Naskah Publikasi Skripsi. Diajukan Guna Memenuhi Tugas-Tugas Persyaratan Akhir. Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LATIHAN ISOTONIK DENGAN METODE RESISTANCE TRAINING TERHADAP NYERI OLEH KARENA FAKTOR OTOT PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT. Naskah Publikasi Skripsi

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

PENGARUH PEMBERIAN ISOMETRIC EXERCISE DAN PROGRESSIVE RESISTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PADA PENDERITA OSTEOARTRITIS

KUESIONER DENGAN MENGGUNAKAN KNEE INJURY AND OSTEOARTHRITIS. INSTRUKSI : Kuesioner ini merupakan suatu alat untuk mengetahui adanya gangguan atau

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangMasalah. bagian bawah adalah tungkai. Dan lutut merupakan salah satu sendi utama

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Diajukan Oleh: : LINA WULANINGSIH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi yang mempunyai fungsi

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

Oleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

Lembar Keusioner KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score) Nama : Tanggal : / / Umur :

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

PENGURANGAN NYERI MENGGUNAKAN LATIHAN OTOT QUADRICEPS DAN TENS DENGAN LATIHAN OTOT QUADRICEPS DAN FISIOTAPING PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

PENGARUH BABY SPA (SOLUS PER AQUA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 3-4 BULAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda

Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

PENGARUH PEMBERIAN TRAKSI OSILASI TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT SKRIPSI

I Nyoman Ady Pranatha Bagian Fisioterapi RSUP Sanglah Denpasar Program Studi Fisioterapi, Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

oleh : Ryan Hidayatullah J SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

Transkripsi:

PENGARUH PROGRESSIVE RESISTANCE EXERCISE (PRE) TERHADAP PENURUNAN NYERI LUTUT DAN PENINGKATAN KEKUATAN OTOT QUADRICEPS PADA OSTEOARTHRITIS (OA) SENDI LUTUT Naskah Publikasi Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Tugas-Tugas Persyaratan Akhir Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi Disusun Oleh : Etin Yusnani J120111020 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

ABSTRAK PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI 26 DESEMBER 2012 PENGARUH PROGRESSIVE RESISTANCE EXERCISE (PRE) TERHADAP PENURUNAN NYERI LUTUT DAN PENINGKATAN KEKUATAN OTOT QUADRICEPS PADA OSTEOARTHRITIS (OA) SENDI LUTUT Pembimbing oleh : Umi Budi Rahayu, SST. Ft, S. Pd, M. Kes dan Wahyuni, SST. Ft, M. Kes. Latar Belakang : Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif noninflamasi yang di tandai dengan degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, dan perubahan pada membran sinovial, di sertai dengan nyeri dan kekakuan (Novak, 1998). Gejala yang paling sering ditemukan pada kasus osteoarthritis lutut adalah nyeri. Nyeri adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan mengikuti terjadinya kerusakan atau cenderung merusak jaringan dan Gejala selanjutnya adalah kelemahan otot quadrisep. Penguatan otot dapat dicapai dengan metode Progressive resistance exercise (PRE). Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan pengaruh PRE terhadap penurunan nyeri dan peningkatan kekuatan otot Quadriceps pada OA sendi lutut Metode : Progressive resistance exercise (PRE) adalah latihan penguatan isotonik dinamik dengan beban yang ditingkatkan secara bertahap (Cailllet,1976). Latihan ini lebih untuk menjaga dan meningkatkan fungsi otot, mengurangi nyeri sendi, dan meningkatkan fungsi pasien OA lutut (McQuade, 2011). Hasil : Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann Whitney Test diperoleh nilai kemaknaan 0,0001 dimana nilai p < 0,05, sehingga terdapat perbedaan pengaruh Intervensi PRE dan Non-PRE Terhadap Penurunan Nyeri OA Lutut dan Peningkatan Kekuatan Otot Quadriceps. Kesimpulan : Kesimpulan penelitian adalah ada perbedaan pengaruh PRE terhadap penurunan nyeri lutut dan peningkatan kekuatan otot quadriceps pada OA lutut Kata Kunci : OA, Progressive resistance exercise (PRE).

