Suster-suster Notre Dame

dokumen-dokumen yang mirip
Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

Suster-suster Notre Dame

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

Suster-suster Notre Dame

MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

SPIRITUALITAS EKARISTI

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang

Suster-suster Notre Dame

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Cara Berdoa Novena 3 Salam Maria

Suster-suster Notre Dame

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

KELUARGA SEKOLAH KEHIDUPAN

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

NABI YEHEZKIEL: KUALITAS HIDUP SEOFLING UTUSAN ALLAH DEMI KEBAIKAN BANGSA (Yehezkiel Bab 2 - Bab 3)

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

Berdiri. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Th A Hari Minggu Adven III

MAKNA KESAMAAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH BAG1 HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER SANTA PERAWAN MARIA DART AMERSFOORT

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

PANDUAN HIDUP ROHANI DARI IBU CLARA FEY: MELALUI JALAN AKSI - KONTEMPLASI

Tahun C Hari Minggu Biasa XXVIII LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 2 Raj. 5 : Naaman kembali kepada Elisa, abdi Allah, dan memuji Tuhan.

Perayaan Ekaristi HARI MINGGU BIASA KE-31

THE YEAR OF FAVOR #5 TAHUN PERKENANAN #5 GOD S PURPOSE FOR FAVOR TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN FAVOR

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

HARI MINGGU BIASA X. Tema : Kita bersaudara Tujuan : Anak menyadari bahwa dirinya adalah saudara-saudari Kristus Sarana : -

PL1 : TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; U : Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

PROGRAM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS VII SMPK PERMATA BUNDA

KADO NATAL DI BIARA Rohani, Desember 2011, hal Paul Suparno, S.J.

Sapientia Cordis (Kebijaksaan Hati)

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PL1 : Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, U : Raja yang besar atas seluruh bumi.

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

Tahun C Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Zef. 3 : 14-18a

Th A Hari Minggu Adven I

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Signum Fidei CARA HIDUP

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

GPIB Immanuel Depok Minggu, 26 Februari 2017 TATA IBADAH HARI MINGGU VIII SESUDAH EPIFANIA

PENDAHULUAN INJIL MARKUS

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

Mengapa Perlu Untuk Berjumpa Dengan Seorang Imam Untuk Membuat Pengakuan?

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Ya Tuhan Kami Puji Nama-Mu Besar KJ 7:1,4. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Dan. 7 : 13-14) Kekuasaan-Nya kekal adanya. Bacaan diambil dari Nubuat Daniel

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan katanya,

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

Pdt. Gerry CJ Takaria

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

Transkripsi:

Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara. Generalat/Rumah Induk Roma 1 Oktober 2013 Para suster yang terkasih, Pada hari ini kita merayakan pesta 163 tahun berdirinya kongregasi kita, marilah kita berkomitmen kembali untuk menjadi murid-murid yang mendengarkan sabda Tuhan dan hidup dalam pelayanan demi Kerajaan Allah. Pesta berdirinya Kongregasi adalah kesempatan baik bagi kita untuk merefleksikan kemuridan kita dan siapakah kita sebagai Suster-suster Notre Dame. Seperti tanah liat di tangan Allah sang pembuat tembikar, demikianlah Allah telah membentuk Kongregasi kita menjadi bejana yang dibutuhkan setiap saat di sepanjang sejarah kongregasi kita. Dengan kesetiaan terhadap warisan kita, kita menanggapi dengan kesetiaan yang kreatif untuk melihat kebutuhan saudara-saudari kita. Dari benih yang kecil, menjadi pohon muda, hingga menjadi pohon yang besar, kongregasi kita menjadi sejarah kesetiaan, perjuangan, ketabahan dan kesuburan yang luar biasa. Dengan berkomitmen pada pelayanan, kita telah menemukan jalan menuju kesucian melalui keterlibatan aktif yang didukung oleh akar kontemplatif yang mendalam. Allah maha penyelenggara telah memberkati kita sehingga kita telah menjadi tempat bernaung bagi saudara-saudari kita dari berbagai suku dan bangsa. Dengan merefleksikan warisan kita sebagai sebuah kongregasi religius, akan membantu kita untuk menghargai karunia-karunia yang harus kita bawa ke dalam dunia kita saat ini. Inilah praksis penting khususnya dalam masa-masa transisi, karena hal itu membantu kita dalam membuat keputusan-keputusan berdasarkan identitas kita. Hukum Kanon menguraikan unsur-unsur yang menentukan warisan suatu lembaga religius dalam kanon 578: Maksud serta cita-cita para pendiri yang disahkan oleh otoritas gerejawi yang berwewenang mengenai hakekat, tujuan, semangat serta sifat tarekat, serta pula tradisi-tradisi mereka yang sehat, yang semuanya merupakan khazanah warisan tarekat itu, hendaknya dipelihara oleh semua orang dengan setia. Marilah kita merenungkan unsur-unsur yang telah disebutkan dalam Kanon 578 ini sebagaimana berlaku dalam Kongregasi kita. Maksud Para Pendiri Suster Maria Aloysia sebagai seorang anak yatim piatu mengalami penyelenggaraan Ilahi Allah dalam hidupnya melalui perhatian penuh kasih dari keluarganya, para pendampingnya dan juga guru-gurunya. Oleh karena pengalaman ini maka beliau berkeinginan untuk membantu sesama yang membutuhkan. 1

