Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi

dokumen-dokumen yang mirip
Karakterisasi Dua Dimensi Difuser MLS (Maximum Length Squence) dengan Model yang Terbuat dari Limbah Kertas dan Bahan Kayu

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences)

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

Pengaruh Sisipan Resonator Jamak Terhadap Serapan Dan Respon Spasial Pada Primitive Roots Diffuser (PRD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKUSTIKA RUANG KULIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

Optimasi Kinerja Primitive Root Diffuser (PRD) dengan Teknik Sisipan Resonator Jamak

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

Desain Sumber Bunyi Titik

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG PADA DINDING PENGHALANG TERHADAP PENGURANGAN SPL

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: Transmission Loss

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DAN POLA HAMBURAN CONCAVE- CONVEX DIFUSER DARI TEMPURUNG KELAPA MUDA

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences)

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Kondisi Akustik TVST B

UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

Pengaruh Sisipan Resonator Celah Sempit pada Serapan dan Respon Spasial Quadratic Residue Diffuser

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

PEMODELAN SINTETIK DIFFUSER DENGAN VARIASI STRUKTUR PERMUKAAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENENTUAN NILAI RUGI TRANSMISI BAHAN POLIKARBONAT DAN POLIPROPILEN DENGAN METODE PENGUKURAN RUGI SISIPAN DAN WAKTU DENGUNG

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

STUDI KARAKTERISTIK POLA HAMBURAN PANEL DIFUSER BERBAHAN BAKU CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa)

Studi dan Evaluasi Kayu sebagai Bahan Dasar Quadratic Residue Diffuser Akustik

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

DENDY D. PUTRA 1, Drs. SUWANDI, M.Si 2, M. SALADIN P, M.T 3. Abstrak

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

Aplikasi Teknik Speech Recognition pada Voice Dial Telephone

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK SERAT ALAM AMPAS TAHU (GLYCINE MAX) MENGGUNAKAN METODE TABUNG

UTS TF AKUSTIK Laporan Pengamatan Gedung Aula Barat

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

METODE PENELITIAN. A. Bahan dan Materi Penelitian. Dikarenakan objek studi masih dalam rupa desain prarancangan maka bahan

