TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

dokumen-dokumen yang mirip
BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pelaksana Ketua Tim Pelaksana :

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi

Drs. Mamat Ruhimat, M.Pd. Drs. Dede Sugandi, M.Si. Drs. Wahyu Eridiana, M.Si. Ir. Yakub Malik Nanin Trianawati Sugito, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat hendaknya dilakukan secara terencana, rasional, optimal,

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017

TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

Ian Hariananda, M. Ramdlan Kirom, Amaliyah Rohsari Indah Utami Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom.

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

Iklim Perubahan iklim

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

IbM APLIKASI TEKNOLOGI FEURINSA MENUJU PETERNAKAN RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Transkripsi:

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi merupakan limbah dari usaha ternak sapi jika dikelola dengan teknologi sederhana dapat menjadi sebagai sumber energi alternatif, pengganti bahan bakar minyak fosil yaitu dalam bentuk Biogas.Tujuan dari program PPM ini adalah: a) Untuk meningkatkan produktivitas petani peternak sapi dengan mengelola kotoran ternak sapi menjadi nilai tambah, b)untuk memotivasi petani peternak sapi dalam menguasai dan aplikasi teknologi Biogas sebagai sumber energi alternatif, c) Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani ternak sapi dalam pembuatan reaktor Biogas dengan biaya yang lebih murah. Keluaran yang diharapkan adalah Teknologi Biogas dan publikasi di jurnal PPM. Tahapan pelaksanan program dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: (I). Pengenalan Program dan Persiapan, (II). Penyuluhan dan Pelatihan, (III). Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan, (IV). Layanan Konsultasi Teknis, dan (V). Evaluasi Program, dan (VI). Pelaporan Kegiatan.Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat di desa Kota Karang kecamatan Kumpeh Ulu kabupaten Muaro Jambi mampu memberikan dampak sangat baik bagi kelompok ternak Bina Maju Sejahtera dan Tunas Jaya, dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai sumber energi alternatif berupa Biogas. Partisipasi aktif anggota baik dalam kegiatan penyuluhan maupun demonstrasi mencapai 75%. Kata kunci: Teknologi Biogas, kotoran sapi, kelompok tani PENDAHULUAN Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran di Provinsi Jambi, yang sebelumnya termasuk Kabupaten Batanghari. Sebagai daerah hasil pemekaran maka secara umum perkembangan pembangunan belum merata di semua kecamatan dan desa. Kecamatan Kumpeh Ulu merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi dan terletak di bagian Timur kabupaten Muaro Jambi. Secara geografis wilayah Kecamatan Kumpeh Ulu berbatasan langsung dengan Kota Jambi dan berkembang cukup pesat akibat meningkatnya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat kota Jambi sehingga turut mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di kecamatan Kumpeh Ulu. Luas wilayah kecamatan Kumpeh Ulu adalah 820 km 2. Kecamatan Kumpeh Ulu adalah kecamatan yang terletak dengan ketinggian 10-100 m dpl dan keadaan topografi landai sampai berbukit, suhu rata-rata harian 26,1 0 C 27 0 C, curah hujan rata-rata bulanan 182,2 mm, dan kelembaban rata-rata 87 % (BPS, 2010). Jumlah penduduk kecamatan Kumpeh Ulu pada tahun 2012 sebesar 48.813 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 25.123 jiwa dan perempuan 23.691 jiwa. dengan jumlah rumah tangga 10.778, rata-rata anggota rumah tangga 4 orang. Hasil statistik tahun 2012, jumlah penduduk usia muda (usia 0 29 tahun) lebih banyak di kecamatan Kumpeh Ulu yaitu sebesar 60% dan sisanya usia tua (BPS, 2013). Data ini menunjukkan bahwa kecamatan Kumpeh Ulu sangat potensial dalam pengembangan pembangunan dalam segala hal. Produksi ternak di kecamatan Kumpeh Ulu setiap tahunnya terus meningkat. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemeliharaan berbagai jenis ternak Teknologi Biogas Pada Peternak Sapi Di Desa Kota Karang Kecamatan Kumpeh Ulu 48

