BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

HUKUM KEPEGAWAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

Disampaikan oleh : Endang Susilowati, SH. Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 jo. Undang-undang Nomor 9

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

MAKALAH KAPITA SELEKTA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

KEPASTIAN HUKUM DAN TANGGUNG GUGAT ATAS DISKRESI

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa kekuasaan

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. peradilan yang baru ada, melainkan sudah lama ada di Indonesia. Peradilan ini

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

III. METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan Yuridis Normatif (library Research)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB V PENUTUP. Administratif di Badan Pertimbangan Kepegawaian dan Pengadilan Tata. Usaha Negara jika dilihat dari Tata Cara sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

R. Soegijatno Tjakranegara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, 95. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 18

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (Rechstaat). Landasan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum merupakan penyeimbang masyarakat dalam berperilaku. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guna mencapai tujuan pembangunan nasional maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi dan memiliki dedikasi tinggi pada Pancasila dan Undang. Negara. Pegawai Negeri merupakan tulang punggung Pemerintahan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi

TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju atau tidaknya suatu negara dari aspek kesejahteraan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akses kepada keadilan (access to justice) dan kesamaan di

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berwenang untuk membuat Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum dan untuk mewujudkan kehidupan tata negara yang adil bagi seluruh warga masyarakat Indonesia yang kedudukan, hak, serta kewajiban-kewajibannya diatur dan dijamin oleh Undang-Undang. Negara Indonesia sebagai negara hukum mengatur hubungan-hubungan yang sering terjadi dalam kehidupan bernegara yang berkaitan dengan kepentingan umum, kepentingan perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara Indonesia yang terdapat pada pembukaan (preambule) UUD 1945 yaitu untuk mencapai keadilan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara hukum menghendaki agar setiap tindakan penguasa haruslah berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku. Tujuannya adalah agar hak asasi manusia dapat dilindungi dari tindakan sewenang-wenang para penguasa. Dalam usahanya untuk mencapai keadilan sejahtera dan mewujudkan kehidupan bernegara yang adil, aman, dan tertib bagi seluruh rakyat Indonesia, negara Indonesia harus memiliki pemerintahan yang melalui aparatur negaranya berperan positif untuk mengatur tata kehidupan di dalam negara dan masyarakat yang

2 semuanya diatur oleh Tata Usaha Negara (TUN). Tata Usaha Negara berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan Hukum Administrasi Negara yang efisien dan efektif dalam melaksanakan tugasnya sebagai aparatur Tata Usaha Negara di negara Indonesia. Negara Republik Indonesia melalui pemerintahannya perlu mempersiapkan langkah-langkah untuk bertindak jika terjadi perselisihan atau sengketa di dalam atau di luar lembaga pemerintahan. Perselisihan atau sengketa yang dimaksud dapat berupa perselisihan atau sengketa antara lembaga-lembaga negara dengan masyarakat atau sengketa antara pegawai dalam suatu lembaga negara. Pengadilan sebagai suatu lembaga hukum bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan meyelesaikan sengketa tata usaha negara. Badan peradilan untuk menyelesaikan sengketa tata usaha negara tersebut disebut dengan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia dimulai sejak diundangkannya UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang penerapaannya terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1991. Hukum acara yang dipergunakan pada Peradilan Tata Usaha Negara ialah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara yang bersumber dari Hukum Acara Perdata. Menurut Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka Pengadilan dan cara bagaimana Pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan Hukum Tata Usaha Negara. Adakalanya aparat pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, membuat keputusan yang melampaui batas kewenangannya (detournement de pouvior) atau ada

3 kekeliruan dalam menerapkan peraturan hukumnya saat menyelesaikan suatu masalah tertentu yang konkret (abus de droit), sehingga akibatnya ada masyarakat yang dirugikan oleh keputusannya itu. Maka Peradilan Tata Usaha Negara berfungsi sebagai badan tempat masyarakat mencari keadilan. 1 Tata Usaha Negara ialah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan (kegiatan yang bersifat eksekutif) baik di pusat maupun di daerah. 2 Dalam melaksanakan tugasnya badan atau pejabat tata usaha negara tidak serta merta berhasil melaksanakan tugasnya. Terkadang timbul sengketa yang ditimbulkan akibat adanya suatu keputusan tata usaha negara yang bisa menimbulkan ketidakpuasan. Sengketa disini bisa terjadi antara badan atau pejabat tersebut dengan masyarakat umum maupun antara badan atau pejabat dengan sesama anggota dari badan dan pejabat tata usaha negara itu sendiri. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara sebagai akibat dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara yang dianggap melanggar hak 1 Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 109 2 Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004), hlm. 27

