PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN 3D KOTA SEMARANG TERHADAP KENAIKAN MUKA AIR LAUT DENGAN CITRA SATELIT SPOT5

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Atriyon Julzarika *), Bambang Sudarsono **)

PERBANDINGAN HASIL DEM PULAU JIEW DARI TURUNAN DSM SRTM 90 DENGAN INTERPOLASI KRIGING TERHADAP INTERPOLASI COKRIGING

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknik Penurunan Digital Surface Model (DSM) dari Citra Satelit ALOS Menjadi Digital Elevation Model (DEM) (Studi Kasus: Cilacap, Indonesia)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Citra Satelit IKONOS

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEM ( Digital Elevation Model

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Perumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN HASIL PENELITIAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

Atriyon Julzarika Peneliti Bidang Bangfatja, Pusbangja, LAPAN ABSTRACT

DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PEMODELAN 3D CITRA SATELIT LAPAN TUBSAT DENGAN VIDEOGRAMMETRI (Studi Kasus: Gunung Semeru)

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Eko Yudha ( )

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

EKSTRAKSI OTOMATIS INFORMASI DEM DARI CITRA STEREO PRISM-ALOS

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. . iii PRAKATA DAFTAR ISI. . vii DAFTAR TABEL. xii DAFTAR GAMBAR. xvii DAFTAR LAMPIRAN. xxii DAFTAR SINGKATAN.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM MEMPERCEPAT PEROLEHAN DATA GEOGRAFIS UNTUK KEPERLUAN PEMBANGUNAN NASIONAL ABSTRAK

JUDUL TUGAS AKHIR PEMETAAN GEOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA ALOS DI DAERAH PEGUNUNGAN SELATAN ( Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah )

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh ( Citra ASTER dan Ikonos ) Oleh : Bhian Rangga JR Prodi Geografi FKIP UNS

PEMANFAATAN DATA CITRA SATELIT DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN SDA

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

TEKNIK DAN METODE FUSI (PANSHARPENING) DATA ALOS (AVNIR-2 DAN PRISM) UNTUK IDENTIFIKASI PENUTUP LAHAN/TANAMAN PERTANIAN SAWAH

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tanaman air yang berbunga (Angiospermae) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

LAPAN sejak tahun delapan puluhan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN FISIKA DALAM TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI (STUDI KASUS DI WILAYAH PESISIR PERAIRAN KABUPATEN KENDAL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

SISTEM PENGINDERAAN JAUH SATELIT ALOS DAN ANALISIS PEMANFAATAN DATA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Proses Stereoplotting Data IFSAR untuk Memutakhirkan Peta RBI Skala 1: Daerah Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

Ilustrasi: Proses Produksi

BAB I PENDAHULUAN I.1

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

ix

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

PENGOLAHAN CITRA SATELIT ALOS PALSAR MENGGUNAKAN METODE POLARIMETRI UNTUK KLASIFIKASI LAHAN WILAYAH KOTA PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

Transkripsi:

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA Atriyon Julzarika Alumni Teknik Geodesi dan Geomatika, FT-Universitas Gadjah Mada, Angkatan 2003 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jl. LAPAN No.70 Pekayon, Kec. Pasar Rebo, Jakarta Timur 13710 www.atriyon-julzarika.web.ugm.ac.id INTISARI ALOS merupakan salah satu satelit sumber daya alam milik Jepang. Satelit ini membawa tiga sensor yaitu Prism, Avnir-2, dan Palsar. Prism dan Avnir-2 menggunakan sensor pasif dan palsar menggunakan sensor aktif. Prism mempunyai resolusi spasial 2.5 meter, Avnir- 2 mempunyai resolusi spasial 10 meter, dan Palsar mempunyai resolusi spasial 15-18 meter. Prism mempunyai kemampuan untuk mengambil citra dari forward, nadir, dan backward sehingga bisa digunakan untuk membuat model 3D berupa Digital Surface Model (DSM). Demikian juga dengan Alos Palsar, bisa dibuat model 3D secara interferometri. Selain itu Palsar juga mempunyai kemampuan untuk menghilangkan efek awan pada data optik/sensor pasif. Avnir-2 mempunyai kemampuan untuk menajamkan/pansharpening terhadap Prism. Avnir-2 juga mempunyai kemampuan dalam aplikasi tingkat kehijauan tumbuhan. Alos dapat digunakan untuk berbagai aplikasi Teknik Geodesi dan Geomatika di Indonesia. Aplikasi tersebut berupa survei pemetaan, pengelolaan sumber daya alam, batas wilayah, pertanahan, dan pemodelan Bumi. Alos sangat bermanfaat dalam penelitian dan pengembangan Teknik Geodesi dan Geomatika di Indonesia terutama pada pencapaian invensi dan inovasi. Kata kunci: Alos Prism, Alos Avnir-2, Alos Palsar, aplikasi Teknik Geodesi dan Geomatika I. Pendahuluan Teknologi Penginderaan Jauh (inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit (Lillesand dan Keifer, 1994). ALOS singkatan dari Advanced Land Observing Satellite adalah satelit multimisi milik Jepang yang merupakan satelit generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS yang dilengkapi dengan teknologi yang lebih maju. Satelit ALOS telah berhasil diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006, mempunyai 5 misi utama yaitu, kartografi, pengamatan regional, pemantauan bencana alam, penelitian sumber daya alam, dan pengembangan teknologi. Untuk dapat