seperti ternak besar yang terdiri dari sapi dan kerbau. Khusus ternak sapi adalah sapi perah dan sapi penggemukkan. Kelompok ternak sapi Bina Maju Sejahtera (sebagai Mitra 1) dan kelompok ternak sapi Tunas Jaya (sebagai Mitra 2) adalah kelompok tani yang berada di desa Kota Karang kecamatan Kumpeh Ulu. Kedua kelompok tani ini sepakat untuk bermitra dalam program PPM Universitas Jambi. Kelompok ternak sapi Bina Maju Sejahtera didirikan tahun 2011 dengan ketua kelompok nya bapak Ali Mahmudi. Jumlah anggota nya adalah 12 orang. Secara umum anggota kelompok tani Bina Maju Sejahtera adalah dari suku Jawa dengan tingkat pendidikan SMP (60%) dan SMA (40). Kelompok ternak sapi Tunas Jaya didirikan tahun 2009 dengan ketua kelompoknya bapak Sukamto. Jumlah anggotanya adalah 16 orang, dan berasal dari suku Jawa dengan tingkat pendidikan SMP (70%) dan SMA (30%). Unit usaha kelompok tani Mitra 1 adalah sapi perah dan produk olahan susu (seperti susu segar, berbagai aneka rasa milk juice, kue kering cemilan berbahan baku susu segar dll). Khusus untuk produk olahan susu, Mitra 1 sudah membuka outlet dengan logo Jambi Milk yang berlokasi di kota Jambi dan mendapat dukungan penuh dari pemda kabupaten Muaro Jambi dan pemerintah provinsi Jambi. Sampai Februari 2014 jumlah sapi Mitra 1 adalah 46 ekor. Mitra 2 mempunyai unit usaha penggemukkan sapi. Jumlah sapi sampai awal Februari 2014 adalah 95 ekor dengan berbagai usia. Jumlah sapi yang dimiliki oleh masing-masing anggota akan meningkat dalam waktu 10 bulan menjelang lebaran Idul Adha, yaitu mencapai 250 300 ekor. Permasalahan Mitra 1 dan 2 yang terlibat dalam program PPM ini adalah belum mampu memanfaatkan kotoran sapi dari ternak yang mereka punya menjadi sumber tambahan yang bernilai ekonomi. Potensi ekonomi dari kotoran sapi adalah sumber energi alternatif dalam bentuk Biogas. Melihat potensi ternak yang mereka punya maka akan menghasilkan kotoran ternak yang cukup besar. Hasil wawancara dengan masing- masing ketua kelompok ternak, diperoleh info bahwa selama ini mereka menjual kotoran sapi dengan harga Rp. 2.500 Rp.3.000 per karung (1 karung 40 kg). Padahal ketika Biogas kotoran ternak dimanfaatkan sebagai sumber energi maka sangat membantu meringankan kebutuhan rumah tangga. Hasil samping dari Biogas adalah Sludge (pupuk padat). Sludge dapat digunakan sebagai pupuk, dan kualitasnya dapat ditingkatkan dengan penambahan beberapa hijauan sehingga menghasilkan pupuk Biokompos yang mempunyai kandungan hara tinggi. Kotoran ternak sapi merupakan limbah dari usaha ternak sapi jika dikelola dengan teknologi sederhana dapat menjadi sebagai sumber energi alternatif, pengganti bahan bakar minyak fosil yaitu dalam bentuk Biogas. Hasil penelitian Litbang Unpad (2010) Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organic oleh mikroorganisme pada kondisi anaerob. Komponen biogas antara lain sebagai berikut ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Dari setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan sekitar 2 m 3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m 3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Rata-rata setiap ekor ternak berdasarkan hasil perhitungan, dari satu ekor sapi akan mengeluarkan kotoran 15 20 kg/hari, dan kandungan berat kering (BK) adalah 20%. Jumlah sapi yang dimiliki oleh kedua Mitra sekitar 150 ekor sapi maka Teknologi Biogas Pada Peternak Sapi Di Desa Kota Karang Kecamatan Kumpeh Ulu 49

