

ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

Perancangan Antena Mikrostrip Planar Monopole dengan Pencatuan Coplanar Waveguide untuk Antena ESM

Pemanen Energi RF 900 MHz menggunakan Antena Mikrostrip Circular Patch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh personal area network untuk berkomunikasi secara wireless dalam jarak pendek

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11

BOOSTER 300 WATT PADA PEMANCAR RADIO FM STEREO MHZ DENGAN MENGGUNAKAN MOS TRANSISTOR

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA ANTENA MIKROSTRIP. mejelaskan secara tepat mengingat sangat banyaknya faktor yang

STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI BAHAN PADA PEMBUATAN ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG MEDAN LISTRIK (E)

Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal

RANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142

Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG - PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 9 dbi

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA DELTA LOOP DOUBLE BAND SEBAGAI PENERIMA SIARAN TELEVISI VHF (VERY HIGH FREQUENCY) DAN UHF (ULTRA HIGH FRQUENCY)

PERANCANGAN ANTENA YAGI UDA 11 ELEMEN PADA FREKUENSI MHz (TVONE) MENGGUNAKAN SOFTWARE NEC-Win Pro V e

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

Perancangan dan Pembuatan Antena Low Profile. pada Frekuensi 900 MHz

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM ET3000 MEDAN ELEKTROMAGNETIK II. Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa

LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI. Disusun untuk melaporkan hasil praktikum Saluran Transmisi Semester 4. Dosen Pembimbing Hendro Darmono,B.Eng.

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal

Transkripsi:

PENYESUAIAN IMPEDANSI ANTENA OPEN DIPOLE RF 217 MHz MENGGUNAKAN METODE SINGLE STUB Bledug Kusuma Prasaja & M., Abdulah K. Sirat Teknik Elektro FT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta 55183 Telp.0274-387656 ABSTRAK Penyesuaian impedansi merupakan suatu masalah yang sangat penting untuk diperhatikan pada saat menginstalasi antena suatu pemancar. Gelombang yang dipantulkan kembali ke pemancar akan mengakibatkan panas dan kerusakan pada penguat akhir pemancar, sehingga menyebabkan penurunan daya atau daya yang dihasilkan oleh pesawat pemancar tidak akan maksimal. Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar impedansi antena berkontribusi pada matching impedance (penyesuaian impedansi), menggunakan metode single stub tuner. Hasilnya adalah Pada pengukuran yang menggunakan kabel koaksial RG-55 A/U, posisi paling match terjadi pada jarak 30 cm dari antena ke arah generator sehingga stub dipasang secara permanen pada jarak tersebut, sedangkan pada pengukuran yang menggunakan kabel koaksial 5D-2W, posisi paling match terjadi di antena itu sendiri dan tidak ditemukan posisi match pada saluran sehingga stub tidak dipasang. Pada kabel koaksial RG-11/U, posisi paling match terjadi pada jarak 20 cm dari antena ke arah generator sehingga stub dipasang secara permanen pada jarak tersebut. Kata kunci: Penyesuaian impedansi, metode single stub PENDAHULUAN Teori kelistrikan menyatakan bahwa, beban akan memperoleh pelimpahan daya secara maksimal dari sumber bila impedansi sumber adalah suatu konjugat komplek dari impedansi beban. Artinya impedansi beban dan impedansi sumber mempunyai harga nyata sama (resistif) dan harga imajiner (reaktif) sama tetapi berlainan tanda atau kebalikannya. Pada kenyataannya harga-harga impedansi yang demikian itu sulit untuk didapatkan karena dibatasi oleh dimensi fisik dari antena, kabel, komponen penguat akhir sumber dan terminator yang digunakan untuk instalasi. Sehingga daya yang dikirimkan tidak seluruhnya dapat diserap oleh beban atau sebagian dipantulkan kembali ke sumber. Interferensi antara daya gelombang datang dan gelombang yang dipantulkan oleh beban mengakibatkan terjadinya gelombang tegak (SWR). Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian (matching) impedansi antara sumber dan beban bertujuan supaya harga gelombang Penyesuaian Impedansi Antena. (Bledug Kusuma Prasaja, dkk) 47