mencapai misi utama, ALOS dilengkapi dengan tiga buah sensor penginderaan jauh dan subsistem pendukung misi, yaitu PRISM, AVNIR dan PALSAR. PRISM (The panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) adalah sensor untuk merekam citra optis pankromatik pada panjang gelombang 0.52 0.77 µm dan mempunyai resolusi spasial 2.5 m. Sensor ini mempunyai 3 teleskop untuk merekam citra stereo dari arah depan (Forward), arah tegak lurus (Nadir) dan arah belakang (Backward) searah dengan orbit satelit (along track). Kombinasi citra stereo tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan DEM dengan akurasi yang cukup untuk memetakan permukaan bumi dalam skala 1:25.000 atau lebih kecil. Teleskop pada arah tegak lurus dapat merekam citra dengan lebar 70 Km, sedangkan arah depan dan arah belakang merekam dengan lebar sebesar 35 Km. Sudut yang dibentuk teleskop arah depan dan arah belakang terhadap arah tegak lurus adalah 24 0, ini bertujuan untuk menghasilkan data stereo dengan rasio lebar/tinggi (base to height ratio) yang mendekati nilai 1 (Julzarika et all, 2008). DSM merupakan model permukaan digital dengan referensi permukaan objek terhadap Mean Sea Level (MSL) 18,61 tahun (Li et all, 2005). DEM merupakan model permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap ellipsoid. DTM merupakan model permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap koordinat toposentrik dan telah dilakukan koreksi unsur-unsur geodetis terhadap model tersebut. DGM merupakan model permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap geoid/rata-rata ekuipotensial yang berimpit dengan MSL. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi tentang beberapa keunggulan aplikasi satelit ALOS terhadap teknik Geodesi dan Geomatika. Keunggulan tersebut meliputi pembuatan DSM-model stereo (Prism), penajaman citra dan indeks vegetasi (Avnir-2), serta penghilangan efek awan dan DSM-interferometri (Palsar). II. Metodologi penelitian Penelitian ini membahas tentang bagaimana peranan citra satelit Alos untuk berbagai aplikasi teknik Geodesi dan Geomatika di Indonesia? Peranan citra satelit Alos tersebut meliputi aplikasi dari Prism, Avnir-2, dan Palsar. Gambar (1) merupakan diagram alir penelitian.

Mulai ALOS GCPs ALOS Prism (B-N-F) ALOS Avnir-2 Indeks Vegetasi Interferometry ALOS Palsar Model Stereo Digital Surface Model (DSM) Aplikasi model 3D Pansharpened Aplikasi pemetaan Digital Surface Model (DSM) Aplikasi radar Aplikasi Geodesi Apliksi Teknik Geodesi dan Geomatika Selesai Gambar 1. Diagram alir penelitian III. Pelaksanaan Citra Alos merupakan salah satu data penginderaan jauh yang bisa digunakan untuk berbagai aplikasi teknik Geodesi dan Geomatika. Alos terdiri atas tiga instrumen sensor, yaitu Prism, Avnir-2, dan Palsar. Prism dan Avnir-2 termasuk ke data optis (sensor pasif) sedangkan Palsar termasuk ke data radar (sensor aktif). Pada penelitian ini hanya dibahas tentang sebagian kecil aplikasi citra Alos untuk aplikasi teknik Geodesi dan Geomatika. Setiap pengukuran mempunyai kesalahan ukuran, baik kesalahan acak maupun kesalahan tidak acak (Arsana dan Julzarika, 2006). Pemerataan titik kontrol dalam jaring kontrol geodetik mempengaruhi akurasi dan presisi data (Julzarika, 2007). Pembahasan pertama adalah tentang Prism. Citra yang dihasilkan dari sensor ini memiliki resolusi spasial 2,5 meter. Prism hanya memiliki satu band, yaitu pankromatik. Band red, green, blue bisa dibuat dari manipulasi panjang gelombang pada band pankromatik. Selain itu Prism juga memiliki kelebihan yaitu pada saat pengambilan citra dapat merekam dengan tiga sudut pandang yaitu arah belakang (backward), tegak