4 orang atau badan hukum perdata tersebut. 3 Dari pengertian tersebut, dapat dilihat objek dari sengketa tata usaha negara ialah adanya suatu keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan oleh lembaga tata usaha negara atau pemerintah atau keputusan dari aparat pada lembaga tata usaha atau pemerintah tersebut. Penyelesaian sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara merupakan wewenang yudikatif dari Peradilan Tata Usaha Negara. 4 Wewenang atau kekuasaan yudikatif adalah kewenangan atau kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan perundang-undangan yang telah dibuat oleh lembaga legislatif. Sedangkan pengertian dari keputusan tata usaha negara menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 jo Undang- Undang No. 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dalam pasal 1 angka 9, adalah suatu penetapan tertulis, yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dapat digugat dihadapan peradilan tata usaha negara adalah badan atau pejabat tata usaha negara dan sengketa yang dapat diadili oleh peradilan tata usaha negara adalah sengketa mengenai sah atau tidaknya suatu keputusan tata usaha negara, bukan sengketa mengenai kepentingan hak. Untuk perselisihan mengenai kepentingan hak 3 C.S.T Kansil, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta : PT. Pradnya Paramitha), hlm. 2 4 Bachsan Musatafa, Op. Cit.

5 ada lembaga peradilan tersendiri yaitu peradilan umum, peradilan hubungan industrial, dll. Keputusan tata usaha negara yang menyebabkan adanya sengketa di bidang kepegawaian juga merupakan bagian dari sengketa tata usaha negara. Seperti yang telah dikemukakan penulis diatas, sengketa tata usaha negara bukan hanya antara badan atau pejabat tata usaha negara dengan masyarakat tetapi juga antar aparat dalam badan tata usaha negara atau antar pejabat tata usaha negara. Perlu diketahui juga bahwa objek dari sengketa kepegawaian dalam Tata Usaha Negara adalah sengketa antara Pegawai Negeri Sipil. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 jo Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dalam pasal 35 dengan tegas menyebutkan bahwa penyelesaian sengketa dibidang kepegawaian dilakukan melalui Peradilan Tata Usaha Negara. Sengketa kepegawaian juga diatur dalam pasal 15 ayat 2 dan 24 Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980. Untuk penyelesaian sengketa dibidang kepegawaian, pengadilan tata usaha negara tidak serta merta bisa langsung memutuskan tentang sengketa tersebut. Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara jika seluruh upaya administratif telah diselesaikan. Upaya administratif yang dimaksud dalam hal ini ialah prosedur yang dapat diambil orang atau badan hukum perdata bila tidak merasa puas terhadap adanya suatu keputusan tata usaha negara yang dirasa memberatkan orang atau badan hukum perdata tersebut. Upaya administratif tersebut terdiri dari keberatan dan banding administratif. Penjelasan tentang keberatan administratif dan banding administratif akan dijelaskan pada bab berikutnya dari skripsi ini. Sengketa-sengketa tata usaha negara yang harus

6 diselesaikan terlebih dahulu melalui upaya administratif berdasarkan pasal 48 UU No. 9 tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka badan peradilan tingkat pertama bukanlah Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) melainkan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN). Walaupun Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai peradilan tingkat pertama dalam sengketa tata usaha negara yang didahului adanya suatu upaya administratif, tetapi terhadap putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tersebut tidak dapat diteruskan dengan upaya hukum banding bila para pihak yang bersengketa belum merasa puas. Bila para pihak merasa belum puas terhadap putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tersebut dapat mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa sepanjang sejarah, kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil adalah sangat penting dan menentukan. Pegawai Negeri Sipil adalah aparatur pelaksana pemerintah dalam mencapai tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, menyelenggarakan pemerintahan, dan melaksanakan pembangunan. Sebagai anggota Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI), maka Pegawai Negeri Sipil harus senantiasa meningkatkan mutu dan keterampilan sehingga dapat menjadi aparatur negara yang bermoral tinggi, berwibawa, berkemampuan tinggi, bermanfaat, berhasilguna, dan berdayaguna. Sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat, sebagai pelopor serta pejuang, mewajibkan Pegawai Negeri Sipil untuk bersikap terpuji di dalam segala tingkah laku, menghindarkan diri dari pelanggaran peraturan perundang-undangan yang

