BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dibidang kesehatan (Depkes, 2007). masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang dimana keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. (droplet infection) dan masih banyak dijumpai di kalangan anak-anak pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27- kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Lebih dari 95% kematian campak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO, 2008). Pada sidang WHO (World Health Organization) tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau reservoir campak hanya manusia. Eradikasi akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah di eliminasi. Pada sidang World Health Assembly (WHA) tahun 1998 menetapkan kesepakatan global salah satunya adalah reduksi campak dengan cara mengurangi angka kesakitan sebesar 90% dan angka kematian sebesar 95% dari angka kesakitan dan angka kematian sebelum pelaksanaan program imunisasi campak. Beberapa negara seperti Amerika, Australia dan beberapa negara lainnya telah memasuki tahap eliminasi campak (cakupan imunisasi sangat tinggi dan kasus campak jarang terjadi) (Depkes RI, 2005).

Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun 2008, angka insidens campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah 75.770 (WHO, 2008). Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000 di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal dari Indonesia (Depkes RI, 2006). Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang kasus campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2008, angka absolut campak di Indonesia adalah 15.369 kasus (WHO, 2008). Kematian anak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Indonesia adalah 1,7 juta kematian dan 5% penyebab kematian anak di bawah lima tahun (Depkes RI, 2006). Pada anak-anak dalam kondisi garis batas kekurangan gizi, campak sering kali sebagai pencetus terjadinya kwarshiorkor akut dan eksaserbasi defisiensi vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan (Depkes RI, 2005). Berdasarkan riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2007, prevalensi nasional campak (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 1,8% (Depkes RI, 2007). Indonesia pada saat ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan kejadian luar biasa (KLB). Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. Jumlah kasus campak menurun pada semua golongan umur di Indonesia terutama anak-anak di bawah lima tahun pada tahun 1999 s/d 2001, namun setelah itu insidence rate tetap, dengan kejadian pada kelompok umur < 1 tahun dan 1-4 tahun selalu tinggi daripada kelompok umur lainnya. Pada umumnya- KLB yang terjadi di beberapa provinsi menunjukkan kasus tertinggi selalu pada golongan umur 1-4 tahun (Depkes, 2006).

Gambaran ini menunjukkan bahwa balita merupakan kelompok rawan dan perlu ditingkatkan imunitasnya terhadap campak. Hal ini menggambarkan lemahnya pelaksanaan dari pemberian satu dosis sehingga perlu dilakukan imunisasi campak pada semua kelompok umur tersebut di seluruh desa yang mempunyai masalah cakupan imunisasi. Tanpa program imunisasi, attack rate 93,5 per 100.000 kasus campak dengan gizi buruk akan meningkatkan CFR (case fatality rate) (Depkes RI, 2006). Kejadian penyakit campak sangat berkaitan dengan keberhasilan program imunisasi campak. Indikator yang bermakna untuk menilai ukuran kesehatan masyarakat di negara berkembang adalah imunisasi campak. Pada tahun 2006 WHO bersama UNICEF (United Nations Children s Fund) membuat rencana strategi global maupun regional 2006-2010 yang memiliki tujuan program pengendalian penyakit campak dengan mengurangi angka kematian campak sebesar 90% (estimated) pada tahun 2010 dibanding tahun 2000. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, perlu dilakukan beberapa upaya. Salah satu upayanya adalah melaksanakan surveilans berbasis individu (case based surveillance) dengan penguatan strategi imunisasi (Depkes RI, 2008). Bila cakupan imunisasi mencapai 90%, maka dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sebesar 80% - 90% (Depkes RI, 2004). Di Indonesia, program imunisasi campak dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah mencapai UCI (Universal Child Immunization) secara nasional yang berdampak positif terhadap penurunan insidensi campak pada balita. Selama periode 1992 1997

terjadi penurunan dari 20,08 per 10.000 orang menjadi 3,4 per 10.000. Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI, tetapi di beberapa daerah masih mengalami KLB Campak, terutama di daerah dengan cakupan imunisasi rendah atau daerah kantong (Depkes RI, 2006). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, jumlah kasus campak di Sumatera Utara tertinggi di antara kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) lainnya. Data jumlah kasus dan angka kesakitan PD3I tahun 2008 menunjukkan penyakit difteri (0 kasus), pertusis (86 kasus), tetanus (2 kasus), tetanus neonatorum (5 kasus), campak (2.917 kasus), polio (12 kasus) dan Hepatitis B (64 kasus). Kabupaten Langkat terdiri dari 23 kecamatan dengan 28 puskesmas. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Langkat tahun 2008, jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terbanyak adalah kasus penyakit campak sebanyak 125 kasus. Menurut laporan surveilans epidemiologi Dinkes Kabupaten Langkat tahun 2008 terjadi 130 kasus campak yang dilaporkan oleh puskesmas, baik yang termasuk kasus KLB campak maupun bukan kasus KLB campak. Terdapat 5- kecamatan di Kabupaten Langkat dengan jumlah kasus campak tertinggi dan termasuk termasuk kejadian luar biasa (KLB) yaitu (1) Kecamatan Padang Tualang, di Desa Besilam dan Gardu dengan 33 kasus (attack rate (AR) 4,8%), (2) Kecamatan Tanjung Pura, di Desa Pekubuan dengan 29 kasus (AR 4,3%) dan di Desa Pematang Cengal dengan 13 kasus (AR 1,9%), (3) Kecamatan Sei Lepan di Desa Telaga Said dengan 10 kasus (AR 2,9%), (4) Kecamatan Hinai di Desa