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-11 Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi Keysha Wellviestu Zakri, Melania Suweni Muntini, dan Susilo Indrawati Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: melania.muntini@gmail.com Abstrak Salah satu hal yang disorot dalam pengkondisian suatu ruang akustik yaitu dengan mempertimbangkan kenyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suatu bahan yaitu difuser. Tanpa diketahui koefisien difusi terlebih dahulu, tidaklah mungkin diketahui fungsi difuser yang cocok dalam aplikasinya. Pada laporan ini direpresentasikan hasil penelitian tentang koefisien difusi suatu difuser 2 dimensi berbahan kayu dan bubur kertas. Koefisien difusi dihitung melalui separasi sinyal akustik antara bunyi yang datang pada difuser dan dan bunyi yang dihamburkan oleh difuser. Penelitian dilakukan di Ruang Laboratorium Akustik Fisika ITS dengan melakukan pengukuran distribusi SPL pada permukaan dengan dan tanpa difuser. Pemisahan sinyal akustik dapat diperoleh dengan mencari selisih antara SPL dengan dan tanpa difuser melalui transformasi Fourier. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai koefisien difusi kayu dan bubur kertas 2D memilliki nilai yang sama yaitu 0,312 ± 0,008 untuk diffuser kayu 2D dan 0,319 ± 0,007 untuk diffuser bubur kertas 2D. Kata kunci : diffuser, koefisien difusi, separasi sinyal, SPL (Sound Pressure Level) I. PENDAHULUAN P erkembangan ilmu dan teknologi berkembang sangat cepat, tak terkecuali perkembangan di bidang akustika ruangan dan bangunan. Dalam hal ini khususnya ruang auditorium. Ruang auditorium banyak digunakan untuk keperluan meeting, rapat besar, konser, konferensi dan seminar. Sering kali para pengguna ruang auditorium mengeluh mengenai kenyamanan pendengaran. Hal itu menyebabkan pembaharuan teknologi desain dari ruang auditorium itu sendiri sangat dibutuhkan. Karakter suatu ruang auditorium yang bagus dapat dilihat dari bunyi yang dapat didengar dari seluruh ruangan secara merata, dimana ini terjadi akibat ruang auditorium memiliki waktu dengung yang tinggi. Untuk mendapatkan karakter ruang auditorium yang bagus dapat dilakukan dengan penambahan bahan reflektor pada dinding, lantai dan langit-langit agar ruangan tersebut memiliki waktu dengung yang tinggi. Akan tetapi, penggunaan reflektor juga dapat menimbulkan gema. Sehingga dibutuhkan komponen pendukung lainnya pada ruang auditorium yaitu difuser. Dimana difuser itu sendiri ialah material akustik yang dapat memperbaiki penyimpangan suara yang terjadi oleh adanya gema. Trevor j. Cox dan D Antonio telah melakukan penelitian tentang difuser MLS (Maximum Length Sequence) yang dijelaskan dalam buku dan kumpulan makalah tahun 2009, Acoustic Absorber and Diffusers (theory,design and application). Saat ini perkembangan difuser terarah pada susunan difuser dan bahan pembuat difuser. [1] Untuk melakukan pembaharuan teknologi dalam bidang akustik maka perlu dipahami beberapa materi sebagai berikut : Perilaku bunyi yang terjadi di dalam suatu ruangan berbeda-beda tergantung frekuensi bunyi yang merambat di dalam suatu ruang dan juga karakter permukaan ruangnya. Bila gelombang bunyi mengenai suatu permukaan seperti dinding, langit-langit atau lantai maka dapat terjadi beberapa peristiwa seperti absorpsi (penyerapan), refleksi (pemantulan), difraksi, dan hamburan.[2] -Absorbsi (penyerapan) Penyerapan sangat bergantung pada kerapatan material untuk menyerap energi bunyi yang datang pada suatu permukaan. Selain kerapatan, frekuensi bunyi yang tiba juga dapat mempengaruhi terkait nilai absorpsi suatu permukaan atau material. Kemampuan absorpsi material ditentukan oleh koefisien absorpsi, yaitu banyaknya energi bunyi yang diserap dibandingkan keseluruhan energi bunyi yang mengenai permukaan. -Refleksi (pemantulan) Permukaan yang keras, padat dan rata merupakan material yang memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya. Gejala pemantulan ini hampir serupa dengan sifat cahaya yang dipantulkan yaitu apabila sinar datang dan pantul terletak dalam bidang datar yang sama maka sudut sinar pantul pada bidang datar adalah sama. Terdapat tiga medan bunyi akibat refleksi terkait dengan bentuk bidang refleksinya, yaitu : - merata bila bunyi direfleksikan oleh bidang datar - menyebar bila bunyi direfleksikan oleh bidang cembung - memusat bila bunyi direfleksikan oleh bidang cekung. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1 Gambar 1. Refleksi oleh bentuk permukaan yang berbeda