lurus (nadir), dan arah depan (forward). Perbedaan sudut pandang ini dapat diaplikasikan untuk pembuatan model stereo sehingga dapat menghasilkan DSM. Pembuatan model stereo ini dapat dilakukan dengan kombinasi sudut pandang tertentu, diantaranya backward-forward, backward-nadir, nadir-forward, backward-nadir-forward. Kombinasi backward-forward memiliki akurasi vertikal yang lebih baik karena memiliki base to height rasio mendekati satu (Julzarika et all, 2008). Gambar (2) merupakan contoh tampilan model stereo Prism. Gambar 2. Model stereo Prism (Gunung Kelud) Akurasi DSM Prism sekitar 2,5-3,5 meter. Model stereo Prism dapat digunakan untuk pemetaan skala 1:10.000 atau lebih kecil sedangkan citra Prism bisa untuk pemetaan skala 1:5000 atau lebih kecil. Selain itu DSM dari Prism dapat digunakan untuk berbagai aplikasi teknik Geodesi dan Geomatika, misal pembuatan peta jalur evakuasi tsunami, pemantauan gunung api, pembuatan aliran hidrologi, perubahan garis pantai, batas wilayah dan maritim, rencana tata ruang kota, manajemen wilayah pesisir, dan berbagai mitigasi bencana lainnya. Pembahasan berikutnya adalah Avnir-2. Citra ini memiliki resolusi spasial 10 meter dan memiliki empat band. Band tersebut meliputi band red, green, blue, infrered. Band pankromatik dapat dibuat dari manipulasi panjang gelombang red, green, dan blue. Avnir-2 memiliki kelebihan pada band 4 (infrared), dimana band ini dapat digunakan untuk penentuan indeks vegetasi, seperti NDVI. Hasil indeks vegetasi dengan Avnir-2 jauh lebih akurat dibanding NDVI dari Landsat ETM+, Landsat TM maupun Modis. Gambar (3) merupakan tampilan indeks vegetasi dengan Avnir-2.

Gambar 3. NDVI dari Alos Avnir-2 (Purwakarta) Citra Avnir-2 bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:20.000 atau lebih kecil. Selain untuk aplikasi indeks vegetasi, Avnir-2 bisa digunakan untuk penajaman citra. Misal, penajaman Avnir-2 dengan Prism. Avnir-2 sudah dalam kondisi RGB atau berwarna, akan tetapi memiliki resolusi spasial 10 meter. Prism memiliki resolusi spasial 2,5 meter, akan tetapi belum dalam kondisi RGB. Kemudian dilakukan penajaman citra antara Prism terhadap Avnir-2. Ada berbagai jenis metode yang bisa digunakan dan sudah banyak tersedia di perangkat lunak penginderaan jauh. Hasil dari penajaman citra tersebut adalah citra dalam bentuk RGB dengan resolusi spasial 2,5 meter. Gambar (4) merupakan contoh tampilan hasil penajaman citra Prism terhadap Avnir-2 Gambar 4. Penajaman Prism dengan Avnir-2 (sebelah kiri Cilacap ; sebelah kanan Bantul) Avnir-2 juga bisa diaplikasikan untuk berbagai aplikasi teknik Geodesi dan Geomatika, seperti pembuatan peta tutupan lahan, rencana tata ruang wilayah, perubahan geomorfologi, pemetaan kelembaban tanah, dan lain-lain.

Pembahasan berikutnya adalah tentang Palsar. Citra ini memiliki resolusi spasial 15 meter dan memiliki polarisasi HH dan HV, HH, atau hanya HV. Polarisasi ini berguna untuk pembuatan band red, green, dan blue. Selain itu juga berguna untuk interferometri dalam pembuatan DSM, aplikasi tegakan pohon, dan lain-lain. Palsar memiliki kelebihan bebas dari efek awan serta dapat membedakan dengan jelas antara objek air dan objek non air (Widjajanti and Sutanta, 2006). Selain itu, Palsar memiliki keunikan dalam proses klasifikasi yaitu menggunakan unsur bentuk dan pola. Palsar dapat digunakan untuk penghilangan efek awan pada data optik. Penghilangan efek awan tersebut dapat menggunakan toleransi <3σ (Julzarika dan Hawariyah, 2008). Standar deviasi pada objek awan data optik dan data radar dicari hubungan korelasinya secara geo-statistikal. Kemudian objek awan pada data optik digantikan dengan objek non awan pada data radar dan ukuran piksel radar disesuaikan dengan ukuran piksel data optis yang digantikan tersebut. Gambar (5) merupakan tampilan hasil penghilangan efek awan pada data Landsat ETM+ dengan data Palsar. Gambar 5. Penghilangan efek awan Landsat ETM+ dengan Palsar (Kulon Progo) Palsar dapat digunakan pada pemetaan skala 1:30.000 atau lebih kecil. Selain untuk penghilangan efek awan, Palsar dapat digunakan untuk pembuatan DSM. Penggunaan RAW data Palsar, data lapangan, dan citra resolusi spasial lebih tinggi dalam pembuatan Palsar ortho dimaksudkan agar penyebaran titik merata dan terlihat jelas pada citra Alos sehingga perambatan kesalahan tidak acak akan lebih kecil (Julzarika, 2008). Pembuatan DSM tersebut menggunakan interferometri. DSM yang dihasilkan akan lebih baik jika sudah dalam kondisi ortho dan akurasi vertikal akan lebih baik lagi jika terdapat dua Palsar ortho yang bertampalan (Julzarika and Sudarsono, 2009). Akurasi vertikal pada wilayah yang tidak bertampalan sekitar 6-7 meter sedangkan pada area bertampalan meningkat menjadi 4,5-5,5 meter. Gambar (6) tampilan DSM Palsar.