Suka Damai dengan 10 kasus (AR 1,6%) dan, (5) Kecamatan Besitang di Desa Bukit Kubu dengan 14 kasus (AR 0,65%). Kejadian KLB campak di beberapa daerah tersebut terjadi akibat cakupan imunisasi yang rendah atau effikasi vaksin yang rendah yang dapat disebabkan oleh pengelolaan rantai dingin vaksin yang kurang baik dan cara pemberian imunisasi yang kurang baik. Dari penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan oleh Subdin Surveilans dan Daerah selama tahun 1998 1999, terlihat anak yang belum mendapat imunisasi masih tinggi, yaitu berkisar 40% 100%. Kasus-kasus yang belum mendapat imunisasi tersebut, pada umumnya (>70%) adalah balita (DitJen PPM&PL, 2006). Hasil laporan surveilans epidemiologi Dinkes Kab. Langkat kasus KLB campak dapat dikategorikan menurut status imunisasi campak, yaitu (1) di Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura, attack rate pada kelompok populasi dengan status diimunisasi adalah 0,8% dan status tidak diimunisasi 40,8%, (2) di Desa Besilam dan Gardu Kecamatan Besitang, attack rate dengan status diimunisasi adalah 4,3% dan status yang tidak diimunisasi 4,2%, (3) di Desa Telaga Said Kecamatan Sei Lepan, attack rate dengan status imunisasi 4,6% dan status yang tidak diimunisasi 0%, (4) di Desa Pematang Cengal Kecamatan Tanjung Pura, attack rate pada kelompok populasi yang diimunisasi adalah 0,3% dan yang tidak diimunisasi adalah 26,8%, (5) di Desa Suka Damai Kecamatan Hinai, attack rate pada kelompok populasi yang berstatus imunisasi adalah 0% dan pada status tidak di imunisasi adalah 17,2% dan, (6) di Desa Bukit Kubu Kecamatan Besitang, attack rate pada

kelompok populasi berstatus imunisasi adalah 0,12% dan yang berstatus tidak diimunisasi adalah 3,23%. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura memiliki attack rate kasus KLB campak yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki kasus KLB campak lainnya. Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura termasuk wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin. Pada saat dilakukan survei pendahuluan, diketahui bahwa jadwal kegiatan rutin posyandu di setiap desa di- Kecamatan Tanjung Pura setiap 1 bulan sekali. Menurut petugas imunisasi, bahwa setiap desa ditempatkan 2 bidan desa yang akan selalu memantau perkembangan imunisasi dasar lengkap pada balita setiap bulannya selain petugas puskesmas yang ikut berpartispasi aktif dan ketersediaan vaksin selalu cukup di puskesmas. Menurut Petugas Surveilans Puskesmas Pantai Cermin, faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya kasus KLB campak di Desa Pekubuan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang rendah sangat memengaruhi daya tahan tubuh anak karena asupan makanan yang kurang bergizi. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap penyakit campak adalah pengetahuan para ibu yang rendah terhadap penyakit campak. Mereka menganggap bahwa penyakit campak sama dengan penyakit cacar air sedangkan jika ada anak yang menderita campak harus segera mendapat pengobatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang dapat mengakibatkan kematian. Berdasarkan penjelasan Petugas Program Imunisasi subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya kasus campak antara lain yaitu pengetahuan ibu yang

rendah terhadap manfaat imunisasi sehingga takut anaknya di imunisasi, hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang rendah, lingkungan tempat tinggal mayoritas warga adalah kumuh, sosial ekonomi masyarakat yang rendah karena mayoritas mata pencaharian penduduk adalah nelayan. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Faktor yang memengaruhi terbentuknya perilaku adalah faktor internal yaitu pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan faktor eksternal adalah lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, serta kebudayaan. Notoatmodjo (2003) juga menyatakan perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan fasilitas kesehatan. Menurut Muninjaya dalam Khalimah (2007), faktor perilaku merupakan faktor yang di negara-negara berkembang paling besar pengaruhnya untuk memunculkan masalah kesehatan termasuk masalah imunisasi. Perilaku ibu tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia (pos imunisasi) adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut WHO, pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Berdasarkan penelitian Nuraprilyanti (2009), pengetahuan dan pendidikan ibu berhubungan dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi campak pada bayinya. Penelitian lain (Hartati, 2008) menyatakan bahwa faktor perilaku yang

berpengaruh terhadap perolehan imunisasi campak di Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2007 adalah pendidikan, ekonomi, pengetahuan dan tindakan petugas imunisasi. Menurut Khalimah (2007), variabel pendidikan, pekerjaan, sikap, dan pengetahuan ibu memiliki hubungan dengan penerapan imunisasi campak. Selanjutnya penelitian Duski (2001) menyatakan bahwa adanya hubungan status imunisasi campak dengan kejadian campak, dimana anak yang tidak di imunisasi campak 3,2 kali lebih besar beresiko untuk menderita campak dibanding anak yang diimunisasi. Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan sosial ekonomi ibu terhadap pemberian imunisasi campak pada balita di Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2010. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh pengetahuan dan sosial ekonomi ibu terhadap pemberian imunisasi campak pada balita di Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan dan sosial ekonomi ibu terhadap pemberian imunisasi campak pada balita di Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat mengenai sejauh mana pengaruh pengetahuan dan sosial ekonomi ibu terhadap pemberian imunisasi campak, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dengan membuat program yang sesuai untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan menurunkan jumlah kasus campak. 2. Sebagai bahan masukan atau rekomendasi bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor pengetahuan dan sosial ekonomi dalam upaya memberikan imunisasi campak pada balitanya. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pengetahuan dan sosial ekonomi ibu dalam memberikan imunisasi campak pada balitanya dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu promosi kesehatan dalam pelaksanaan imunisasi campak khususnya di Desa Pekubuan Kecamatan Tanjung Pura.