tegak yang dihasilkan dapat ditekan sekecil mungkin. Salah satu dari metode penyesuaian impedansi tersebut adalah metode single stub. Pengukuran gelombang tegak dilakukan untuk mendapatkan data-data mengenai penyesuaian (matching) impedansi dan SWR (Standing Wave Ratio, Perbandingan Gelombang Tegak). Data-data tersebut berguna untuk mengetahui secara langsung kesesuaian antara impedansi sumber, impedansi kabel koaksial dan impedansi antena. Serta untuk memastikan apakah daya yang dikirimkan dari sumber ke antena dialirkan langsung tanpa hambatan sehingga timbul gelombang pantulan. Dengan kata lain dapat diketahui kualitas daya gelombang yang dipancarkan oleh antena ke udara. Adapun tujuan penelian adalah untuk mengetahui bagaimana impedansi antena berkontribusi pada matching impedance (penyesuaian impedansi). METODOLOGI PENELITIAN Saluran transmisi yang digunakan dalam pengukuran adalah 3 jenis kabel koaksial yang di-terminasi-kan dengan antena dipole tiga perdelapan panjang gelombang (3/8 ). Ketiga jenis kabel koaksial tersebut adalah: 1. RG-55 A/U Fujikura, ber-impedansi 50 2. 5D-2W Fujikura, ber-impedansi 50 3. RG-11/U Nippon Tsushin Densen, ber-impedansi 75 Antena dipole 3/8 yang digunakan terbuat dari pipa logam dengan panjang listrik sekitar 51 cm dan diameternya 4,5 cm. Antena dilengkapi dengan sebuah stub (saluran hubung-singkat) yang dapat digeser-geserkan mendekati atau menjauhi antena. Panjang stub dibuat tetap yaitu 10 cm. Harga impedansi antena sebelum dihubungkan dengan generator atau pemancar adalah 50 dan antena bekerja pada frekuensi 216 223 MHz. Pengukuran SWR dan impedansi antena/beban dilakukan dengan menggunakan Network Analyser 8754A buatan Hewlett Packard yang dilengkapi dengan Transmission/Reflection Test Set. Pada pengukuran Network Analyser diset untuk menghasilkan gelombang radio dengan frekuensi 217 MHz dan daya output + 10 dbm (10mW) yang berasal dari generator sweep. Hasil dari pengukuran SWR didapatkan harga return loss dengan satuan desibel. Kemudian dari harga return loss didapatkan harga koefisien refleksi ( ) dengan rumus: Return loss = in log (1) 20 Selanjutnya harga SWR-nya adalah: 1 SWR = (2) 1 48 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 8, No. 1, 2005: 47 60

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN Analisis Menggunakan Bantuan Peta Smith f = 217 MHz Panjang gelombang ( ) = f c = 3.10 8 m/s 217 MHz C = 3.10 8 m/s = 1,3825 m = 138,25 cm ¼ = 34,56 35 cm Impedansi antena tanpa stub 35 j10, normalisasi impedansi antena (ZLn), ZLn = 35/50 j15/50 = 0,7 j0,3 Nilai SWR yang ditunjukkan oleh Peta Smith adalah 1,7. Sedangkan yang dihasilkan oleh pembacaan garis returnloss berharga 1,25. Selisih yang relatif besar tersebut dapat dikarenakan oleh kesalahan pembacaan tampilan Network Analyser sewaktu pengukuran impedansi. dengan jarum jam Stub digeser ke arah generator/pada peta Smith searah Jarak stub (cm) pipa dudukan stub antena 40 30 20 10 Zo Y 3n Y 1n Y 2n Y 3n =g Y 2n =-jb Y 1n = g jb Gambar 1 Skema Proses Penyesuaian Impedansi Single-Stub pada Analisa Data Hasil Pengukuran 1, Kabel Koaksial RG-55 A/U. Y 1n adalah admitansi antara letak stub dan antena bernilai; Y 1n = g jb. Panjang pipa dudukan stub sekitar 45 cm. Y 2n adalah admitansi stub/titik dimana stub dipasang dan berharga Y 2n = -jb (karena impedansi stub tidak diketahui, melalui perkiraan Peta Smith bernilai Y 2n = -j0,2). Bila komponen suseptansi Y 2n berbeda tanda dengan komponen suseptansi Y 1n maka komponen suseptansi Y 1n akan ter-eliminasi pada posisi dimana stub dipasang dan menghasilkan admitansi Y 3n. Sehingga nilai komponen konduktansi/riil dari Y 1n cenderung konstan sedangkan komponen suseptansi/imajiner tereliminasi semakin mendekati nol. Perubahan harga suseptansi menyebabkan terjadinya perubahan koefisien refleksi dan nilai SWR. Di sekitar posisi stub (1-j0,5) komponen imajiner dari Y 1n tidak benar-benar tereliminasi secara keseluruhan (masih terdapat komponen suseptansi). Sehingga posisi match hanya menghasilkan SWR bernilai 1,15 dan impedansi Penyesuaian Impedansi Antena. (Bledug Kusuma Prasaja, dkk) 49