7 berlaku. 5 Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS), memberikan pembinaan kepada PNS yang diarahkan untuk menjamin terselenggaranya tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Seiring dengan semakin berkembangnya jaman, Pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan perundangundangan sebagai aturan tambahan dari UU Kepegawaian yang baru. Peraturan tersebut yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pengaturan tentang Pegawai Negeri Sipil dalam PP tersebut tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Hanya ada sedikit penambahan dan perubahan saja dalam PP yang baru. Demikian juga sebaliknya, apabila PNS di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melakukan pelanggaran atau mengeluarkan suatu keputusan tata usaha negara yang dianggap merugikan dapat dijatuhi hukuman atau sanksi. Hukuman atau sanksi dalam hal ini ialah hukuman atau sanksi berdasarkan hukum perdata, bukan sanksi pidana. Keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana, tidak termasuk dalam pengertian keputusan tata usaha negara dalam Undang-undang ini. 6 Dalam sengketa tata usaha negara, karena yang merupakan objek dari sengketa adalah adanya suatu keputusan tata usaha negara, maka bila 5 Soegeng Prijodarmanto, Duri dan Mutiara dalam Kehidupan Perkawinan PNS, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1992), hlm. 7 6 Indonesia, Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, UU No. 9 Tahun 2004 jo UU No.5 Tahun 1986, LN No. 35 Tahun 2004, TLN No. 4380, pasal 2 huruf d

8 sudah diputuskan oleh peradilan tata usaha negara maka hukuman atau sanksinya adalah pengeluaran suatu keputusan tata usaha negara yang baru dari badan atau pejabat tata usaha negara sebagai tergugat yang bisa tidak menimbulkan kerugian bagi penggugat. Sengketa kepegawaian timbul akibat dari penjatuhan hukuman yang menimbulkan ketidakpuasan pada PNS yang bersangkutan. Sengketa di bidang kepegawaian memiliki karakteristik penyelesaian sendiri yang berbeda dengan penyelesaian sengketa tata usaha negara pada umumnya. Untuk itu dalam skripsi ini, penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya. Dalam skripsi ini, penulis juga akan menyertakan putusan pengadilan tata usaha negara sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui apa sebenarnya karakteristik penyelesaian sengketa di bidang kepagawaian sebagai salah satu sengketa tata usaha negara. B. Alasan Pemilihan Judul Melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan oleh penulis sebelumnya diatas, maka penulis memilih judul : Analisa Yuridis Terhadap Sengketa Tata Usaha Negara Di Bidang Kepegawaian Ditinjau Dari Hukum Peradilan Tata Usaha Negara (Studi kasus : Putusan Nomor 174/G/2006/PTTUN Jakarta) Alasan penulis dalam memilih judul ini dikarenakan judul ini sangat menarik perhatian. Hal ini disebabkan adanya karakteristik tersendiri dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara di bidang kepegawaian yang berbeda dengan

9 penyelesaian sengketa tata usaha negara pada umumnya yaitu yang dalam hal ini adalah sengketa tata usaha negara antara badan atau pejabat tata usaha negara dengan masyarakat umum. Sengketa-sengketa dibidang kepegawaian tidak ditangani langsung oleh suatu Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), namun terlebih dahulu harus diselesaikan melalui suatu proses yang mirip dengan suatu proses peradilan, yang dilakukan oleh suatu tim atau oleh seseorang pejabat di lingkungan pemerintahan. Proses tersebut di dalam ilmu hukum disebut peradilan semu (quasi rechtspraak). Peradilan semu inilah yang disebut dengan upaya administratif yang akan dibahas penulis nantinya pada bab tersendiri dalam penulisan ini. C. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas pada skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah karakteristik sengketa tata usaha negara di bidang kepegawaian? 2. Bagaimana prosedur penyelesaian sengketa tata usaha negara dalam bidang kepegawaian? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis berpandangan sangatlah diperlukan suatu batasan terhadap lingkup skripsi ini, dengan harapan agar batasan tersebut dapat memberikan arahan yang jelas terhadap pembahasan permasalahan utamanya dan menjaga agar arah pembahasan tersebut