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) -Difraksi (hamburan) Hamburan merupakan hasil interaksi gelombang datang dengan permukaan yang keras atau tidak rata, sebaliknya pemantulan spekular terjadi apabila bunyi mengenai permukaan yang halus atau rata. Pada pantulan spekular gelombang bunyi datang mengenai suatu permukaan kemudian memantul ke satu arah sesuai dengan hukum Snellius (Gambar 2a), sedangkan pada hamburan gelombang bunyi yang datang mengenai suatu permukaan memantul ke segala arah (Gambar 2b). Hamburan terjadi saat panjang gelombang (λ) bunyi lebih besar daripada permukaan bidang pantul. [3] Gambar 2. a) Peristiwa refleksi spekular dan b) Peristiwa hamburan. Difuser Difuser merupakan material akustik yang digunakan untuk memperbaiki penyimpangan suara dalam ruangan seperti gema. Difuser sebagai alternatif yang sangat baik untuk penyerapan suara karena tidak menghilangkan energi suara, tetapi efektif untuk mengurangi gema dan pemantulan sementara ruangan masih tetap terdengar hidup. Karakter difuser dapat dinilai dari berbagai besaran seperti koefisien difusi (d), koefisien hamburan (s) dan pola hamburan difuser [4]. Maximum length sequence 1 dimensi merupakan difuser yang terdiri dari permukaan dengan dua kedalaman yang berbeda yakni dengan kedalaman 0 dan 1. Angka satu (1) menunjukkan sebuah sumur, sedangkan angka nol (0) menunjukkan sebuah tonjolan. Maximum Length Sequence (MLS) 2 dimensi memiliki struktur yang sama dengan MLS 1D yaitu berstruktur kaku, dan namun terdiri dari sumur dengan kedalaman berbeda yang dipisahkan oleh dinding tipis [5]. B-12 yang dikenal dengan DFT (Discret Fourier Transform) atau FFT (Fast Fourier Transform) dapat digunakan untuk mengubah sinyal domain waktu x(n) menjadi domain frekuensi x(k). Persamaan DFT dituliskan: Invers DFT (IDFT) digunakan untuk mendapatkan kembali representasi sinyal diskrit dari domain frekuensi x(k) ke dalam domain waktu x(n). Secara matematis transformasi sinyal diskrit dari domain frekuensi ke domain waktu, dapat dinyatakan dalam persamaan: dengan : x(k) = data dalam sinyal domain frekuensi x(n) = data dalam sinyal domain waktu n = data ke (1, 2, 3 ) N = banyaknya data Sinyal dalam domain waktu (Gambar 4a) kurang informatif karena tidak bisa mengetahui besarnya amplitudo/tekanan tiap waktu, maka perlu dilakukan transformasi Fourier pada persamaan 1.2 seperti yang diperlihatkan pada gambar 4b. Transformasi tersebut mengubah sinyal akustik menjadi bentuk spectrum frekuensi. Sehingga perubahan frekuensi tertentu terlihat lebih jelas [6]. a Gambar 3. Gambar potongan diffuser MLS satu dimensi; dua dimensi Sinyal Sinyal adalah besaran fisis yang berubah menurut waktu, ruang, atau variabel-variabel bebas lainnya yang berisi informasi mengenai tingkah laku sebuah sistem. Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari satu atau lebih variabel bebas (independent variable). Dalam penelitian, pengolahan menggunakan jenis sinyal diskrit maka transformasi juga dalam bentuk sinyal diskrit b Gambar 4. Sinyal a) dalam domain waktu b) dalam domain frekuensi II. METODE Pada percobaan ini alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Personal Computer berisi software TrueRTA yang berfungsi sebagai generator bunyi, tone, white noise dan pink noise dan YMEC (Yoshimasa Electronic)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) berfungsi sebagai pengolah data SPL, SLM (Sound Level Meter), amplifier, speaker, perangkat lunak Matlab R2007b, tripod, stan mikrofon. Flow Chart Sistem Pengambilan Data B-13 Data yang diperoleh disini adalah data SPL (db), dengan rumusan: Studi Literatur dan Pengenalan Perangkat Lunak dan Keras yang digunakan Perancangan dan Pembuatan Difuser Dua Dimensi Pengukuran SPL di sekitar difuser (Pengambilan Data Pola Hamburan) Tahap Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Pemodelan difuser dengan FFT dan IFFT Dengan: Li = tekanan bunyi pantul difuser pada titik ke i (db) Ld = tingkat tekanan bunyi SPL dengan difuser (db) Ltd = tingkat tekanan bunyi SPL tanpa difuser (db) Pd2 = tekanan kuadrat dengan difuser (pa) Ptd2 = tekanan kuadrat tanpa difuser (pa) Pac2 = tekanan acuan (2. 10-5 Pa) dimana P2 adalah antilog dari L III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan dan analisis data Kesimpulan Pembuatan Laporan Tugas Akhir Gambar 5. Diagram alir sistem pengambilan data A.Hasil Pengukuran SPL Dalam pengukuran SPL suatu ruangan, sangat penting terlebih dahulu mengukur besarnya tingkat bising sekitar (background noise), hal ini bertujuan untuk menghindari hasil pengukuran akibat bising sekitar. Adapun data tingkat bising sekitar yang diperoleh ketika pengukuran yaitu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Data tingkat bising sekitar (background noise) Frekuensi (Hz) Tingkat bising sekitar (db) 125 42,9-37,9 250 37,8-30,3 500 24,7-20,8 1000 20,1-16,7 2000 14,6-12,3 4000 13,6-12,2 Dari hasil data pengukuran yang diperoleh, kemudian dapat dilakukan perhitungan besarnya koefisien difusi digunakan persamaan: dengan : Li = tekanan bunyi pantul difuser pada titik ke i (db) n = jumlah receiver (pengambilan data SPL dalam beberapa sudut ukur) = sudut antara garis normal bidang difuser dengan sumbu speaker (data diambil 0o) Setelah melakukan pengukuran di ruang uji, didapatkan data SPL pada masing-masing titik ukur ketika pengukuran dengan difuser 2D dan tanpa difuser. Hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi tanpa difuser dapat dilihat pada tabel 2. Hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi dengan difuser dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2. Pengukuran SPL tanpa difuser (speaker) pada frekuensi 250 Hz dan sudut 00 t (s) Gambar 6. Ruang uji penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Datang Datang + Pantul SPLd (db) SPLdp (db) 89,56 89,46 89,29 89,79 89,42 89,59 89,22 89,19 89,91 89,19 89,39 89,49 89,13 96,09 96,27 96,01 96,33 96,18 96,2 96,69 96,35 96,44 96,56 96,99 96,94 96,39 t (s) 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Datang SPLd (db) 89,9 89,1 89,98 89,97 89,85 89,95 89,35 89,18 89,4 89,11 89,79 89,47 89,95 Datang + Pantul SPLdp (db) 96,7 96,41 96,13 96,9 96,91 96,48 96,37 96,87 96,34 96,04 96,46 96,02 96,27