antena 40-j20. Posisi match tersebut dapat dicapai pada jarak 30 cm dari antena atau selisih 5 cm dari hasil analisa menggunakan bantuan Peta Smith. Analisis Perbandingan Nilai SWR Nilai koefisien refleksi ( ) dan SWR yang tertera pada Tabel data hasil pengukuran diperoleh dari pembacaan garis return loss tampilan network analyser. Kemudian nilai SWR ini dinamakan dengan; SWR-RL (SWR-Return Loss). Melalui data hasil pengukuran impedansi antena (ZL), nilai SWR dapat pula ditentukan dengan menggunakan rumus: ZL - Zo 1 = dan SWR = (3) ZL Zo 1 Kemudian nilai SWR ini dinamakan dengan SWR-ZL (SWR hasil pengukuran impedansi antena). Harga SWR-RL dan SWR-ZL diperbandingkan agar diketahui tingkat ketelitian (accuracy) dan kesalahan (error) pada pengukuran dan hasilnya. Perbandingan kedua nilai SWR diperlihatkan oleh Tabel 4.2 tabel perbandingan SWR-RL dengan SWR-ZL pada data hasil pengukuran-1, kabel koaksial RG-55 A/U. Perubahan impedansi beban menyebabkan terjadinya perubahan nilai SWR. Sedangkan nilai SWR ditentukan oleh perubahan koefisien refleksi. Selisih nilai dari perbandingan tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan pembacaan display Network Analyser. Kesalahan tersebut berakibat pada nilai admitansi Y 2n menjadi induktif (+jb) sedangkan secara teori seharusnya nilai admitansi Y 2n adalah kapasitif (-jb). SWR 2,0 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1 5 10 15 20 25 30 35 40 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Letak stub dari antenna (cm) SWR - RL SWR - ZL Gambar 1 Grafik Perbandingan Harga SWR dengan Letak Stub dari Antena pada Data Hasil Pengukuran 1, Kabel Koaksial RG-55A/U. 50 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 8, No. 1, 2005: 47 60

