KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

dokumen-dokumen yang mirip
Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif/statistik (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, data yang

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

KAJIAN EKONOMIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PANGAN DENGAN TERNAK KAMBING PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN SUMBAWA

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

METODE PENELITIAN. Komparatif Usaha Tambak Udang Pada Musim Hujan Dan Kemarau Di Desa

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI KECAMATAN GIRIMULYO KABUPATEN KULONPROGO. Sundari 1 dan Komarun Efendi 2

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

KERAGAAN USAHATANI MINA PADI

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Suheli, M. dkk., Analisis Kelayakan Usahatani...

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2013, VOL. 13, NO. 2

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

Reza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

Volume 9 No. 1 April 2017

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

AGUS PRANOTO

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO Zulfanita Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRACT The objective of this research is to find out about profits, incomes, and feasibility of goats in Lubangsampang village, Pituruh sub-district in Purworejo regency. The research was conducted from March until April in 2008. The location and 26 respondents are the which were taken by the purposive sampling method. The analysis method consists of income analysis and feasibility analysis. This research shown that the income of respondents was around Rp. 2.888.000, and feasibility analysis (R/C) was around 1.03. The research can be concluded that the goat farm in Lubangsampang village, Pituruh sub-district in Purworejo regency is feasible to conducting. Keywords: Goat, Income, Feasibility. PENDAHULUAN Peranan ternak kambing di Indonesia sebagai penghasil daging dalam menunjang penyediaan kebutuhan daging nasional masih rendah, tidak lebih dari 5 % dari komponen kebutuhan daging yang ada ( Haryanto, B, 1997). Meskipun demikian ternak kambing merupakan komponen penting dalam usaha tani rakyat karena pemeliharaan kambing dengan skala kecil dapat membantu subsistensi ekonomi rakyat dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia disekitar. Penetapan kebijakan diberlakukannya otonomi daerah mendorong setiap daerah agar mampu mengembangkan komoditas unggulan sebagai sumber pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Salah satu komoditas pada subsektor peternakan yang mulai dikembangkan pemerintah khususnya propinsi Jawa Tengah adalah kambing. Pengembangan usaha ternak kambing didukung dengan adanya sumber daya ternak kambing lokal yang berkualitas dan adaptif terhadap kondisi lingkungan yang panas dan lembab. Indikator peningkatan pembangunan subsektor peternakan dapat dilihat dengan adanya indikasi bertambahnya populasi ternak pada komoditas yang ada. Penyebaran populasi ternak kambing dari tahun ke tahun umumya terjadi peningkatan. Peningkatan terbesar populasi kambing ada propinsi Jawa Tengah dan merupakan salah satu daerah sentra ternak kambing nasional, hal ini terlihat dari populasi yang cukup signifikan yaitu mencapai 3.193.842 ekor pada tahun 2007. Peningkatan jumlah populasi tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan usaha ternak kambing keberadaannya dapat diterima dan diusahakan oleh masyarakat. Kabupaten Purworejo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki populasi kambing cukup banyak yaitu 154.045 ekor pada tahun 2006 dan meningkat menjadi 165,404 ekor pada tahun 2007 (Dinas Pertanian dan MEDIAGRO 61 VOL 7. NO. 2, 2011: HAL 61-68