akan dihasilkan 2500 3000 kg per hari kotoran sapi dengan kandungan BK 20%. Untuk satu ekor sapi/kerbau dapat menghasilkan Biogas sebesar 2 m 3 /hari sehingga diperkirakan dengan 150 ekor sapi potensi Biogas yang ada sekitar 300 m 3 /hari atau setara dengan energi listrik 5,64 MWh per hari. Hasil laporan Litbang Unpad (2010) untuk menghasilkan daya sebesar 450 1000 Watt sebuah genset memerlukan bahan bakar biogas sebesar 0,6 1 m 3 biogas perjam. Hasil samping dari produksi biogas adalah berupa sludge (lumpur) organik dalam bentuk padat dan cair. Lumpur organik baik padat atau cair dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dalam usaha tani sayuran dll. Sludge dapat digunakan sebagai pupuk, dan kualitasnya dapat ditingkatkan dengan penambahan beberapa hijauan sehingga menghasilkan pupuk Biokompos yang mempunyai kandungan hara tinggi. Berdasarkan ini maka permasalahan yang dihadapi kedua mitra dapat diringkas sebagai berikut: 1. Pemanfaatan kotoran ternak dalam bentuk berbagai alternatif (seperti Biogas dan pupuk Biokompos) belum mampu dilakukan oleh kedua mitra. 2. Rendahnya pengetahuan petani disebabkan proses alih teknologi tepat guna untuk kedua mitra belum berlangsung dengan optimal. 3. Keterbatasan dana, sarana dan prasarana untuk pengembangan program. Berdasarkan uraian diatas, potensi kotoran ternak sapi/kerbau sangat besar untuk menghasilkan sumber energi alternatif sehingga perlu dioptimalkan dalam pemanfaatannya. Untuk itu alih teknologi tepat guna dari PPM Universitas Jambi kepada kedua mitra menjadi suatu keharusan dan kebutuhan. METODE PELAKSANAAN Solusi yang Ditawarkan Merujuk kepada permasalahan dan tujuan yang diharapkan, rincian program yang dijalankan dalam program PPM yaitu penerapan Ipteks bagi masyarakat benar-benar dapat disesuaikan dengan kondisi petani dan potensi sumber daya alam, yang mencakup sumber daya manusia, ilmu dan teknologi, serta kelembagaan. Tahapan pelaksanan program dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu : (I). Pengenalan Program dan Persiapan, (II). Penyuluhan dan Pelatihan, (III). Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan, (IV). Layanan Konsultasi Teknis, dan (V). Evaluasi Program, dan (VI). Pelaporan Kegiatan. Metode Pendekatan Metode yang digunakan adalah pendidikan kepada masyarakat melalui: Tahap I: Pengenalan program dan persiapan. Tim Pelaksana memperkenalkan rencana kegiatan pengabdian kepada mitra 1 dan 2 dengan menjelaskan secara detail rencana kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap ini dibuat kesepakatan pengaturan rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan persiapan pelaksanaan pengabdian, sehingga komitmen mitra untuk berpartisipasi lebih tinggi, serta partisipasi kelompok tani menjadi lebih aktif. Tahap II: Penyuluhan dan Pelatihan dengan metode ceramah dan diskusi yang dilaksanakan di Balai Pertemuan milik mitra 1 dan mitra 2. Penyuluhan dibantu dengan alat multimedia LCD projector dan Film dengan tujuan agar memudahkan peserta penyuluhan dalam memahami materi yang disampaikan. Materi yang diberikan adalah: a. Potensi kotoran ternak sebagai sumber energi alternatif. b. Teknologi pembuatan reaktor biogas. c. Teknologi pembuatan pupuk. Biokompos dari hasil samping limbah Biogas berupa Sludge yang diperkaya Teknologi Biogas Pada Peternak Sapi Di Desa Kota Karang Kecamatan Kumpeh Ulu 50