Keterangan Gambar 1 Letak stub yang paling match adalah pada jarak 30 cm dari antena ke arah generator. Sehingga stub dapat dipasang secara permanen pada jarak tersebut. Letak stub ditentukan dari tabel perbandingan SWR-RL dengan SWR-ZL. Letak stub yang sebenarnya didasarkan pada nilai SWR-RL dengan asumsi bahwa pembacaan garis return loss mempunyai tingkat ketelitian yang lebih baik apabila dibandingkan dengan pembacaan tampilan pada pengukuran impedansi antena. Sedangkan nilai SWR-ZL digunakan sebagai pembanding. Titik paling match didapatkan pada jarak 30 cm dari antena (pada tabel perbandingan diberi tanda panah). Penentuan letak stub digambarkan oleh grafik perbandingan nilai SWR dengan letak stub dari antena. Dari analisa didapatkan 3 macam grafik sesuai dengan jenis kabel koaksial yang digunakan. Analisis Menggunakan Peta Smith Panjang gelombang ( )= 138,25 cm Zo = 50 Impedansi antena tanpa stub 50 j5, normalisasi impedansi antena (ZLn), ZLn = 50/50 j5/50 = 1 j 0,1 Tanpa stub, nilai impedansi antena telah cukup match dengan impedansi kabel koaksial yaitu mempunyai selisih komponen reaktansi sebesar +j5 dan nilai SWR 1,1 terbaca pada Peta Smith. Sedangkan dari pengukuran nilai SWR-nya adalah 1,12. Dari kedua nilai tersebut terdapat selisih nilai yang tidak berarti (0,02) atau dapat dianggap sama. Berdasarkan analisa Peta Smith diketahui bahwa letak/posisi stub adalah pada titik dimana impedansi antena berada. Yaitu pada jarak ¼ atau 35 cm. Namun dari data titik tersebut terjadi pada posisi 40 cm dari antena atau selisih 5 cm. Titik 1 cm dari antena hingga titik dimana stub berada belum tercapai nilai SWR yang paling match. Nilai admitansi antara letak stub dan antena adalah Y 1n = g jb. Komponen reaktansi dari admitansi Y 1n di-eliminimasi oleh admitansi stub yang mempunyai nilai Y 2n =-jb (Y 2n = -0,2). Proses tersebut menyebabkan perubahan koefisien refleksi dan nilai SWR. Nilai komponen imajiner impedansi antena ter-eliminasi semakin mendekati nol bila bergerak ke posisi yang paling match. Sedangkan komponen riilnya cenderung konstan. Analisis Perbandingan Nilai SWR Perubahan impedansi antena mengakibatkan terjadinya perubahan nilai SWR. Selisih nilai antara SWR-RL dan SWR-ZL relatif kecil atau dapat diabaikan. Sehingga kesalahan (error) pembacaan display Network Analyser pada saat pengukuran juga dapat diabaikan. Penyesuaian Impedansi Antena. (Bledug Kusuma Prasaja, dkk) 51

SWR 2,0 2,0 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,7 1,6 1,6 1,5 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1 1,1 1,0 1,0 1 5 10 15 20 25 30 35 40 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Letak Stub dari antenna (cm) Gambar 2 Grafik Perbandingan Nilai SWR dengan Letak Stub dari Antena pada Data Hasil Pengukuran 2, Kabel Koaksial 5D-2W. Keterangan Gambar 2 Posisi yang paling match terjadi di antena itu sendiri sehingga pada saluran kabel koaksial 5D-2W tersebut penyesuaian (matching) impedansi dengan menggunakan single-stub tidak diperlukan. Pemasangan stub pada saluran justru akan memperbesar nilai SWR. Analisis menggunakan bantuan Peta Smith = 138,25 cm Zo = 75 Impedansi antena tanpa stub 90, normalisasi impedansi beban (ZLn), ZLn = 90/75 j0/75 = 1,2 j0 Nilai SWR yang ditunjukkan oleh Peta Smith adalah 1,2. Sedangkan yang dihasilkan oleh pembacaan garis return loss pada Network Analyser adalah 1,17 1,2. Selisih nilai yang relatif kecil tersebut dapat diabaikan. Tanpa stub nilai impedansi antena adalah resistansi murni. Melalui perkiraan dengan Peta Smith letak stub adalah pada jarak 18,8 cm 19 cm dari antena. Sedangkan posisi paling match terjadi pada jarak 20 22 cm dari antena. Nilai impedansi antena pada posisi paling match adalah 75. Berarti hampir tidak ada gelombang yang terpantulkan atau koefisien refleksinya hampir mencapai nol. Nilai komponen riil (konduktansi) dari admitansi Y 1n cenderung konstan. Sedangkan komponen imajiner (suseptansi) tereliminasi oleh suseptansi stub (-jb = 52 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 8, No. 1, 2005: 47 60