Peternakan, 2007). Populasi ternak kambing tersebar di enam belas kecamatan dan salah satunya adalah di Kecamatan Butuh. Kecamatan Butuh desa Lubangsampang Kabupaten Purworejo memiliki potensi untuk mengembangkan ternak kambing dengan usaha tani rakyat. Karakteristik peternak kambing yang diusahakan petani kecil (usahatani rakyat) yang berada di pedesaan memiliki keterbatasan penguasaan sumberdaya (lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi. Keadaan ini menunjukkan bahwa pola usaha ternak kambing di desa Lubangsampang belum merupakan usaha komersial tetapi merupakan usaha sampingan. Usaha ternak kambing berperan dalam kehidupan penduduk pedesaan, terbukti mampu membantu pendapatan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia disekitarnya. Ternak kambing dapat berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan yang dapat dijual swaktu-waktu, tambahan pendapatan dan kotorannya dapat dijadikan sebagai sumber pupuk yang sekaligus dapat memberikan keuntungan bagi petani (Devandra, 1993). Tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak diberbagai daerah antara lain adalah pakan dan lahan, padahal faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak adalah terjaminnya ketersediaan hijauan pakan. Menurut Sunarso, et al (2005) berbagai usaha telah dilakukan untuk memenuhi hijauan pakan yaitu integrasi tanaman pangan dan ternak, pemanfaatan lahan perkebunan kelapa atau karet. Pada sistem integrasi dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi alami yang tumbuh atau limbah tanaman sebagai sumber hijauan (Mansyur, et al (2005). Desa Lubangsampang adalah desa yang potensial untuk memelihara ternak kambing karena daya dukung (carriying capacity) untuk pakan ternak cukup banyak. Areal pematang sawah ditumbuhi rumput lapang untuk pakan ternak dengan luas sawah irigasi 56 Ha (Dinas Pertanian dan Peternakan,2007). Daya dukung lahan yang dimiliki masih memungkinkan bagi pengembangan usaha ternak baik ruminansia maupun non ruminansia, tanaman pagar disetiap pekarangan yang juga bermanfaat untuk pakan ternak. Meskipun pemeliharaan kambing merupakan usaha sampingan tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan usaha ternak kambing sehingga kesejahteraan petani meningkat. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pendapatan dan serta mengetahui kelayakan usaha peternakan kambing. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi khalayak dan sebagai informasi bagi peternak untuk melakukan perencanaan usahatani yang lebih baik. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di desa Lubangsampang Kecamatan Butuh kabupaten Purworejo yang berlangsung sejak bulan Maret 2007 sampai dengan Bulan April 2008. Lokasi dan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Metode pengambilan sampel peternak adalah dengan purposive sampling yaitu pemilihan daerah yang dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan pertimbangan yang diambil berdasarkan Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 62

tujuan penelitian (Nazir, 1988). Pertimbangannya adalah di desa tersebut potesial untuk usahatani ternak kambing dan saat ini sudah cukup banyak peternak yang mengusahakan serta didukung pakan ternak kambing yang tersedia. Materi penelitian ini adalah semua petani yang mengusahakan ternak kambing sebanyak 26 orang. Alat penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan (kuisioner) untuk masing-masing responden. Metode penelitian menggunakan studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat serta karakter khas dari kasus ataupun status dari individu. Kemudian dari khas sifat tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum ( Nazir, 1988). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan survei dan observasi langsung. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan peternak menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder merupakan data pendukung data primer yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis Data hasil penelitian berupa data lapangan, ditabulasi selanjutnya dianalisis sebagai berikut : 1. Biaya Produksi. Biaya produksi adalah banyaknya input yang digunakan dalam proses produksi dikalikan harga. Menurut (Suratiyah, 2006) biaya produksi diklasifikasikan menjadi dua yaitu: a. Biaya tetap (fixed cost) biaya yang tidak habis dalam satu kali produksi. Biaya tetap terdiri dari : biaya kandang (penyusutan kandang), penyusutan alat, lahan tempat didirikan kandang. Untuk mengetahui biaya penyusutan dapat dihitung dengan cara : Nilai Awal Nilai Akhir Umur Ekonomis (Prawirokusumo, 1990) b. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang habis digunakan dalam satu kali proses produksi. Terdiri dari: sarana produksi, upah tenaga kerja, suku bunga, biaya pembelian ternak. Untuk mengetahui biaya produksi dapat digunakan rumus sebagai berikut : TC = FC + VC Keterangan : FC = Biaya tetap VC = Biaya variable 2. Penerimaan disebut juga pendapatan kotor, yaitu total hasil dikalikan harga pada saat itu (Soekartawi, 1986).rumusnya adalah sebagai berikut: TR = Y.Py Dimana: TR = total penerimaan Y = produksi yang diperoleh dari usaha ternak kambing Py = harga produk Y Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 63

3. Pendapatan dirumuskan : NR = TR TEC Dimana: NR = pendapatan usaha ternak kambing (net revenue) TR = total penerimaan usaha ternak kambing (total revenue) TEC = total biaya yang secara nyata dikeluarkan (total eksplisit cost) TC = total biaya yang dikeluarkan dalam proses usaha 4. Analisis Kelayakan Usaha R/C merupakan perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran dari suatu usaha yang dijalankan. R/C ratio Penerimaan R / C Pengeluaran HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak dan Kepemilikan Ternak Kambing Tabel 1. Karakteristik Peternak Ternak Kambing Di Desa Lubangsampang Karakteristik Jumlah Peternak (orang) Persen (%) No Umur 1 0-14 tahun 0 0 2 15-64 tahun 21 80,77 3 65 tahun 5 19,23 Jumlah 26 100 No Tingkat Pendidikan 1 Tingkat sekolah 0 0 2 SD 17 65,39 3 SLTP 7 26,92 4 SLTA 2 7,69 5 Perguruan Tinggi 0 0 Jumlah 26 100 No Pekerjaan 1 Petani 20 76,92 2 Buruh tani 4 15,38 3 Buruh bangunan 1 3,85 4 Buruh di bengkel 1 3,85 Jumlah 26 100 No Lama Betenak (tahun) Jumlah (orang) Pesentase (%) 1 <1 tahun 1 3,85 2 1 tahun - 2 tahun 11 42,31 3 > 2 tahun - 4 tahun 5 19,23 4 > 4 tahun 6 tahun 5 19,23 5 > 6 tahun 4 15,38 Jumlah 26 100 Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 64