PENDAHULUAN Latar Belakang : Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif noninflamasi yang di tandai dengan degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, dan perubahan pada membran sinovial, di sertai dengan nyeri dan kekakuan (Novak, 1998). Gejala yang paling sering ditemukan pada kasus osteoarthritis lutut adalah nyeri. Nyeri adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan mengikuti terjadinya kerusakan atau cenderung merusak jaringan dan Gejala selanjutnya adalah kelemahan otot quadrisep. Penguatan otot dapat dicapai dengan metode Progressive resistance exercise (PRE). Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan pengaruh PRE terhadap penurunan nyeri dan peningkatan kekuatan otot Quadriceps pada OA sendi lutut Landasan Teori A. Kerangka Teori 1. Fisologi Terapan a. Osteoarthritis Osteoarthritis atau di sebut juga penyakit sendi degeneratif adalah suatu kelainan pada kartilago yang ditandai dengan perubahan klinis, histology, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada komponen sistemik (Parjoto, 2000).

Gambar 2.1. Lutut Normal dan Lutut Osteoarthritis (Kuntono, 2011) b. Komplikasi Penderita OA lutut, apabila tidak diberikan penanganan yang cepat dan tepat maka akan mengakibatkan gangguan pada sendi lutut antara lain (1) Gangguan pada waktu berjalan karena adanya pembengkakan akibat peradangan, (2) Terjadi kekakuan sendi pada sendi lutut karena peradangan yang berlangsung lama, sehingga struktur sendi akan mengalami perlengketan, (3) Terjadi atrofi otot karena adanya nyeri, maka penderita enggan melakukan gerak pada sendi lutut, sehingga apabila sendi lutut lama tidak di gerakan dapat menyebabkan otot-otot pada sendi lutut atrofi atau disuse atrofi. Otot dapat mengalami atrofi sampai 30 % dalam seminggu, sedangkan otot dalam keadaan istirahat akan kehilangan fungsi sebanyak 3 % per hari, (4) Menurunya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi lutut, sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit dan menimbulkan deformitas. Penurunan fungsi otot selanjutnya dapat menurunkan kemampuan aerobik serta kapasitas fungsional (Kuntono, 2005).

2. Indeks Berat-ringannya Osteoarthritis Sendi Lutut menurut Altman Kriteria untuk menilai berat ringannya Osteoarthritis sendi lutut dengan menggunakan index (Tabel 2.1). Dengan sistem ini, maka bila indexnya 14, maka derajat Osteoarthritis ekstrim berat. 11 13, sangat berat. 8 10, berat. 5 7, sedang. 1 4, ringan (Altman, et al., 1986). Tabel 2.1. Indeks Berat-ringannya Osteoarthritis Sendi Lutut 1. Nyeri Skor A. Nyeri selama tidur malam tidak ada 0 hanya bila bergerak atau pada posisi 1 tertentu 2 tanpa bergerak B. Kaku sendi pada pagi hari atau setelah bangkit dari 0 berbaring 1 menit 1 1 15 menit 0 atau 1 15 menit D. Selama berjalan 0 tidak ada 1 setelah berjalan beberapa langkah 2 segera setelah berjalan dan makin sakit 0 atau 1 E. Ketika berdiri dari posisi duduk tanpa bantuan lengan II. Jarak maksimum yang dapat ditempuh dengan berjalan (dengan nyeri)

tidak terbatas > 1 km, tapi terbatas s/d 1 km (kira kira 15 menit) 500 900 m (kira kira 8 15 menit) 300 500 m 100 300 m < l00m dengan 1 tongkat/penyangga dengan 2 tongkat/penyangga III. Aktifitas sehari hari Apakah anda dapat menaiki tangga yang tegak Apakah anda dapat menuruni tangga yang tegak Apakah anda dapat jongkok? Apakah anda dapat berjalan di jalan yang tidak rata 0 1 2 3 4 5 6 1 2 0 atau 2 0 atau 2 0 atau 2 0 atau 2 3. Nyeri a. Definisi Nyeri Nyeri adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan mengikuti terjadinya kerusakan atau cenderung merusak jaringan (Kuntono, 2010). Nyeri yang dikeluhkan oleh pasien OA lutut adalah bervariasi pada tiap-tiap individu. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri pada OA lutut antara lain : 1) Nyeri oleh karena faktor lokal adalah perubahan bentuk pada sendi OA yaitu lipping osteophite dan pada kasus lebih lanjut terjadi destruksi dan istabilitas. Semua ini dapat menyebabkan abnormal kekakuan mekanik terhadap ligamen, kapsul dan struktur inervasi yang lainya, sehingga menimbulkan nyeri dan lokasi nyeri tekan. Hal ini mungkin menyebabkan