-j0,2) dimana semakin mendekati titik match akan semakin mendekati nol, sehingga pada posisi match nilai komponen imajiner (reaktansi) antena tidak terbaca pada tampilan / display Network Analyser. Perubahan nilai reaktansi mengakibatkan terjadinya perubahan koefisien refleksi dan nilai SWR. Di sekitar posisi stub (titik 1 + j0,2) komponen suseptasi dari admitansi Y 1n benar-benar tereliminasi secara keseluruhan atau Y 3 = Y 2 Y 1 = 1. Posisi match menghasilkan SWR bernilai 1,02 dan impedansi antena 75-J0. Stub digeser ke arah generator/pada peta Smith searah dengan jarum jam Jarak stub (cm) pipa dudukan stub antena 40 30 20 10 Zo Y 3n Y 1n Y 2n Y 3n = g Y 2n =- jb Y 1n = g jb Gambar 3 Skema Proses Penyesuaian Impedansi Single-Stub pada Analisa Data Hasil Pengukuran 3, Kabel Koaksial RG-11/U Analisis Perbandingan Nilai SWR Titik paling match pada jarak 20-25cm dari antena, impedansi antena sama dengan nilai impedansi saluran koaksial yang digunakan (ZL = Zo). Sedangkan nilai SWR-ZL pada titik paling match bernilai tepat 1. Sebenarnya tidak benarbenar angka 1 mutlak tetapi karena komponen reaktansi impedansi antena hampir mencapai nol maka nilainya tidak terbaca oleh display Network Analyser. Sedangkan pembacaan garis return loss lebih tepat sehingga didapatkan titik paling match mempunyai nilai SWR 1,02. Letak stub pada analisis dengan menggunakan peta Smith adalah pada jarak 18,5 cm. Sedangkan hasil dari pengukuran posisi match didapatkan pada jarak 19-22cm untuk SWR-RL dan 20-25 cm untuk SWR-ZL. Perbedaan tersebut dapat dipahami karena pada perhitungan dengan peta Smith didapatkan hasil perhitungan yang teliti. Sedangkan pada pengukuran hasil tersebut dipengaruhi oleh tingkat ketelitian (accuracy) dan sensitivitas (sensitivity) instrumen pengukur. Dengan kata lain pada prakteknya lingkaran SWR yang diperlihatkan oleh Gambar 3 tidak benar-benar berbentuk lingkaran. Namun demikian untuk menjembatani antara hasil analisis dan hasil pengukuran maka letak stub ditentukan pada jarak 20 cm dari antena dimana apabila dilihat dari sudut pandang nilai SWR-RL dan SWR-ZL dapat dianggap match. Penyesuaian Impedansi Antena. (Bledug Kusuma Prasaja, dkk) 53

SWR 2,0 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 1 5 10 15 20 25 30 35 40 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Letak stub dari antenna (cm) SWR - RL SWR - ZL Gambar 4 Grafik Perbandingan Nilai SWR dengan letak Stub Dari Antena pada Data Hasil Pengukuran 3, Kabel Koaksial RG-11/U. Keterangan Gambar 4 Letak stub yang paling match adalah pada jarak 20 dari antena ke arah generator (pada tabel perbandingan diberi tanda panah) Sehingga stub dapat dipasang secara permanen pada jarak tersebut. Selisih nilai antara SWR-RL dan SWR-ZL dapat disebabkan oleh kesalahan (error) pembacaan display Network Analyser pada saat pengukuran. Nilai impedansi antena setelah dihubungkan dengan saluran berbeda dengan harga sebenarnya atau impedansi sendiri yaitu 50. Namun demikian karena perbedaan tersebut, maka timbul gelombang pantul yang dapat diukur meskipun nilai SWR-nya relatif kecil. Hasil analisa menggunakan bantuan Peta Smith dapat digunakan untuk melengkapi hasil analisa dengan perbandingan nilai SWR. Selisih nilai antena antara hasil pengukuran dan analisanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Perhitungan Peta Smith didasarkan pada nilai frekuensi yang telah direncanakan/di-set dan nilai impedansi karakteristik yang tertulis pada kabel sedangkan pada prakteknya hasil tersebut dipengaruhi sifat gelombang elektromagnetik. 2. Saluran tempat dudukan stub terbuat dari pipa yang pada saat pengukuran dapat meradiasikan gelombang elektromagnetik di samping antena itu sendiri. 54 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 8, No. 1, 2005: 47 60