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-14 14 89,18 96,77 30 89,34 96,11 15 89,28 96,38 31 89,59 96,23 16 89,07 96,75 32 89,6 96,08 B.Hasil perhitungan tekanan hamburan bunyi Perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghitung bunyi yang dipantulkan oleh difuser 2D. Dimana tekanan bunyi yang ditangkap mikrofon saat pengukuran menggunakan difuser 2D diasumsikan sebagai bunyi pantul dan bunyi datang, sedangkan untuk pengukuran tanpa menggunakan difuser diasumsikan hanya sebagai bunyi datang sehingga selisih antara nilai dari tanpa dan menggunakan difuser 2D bisa diartikan sebagai nilai bunyi pantul dari difuser 2D (bunyi yang dihamburkan). Proses perhitungan koefisien difusi d dimulai dari pengolahan data SPL. Data yang digunakan sebagai contoh yaitu data hasil pengukuran di ruang semianechoic Laboratorium Akustik Fisika ITS untuk titik ukur mikrofon 70 cm dari difuser 2D berbahan kayu dengan sudut 0 0. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 3. SPL bunyi datang (SPL d) pada jarak 70 cm dari difuser kayu 2D (pada titik ukur 0 0 ) di ruang semianechoic Laboratorium Akustik Fisika ITS t (s) Datang t (s) Datang SPL d (db) SPL d (db) 1 89,56 17 89,9 2 89,46 18 89,1 3 89,29 19 89,98 4 89,79 20 89,97 5 89,42 21 89,85 6 89,59 22 89,95 7 89,22 23 89,35 8 89,19 24 89,18 9 89,91 25 89,4 10 89,19 26 89,11 11 89,39 27 89,79 12 89,49 28 89,47 13 89,13 29 89,95 14 89,18 30 89,34 15 89,28 31 89,59 16 89,07 32 89,6 C. Separasi sinyal Dari tabel 4 selanjutnya digambar kurva sinyal bunyi datang + pantul dan bunyi datang dalam domain waktu (Lihat gambar 7) Gambar 7. Kurva sinyal dalam domain waktu: bunyi datang + pantul; bunyi datang, di ruang semianechoic Fisika Fmipa ITS dengan jarak 70 cm dari difuser kayu 2D. Setelah didapatkan kurva pada gambar 7 dapat dilihat bahwa kurva sinyal dalam domain waktu bunyi datang dan bunyi datang + pantul belum dapat dianalisa sehingga langkah selanjutnya yaitu mengubah kurva bunyi datang + pantul dan bunyi datang dari domain waktu ke domain frekuensi (FFT) (Lihat gambar 8). Hal ini dilakukan agar mendapatkan bunyi pantul. Gambar 8. Kurva sinyal dalam domain frekuensi (FFT): bunyi datang + pantul; bunyi datang, di ruang semianechoic Fisika FMIPA ITS dengan jarak 70 cm dari difuser kayu 2D. Setelah didapatkan kurva hasil windowing dalam domain frekuensi, maka dapat dilakukan pemisahan sinyal dengan cara mengurangi hasil pada kurva sinyal datang+pantul dengan sinyal datang sehingga didapatkan kurva sinyal pantul saja seperti pada gambar 10.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-15 D.Pola hamburan difuser bubur kertas 2d dan difuser kayu 2d Gambar 10. Kurva sinyal hasil pemisahan bunyi pantul dalam domain frekuensi di ruang semianechoic Fisika Fmipa ITS dengan jarak 70 cm dari difuser kayu 2D. Sinyal bunyi pantul pada gambar 10 masih dalam domain frekuensi. Untuk mendapatkan nilai tekanan yang terjadi saat bunyi pantul maka perlu diubah kembali ke dalam domain waktu (IFFT), dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 11. Gambar 11. Grafik polar difuser kayu 2D; difuser bubur kertas 2D; mikrofon 70 cm dari difuser dengan frekuensi 125 Hz. Gambar 11. Kurva sinyal hasil pemisahan bunyi pantul dalam domain waktu di ruang semianechoic Fisika Fmipa ITS dengan jarak 70 cm dari difuser kayu 2D. Sinyal bunyi pantul yang didapatkan pada gambar 11 masih dinyatakan dalam besarap P 2 sehingga perlu diubah dalam bentuk L i. Salah satu karakter difuser ditunjukkan oleh besarnya koefisien difusinya. Dengan menggunakan metode separasi sinyal telah ditunjukkan langkah memperoleh besarnya SPL bunyi yang dipantulkan (Li). Dengan menggunakan persamaan 2.1 persamaan 2.4 didapatkan hasil perhitungan besarnya d 0 difuser kayu 2D dapat diperoleh. Hasil semua perhitungan koefisien difusi difuer kayu 2D dan difuser bubur kertas 2D pada jarak pengukuran 70 cm dari difuser yang dilakukan di ruang semianechoic Laboratorium Akustik Fisika ITS Tabel 4. Hasil perhitungan koefisien difusi Koefisien Difusi Difuser Kayu 2D Difuser Bubur Kertas 2D 0,312 ± 0,008 0,319 ± 0,007 Berdasarkan hasil koefisien difusi yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan bahwa difuser bubur kertas 