timbulnya nyeri tekan dan nyeri yang tajam saat aktivitas. 2) Nyeri oleh karena faktor tulang adalah penigkatan tekanan intraosseous pada tulang subkondal yang menyebabkan hambatan aliran vena, sehingga timbulnya nyeri. 3) Nyeri oleh karena faktor otot adalah terjadi kelemahan otot pada sendi yang terlibat, sehingga terjadi kelainan fungsi otot. Dengan latihan penguatan otot akan dapat mengurangi nyeri (Diepe, et al., 1995). b. Pengukuran nyeri (Numeric Rating Scale 0 10) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 None Mild Moderate Severe Indikasi dewasa dan anak-anak (> 9 tahun) dalam pelaksanaan diinstruksikan : a) Pasien diminta salah satu dari pertanyaan-pertanyaan berikut: Nomor berapa nyeri yang anda rasakan saat ini? b) Ketika penjelasan yang disarankan di atas tidak cukup untuk pasien, maka untuk menjelaskan konsep atau skala penilaian NRS dengan cara berikut: (1) 0 = Tidak sakit (2) 1-3 = Nyeri ringan (mengganggu, menjengkelkan, mengganggu sedikit dengan ADL) (3) 4-6 = Nyeri sedang (mengganggu secara signifikan dengan ADL) (4) 7-10 = Nyeri berat (menghentikan atau tidak dapat melakukan ADL) (McCaffery & Beebe, 1993).

4. Kelemahan Otot Quadrisep Kelemahan otot quadriseps pada osteoarthritis lutut dapat mempercepat perkembangan OA itu sendiri, sehingga dikaitkan dengan gangguan stabilitas sendi dan fungsi fisik. Selain quadriseps sebagai proteksi yang penting pada sendi lutut, dapat pula bertindak untuk mengurangi kecepatan tungkai sebelum heel strike, sehingga beban dapat berkurang. Jika otot quadriceps tidak mengalami kelemahan maka akan dapat mengurangi nyeri akibat OA itu sendiri (Rice, 2011). Kelemahan dan atropi otot dapat di sebabkan oleh tidak melakukan aktivitas penuh, maka kekuatannya akan berkurang 5% per hari (kirakira 50% setelah 2 minggu). Disamping terjadi kelemahan juga terjadi atropi otot (disuse atrophy), oleh karena serat-serat otot yang tidak berkontraksi untuk beberapa waktu, secara berlahan akan mengecil (atrofi), dimana terjadi perubahan perbandingan serat otot dan jaringan fibrous (serat otot mengecil). Bila dilakukan latihan maka ukuran seratserat otot ini akan bertambah (Latin, et al,. 1997). Penurunan kelemahan otot quadriseps terjadi oleh karna aktivitas nosiseptor pada tanduk belakang medulla spinalis (posterior horn cell) akan menginhibisi sel motor neuron pada tanduk depan medulla spinalis. Otot quadriseps mendapat persarapan somatis dari segmen lumbal 4 yang sesegmen dengan persarafan somatis sensoris sendi lutut. Apabila nyeri dan kekakuan berangsur lama, maka otot quadriseps akan menunjukan atropi (Kuntono, 2011). 5. Progressive Resistance Exercise a. Definisi PRE Progressive Resistance Exercise adalah latihan dinamis ritmik yang menggunakan beban dan secara bertahap ditingkatkan sesuai peningkatan kekuatan. Dengan bertambahnya ukuran serabut otot, maka diharapkan akan terjadi penigkatan kekuatan dan ketahanan

