BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi kian banyak digunakan orang untuk berbagai manfaat salah satunya internet. Internet (Interconnected Computer Networks) dapat didefinisikan sebagai seluruh jaringan yang saling terhubung satu sama lain. Beberapa komputer dalam jaringan ini menyimpan file, seperti halaman web, yang dapat diakses oleh seluruh jaringan komputer (Strauss, El-Ansary, & Frost, 2003). Menurut data Kominfo bahwa penggunaan internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, seperti yang dirilis pada November 2013 pengguna internet di Indonesia mencapai angka 63 juta orang dengan 95% diantaranya digunakan untuk mengakses media sosial. Sedangkan menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2014 mengenai angka pengguna internet di Indonesia naik mencapai 88,1 juta pengguna dan sebagian besar pengguna berusia 18-25 tahun (APJII, 2015). Berdasarkan data ini, dapat disimpulkan bahwa pengguna internet di Indonesia naik pesat hanya dalam waktu satu tahun terakhir. Di sisi lain, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan internet sebagai media informasi dan komunikasi semakin diterima dan dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Penggunaan internet oleh masyarakat semakin melekat dengan kegiatan sehari-hari khususnya di Indonesia. Salah satu kegiatan tersebut adalah berkomunikasi dan membangun sebuah jaringan pertemanan melalui media sosial. Media sosial dapat didefinisikan sebagai website dan aplikasi yang digunakan untuk social networking (The Oxford Dictionary, 2011). Sedangkan, pengertian social networking sendiri adalah penggunaan website dan aplikasi yang digunakan untuk berkomunikasi antar sesama pengguna, atau untuk mencari orang yang memiliki kesukaan yang sama dengan dirinya (The Oxford Dictionary, 2011). Di mana media sosial tersebut memberikan kemudahan bagi sebagian besar masyarakat untuk tetap terus berkomunikasi tanpa dibatasi waktu dan jarak. Berbagai platform media sosial yang banyak digunakan di Indonesia seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lainnya. Contohnya jumlah pengguna Path di Indonesia adalah yang terbesar di dunia yang mencapai lebih dari 4 juta pengguna (Tempo, 2014) dan pengguna Instagram di dunia yang didominasi usia 18-24
tahun telah menembus angka 300 juta pengguna (Tempo, 2014). Beragam akses terhadap informasi dan hiburan didapatkan dengan hanya satu kali klik. Tidak ada lagi batas-batas dimensi ruang dan waktu bagi yang menggunakannya. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Penggunaan internet memberikan manfaat besar bagi banyak sektor terutama pendidikan untuk mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju (Kominfo, 2014). Salah satu dampak positif yang dapat diperoleh dari penggunaan internet adalah internet literacy. Internet literacy seperti yang dikemukakan oleh The Association of Colleges and Research Libraries adalah penggunaan komputer, aplikasi software, database dan teknologi lain untuk mencapai tujuan personal, pendidikan, dan pekerjaan (Leung & Lee, 2012). Dalam hal ini murid atau mahasiswa yang memiliki kemampuan menggunakan internet akan cepat untuk mencari materi pembelajaran atau perkuliahan untuk mengerjakan tugas. Tetapi disisi lain penggunaan internet juga memiliki dampak negatif seperti diungkapkan oleh Kubey, Lavin, & Barrows (2001) dalam penelitiannya dimana murid-murid yang tidak menghadiri kelas pada pagi hari dikarenakan penggunaan internet yang berlebihan sehingga membuat mereka terjaga di malam harinya. Kondisi maladaptive penggunaan internet dalam waktu yang lebih lama dari yang telah ditentukan atau biasa disebut compulsive internet use (Caplan, 2010) ternyata juga dapat menjadi problematika di kalangan mahasiswa. Munculnya perilaku prokrastinasi atau perilaku menundanunda berdasarkan salah satu fenomena nyata yang terjadi berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil wawancara terhadap 5 orang mahasiswa dengan rentang usia 20 22 tahun di Jakarta dan pengguna aktif media sosial. Empat dari lima orang partisipan menyatakan menggunakan media sosial secara intensif dan berlebihan yang melebihi waktu normal yaitu 3 jam ( APJII, 2015 ) dan aktivitas tersebut cenderung mengakibatkan perilaku prokrastinasi dalam mengerjakan tugas. Di samping itu, 1 orang partisipan menyatakan menggunakan media sosial hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu mengenai teman-teman dalam lingkungan sosialnya. Namun fenomena yang menarik ternyata kelima partisipan tersebut menyatakan bahwa intensitas penggunaan media sosial akan meningkat secara signifikan di saat sedang mengerjakan tugas akademik, dan hal itu secara langsung akan menimbulkan perilaku menunda-nunda dalam penyelesaian tugas tersebut. Prokrastinasi dalam mengerjakan tugas biasa dilakukan mahasiswa, hal ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh beberapa ahli didapat data bahwa sekitar 46% hingga 95% mahasiswa
melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas akademik mereka (Salomon & Rothblum, 1984). Selain itu berdasarkan hasil penelitian dilaporkan bahwa prokrastinasi akademik banyak terjadi di kalangan mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan S1 (undergraduate) (Rothblum, Salomon, & Murakami, 1986). Salah satu bentuk prokrastinasi yang diajukan oleh University of Illinois Counseling Center (1996, dalam Santrock, 2008) adalah dengan menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain komputer atau browsing internet. Perilaku penggunaan internet yang bermasalah atau Problematic Internet Use yang biasa disingkat PIU adalah sindrom multidimensional terdiri dari tanda-tanda kognitif maladaptif dan perilaku yang menghasilkan hal negatif dalam sosial, akademis, dan konsekuensi profesional (Caplan, 2003). Menurut Young (1996, dalam Young & Abreu, 2010) dalam teori adiktif dapat dinyatakan sebuah diagnosis yang sesuai dengan DSM-IV mengenai kecanduan internet yaitu berdasarkan pada kriteria pathological gambling atau kecanduan atau keranjingan untuk mempertaruhkan sesuatu (judi). Di samping itu, ditemukan juga bahwa setengah individu yang keranjingan menggunakan internet mengalami penurunan performa dan menghadapi permasalahan karena menghabiskan waktunya dengan online. Hal tersebut termasuk dalam teori PIU (Pathological Internet Use) awal yang adiktif, yang hanya menyatakan bahwa PIU ini memiliki pengaruh pada perilaku individu (Young, 1996, dalam Davis, 2001). Sebaliknya, para ahli yang termasuk dalam teori non-adiktif menyatakan bahwa PIU ini tidak hanya mempengaruhi perilaku seseorang, tetapi juga kognitif seseorang, seperti dinyatakan dalam teori Cognitive-Behavioral Theories yang menyebutkan bahwa etiologi dari PIU adalah gangguan perilaku dan kognitif seseorang akan menimbulkan respon maladaptive nya secara intensif (Davis, 2001). Penulis menyimpulkan bahwa terdapat dua pemahaman dalam menginterpretasikan Problematic Internet Use (PIU) yaitu dari sisi adiksi dan non-adiksi. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teori PIU yang berdasarkan pemahaman dari sisi nonadiksi dikarenakan peneliti tidak hanya ingin mengetahui problematika yang ditimbulkan oleh penggunaan internet terhadap aspek behavior seseorang, namun juga dari aspek kognitif. Hasil penelitian Chou (2001, dalam Yellowlees & Marks, 2007) menyebutkan bahwa mahasiswa yang memiliki kecenderungan penggunaan internet berlebihan cenderung memiliki tingkat ketidakhadiran dalam kelas dan saat ujian yang lebih tinggi, walaupun tahu bahwa mereka dapat gagal dalam suatu mata kuliah. Penelitian lain dari Young (1998, dalam Yellowlees & Marks, 2007 ) menyebutkan bahwa setengah dari individu yang memiliki masalah
dalam penggunaan internet juga memiliki masalah besar dalam bidang pekerjaan atau akademik mereka yang dikarenakan waktu yang mereka habiskan untuk online. Sehingga mereka memilih untuk menunda dalam pengerjaan tugas hingga menit terakhir. Perilaku menunda hingga menit terakhir disebut sebagai perilaku prokrastinasi (White, 2011). Dalam hal akademis, perilaku tersebut disebut dengan prokrastinasi akademis. Salomon dan Rothblum (1984) menyatakan prokrastinasi akademis adalah suatu kecenderungan menunda untuk memulai maupun menyelesaikan tugas-tugas secara keseluruhan untuk melakukan aktifitas lain yang tidak berguna sehingga pengerjaannya menjadi terhambat, disamping itu perilaku tersebut juga akan menimbulkan kebiasaan sering terlambat. Mahasiswa yang berperilaku prokrastinasi biasanya memiliki manajemen waktu yang buruk, kesulitan berkonsentrasi, rasa takut dan cemas, keyakinan negatif, adanya permasalahan pribadi, kebosanan, ekspektasi tidak realistis dan perfeksionisme, serta ketakutan akan kegagalan (Santrok, 2008). Mohammadi, Tahriri, Hassaskhah (2015) dalam penelitiannya terhadap 380 partisipan mahasiswa yang berbeda tahun ajaran di Iran menemukan adanya korelasi positif antara PIU dengan prokrastinasi akademik. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Odaci (2011) yang dilakukan di Turki dengan jumlah partisipan mencapai 398 mahasiswa menemukan bahwa PIU dengan prokrastinasi akademik tidak memiliki korelasi yang signifikan. Dalam penelitian ini penulis akan mencoba menganalisa dari aspek hubungan dari PIU dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta, alasannya karena Jakarta adalah ibu kota Indonesia sehingga dapat merepresentasikan dari penduduk daerah-daerah di Indonesia. Urgensinya adalah apabila memang ditemukan hubungan yang signifikan dari PIU terhadap prokrastinasi akademik, maka ke depannya dapat lebih dikembangkan lagi dalam penelitian lebih lanjut dari aspek peranan dari PIU terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta sehingga selanjutnya dapat dikembangkan metode pencegahan mengenai dampak negatif dari PIU maupun prokrastinasi dalam bidang akademik. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademis sering terjadi akibat dari hilangnya kemampuan regulasi diri individu serta kecenderungan untuk menunda atau menghindari mengerjakan tugas karena ketidakmampuan untuk menunda hal yang menyenangkan bagi dirinya dan lebih memilih untuk mengakses media sosial. Kecenderungan untuk mengakses media sosial ini adalah hasil darikurangnya kemampuan regulasi diri yaitu terdapat pemikiran obsesif mengenai penggunaan media sosial, dan munculnya keinginan untuk
terus mengakses media sosial. Karena itu, penulis tertarik meneliti hubungan antara PIU dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta. 1.2 Rumusan permasalahan Berdasarkan pembahasan di atas, maka penelitian ini ingin melihat apakah terdapat hubungan problematic internet use dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa pengguna media sosial di Jakarta? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya hubungan problematic internet use dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa pengguna media sosial di Jakarta.