BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam bisnis utama dan bisnis penunjang. Bisnis utama suatu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha bank tersebut dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

5.1 Kesimpulan. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari sektor perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini era pembangunan telah menunjukkan perkembangan terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara. Aspek Rentabilitas turut andil didalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. kredit, tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dan kegiatan usaha bank yaitu menghimpun dana, dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut. Dengan demikian dana yang diperlukan untuk suatu kegiatan usaha dapatlah disebut juga sebagai faktor produksi yang sejajar dengan faktor-faktor produksi yang lainnya seperti tenaga kerja, peralatan mesin-mesin, bahan baku, kemampuan teknologi, manajemen dan lain-lain. Adapun sumber utama dari dana tersebut adalah Bank. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas. Setelah memperolah dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut disalurkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.

Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama perbankan. Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini di bank dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu bank mengalami suatu kerugian dari selisih bunga, di mana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negatif spread. Bank Indonesia (BI) mengakui pendapatan bunga bersih (Net Interest Margin atau NIM) rata-rata perbankan nasional belum efisien dan dinilai masih tinggi dibandingkan dengan sebelum krisis tahun 1998. Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Darmin Nasution sebelum krisis ditahun tersebut, NIM perbankan nasional ratarata 350 basis poin atau sekitar 3,50%. Pada saat ini NIM perbankan nasional adalah di atas 600 basis poin atau di atas 6% sehingga jauh di atas NIM dari negara-negara tetangga kita yang rata-rata NIM nya di bawah 350 basis poin. Peningkatan NIM perbankan nasional saat ini disebabkan karena banyak sekali kredit yang macet

akibatnya resiko bertambah yang mendorong bunga kredit bertambah. Deputi Gubernur itu mengatakan, untuk menurunkan NIM perbankan diantaranya dengan mendorong pendapatan di luar bunga (fee base income) perbankan, saat ini fee base income perbankan masih kecil, maka porsi peningkatan fee base income harus dilakukan, agar tidak ada biaya membayar bunga. Selain tingginya NIM, bunga kredit perbankan nasional masih tinggi yang disebabkan biaya dana (cost of fund bank) juga masih tinggi (Harian Analisa, Senin 31-8-2009). Akibat krisis Moneter yang terjadi pada tahun 1998 masih terasa dampaknya pada kegiatan perekonomian Indonesia sampai saat ini dan pada tahun 2008 krisis kembali melanda bukan saja perekonomian Indonesia tapi seluruh dunia yang dikenal dengan krisis global. Akibat krisis tersebut banyak perusahaan mengalami kebangkrutan dan berdampak lebih lanjut kepada sektor perbankan, khususnya bidang perkreditan yaitu dalam bentuk kredit bermasalah atau kredit macet. Namun di sisi lain ternyata masih terdapat pula perusahaan-perusahaan yang mampu menjalankan usahanya serta mampu untuk menyelesaikan kewajibannya kepada Bank. Menurut data dari Bank Indonesia bahwa Non Performing Loan (NPL) perbankan nasional 2008 adalah sebesar 4% sedangkan tahun 2009 diprediksi mencapai 5% sedangkan NPL perbankan Sumut pada triwulan pertama 2009 dinilai masih cukup aman yaitu mencapai 3,63% di tengah terjadinya penurunan kinerja perusahaan akibat krisis global (Harian Analisa, Senin 11 Mei 2009). Proses jangka perkreditan akan selalu dihadapkan hal-hal untuk masa yang akan datang yang serba tidak pasti, oleh karena itu pihak perbankan selalu dituntut