pada otot yang dilatih (Latin, el at., 1997). Efek fisiologis dari latihan juga dapat meningkatkan aliran darah ke otot yang bersangkutan karna kebutuhan oksigen yang meningkat, trasportasi nutrisi ke otot meningkat, terjadi perubahan sistem sehingga terjadi peningkatan serabut otot lurik, penigkatan jumlah protein dalam serabut otot, kenaikan jumlah motor unit setelah latihan (Sujono, 2000). Adaptasi neurological ada pada orang tidak terlatih yang memulai program latihan penguatan pertama kali akan merasakan penigkatan kekuatan otot secara dra-matis. Peningkatan koordinasi inter-muscular hal ini meningkatkan kerja sama antar grup otot yang berbeda agar terjadi peningkatan efisiensi gerakan koordinasi, perubahan ini terjadi selama 2-3 minggu setelah latihan rutin. Ini akan menigkatkan kerjasama antara serabut otot untuk meningkatkan produksi tenaga yang terjadi 4-6 minggu latihan. Untuk pencapaian hypertropi otot 2-5 bulan sedangkan stagnasi setelah 5 bulan. Untuk adaptasi metabolik terdapat tiga enzim kompleks yang terlibat dalam adaptasi resistance exercise, yaitu phoshocreatine ATP kompleks, glycolysis / glycogenolosis komplek dan lypolysis komplek. Adaptasi ini merupakan adaptasi yang berkaitan dengan sistem energi yang digunakan selama latihan (Hardjono, 2012). DeLorme dan Watkins membentuk satu regimen latihan pada tahun 1945 untuk meningkatkan kekuatan otot, kekuatan dan ketahanan. Pada regimen ini bobot secara bertahap dinaikkan dan juga dia menjelaskan tentang berapa banyak pengulangan yang dilakukan. Seseorang harus mengetahui tentang pengulangan maksimum (RM) sebelum masuk ke regimen latihan. Pengulangan maksimum adalah jumlah maksimum beban yang dapat diangkat seseorang selama rentang gerakan 10 kali. Regimen latihan bisa bervariasi tergantung pada kondisi atau penyakit dan dari satu pasien

ke pasien lain salah satunya memakai tehnik latihan DeLorme and Watkins : a. 10 kali dengan ½ 10 RM b. 10 kali dengan ¾ 10 RM c. 10 kali dengan penuh 10 RM d. 30 kali per minggu 4 sesi, tiap minggu 10 RM kemajuan Dalam latihan ini menentukan beban latihan dengan sub maksimal sebagai berikut : 1) Subjek dalam posisi duduk di kursi dengan di beri beban (bantal pasir) pada kaki 2) Beban tes di tentukan sepenuhnya oleh terapis berdasarkan dengan ketentuan 3) Subyek diminta untuk melakukan gerakan berulang semampunya dengan beban tersebut tanpa henti, tanpa keraguan, tanpa gerakan kompensasi dan setiap repetisi gerakan dilakukan dengan kecepatan yang sama. 4) Tes dianggap selesai jika subyek berhenti karena kelelahan atau takut untuk melajutkan suatu gerakan yang telah dilakukan oleh subyek. 5) Untuk menghitung 1 RM (repetition maximum), digunakan rumus A kg x 100% / B% = 1 RM. A : Beban yang diberikan kepada subyek B : Presentasi dari Holten diagram berdasarkan jumlah repetisi gerakan yang telah dilakukan subyek (Narayana, 2005). b. Contoh menghitung dengan diagram Holten Beban awal 10 kg, maka A = 10 kg. subyek melakukan gerakan dengan beban hingga lelah. Bila subyek sanggup melakukan 16x, berarti = 16 repetisi, pada diagram Holten ditarik garis dari sisis

repetisis 16 ke arah kiri, didapatkan angka 75% maka B=75%. Sehingga didapatkan perhitungan nilai 1 RM. Nilai 1 RM = A kg x 100% / B% 10 kg x 100% / 75% = 13,33kg Gambar 2.2. Diagram Holten (Oostdam, et al., 2009) c. Contoh PRE Tabel 2.2. Contoh PRE Untuk minggu pertama 10 RM 1 kg ½ 10 RM ½ kg ¾ 10 RM ¾ kg Penuh 10 RM 1 kg Minggu kedua kemajuan 10 RM 10 RM + 10 RM 1 kg + 1 kg = 2 kg Program minggu ketiga : 10 RM ditambahkan pada berat di minggu kedua.