Cita-cita para Pendiri Cita-cita Suster Maria Aloysia yaitu membuka sebuah panti asuhan dan memperhatikan anak-anak yang membutuhkan pada saat kebutuhan sosial yang mendesak di Westphalia, Jerman. Oleh karena keinginanan inilah, maka dimulai karya pelayanan tersebut. Pastor Theodor Elting melihat karya cintakasih yang dimulai oleh Suster Maria Aloyisa dan temannya Suster Maria Ignatia lalu mengusulkan agar mereka mempertimbangkan untuk masuk dalam hidup religius agar karya cintakasih mereka dapat terus berlangsung seterusnya. Sifat-sifat Tarekat Sifat-sifat dari tarekat kita adalah konventual/relasional yang berarti kita hidup dalam komunitas. Kita juga berorientasi pada misi atau perutusan yang berarti komunitas kita selalu bergerak dan berfokus keluar pada kebutuhan mereka yang kita layani. Kita menggambarkan diri kita sebagai religius aktif merasul /apostolik. Ada tiga model dasar hidup religius: Monastik bercirikan stabilitas, semangat askese, struktur dan ora et labora Konventual/Relasional bercirikan mobilitas, komunitas untuk perutusan/misi, fleksibilitas/adaptasi, karya-karya dapat berbentuk lembaga atau bukan lembaga. Misionaris fleksibilitas/adaptasi, penekanan pada perutusan atau misi bukan pada komunitas, struktur dan praksis dalam komunitas yang terbatas, terdiri atas berbagai budaya, kehidupan komunitas yang terdiri dari banyak etnis, kepemimpinan pusat yang kuat. Beberapa kongregasi dengan jelas memiliki salah satu dari model hidup religius ini, ada yang lain mempunyai kombinasi dari dua model hidup religius. Kita bukan kongregasi monastik atau misionaris. Kita adalah kongregasi yang bersifat konventual/relasional dengan unsur-unsur dari model misionaris yaitu religius aktif apostolik dengan semangat misioner. Hal ini bukan berarti bahwa unsur-unsur dari model hidup monastik tidak penting bagi kita. Kita juga melaksanakan semangat askese yang sesuai dan menyediakan waktu yang khusus untuk kontemplasi. Namun, hanya latihan-latihan rohani khususnya yang tertuang dalam Konstitusi dan Direktorium yang menjadi bagian dari latihan-latihan kita bersama. Semangat Tarekat Semangat Kongregasi kita teringkas pada salah satu bagian dalam artikel 2 Konstitusi kita: Hidup dalam semangat kesederhanaan ini, Kita lambat laun akan tumbuh dalam keutamaan-keutamaan yang menjadi ciri-ciri kita: Cintakasih, kerendahan hati dan ketaatan. Ini berarti bahwa semangat kesederhanaan akan menuntun kita pada relasi yang benar dengan diri sendiri yaitu kerendahan hati, relasi yang benar dengan sesama yaitu cintakasih, relasi yang benar dengan Allah yaitu Ketaatan. Sifat Tarekat Sifat Kongregasi kita dibentuk oleh kombinasi unsur dari model hidup religius konventual/relasional dan model hidup perutusan atau misionaris seperti yang telah tertulis sebelumnya. Kita tidak menghayati 2