Gambar 6. Tampilan DSM Palsar (NAD bagian tenggara) DSM Palsar dapat digunakan untuk berbagai aplikasi keteknikan, sama halnya dengan DSM Prism. Beberapa aplikasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan peta jalur evakuasi tsunami, pemantauan gunung api, pembuatan aliran hidrologi, perubahan garis pantai, batas wilayah dan maritim, rencana tata ruang kota dan wilayah, manajemen wilayah pesisir, dan berbagai mitigasi bencana lainnya. Pemaparan pada tulisan ini tentang peranan citra Alos hanya sebagian kecil pada aplikasi teknik Geodesi dan Geomatika. Berbagai aplikasi masih bisa dihasilkan dari Prism, Avnir-2, dan Palsar. Selain berguna untuk sumber daya alam dan lingkungan, juga berguna untuk aplikasi kadastral dan batas wilayah. IV. Kesimpulan Penelitian ini memiliki lima kesimpulan: 1. Satelit Alos memiliki tiga instrumen sensor yaitu Prism (dengan resolusi spasil 2,5 meter), Avnir-2 (dengan resolusi spasial 10 meter), dan Palsar (dengan resolusi spasial 15 meter) 2. Prism dapat diaplikasikan untuk pembuatan DSM dengan model stereo dan bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:10.000 atau lebih kecil serta citra Prism untuk pemetaan skala 1:5000 atau lebih kecil. 3. Avnir-2 dapat diaplikasi untuk penentuan indeks vegetasi dan penajaman citra serta bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:20.000 atau lebih kecil. 4. Palsar dapat diaplikasikan untuk penghilangan efek awan dan pembuatan DSM. Palsar dapat digunakan untuk pemetaan skala 1:30.000 atau lebih kecil.

5. Beberapa aplikasi yang dapat dilakukan dengan Prism, Avnir-2, dan Palsar adalah pembuatan peta jalur evakuasi tsunami, pemantauan gunung api, pembuatan aliran hidrologi, perubahan garis pantai, batas wilayah dan maritim, rencana tata ruang kota dan wilayah, manajemen wilayah pesisir, pembuatan peta tutupan lahan, perubahan geomorfologi, pemetaan kelembaban tanah, penghitungan tegakan pohon, dan berbagai mitigasi bencana lainnya. V. Daftar Pustaka Arsana, I.M.A. and Julzarika, A., 2006. Liscad: Surveying & Engineering Software. Leica GeoSystem. Jakarta. Indonesia. Julzarika, A., 2007, Analisa Perubahan Koordinat Akibat Proses Perubahan Format Tampilan Peta pada Pembuatan Sistem Informasi Geografis Berbasis Internet, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM, Yogyakarta. Julzarika, A. et all. 2008. Teknik Penurunan Digital Surface Model (DSM) dari citra satelit ALOS menjadi Digital Elevation Model (DEM). MAPIN. Bandung. Julzarika, A. and Sudarsono, B., 2009. Penurunan Model Permukaan Dijital (DSM) menjadi Model Elevasi Dijital (DEM) dari Citra Satelit ALOS Palsar. Jurnal Teknik UNIDIP. Semarang. Julzarika, A. and Hawariyyah, S., 2009. Teknik Penajaman dan Penghilangan Efek Awan. GeoSARNas. Bogor. Li, Z., Zhu, Q., and Gold, C., 2005. Digital Terrain Modeling Principles and Methodology. CRC Press. Florida. USA. Widjajanti, N.,dan Sutanta, H. 2006: Model Permukaan Digital, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Teknik, Universtas Gadjah Mada, Yogyakarta.