2D sama dengan difuser kayu 2D yaitu 0,3 artinya koefisien difusi tidak dipengaruhi oleh jenis bahan difuser yang digunakan. lebih menghamburkan bunyi. Dengan selisih koefisien difuser hanya 0,007 mengartikan bahwa dengan bahan yang berbeda dan bentuk yang sama, nilai koefisien difuser tidak terpengaruh besar oleh bahan difuser. Gambar 12. Grafik polar difuser kayu 2D; difuser bubur kertas 2D; mikrofon 70 cm dari difuser dengan frekuensi 250 Hz. Gambar 13. Grafik polar difuser kayu 2D; difuser bubur kertas 2D; mikrofon 70 cm dari difuser dengan frekuensi 500 Hz. Gambar 14. Grafik polar difuser kayu 2D; difuser bubur kertas 2D; mikrofon 70 cm dari difuser dengan frekuensi 1000 Hz.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-16 Gambar 15. Grafik polar difuser kayu 2D; difuser bubur kertas 2D; mikrofon 70 cm dari difuser dengan frekuensi 2000 Hz. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dengan judul Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Besarnya koefisien diffuser kayu dan bubur kertas 2D memilliki nilai yang sama. Yaitu 0,312 ± 0,008 untuk diffuser kayu 2D dan 0,319 ± 0,007 untuk diffuser bubur kertas 2D 2. Besarnya koefisien difusi hanya bergantung pada bentuk dimensinya, namun tidak bergantung dengan jenis bahan. 3. Pola hamburan yang terjadi pada difuser kayu dan bubur kertas sama pada frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz. Tetapi pada frekuensi 125, 250 dan 4000 Hz pola hamburan difuser bubur kertas 2D lebih merata dari pada difuser kayu 2D. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Melania Suweni Muntini, MT. dan Ibu Susilo Indrawati, M.Si. selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang terlibat dalam penelitian tugas akhir ini. Gambar 16. Grafik polar difuser kayu 2D; difuser bubur kertas 2D; mikrofon 70 cm dari difuser dengan frekuensi 4000 Hz. Pada grafik polar yang ditunjukkan pada gambar 11 16 menunjukkan bentuk fluktuasi pola hamburan antara frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz. Pada grafik tersebut menunjukkan nilai SPL yang lebih besar dari pada difuser bubur kertas 2D dengan pola hamburan yang hampir sama. Hal ini dapat disebabkan karena nilai koefisien difusi difuser bubur kertas 2D (0,319± 0,007) sama dengan difuser kayu 2D (0,312± 0,008) yaitu bernilai 0,3. Dapat dilihat pola persebaran bunyi yang terjadi tidak merata pada seluruh frekuensi. Untuk difuser bubur kertas 2D hasil baik yaitu pada frekuensi 125, 250 dan 4000 Hz. Sedangkan untuk frekuensi tengah bunyi hamburan kurang merata. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh karakteristik jenis bahan difuser yang digunakan. Dari bubur kertas yang digunakan, rongga yang dimiliki pada difuser ini lebih banyak dari pada yang dimiliki oleh kayu. Ini juga menentukan tipe difuser bubur kertas 2D dan kayu 2D dapat digunakan untuk suatu ruangan dengan kriteria yang berbeda. Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa variasi bahan yang digunakan untuk difuser tidak mempengaruhi besarnya nilai koefisien difusi, melainkan dapat mengetahui bahan tersebut bisa digunakan dengan ruang berkriteria tertentu. Seperti halnya difuser 2D bahan bubur kertas dengan kriteria berupa daya absorber yang lebih besar dari pada daya pantulan dapat digunakan sebagai peredam sedangkan untuk difuser 2D bahan kayu dengan kriteria daya pantul yang lebih besar dapat digunakan sebagai pemantul bunyi untuk suatu ruangan dengan kriteria tertentu. DAFTAR PUSTAKA [1] D Antonio P, TJ Cox, 2004, Acoustic absorbers and difuser : theory, design and application, Spoon Press : London [2] Kurniawan F., 2013, Tugas Akhir : Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan Pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences) dan QRD (Duadratic Residue Diffuser), ITS-Surabaya [3] Indrawati S., 2011, Karakterisasi Difuser dengan Menggunakan Model Separasi Sinyal Akustik, ITS-Surabaya [4] Everest Alton F, Ken. C Pohlmann, 2009, Master Handbook of Acoustic, McGraw-Hill : 257-259 [5] Werner Hans, S., 1981, More on the diffraction theory of Schroeder diffusors, J. Acoust. Soc. Am. 70,633 [6] Proakis John G, Manolakis, 2007, Digital Sinyal Processing, edisi 4, Prentice Hall, New Jersey : 34-35.