3. Pengukuran dilakukan di dalam ruangan sehingga dimungkinkan terdapat gelombang pantulan dari ruangan ke antena karena sifat dari gelombang elektromagnetik yang dapat dipantulkan (refleksi). 4. Penggunaan dan pemasangan konektor yang kurang tepat pada saat instalasi. 5. Kesalahan pembacaan tampilan/display Network Analyser yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran. KESIMPULAN 1. Pada pengukuran yang menggunakan kabel koaksial RG-55 A/U, posisi paling match terjadi pada jarak 30 cm dari antena ke arah generator sehingga stub dipasang secara permanen pada jarak tersebut, sedangkan pada pengukuran yang menggunakan kabel koaksial 5D-2W, posisi paling match terjadi di antena itu sendiri dan tidak ditemukan posisi match pada saluran sehingga stub tidak dipasang. 2. Pada kabel koaksial RG-11/U, posisi paling match terjadi pada jarak 20 cm dari antena ke arah generator sehingga stub dipasang secara permanen pada jarak tersebut. DAFTAR PUSTAKA Brown G., Robert, Sharpe A., Robert, Hughes L., William, Post E., Robert. (1973). Lines, Waves, and Antennas The Transmission of Electric Energy, Second Edition, John Wiley and Sons, Inc., United States of America. Chimpman A., Robert, Ph.D. (1968). Schaum s Outline of Theory and Problems of Transmission Lines, Schaum s Outline Series, Mc Graw-Hill Book Company, United States of America. Ismadi, Mulyana, Budi Setyanto. (1994). Diktat Kuliah Teknik Gelombang Mikro, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM. Schweber, William. (1999). Electronic Communication Systems: A Complete Course, Third Edition, Prentice Hall, New Jersey. Penyesuaian Impedansi Antena. (Bledug Kusuma Prasaja, dkk) 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN Tabel 1 Data Hasil Pengukuran Menggunakan Saluran Kabel Koaksial RG-55 A/U Fujikura, Zo = 50, Impedansi Antena (ZL) = 35-j15, Return Loss = -19 db, SWR = 1,25 Jarak stub dari antena (cm) Stub digeser ke arah generator Return loss (db) Koefisien refleksi SWR Admitansi antena (YL) 1-17 0,14 1,33 40-j30 2-17 0,14 1,33. 3-17 0,14 1,33. 4-17 0,14 1,33. 5-17 0,14 1,33 40 j30 6-17 0,14 1,33. 7-17 0,14 1,33. 8-17 0,14 1,33. 9-18 0,13 1,29. 10-18 0,13 1,29 40 j 25 11-18 0,13 1,29. 12-19 0,11 1,25. 13-19 0,11 1,25. 14-19 0,11 1,25. 15-20 0,10 1,22 40 j 20 16-20 0,10 1,22. 17-20 0,10 1,22. 18-21 0,09 1,19. 19-21 0,09 1,19. 20-21 0,09 1,19 40 j 20 21-21 0,09 1,19. 22-22 0,08 1,17. 23-22 0,08 1,17. 24-22 0,08 1,17. 25-22 0,08 1,17 40 j 20 30-23 0,07 1,15 40 j 20 35-17 0,14 1,33 30 j 15 40-15 0,18 1,43 35 j 10 56 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 8, No. 1, 2005: 47 60

Tabel 2 Tabel Perbandingan SWR-RL dengan SWR-ZL pada Data Hasil Pengukuran 1, Kabel Koaksial RG-55 A/U, Zo = 50 ZL = 35-j15, SWR = 1,25 Jarak stub dari Admitansi Antena antena (cm) (YL) Stub digeser ke arah generator SWR RL SWR ZL Selisih SWR-RL SWR-ZL 1 40 j30 1,33 1,98-0,65 5 40 j30 1,33 1,98-0,65 10 40 j25 1,29 1,81-0,52 15 40 j20 1,22 1,64 0,42 20 40 j20 1,19 1,64 0,45 25 40 j20 1,17 1,64 0,47 30 40 j20 1,15 1,64 0,49 35 40 j15 1,33 1,89 0,56 40 35 j10 1,43 1,53-0,10 Tabel 3 Tabel Perbandingan SWR-RL dengan SWR-ZL pada Data Hasil Pengukuran 2, Kabel Koaksial 5D 2W, 50. ZL = 50-j5, SWR = 1,12 Jarak stub dari antena (cm) Stub digeser ke arah generator Admitansi Antena (YL) SWR RL SWR ZL 1 50 j5 1,12 1,11 0,01 5 50 j7,5 1,13 1,16-0,03 10 50 j7,5 1,13 1,16-0,03 15 50 j7,5 1,13 1,16-0,03 20 50 j9 1,15 1,19-0,04 25 50 j10 1,17 1,22-0,05 30 50 j10 1,19 1,22-0,03 35 50 j15 1,25 1,35-0,10 40 50 j20 1,37 1,49-0,12 Selisih SWR-RL SWR-ZL Penyesuaian Impedansi Antena. (Bledug Kusuma Prasaja, dkk) 57