kemampuan untuk memperkirakan kejadian-kejadian yang akan berlangsung pada masa-masa yang akan datang, misalnya bagaimana kegiatan perekonomian yang akan datang, sebagai contoh bagaimana kebijakan moneter khususnya kebijakan bunga (BI Rate) yang berpengaruh terhadap bunga kredit maupun bunga simpanan. Demikian juga tentang kebijakan pemerintah mengenai tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah, bagaimana perkembangan teknologi di masa akan datang dan seterusnya, semuanya itu harus dapat dirumuskan dan diperkirakan dengan cermat pada saat analisa kredit. Untuk mengatasi resiko bisnis perbankan yang demikian kompleks, bank harus secara cermat dan akurat dalam memperhitungkan tentang kemungkinan terjadinya berbagai resiko. Perhitungan tersebut dapat berupa evaluasi terhadap setiap keputusan kredit yang diberikan kepada calon debitur, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Evaluasi kredit secara kualitatif merupakan proses penilaian terhadap kualitas manajemen calon debitur tentang strategi pemasaran, rencana jangka pendek dan jangka panjang. Selain hal tersebut di atas, unsur ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku seperti: segala bentuk perizinan usaha yang dimiliki calon debitur dan perpajakan, serta referensi dari bank lain atau bank sebelumnya juga turut dievaluasi dalam prinsip kehati-hatian bisnis bank. Evaluasi kuantitatif merupakan proses penilaian terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat berupa laporan masa lalu, sekarang maupun masa yang akan datang (proyeksi). Laporan keuangan calon debitur tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik rasio keuangan.

Hal ini perlu dilakukan, karena dengan rasio keuangan pihak bank dapat memprediksi usaha calon debitur. Angka-angka rasio dari laporan keuangan calon debitur dapat digunakan oleh pihak bank untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Penilaian ini penting untuk mengetahui tentang kondisi perusahaan dari aspek keuangan, sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kredit. Pada proses evaluasi ini para pejabat kredit dituntut untuk bertindak secara cermat dan hati-hati sebelum kredit diputuskan. Dengan demikian informasi laporan keuangan diperlukan oleh para analis kredit dan pengambilan keputusan kredit. Penilaian yang bersifat kuantitatif merupakan penilaian terhadap laporan keuangan dari calon debitur. Laporan keuangan calon debitur tersebut dianalisa dengan menggunakan rasio keuangan yaitu likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas/Profitabilitas. PT. Bank Sumut adalah bank pemerintah daerah yang kepemilikannya adalah 59,95% dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan 40,05% dimiliki oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten. Pada rapat dengar pendapat dengan Komisi C DPRD Sumut Selasa 12 Mei 2009 Dirut Bank Sumut Gus Irawan Pasaribu melaporkan bahwa kinerja keuangan Bank Sumut yang cenderung menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan dari tahun ke tahun. Total asset per Desember 2007 tercatat sebesar Rp. 8,826 triliun dan meningkat menjadi Rp. 10,923 triliun pada Desember 2008, jauh meningkat dibanding aset tahun 2004 yang baru sebesar Rp. 3,568 triliun. Laba sebelum pajak tahun 2008 tercatat sebesar Rp. 375,616 miliar atau naik cukup besar dibanding posisi 2007 yang hanya Rp. 289,551 miliar, sementara laba bersih tercatat sebesar Rp. 236,950. Gus Irawan

juga mengungkapkan, Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Sumut yang pada tahun 2008 mencapai 84,13 persen, di mana dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sebesar Rp. 7,651 triliun dengan total kredit yang disalurkan Rp. 6,399 triliun. NPL bank itu tahun 2008 juga terus membaik dengan besaran 0,99 persen dari sebesar 4,31 pada tahun 2004, 4,32 persen pada 2005; 2,62 persen pada 2006; 2,01 persen pada 2007. Secara keseluruhan kinerja Bank Sumut sangat menggembirakan dengan Capital Adequency Ratio (CAR) yang tercatat sebesar 16,82 persen. Sementara periode 2004-2008 Bank Sumut juga melakukan write off kredit macet sebesar Rp. 204,661 miliar dengan jumlah penagihan kredit macet selama periode yang sama sebesar Rp. 440,887 miliar, sementara total kredit macet sendiri tercatat sekitar dua persen dari kredit yang disalurkan (Harian Analisa, Rabu 13 Mei 2009). Jadi walaupun sudah dilaksanakan prosedur pemberian kradit yang cukup ketat dan prudential ternyata tingkat kredit bermasalah masih ada, seperti dari data di atas bahwa kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) PT. Bank Sumut ada sebesar 3,315% angka ini dapat dikatakan baik karena masih di bawah NPL perbankan nasional yang sebesar 4%.

I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Sejauhmana pengaruh Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan? 2. Sejauhmana Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi Kota Medan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris tentang: 1. Pengaruh Rasio Keuangan yang terdapat pada laporan keuangan calon debitur terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja yang diambil oleh bank. 2. Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap persetujuan pemberian kedit modal kerja yang diambil oleh bank. I.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada bank dan calon debitur tentang variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja

dan seberapa besar variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja. 2. Memberikan bukti empiris bagi kepentingan akademik tentang penggunaan rasio keuangan sebagai informasi dalam persetujuan pemberian kredit modal kerja oleh bank. 3. Memberikan bukti empiris bagi kepentingan akademik tentang kebijakan moneter sebagai bahan pertimbangan dalam persetujuan pemberian kredit modal kerja oleh bank. I.5. Kerangka Berpikir Dalam setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada risiko, hal ini sudah merupakan suatu yang biasa di manapun selalu terdapat adanya risiko, walaupun satu sama lainnya mempunyai bobot yang berbeda. Begitu juga dalam pemberian kredit ada terkandung risiko kredit sehingga perlu dipahami tentang proses perencanaan kredit agar kredit yang diberikan kepada debitur akan memberikan risiko yang minimal. Muljono (2000) menyatakan bahwa ada enam bentuk resiko yang harus dipahami dalam manajemen kredit yaitu risiko dari sifat usaha, risiko geografis, risiko politik, risiko ketidakpastian (Uncertainty), risiko inflasi dan resiko persaingan. Untuk meminimalkan risiko dalam pemberian kredit kepada debitur, maka pemberian kredit harus dilaksanakan secara prudential dan memperhatikan sepenuhnya prinsip-prinsip perkreditan yang sehat. Beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam pemberian kredit seperti aspek yuridis, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek jaminan. Dalam pemberian kredit, aspek keuangan adalah salah satu yang menjadi pusat perhatian pihak bank adalah menganalisa rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan seperti neraca dan laporan laba rugi dari calon debitur, karena rasio-rasio keuangan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi keadaan suatu perusahaan. Untuk menghindari kredit macet, menurut Kasmir (2002) maka pihak bank harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip pemberian fasilitas kredit yang meliputi penganalisisan terhadap character, capacity, capital, collateral and condition of economic. Kondisi ekonomi suatu negara baik nasional maupun domestik dapat dilihat dari kebijakan moneter negara tersebut seperti tinggi rendahnya tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentralnya, kebijakan tentang jumlah uang yang beredar demikian juga tingkat inflasi, semakin tinggi inflasi menunjukan kondisi ekonomi semakin tidak stabil. Akibat kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti krisis moneter dan krisis global mengakibatkan kredit macet. Menurut Muljono (2000) bahwa kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi politik, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Adapun maksud penilaian terhadap kondisi ekonomi adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu negara/daerah yang akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut.

Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (Independent variable) dan satu variabel terikat (Dependet variable). Variabel bebas adalah Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Invesment, Return On Equity dan Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan sedangkan variabel terikat adalah persetujuan pemberian kredit modal kerja yaitu perbandingan antara jumlah kredit modal kerja yang disetujui oleh bank dengan jumlah kredit modal kerja yang dimohon oleh calon krditur. Hubungan antara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Rasio Keuangan: sebagai Current berikut Ratio : Quick Ratio Debt to Asset Ratio Longterm Debt to Sales Net Profit to Sales Ratio Return On Investment Return On Equity Persetujuan Pemberian Kredit Modal kerja Kebijakan Moneter BI Rate Tingkat Inflasi Kota Medan Gambar I.1. Kerangka Berpikir

I.6. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return On Equity berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. 2. Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.