semua unsur dari model hidup religius konventual/relational juga semua unsur dari model hidup religius misionaris. Unsur-unsur dalam model hidup religius Konventual/relational yang menjadi ciri-ciri hidup kita yaitu: Hidup dalam komunitas Doa bersama (sebagaimana tertuang dalam Konstitusi kita) Komunitas demi perutusan fokus keluar Karya kerasulan bersama (dalam beberapa negara dimana terutama kita memiliki lembagalembaga) Mobilitas/fleksibilitas /adaptasi. Unsur-unsur dari model perutusan atau misionaris yang menjadi ciri-ciri kita adalah: Karya kerasulan pribadi (ketika diutus atas nama kongregasi) fleksibilitas/adaptasi Ketaatan demi perutusan- semangat kesediaan Pengaturan hidup berdasarkan karya pelayanan. Sejak awal kongregasi kita telah fleksibel dan menyesuaikan/adaptasi ketika menghadapi keadaan hidup dan karya kerasulan. Baik St. Yulia dan para suster pertama mendirikan komunitas religius ini agar para suster dapat dengan bebas diutus. St. Yulia berjuang untuk lebih bebas dalam mengutus para susternya kemanapun mereka dibutuhkan di dunia dan beliau menantang para susternya dengan kata-kata, Kita harus memiliki hati seluas dunia. Tradisi-tradisi yang luhur Tradisi-tradisi yang luhur adalah praksis bersama dalam kelompok yang memperkuat ikatan dalam komunitas. Berikut ini adalah tradisi-tradisi luhur kita: Misa Harian, Doa bersama, devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Tak bernoda Maria, mencintai Maria dan mengusahakan devosi kepada Maria Perayaan-perayaan komunitas, pertemuan-pertemuan, Pesta Yubilaris, Profesi dan saat-saat untuk rekreasi dan relaksasi atau santai. Sharing iman secara teratur, hari-hari untuk rekoleksi, retret tahunan, pembinaan lanjut dan proses rekonsiliasi Persiapan kecakapan profesionalitas para suster,ketelitian dan keunggulan dalam pelayanan Komunikasi-komunikasi Kongregasi melalui surat edaran dan alat-alat komunikasi modern saat ini. Obituari para suster kita, kartu ucapan untuk para suster yubilaris ND di seluruh dunia Perayaan bersama masa Prapaska dan Jumat Agung untuk mengenang kesengsaraan Kristus Acara atau kegiatan internasional pertemuan komisi-komisi, komite, seminar, pilgrim dll. Dukungan moral dan finansial antar unit dalam kongregasi solidaritas. Selain warisan yang telah tertulis di atas, identitas kita juga ditentukan oleh bagaimana kita mendarahdagingkan kharisma hidup religius, aliran spiritualitas yang kita miliki, konteks spiritualitas tempat dimana kita didirikan dan spiritualitas dari St. Yulia, Ibu Rohani kita. Marilah kita merenungkan kenyataan-kenyataan yang berlaku dalam Kongregasi kita. 3

Kharisma Hidup Religius Kharisma Hidup Religius sebagaimana tertulis dalam Perfectae Caritatis mencakup tiga hal: Kesaksian Radikal akan Injil yang hidup Kesaksian Radikal akan gaya hidup Yesus melalui penghayatan nasihat-nasihat injil yaitu kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. Kesaksian Kenabian. Dalam Kongregasi kita berkembang dalam menanggapi kharisma hidup religius sementara terus mengusahakan untuk menghayati kaul-kaul kita sehingga kita dapat memberi kesaksian akan nilai-nilai injil yang terungkap dalam keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Kita menghayati hidup miskin untuk mendorong distribusi yang lebih adil dari sumber-sumber daya yang ada di dunia. Kita menghayati kemurnian untuk membangun suatu dunia tempat semua orang saling mengungkapkan kasih dan belarasa dan menghargai martabat manusia. Kita menghayati ketaatan untuk bersedia melaksanakan karya Roh dan memajukan kerajaan Allah di dunia. Aliran Spiritualitas yang kita miliki Komunitas-komunitas religius mengikuti salah satu aliran-aliran besar spiritualitas. Suatu komunitas pasti mempunyai salah satu arahan dasar ; misalnya, peraturannya mengikuti spiritualitas Benediktin, Kartusian, Agustinus, Fransiskan, Dominikan atau Ignasian. Peraturan kita mengikuti semangat Ignasian. Spiritualitas Yesuit berpusat pada meneladan Kristus dan menghayati hidup berdasarkan nilai-nilai Injil. Dasar hidup Yesus adalahh doa yaitu persatuan dengan Bapa. Dengan melihat kehendak Allah, Yesus hidup dalam ketaatan kepada Bapa. Spiritualitas Yesuit menumbuhkan ketidakterikatan yang suci yaitu suatu disposisi atau sikap batin untuk tidak memilih hal melebihi yang lain (memilih sarana yang terbaik untuk mencapai tujuan akhir). Dalam kondisi ini seorang pribadi bebas dari kelekatan yang mungkin akan menjauhkannya dari kehendak Allah. Yesus menghayati hidupnya demi orang lain menyembuhkan mereka, mengampuni mereka, membimbing mereka kepada iman, keadilan, perdamaian dan pelayanan kasih kepada sesama. Oleh karena itu spiritualitas Yesuit didominasi oleh semangat inkarnasi yaitu memandang dunia sebagai tempat atau sarana rahmat dimana dimungkinkan untuk menemukan kebaikan yang bertumbuh di tempat yang tidak diharapkan. Inilah gerak Roh Kudus yang memusatkan pada karya kerasulan tempat kebaikan dijalankan dalam pelayanan demi kerajaan Allah. Aspek-aspek Spiritualitas Ignasian disimpulkan sebagai berikut: Demi kemuliaan dan kehormatan Allah yang lebih besar Meneladan dan bersatu dengan Yesus menghayati nilai-nilai Injil, pelayanan kepada sesama Persekutuan doa yang mendalam dengan Bapa Dimana pun kita selalu memiliki kesadaran diri Disermen menjalani hidup dengan cermat Sikap batin ketidakterikatan yang suci lepas bebas Ketaatan kepada kehendak Bapa Menemukan Allah di dalam segala sesuatu keterlibatan yang aktif di dunia sebagai tempat /sarana bertumbuhnya rahmat Kasih yang efektif (ditunjukkan dalam perbuatan) untuk membantu saudara-saudari kita agar semakin mengenal Allah Bapa bersemangat untuk mencari jiwa-jiwa Devosi kepada Hati Kudus Yesus, Ekaristi dan Maria. 4

Pembinaan dalam Kongregasi yang berlandaskan pada Spiritualitas Yesuit yaitu pembinaan demi perutusan. Ignasius menginginkan agar para pengikutnya mengenakan Kristus dalam segala hal untuk mengasihi dan melayani. Spiritualitas dalam Konteks Pendirian Kongregasi Kita Informasi dari website www.jesuitspirituality.org Spiritualitas Kongregasi kita sangat dipengaruhi oleh situasi masyarakat Westphalia dan Rhineland di Jerman pada abad ke- 19, tempat kongregasi menemukan akarnya dan tempat para pendiri kita dan para suster pertama berkembang dalam iman. Keyakinan agama dan perilaku masyarakat Westphalia dan Rhineland adalah kesederhanaan hidup, perhatian kepada orang lain, percaya pada penyelenggaraan Allah dan berpusat mendalam di dalam Allah. Orientasi rohani ini diperdalam dengan pengajaran Bernard Overberg yang memahami Tuhan sebagai Allah pencipta yang maha pengasih dan selalu membawa setiap ciptaan kepada tingkat potensial yang tinggi. Overberg mengajarkan bahwa Allah mewujudkan penyelenggaraan ilahinya melalui manusia yang memikul tanggungjawab bagi orang lain. Kasih adalah inti dari semua relasi dan setiap pribadi telah diberikan martabat, penghargaan dan bantuan untuk bertumbuh sebagai yang dikasihi Allah. Dari tulisan Suster Mary Jessica Karlinger, Chardon, Ohio Spiritualitas St. Yulia, Ibu Rohani kita Peraturan dan semangat St. Yulia Billiart, pendiri Kongregasi Para suster Notre Dame de Namur, diterima sebagai aturan dasar Kongregasi kita dan para suster pertama kita dididik dalam spiritualitas St. Yulia oleh Para Suster Santa Perawan Maria dari Amersfoort, Belanda. Semangat St. Yulia Billiart berdasar pada pengalamannya akan Allah yang mahabaik, yang ingin Yulia wartakan dan cintai seperti Yesus yang mengasihi BapaNya dan taat pada misi universalnya, juga kecintaan kepada Maria dan menerima Salib sebagai sarana transformasi. St. Yulia adalah seorang pribadi kontemplatif dalam aksi, sangat aktif namun juga sangat pendoa. Kesederhanaan penuh kegembiraan adalah perwujudan nyata persatuan Yulia yang mendalam dengan Allah. Spiritualitas Notre Dame Kharisma kita, suatu pengalaman mendalam akan kebaikan Allah dan penyelenggaraan ilahi-nya dihayati dalam perutusan. Sebagai Suster-suster Notre Dame kita diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang maha baik dan penyelenggara. Aspek-aspek spiritualitas Notre Dame: Maria sebagai model kemuridan Kesederhanaan penuh kegembiraan Kepercayaan kepada Allah Mengarahkan hidup hanya kepada Allah saja Soli Deo Kerendahan hati,cintakasih dan ketaatan Salib sebagai daya pengubah Ekaristi sebagai pusat hidup komunitas Keterbukaan terhadap bimbingan Roh Kudus 5

Menemukan Allah di dalam segala sesuatu. Dalam spiritualitas ini dapat ditemukan nuansa spiritualitas Ignasian, spiritualitas St. Yulia dan spiritualitas dalam konteks sosial para suster pertama kita di Coesfeld. Pengalaman yang dihidupi dan konteks budaya telah memperkaya spiritualitas Notre Dame sehingga hal itu dapat terpancar secara unik dalam diri setiap suster dan di seluruh belahan bumi dimana kita diutus. Spiritualitas Kerasulan Aktif ini memanggil kita untuk terlibat dengan dunia di sekitar kita. Inilah panggilan kita untuk semakin flekibel dan beradaptasi. Ini menjadi sarana pertumbuhan rohani melalui pengalaman yang saling mengubah atau membawa transformasi dalam karya pelayanan dengan saudari-saudari kita di dalam Kristus. Dengan menemukan Allah di dalam segala sesuatu, kita semakin menyadari kehadiran kerajaan Allah di tengah-tengah kita. Dalam dunia yang dipenuhi kegelisahan dimana kehausan akan Allah terkoyak oleh peperangan dan pengabaian kaum miskin ini membuat kekuatan karunia kharisma kita semakin dibutuhkan lebih lagi dibandingkan masa lampau. Sambil bergerak maju dan melaksanakan transisi yang diperlukan di masa kita ini, marilah kita dengan setia menghayati kesetiaan akan identitas kita sebagai Suster-suster Notre Dame dengan menghargai kekayaan sejarah kita dan karunia-karunia rohani yang menjadikan kita seperti sekarang ini. Bersatu dalam satu hati, satu harapan, satu perutusan, Suster Mary Kristin, SND Pertanyaan-pertanyaan refleksi: 1. Wawasan-wawasan baru apa yang anda temukan saat membaca surat ini? 2. Aspek-aspek Spiritualitas Ignasian mana saja yang perlu kita kembangkan dalam sejarah kita saat ini? 3. Sebagai religius aktif merasul, struktur jangan sampai menjadi beban dalam kehidupan dan kerasulan kita. Dengan cara apa kita bergerak maju semakin ringan/gembira dalam hidup religius? 4. Keterlibatan dan fleksibilitas adalah kata-kata kunci bagi religius aktif merasul saat ini. Bagaimana kita dapat berkembang dalam hal ini? 5. Religius yang aktif merasul diubah dan menjadi suci melalui tindakan pelayanan. Bagaimana anda menemukan kenyataan ini dalam kehidupan anda sendiri? 6. St. Yulia menggambarkan kehidupan kontemplatif dari Suster-suster Notre Dame seperti Keterpesonaan dalam aksi. Apa arti ungkapan ini bagi anda? 7. Menghayati kaul-kaul menurut nasihat-nasihat injil yaitu dalam keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan akan memberikan kesaksian kerajaan Allah di tengah-tengah kita. Bagaimana anda mengalami makna yang lebih mendalam melalui penghayatan kaul dalam konteks ini? 8. Menemukan Allah di dalam segala sesuatu berarti menjalani kenyataan bahwa Kerajaan Allah sebenarnya sudah ada dan hadir di tengah-tengah kita. Hal surgawi dan duniawi tidak dapat saling terpisah. Bagaimana pemahaman ini memampukan kita melihat dunia sebagai kediaman kita dan semakin memperluas hati kita? 6