½ 10 RM ½ kg 10 kali dengan 1 kg ¾ 10 RM ¾ kg Penuh 10 RM 1 kg 10 kali dengan 11/2 kg 10 kali dengan 2 kg Keterangan Tabel 2.2 : a. Pada latihan ini, beratnya adalah meningkat, yaitu pertama dengan ½ kg diikuti dengan ¾ kg dan 1 kg. b. Tiap sesi pasien harus mengangkat 3 jenis berat masing-masing 10 kali. Sehingga, 30 kali mengangkat per hari. c. Pada tiap sesi 30 kali latihan harus dilakukan dengan 2 jeda oleh pasien. Yaitu 10 kali ½ 10 RM (1/2 kg) jeda 10 kali dengan ¾ 10 RM (3/4 kg) jeda 10 kali 10 RM (1 kg). d. Setiap set akan memerlukan fase istirahat singkat 2 sampai 5 menit untuk mengembalikan energi pada setiap setnya, memberikan kesempatan peningkatan kardivaskuler, menigkatkan output hormone pertumbuhan yaitu hormone pembakaran lemak dan pembangun masa otot, serta meningkatkan volumisasi otot. e. Sesi mingguan latihan diatur dengan, Senin, Rabu, Jum at, Minggu dan hari sisanya yaitu Selasa, Kamis, dan Sabtu diberi istirahat. Latihan di lakukan selama 4 minggu (Narayanan, 2005). Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment yang sering disebut juga sebagai eksperimental semu oleh karena tidak semua variable dikontrol oleh peneliti. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pre test and post test with control group design (Notoatmojo, 2005). Bentuk rancangan penelitian ini dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut :

Pre test Post test Kelompok I : 0 1 X 1 0 2 Kelompok II : 0 3 X 2 0 4 Keterangan : X 1 : Kelompok 1 dengan perlakuan PRE X 2 : Kelompok 2 kontrol tanpa perlakuan 0 1 : Tingkat pengukuran sebelum di berikan PRE terhadap penurunan nyeri peningkatan kekuatan otot 0 2 : Tingkat pengukuran sesudah PRE terhadap penurunan nyeri peningkatan kekuatan otot 0 3 : Tingkat awal non terapi pada kelompok kontrol 0 4 : Tingkat akhir non terapi pada kelompok control Hasil Penelitian : Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann Whitney Test diperoleh nilai kemaknaan 0,0001 dimana nilai p < 0,05, sehingga terdapat perbedaan pengaruh Intervensi PRE dan Non-PRE Terhadap Penurunan Nyeri OA Lutut dan Peningkatan Kekuatan Otot Quadriceps. Kesimpulan : Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mangga Besar Prabumulih Utara, Agustus September 2012. Kesimpulan penelitian adalah ada perbedaan pengaruh PRE terhadap penurunan nyeri lutut dan peningkatan kekuatan otot quadriceps pada OA lutut.

Saran : 1. Bisa menjadi referensi pembaca dan demi kesempurnaan penelitian maka disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut. 2. Di harapkan dengan koresponden yang lebih banyak dan tampa perlakuan lain akan memperoleh data yang asli dari perlakuan penelitian, serta mencari referensi jurnal maupun buku yang lebih banyak lagi untuk penelitian lain atau penelitian selanjutnya. 3. Untuk fisioterapis membantu cara berfikir secara ilmiah dalam menghadapi permasalahan yang timbul dalam lingkungan fisioterapi, dengan memberikan intervensi yang tepat terhadap permasalahan yang di timbulkan oleh penyakit Osteoartritis sehingga mencapai hasil yang optimal dalam pengobatan, tehnik PRE dapat di gunakan untuk upaya penurunan nyeri dan peningkatan kekuatan otot pada OA lutut. Bagi institusi pelayanan fisioterapi untuk memberikan wawasan bagi fisioterapis sehingga dapat diterapkan di dalam praktek klinis. 4. Disarankan pasien untuk tidak melakukan aktifitas yang dapat memberiakan tekanan berlebih terhadap lutut, lakukan latihan di rumah dengan berjalan yang cukup dan menekuk lutut disertai dengan diberi tahanan secara berlawanan sehingga dapat menambah LGS dan mengurangi nyeri, sehingga pasien dapat berktivitas sehari-hari. Dan disarankan pasien untuk mengurangi berat badan sehingga beban pada sendi lutut berkurang. Serta pada wanita sebaiknya sering melakukan senam dan perawatan diri sejak usia mudah sehingga tidak terjadi Osteoartritis.