Tabel 4 ZL = 90, SWR = 1,17 Jarak stub dari antena (cm) Stub digeser ke arah generator Tabel Perbandingan SWR-RL dengan SWR-ZL pada Data Hasil Pengukuran 3, Kabel Koaksial RG-11/U, Zo = 75. Admitansi Antena (YL) SWR RL SWR ZL Selisih SWR-RL SWR -ZL 1 60 j33,8 1,49 1,72-0,23 5 60 j15 1,29 1,37-0,08 10 60 j7,5 1,13 1,28-0,15 15 67,5 j0 1,06 1,11-0,05 20 75 j0 1,02 1,00 0,02 25 75 j0 1,04 1,00 0,04 30 82,5 j0 1,08 1,10-0,02 35 82,5 j0 1,11 1,10 0,01 40 90 1,12 1,20-0,07 58 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 8, No. 1, 2005: 47 60

Tabel 5 Data Hasil Pengukuran Menggunakan Saluran Kabel Koaksial 5D-2W Fujikura, Zo = 50, Impedansi Antena (ZL) = 50-j5, Return Loss = - 25 db, SWR = 1,12 Jarak stub dari antena (cm) Stub digeser ke arah generator Return loss Koefisien (db) refleksi SWR 1-25 0,05 1,12 50-j5 2-24 0,06 1,13. 3-24 0,06 1,13. 4-24 0,06 1,13. 5-24 0,06 1,13 50 j7,5 6-24 0,06 1,13. 7-24 0,06 1,13. 8-24 0,06 1,13. 9-24 0,06 1,13. 10-24 0,06 1,13 50 j7,5 11-24 0,06 1,13. 12-24 0,06 1,13. 13-24 0,06 1,13. 14-24 0,06 1,13. 15-24 0,06 1,13 50 j9 16-24 0,06 1,13. 17-24 0,06 1,13. 18-24 0,06 1,13. 19-23 0,07 1,15. 20-23 0,07 1,15 50 j10 21-23 0,07 1,15. 22-23 0,07 1,15. 23-23 0,07 1,15. 24-23 0,07 1,15. 25-22 0,08 1,17. 30-21 0,09 1,19 50 j10 35-19 0,11 1,25 50 j15 40-16 0,16 1,37 50 j20 Admitansi Antena (YL) Penyesuaian Impedansi Antena. (Bledug Kusuma Prasaja, dkk) 59

Tabel 6 Data Hasil Pengukuran Menggunakan Saluran Kabel Koaksial RG 11/U Nippon Tsushin Densen, Zo = 75, Impedansi Antena (ZL) = 90, Return Loss = -22 db, SWR = 1,17 Jarak stub dari antena (cm) Stub digeser ke arah generator Return loss (db) Koefisien refleksi SWR 1-14 0,20 1,49 60 j33,8 2-15 0,18 1,43. 3-16 0,16 1,37. 4-17 0,14 1,33. 5-18 0,13 1,29 60 j15 6-20 0,10 1,22. 7-21 0,09 1,19. 8-22 0,08 1,17. 9-23 0,07 1,15. 10-24 0,06 1,13 60 j7,5 11-26 0,05 1,11. 12-26 0,05 1,11. 13-28 0,04 1,08. 14-29 0,04 1,07. 15-30 0,03 1,06 67,5 j0 16-32 0,03 1,05. 17-34 0,02 1,04. 18-36 0,02 1,03. 19-37 0,01 1,03. 20-39 0,01 1,02 75 j0 21-38 0,01 1,02. 22-38 0,01 1,02. 23-36 0,02 1,03. 24-36 0,02 1,03. 25-35 0,02 1,04 75 j0 30-28 0,04 1,08 82,5 j0 35-26 0,05 1,11 82,5 j0 40-24 0,06 1,13 90 j0 Admitansi Antena (YL) 60 Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 8, No. 1, 2005: 47 60