10 tidak keluar dari judulnya. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam sengketa tata usaha negara dibidang kepegawaian maka penulis membatasi permasalahan tersebut hanya pada karakteristik penyelesaian sengketa tata usaha Negara di bidang kepegawaian dan prosedur penyelesaian sengketa tata usaha Negara. E. Maksud Dan Tujuan Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum yang telah ditentukan oleh Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul. Selain itu adapun tujuan dasar penulisan skripsi ini terdiri dari tujuan subjektif dan tunjuan objektif. Tujuan penelitian atau penulisan skripsi pada hakikatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti atau penulis. 7 Selain itu, arah penelitian juga ditentukan oleh tujuan penelitian 8 dan harus dinyatakan dengan jelas dan ringkas. 9 Penjabaran mengenai tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Subjektif Untuk memberikan masukan, saran-saran dan pertimbangan kepada aparat hukum terkait dalam melakukan langkah-langkah yang terbaik dalam penyelesaian 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-PRESS, 2005), hlm. 18 8 Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 89 9 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 109

11 sengketa tata usaha negara dengan mempertegas aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan Tata Usaha Negara. 2. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan mengkaji apa saja karakteristik dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara di bidang kepegawaian. b. Untuk mengetahui dan mengkaji prosedur penyelesaian sengketa tata usaha negara berdasarkan hukum acara peradilan tata usaha negara. F. Manfaat Penulisan Manfaat atau kegunaan praktis serta akademis dari penulisan ini ialah mengharapkan dengan adanya penulisan ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa/i tentang hukum acara peradilan tata usaha negara dan juga untuk informasi tambahan bagi rekan-rekan mahasiswa/i yang ingin menulis skripsi mengenai Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara atau Hukum Administrasi Negara. G. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam rangka mencari tahu jawaban dari permasalahan yang ada dalam skripsi ini. 1. Jenis Penelitian dan Metode Penulisan Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum. Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah, yang

12 didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer berupa putusan pengadilan tentang sengketa tata usaha negara dibidang kepegawaian, sehingga penelitian ini bersifat yuridis normatif. Peneltian yuridis normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan serta doktrin (ajaran). 10 Sedangkan untuk metode penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu penjabaran atau pemaparan analisa atas subjek dan objek dari penelitian. Dalam skripsi ini penulis akan menganalisa tentang sengketa kepegawaian dan bagaimana penerapannya berdasarkan analisa putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Nomor 176/G/2006/PTTUN Jakarta (sengketa kepegawaian antara Ambrosius WB melawan Badan Pertimbangan Kepegawaian) 2. Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan bahan atau materi data yang akan dipergunakan dalam penulisan skripsi ini merupakan sumber data yang diperoleh dari : 10 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op. Cit., hlm. 34

13 a. Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat 11 seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Putusan pengadilan, dan lain-lain. b. Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer 12 yang membahas masalah yang berhubungan dengan judul skripsi yang diambil dari laporan-laporan hukum, penjelasan Undang-Undang, dan lain-lain. c. Bahan Hukum Tertier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer maupun sekunder 13 seperti kamus, ensiklopedia, skripsi, disertasi, dan lain-lain. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini merumuskan beberapa bab yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum secara keseluruhan pembahasan 11 Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : suatu tinjauan singkat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 12 12 Ibid 13 Ibid

14 penulisan Tinjauan Terhadap Sengketa Tata Usaha Negara Di Bidang Kepegawaian Dalam Ranah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Studi kasus : Putusan Perkara Nomor 14/G/1997/PTUN - PDG) yang terdiri dari : BAB I : Pendahuluan Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang permasalahan, alasan pemilihan judul, identifikasi masalah, pembatasan masalah, maksud dan tujuan penulisan skripsi, kegunaan penulisan, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan skripsi ini. BAB II : Tinjauan Umum Tentang Hukum Kepegawaian Pada bab ini penulis akan membahas secara rinci mengenai Hukum Kepegawaian, pengertian Pegawai Negeri, hak dan kewajibannya, penegakan disiplin Pegawai Negeri, serta tugas, fungsi dan peranan Pegawai Negeri Sipil. BAB III : Prosedur Dan Karakteristik Penyelesaian Sengketa Kepegawaian Pada bab ini penulis akan menguraikan secara umum tentang keputusan tata usaha negara, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, upaya administratif, dan bagaimana prosedur serta karakteristik penyelesaian sengketa tata usaha negara melalui upaya administratif.

15 BAB IV : Analisa Putusan Perkara Pada bab ini penulis akan menganalisa putusan pengadilan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang telah dikemukakan pada skripsi ini. BAB V : Penutup Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari penulisan skripsi ini tentang pembahasan dan analisa data-data yang ada serta memberikan saran-saran yang membangun. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN