Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Bank Umum Konvensional di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
No. 13/5/DPNP Jakarta, 8 Februari Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Q&A Suku Bunga Dasar Kredit/ Prime Lending Rate

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI INFORMASI SUKU BUNGA DASAR KREDIT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI INFORMASI SUKU BUNGA DASAR KREDIT

BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO

Contoh Klausula Transparansi Informasi Produk Bank Pada Formulir Aplikasi yang Diisi oleh Nasabah

Formulir 9.a. Risiko Spesifik Eksposur Surat Berharga (Trading Book)

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14 /PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

TRANSPARANSI INFORMASI SUKU BUNGA DASAR KREDIT PADA KREDIT UMKM

DRAFT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/ /20 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

No Angka 2 Pasal 11 Kewajiban penyampaian Laporan Publikasi Bulanan secara online melalui sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan dilaksanakan

Ringkasan Informasi Produk/Layanan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai

A. Paket Mitra Pelapak (PMP)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal.

RINGKASAN INFORMASI PRODUK

BAB I. KETENTUAN UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM II. PASAL...

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

No. 14/ 8 /DPNP Jakarta, 6 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

KEBIJAKAN BANK INDONESIA DESEMBER 2010

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

Grafik 3. Pertumbuhan Per Jenis Kredit Konsumsi. Grafik 2. Perkembangan NPL Per Jenis Kredit (%) 3.0. (%, yoy)

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Ritel

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

(%, SBT) (%, qtq)

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan


- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

(%, SBT) (%, qtq)

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA,

Soal 1 (10%) Jelaskan mengapa lembaga keuangan diperlukan? Kaitkan dengan foundation of financial institution.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA PRODUK KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM INDUSTRI PERBANKAN: STUDI KASUS PADA BANK XYZ

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dijadikan penyelamatan untuk kelancaran usaha bank.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Mikro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

Peraturan Perlindungan Data Pribadi Nasabah Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Likuiditas Rupiah. Laporan Berkala

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Berdasarkan kebutuhan, setiap masyarakat memiliki kebutuhan

PERBANDINGAN PERHITUNGAN ANGSURAN KPR KONVENSIONAL DENGAN KPR SYARIAH Oleh: Peter

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK UNIT PALSIGUNUNG, DEPOK.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan setiap sektor dalam perusahaan saat ini semakin pesat,

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

Transkripsi:

Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Bank Umum Konvensional di Indonesia Penjelasan Umum Pengaturan Publikasi SBDK ditujukan untuk (i) meningkatkan transparansi mengenai karakteristik produk perbankan termasuk manfaat, biaya dan risikonya untuk memberikan kejelasan kepada nasabah, dan (ii) meningkatkan good governance dan mendorong persaingan yang sehat dalam industri perbankan melalui terciptanya disiplin pasar (market discipline) yang lebih baik. Suku bunga yang dibebankan kepada debitur (lending rate) adalah penjumlahan dari SBDK ditambah dengan premi risiko. Sedangkan SBDK terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu angka akhir hasil penjumlahan harga pokok dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, dan marjin keuntungan (profit margin). Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur belum tentu sama dengan SBDK. Adapun premi risiko merepresentasikan penilaian bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur yang antara lain mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, jangka waktu kredit, dan prospek usaha yang dibiayai. Untuk tahap awal, bank yang pada dan/atau setelah tanggal 28 Februari 2011 berdasarkan posisi Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) mempunyai total aset Rp10 T (sepuluh triliun rupiah) atau lebih wajib melakukan publikasi informasi SBDK dalam rupiah. Jenis kredit yang wajib diumumkan terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu (1) kredit korporasi, (2) kredit ritel, dan (3) kredit konsumsi (KPR dan non KPR). Dalam kredit konsumsi non KPR tidak termasuk penyediaan dana melalui kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA). Publikasi informasi SBDK dilakukan melalui (1) papan pengumuman di setiap kantor bank, (2) halaman utama website bank, jika bank memiliki website, dan (3) pengumuman di surat kabar bersamaan dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember. Namun demikian, untuk kepentingan surveillance, Bank Indonesia dapat meminta bank untuk menyampaikan laporan perhitungan SBDK secara berkala atau sewaktu-waktu di luar periode penyampaian tersebut.

Tanya-Jawab 1. Ketika Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan Prime Lending Rate atau yang dalam bahasa Indonesia disebutkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dipersepsikan bank sentral masuk ke wilayah operasional bank. Bagaimana penjelasannya? Bank Indonesia tidak menetapkan atau mengatur mengenai seberapa besar margin yang dapat dikenakan atau perhitungan suku bunga dari suatu bank. Bank Indonesia fokus kepada faktor transparansi informasi dengan harapan hal ini dapat dipergunakan oleh bank dan nasabah dalam meningkatkan market discipline. Sebagai contoh, selama ini suku bunga simpanan sudah dipublikasikan secara luas oleh perbankan, sehingga publikasi tersebut telah membuat suku bunga simpanan yang ditetapkan oleh perbankan semakin kompetitif sekaligus memberikan diversifikasi pilihan bagi nasabah. Hal yang sama juga diharapkan tercapai melalui transparansi informasi SBDK tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya kebijakan SBDK ini tidak berarti Bank Indonesia memasuki wilayah operasional perbankan. 2. Apakah Bank Indonesia mengatur mekanisme perhitungan bunga? Bank Indonesia mengatur transparansi SBDK dengan memberikan pedoman (guidance) agar terjadi standar pengelompokkan komponen-komponen yang dapat diperhitungkan dalam menghitung SBDK yang akan dipublikasikan dan dilaporkan ke Bank Indonesia. Dari SBDK yang dipublikasikan, calon debitur dapat memperkirakan suku bunga yang akan dikenakan kepada mereka sebelum memperhitungkan premi risiko yang akan dibebankan bank secara berbeda-beda untuk masing-masing individu/kelompok debitur. 3. Setelah pengumuman SBDK, seberapa besar suku bunga yang dikenakan kepada debitur bisa lebih rendah daripada sekarang? Tujuan dari dikeluarkannya SE SBDK ini adalah transparansi informasi dan meningkatkan market discipline. Salah satu dampak positif dari kebijakan ini adalah pasar diharapkan dapat menuju kepada keseimbangan suku bunga yang lebih kompetitif. Dalam hal ini Bank Indonesia tidak menetapkan target suku bunga. Disamping itu, SBDK tidak sama dengan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah karena SBDK hanya menggambarkan struktur yang membentuk SBDK bank. Publikasi informasi SBDK diharapkan akan efektif dalam menurunkan suku bunga kredit melalui peningkatan efisiensi yang akan dilakukan oleh bank karena persaingan yang semakin meningkat. 4. Apakah semua jenis kredit harus diumumkan SBDK-nya? Untuk tahap awal, bank diwajibkan mengumumkan 3 jenis kredit yaitu (1) kredit korporasi, (2) kredit ritel dan (3) kredit konsumsi (KPR dan non KPR). Dalam kredit konsumsi non KPR tidak termasuk penyediaan dana melalui kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA).

5. Mengapa SBDK untuk segmen kredit mikro tidak dipublikasikan? Pada tahap awal, Bank Indonesia belum mewajibkan bank untuk secara khusus mempublikasikan SBDK untuk segmen kredit mikro. Namun demikian, untuk sementara bank diminta memasukkan perhitungan SBDK untuk segmen kredit mikro ke dalam segmen kredit ritel. 6. Komponen apa saja yang harus dimasukkan dalam perhitungan SBDK? Perhitungan SBDK sepertinya bukan hal yang mudah untuk dilakukan bank. Komponen yang harus dimasukkan dalam perhitungan SBDK adalah harga pokok dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead, dan profit margin. Perhitungann SBDK tidak sulit untuk dilakukan oleh bank karena selama ini bank telah memiliki metode perhitungan suku bunga, dan juga bank mempunyai seluruh komponen SBDK tersebut untuk kemudian diformulasikan guna mendapatkan hasil akhir perhitungan SBDK. Pada contoh diatas, data SBDK yang wajib diumumkan kepada masyarakat adalah 9,74% yang merupakan angka akhir dari komponen perhitungan SBDK. 7. Bagaimana kriteria bank yang wajib mempublikasikan informasi SBDK dan bagaimana format publikasi SBDK? Pada tahap awal, bank yang wajib mempublikasikan informasi SBDK adalah bank yang pada dan/atau setelah tanggal 28 Februari 2011 berdasarkan posisi Laporan Bulanan Bank Umumm (LBU) mempunyai total aset Rp10 T (sepuluh trilun rupiah) atau lebih. Apabila dikemudian hari total aset bank turun menjadi kurang dari Rp10 T (sepuluh triliun rupiah) ), bank tetap wajib melakukan publikasi informasi SBDK. Format publikasi SBDK yang wajib dilakukan oleh bank adalah sebagai berikut:

Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Bank XYZ Tanggal... (% per tahun) Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate)* Berdasarkan Segmen Bisnis Kredit Korporasi Kredit Ritel Kredit Konsumsi KPR Non KPR Suku Bunga Dasar Kredit (prime lending rate) *) Keterangan: a. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) ini belum memperhitungkan komponen premi risiko yang besarnya tergantung dari penilaian bank terhadap risiko masing-masing debitur. Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur belum tentu sama dengan SBDK (dicantumkan untuk publikasi yang dilakukan melalui papan pengumuman di setiap kantor Bank, halaman utama website dalam hal bank memiliki website, dan surat kabar). b. Dalam Kredit Konsumsi non KPR tidak termasuk penyediaan dana melalui kartu kredit dan kredit tanpa agunan (dicantumkan untuk publikasi yang dilakukan melalui papan pengumuman di setiap kantor Bank, halaman utama website dalam hal bank memiliki website, dan surat kabar). c. Informasi SBDK yang berlaku setiap saat dapat dilihat pada publikasi di setiap kantor Bank dan/atau website Bank dalam hal bank memiliki website (dicantumkan hanya untuk publikasi yang dilakukan melalui surat kabar). 8. Bagaimana teknis pengumuman oleh Bank kepada masyarakat untuk pertama kali? Publikasi melalui papan pengumuman di kantor bank dan website (jika bank memiliki website) untuk pertama kali dilakukan pada tanggal 31 Maret 2011, serta diumumkan dan di update setiap hari. Sedangkan publikasi melalui surat kabar untuk pertama kali dilakukan bersamaan dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi akhir bulan Maret 2011. Namun demikian untuk kepentingan surveillance, Bank Indonesia dapat meminta bank untuk melaporkan dan mempublikasikan informasi SBDK secara berkala atau sewaktu-waktu. 9. Dengan diumumkannya SBDK, apakah debitur bisa mendapat penyesuaian suku bunga yang sudah dikenakan oleh bank? Pengumuman SBDK tidak secara otomatis menyebabkan terjadinya penyesuaian suku bunga kredit. Penyesuaian suku bunga kredit sepenuhnya tergantung kepada kesepakatan antara bank dan debitur yang terdapat di dalam perjanjian kredit. Dengan kata lain debitur dan bank dapat mendiskusikan kembali suku bunga kredit sepanjang dimungkinkan di dalam perjanjian kredit.

10. Apakah SBDK yang dipublikasikan merupakan suku bunga efektif atau suku bunga flat? Ketentuan Bank Indonesia tidak mengatur apakah suku bunga yang dipublikasikan merupakan suku bunga efektif atau suku bunga flat mengingat hal tersebut merupakan kebijakan bank. Yang wajib dilaporkan oleh bank adalah perhitungan SBDK dalam rupiah yang dihitung secara tahunan. Penting dicatat bahwa SBDK hanya merupakan suku bunga referensi (reference rate) untuk membantu masyarakat/calon debitur dalam mendapatkan informasi mengenai kebijakan suku bunga setiap bank. Mengingat besaran SBDK yang dipublikasikan belum tentu sama dengan suku bunga kredit yang akan dikenakan kepada nasabah/calon nasabah, maka nasabah/calon nasabah perlu melakukan komunikasi/diskusi langsung dengan bank.