dengan gulma in situ dan mikro organisme lokal (MOL) Trichoderma (sebagai biodekomposer). Tahap III: Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan. Cara membuat reaktor Biogas, MOL Trichoderma, pupuk Biokompos. Tempat sebagai demonstrasi ditentukan oleh ketua kelompok tani. Demonstrasi ini dimaksudkan dimana masing-masing peragaan teknologi ini dipastikan petani nantinya bisa melakukan sendiri-sendiri. Praktek dilakukan dengan melibatkan peserta dengan tujuan peserta mampu secara mandiri untuk melaksanakan materi yang sudah diberikan. Pembinaan dilakukan secara terus menerus oleh Tim Pelaksana kepada mitra 1 dan mitra 2 untuk memonitor alih teknologi yang sudah dilakukan, dan selama empat bulan. Tahap IV: Layanan Konsultasi Teknis. Memberi jasa konsultasi teknis kepada anggota Kelompok tani dan masyarakat tentang manajemen usaha ternak sapi, baik masalah pakan, bibit, penyakit dan pengendaliannya, inseminasi buatan atau kawin alami, pemeliharaan kandang, beserta standar mutu hasil ternak baik berupa sapi potong maupun sapi perah. Tahap V: Pelaksanaan evaluasi dilakukan dua kali, yaitu : pada akhir penyuluhan dan akhir pelatihan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan materi yang disampaikan, dan penguasaan ketrampilan pada akhir demonstrasi/praktek pembuatan Reaktor Biogas dan pupuk Biokompos. Tahap VI: Penyusunan laporan kegiatan, dimana laporan disusun sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukan baik persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan. Pembuatan laporan akhir dilakukan dengan berpedoman pada laporan kemajuan per 1 bulan. Pembuatan laporan akhir dilakukan dalam waktu 3 minggu di bulan terakhir. Rencana Kegiatan Rencana kegiatan yang telah disepakati bersama dengan kedua kelompok tani adalah melakukan bimbingan berupa penyuluhan, demonstrasi pembuatan reaktor Biogas dan pembuatan pupuk Biokompos. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyuluhan Pelaksanaan penyuluhan dilakukan tanggal 31 Agustus 2014 di balai pertemuan kelompok ternak Bina Maju Sejahtera, dengan jumlah peserta yang hadir 17 orang atau 80% peserta kelompok ternak BMS dan 75% dari peserta kelompok ternak Tunas Jaya (Gambar 1 dan Lampiran 2). Gambar 1. Anggota kelompok ternak sedang mengikuti penyuluhan Penyuluhan diikuti oleh anggota kelompok ternak baik ibu-ibu maupun bapak-bapak. Materi penyuluhan yang diberikan adalah: 1. Potensi kotoran ternak sebagai sumber energi alternatif. 2. Teknologi pembuatan reactor biogas. 3. Teknologi pembuatan pupuk Biokompos dari hasil samping limbah Biogas berupa Sludge yang diperkaya dengan MOL sebagai biodekomposer. Informasi tentang manfaat kotoran ternak khususnya ternak sapi sebagai sumber energi alternatif, direspon oleh peserta penyuluhan dengan semangat. Hasil diskusi yang diperoleh diketahui bahwa Teknologi Biogas Pada Peternak Sapi Di Desa Kota Karang Kecamatan Kumpeh Ulu 51

peternak berasumsi teknologi biogas adalah rumit dan mahal, bahkan sulit untuk diaplikasikan. Dengan adanya Demonstrasi Kegiatan demonstrasi pembuatan reaktor Biogas dilakukan di kandang ternak sapi Bapak Ali Mahmudi (BMS). Pelaksanaan demonstrasi adalah 4 September 2014 yang dihadiri oleh peternak (Gambar 2 dan 2b). program PPM ini dirasakan sangat membantu peternak dalam alih teknologi. yang mempunyai 32 ekor sapi potensi Biogas yang ada sekitar 64 m3/hari atau setara dengan energi listrik 5,64 MWh per hari. Hasil laporan Litbang Unpad (2010) untuk menghasilkan daya sebesar 450 1000 Watt sebuah genset memerlukan bahan bakar biogas sebesar 0,6 1 m3 biogas per jam. Gambar 2. Pemasangan reaktor Biogas Gambar 2b. Pemasangan reaktor Biogas Jumlah sapi yang dimiliki oleh bapak Ali Mahmudi adalah 32 ekor, dan merupakan sapi perah. Rata-rata bobot badan sapi perah yang dimiliki peternak mempunyai bobot badan 250 325 kg. Kotoran yang dihasilkan per ekornya adalah 20 30 kg/hari. Untuk satu ekor sapi/kerbau dapat menghasilkan Biogas sebesar 2 m3/hari sehingga diperkirakan satu orang peternak Gambar 3. Tim Monev LPM di lokasi PPM KESIMPULAN Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat di desa Kota Karang kecamatan Kumpeh Ulu kabupaten Muaro Jambi mampu memberikan dampak sangat baik bagi kelompok ternak Bina Maju Sejahtera dan Tunas Jaya, dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai sumber energi alternatif berupa Biogas. Partisipasi aktif anggota baik dalam kegiatan penyuluhan maupun demonstrasi mencapai 75%. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2010. Muaro Jambi dalam Angka. Badan Pusat Statistik. BPS. 2013. Kecamatan Kumpeh Ulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Litbang Unpad. 2010. Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Biogas Skala Rumah Tangga. Laporan Tahunan. Teknologi Biogas Pada Peternak Sapi Di Desa Kota Karang Kecamatan Kumpeh Ulu 52