Usia peternak responden antara 31 tahun sampai 79 tahun dengan rata-rata 51,27 tahun. Peternak yang produktif (15 tahun sampai 64 tahun) merupakan persentase terbesar yaitu 80,77% atau 21 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peternak kambing termasuk dalam usia produktif untuk bekerja (Pollard, 1984).Pada usia produktif dimungkinkan adanya peningkatan keterampilan dan pengetahuan melalui penyuluhan dan pengenalan teknologi peternakan. Menurut Sukartawi (1986) petani dengan usia yang masih muda akan lebih cepat dalam melakukan adopsi sesuatu inovasi, karena mereka cenderung memiliki rasa keingintahuan yang lebih tinggi terhadap hal-hal yang belum pernah diketahui, tidak hanya mengandalkan pengalaman beternak saja. Pengalaman beternak responden rata-rata 3,39 tahun. Pengalaman beternak bagi responden dijadikan dasar untuk kemajuan usaha beternak selanjutnya terutama dalam penanganan produksi dan reproduksi serta dalam memberi peluang pasar, untuk menjual ternaknya pada saat harga dipasaran tinggi, dan untuk membeli ternak pada saat harga dipasaran murah. Ditinjau dari pendidikan formal tingkat pendidikan responden sebagai besar SD yaitu 65,39%. Namun dengan pengalaman beternak mereka dalam usaha ternak kambing dapat dilaksakanan tanpa mengalami hambatan yang berarti, walaupun sebenarnya menurut Mubyarto (1995) bahwa tingkat pendidikan berhubungan erat dengan keberhasilan penyuluhan dalam permbangunan pertanian. Mata pencaharian utama adalah bertani sebanyak 20 orang (76,92) sehingga kondisi ini merupakan aset yang positif untuk mendukung keberhasilan usaha ternak kambing. Jumlah peternak yang memelihara kambing 26 orang dengan pemilikan 63 ekor. Rata-rata pemilikan ternak kambing per responden adalah 2 sampai 3 ekor.tenaga kerja dalam usaha ternak kambing tidak dihitung. Semua tenaga kerja untuk kegiatan usaha ternak kambing dari dalam keluarga. a. Biaya Usaha Ternak Kambing Tabel 2. Rata-rata Pembelian Bibit tiap Responden No Jumlah Pembelian (ekor) Jumlah responden (orang) Kambing yang dibeli (ekor) Rata-rata harga (Rp) Jumlah harga (Rp) 1 1 2 2 350.000 700.000 2 2 13 26 269.300 7.002.00 3 3 9 27 245.600 6.630.000 4 4 2 8 331.250 2.650.000 Jumlah 26 63 269.600 16.982.000 Tabel 3. Rata-rata Biaya Usaha Ternak Kambing Tiap Responden No Macam biaya Jumlah biaya (Rp) 1 Biaya tetap 29.350 Penyusutan kandang 22.350 Penyusutan alat 51.700 Jumlah 1 653.200 Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 65

2 Biaya tidak tetap Pembelian bibit kambing 653.200 Pembelian dokoh 300 Jumlah 2 653.500 Jumlah (1+2) 705.200 Sumber : Data Primer Terolah b. Penerimaan Usaha Ternak Kambing Tabel 4. Penerimaan Usaha Ternak Kambing Peternak No Uraian Jumlah Rata-rata Persen Harga (Rp) satuan (Rp) (%) 1 Penjualan kambing 58 ekor 39.050.000 1.502.000 41,80 2 Kambing yang 0 0 0 0 dikonsumsi sendiri 3 Taksiran nilai kotoran 3120 kg 1.248.000 48.000 1,34 ternak 4 Taksiran nilai kambing 94 ekor 53.125.000 2.043.300 56,86 yang masih ada Jumlah 93.423.000 3.593.200 100 Sumber : Data Primer Terolah c. Pendapatan Usaha Ternak Kambing Tabel 5. Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Kambing Tiap Peternak No Uraian Rata-rata Jumlah pendapatan Pendapatan (Rp) responden (Rp) 1 Penerimaan 93.423.000 3.593.200 2 Biaya 18.337.000 705.200 3 Pendapatan 75.086.000 2.888.000 Sumber : Data Primer Terolah Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan peternak responden memperoleh pendapatan yang tinggi. Hal ini disebabkan dalam perhitungan biaya tetap (Fixed cost) berupa sewa lahan untuk mendirikan kandang, lahan pekarangan tempat tumbuhnya hijauan pakan ternak (HPT) dan tanaman pagar serta bunga modal milik sendiri tidak dihitung. Biaya tidak tetap (variable cost) seperti tenaga kerja semua dari keluarga, hijauan pakan ternak (HPT) berupa rambanan, tanaman pagar dicari dan tidak dibeli, sehingga rata-rata biaya produksi dapat ditekan. Biaya berupa tenaga kerja seperti mencari rumput dan membersihkan kandang tidak dinilai sebagai input yang harus dibayar, sebab ditinjau dari hukum nilai kesempatan (opportunity cost) adalah lebih bermanfaat dari pada tidak berbuat apa-apa. Dari segi materi (rumput) yang dijadikan input, dapat diambil dari tempat umum atau tanah milik orang lain dan dipandang membawa manfaat ekonomi dari pada terbuang atau tidak dipakai. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 66

d. Analisis Kelayakan Usaha R/C merupakan perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran dari usaha ternak kambing. R/C ratio Penerimaan R / C Pengeluaran R/C = 3.593.200 2.888.000 = 1,03 Hasil rasio peneriman dan pengeluaran ternak kambing diperoleh bahwa pengeluaran biaya sebesar 1,00 akan diperoleh penerimaan sebesar 1,03 sehingga usaha ternak kambing yang diusahakan peternak di desa Lubangsampang layak untuk diusahakan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: 1. Pendapatan dari usaha ternak kambing tinggi yaitu rata-rata tiap peternak responden Rp. 2.888.000,00. Biaya yang dikeluarkan dapat ditekan, pertama biaya tenaga kerja tidak dikeluarkan, karena tenaga kerja dari dalam keluarga. Biaya sarana produksi untuk usaha ternak kambing tidak dikeluarkan karena biaya pakan tidak membeli, cukup dengan mencari rumput lapang di tanah orang lain dan hijauan pakan ternak dari tanaman pagar pekarangan berupa rambanan. Karena pengeluaran biaya usaha ternak kambing dapat ditekan sehingga pendapatan dapat maksimal. Namun usaha ternak kambing masih merupakan usaha sambilan sebagai profesi waktu luang disela-sela kegiatan usaha lainnya. 2. Penerimaan peternak dari Usaha ternak kambing didesa Lubangsampang adalah Rp 3.593.200 3. Hasil rasio peneriman dan pengeluaran ternak kambing adalah bahwa, pengeluaran biaya sebesar 1,00 akan diperoleh penerimaan sebesar 1,03 sehingga usaha ternak kambing yang diusahakan peternak kambing di desa Lubangsampang layak untuk diusahakan. DAFTAR PUSTAKA Devendra, C, 1993. Ternak Ruminansia di Asia dalam Woszika- Tomaszewska,I.M, Mustika, A.Djayanegara, S. Garniner dan T.R.Wiradarya. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Dinas Pertanian dan Peternakan. 2007. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan. Kabupaten Purworejo. Haryanto, B, Ismeth Inounu, I. Ketut Sutema. 1997. Ketersediaan dan Kebutuhan Teknologi Produksi Kambing dan Domba. Proseding Seminar nasional Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 67

Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan BPPP. Departemen Pertanian. Bogor. Mansyur, Nyi Mas, P. Indriani dan I. Susilawati, 2005. Peran Leguminosa Tanaman Penutup pada Sistem Pertanian Jagung untuk Penyediaan Hijauan pakan Ternak. Bogor 12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Sunarso, Widiyono, Sumarso, E. Pangestu, F. Wahyono dan J. Achmadi, 1989. Pemanfaatan Rumput Setaria spacelata sebagai Konversi Tanah dan manfaatnya bagi Peningkatan Usaha Produksi Ternak ruminansia. L Penelitian DP3M. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3S, Cetakan ke 4, Jakarta. Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. PT. Ghalia Indah. Jakarta. Pollard, A.H., F. Yusuf, G.H. Pollad. 1984. Tehnik Demografi. Bina Aksara. Prawirokusumo, 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE Yogyakarta. Soekartawi, A. Soehardjo, Jhon L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Usaha Kecil. UI Press. Jakarta. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 68