ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat)

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

I. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir sedang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses perbaikan yang berkesinambungan dari suatu masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

III. METODE PENELITIAN. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PASCA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS : KOTA DEPOK)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya. pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis (Sadhana, 2013).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) OLEH : LESTY PHYTALOKA H14050165 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

RINGKASAN LESTY PHYTALOKA. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing dan Peluang Investasi (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI) Awalnya sistem pemerintahan kita adalah sistem sentralisasi, di mana semua kebijakan berawal dari pusat sehingga pembangunan yang dilaksanakan tidak merata oleh semua golongan masyarakat. Pemerintah pusat mulai memikirkan cara untuk mencari jalan keluar agar tidak terjadi ketimpangan dalam pembangunan di wilayahwilayah di Indonesia. Pelaksanaan pembangunan tentunya memerlukan dana. Salah satu sumber dana adalah investasi. Pada kenyataannya, investasi di Indonesia tidak begitu berjalan baik. Penyebabnya antara lain masih tingginya resiko investasi, seperti permasalahan ketidakpastian hukum, keamanan, dan rumitnya birokrasi perizinan untuk melakukan investasi di daerah. Ada beberapa tindakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam mengatasi panjangnya rantai perizinan di Indonesia. Salah satunya dengan mengeluarkan peraturan yang mendukung iklim investasi, yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dalam pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), segala urusan pelayanan bermula, berproses, dan berakhir di satu tempat (Kantor PPTSP). Kota Cimahi adalah salah satu kota di Indonesia yang telah melaksanakan sistem PPTSP dan merupakan salah satu Kota yang berpredikat pelayanan penanaman modal yang baik. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penanaman modal asing di Kota Cimahi, serta melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian di Kota Cimahi sehingga dapat diketahui sektor apa yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data relevan yang meliputi data penanaman modal asing di Kota Cimahi, panjang jalan (infrastruktur), inflasi, tenaga kerja, PDRB Kota Cimahi, serta data lain yang relevan dengan penelitian ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Eviews 4.1 dan Minitab, dan analisis Shift Share dengan menggunakan Microsoft Excel. Variabel dependen yang digunakan dalam model ini adalah penanaman modal asing, sedangkan variabel independennya adalah infrastruktur, inflasi, PDRB, tenaga kerja, dan dummy kebijakan satu pintu. Hasil estimasi analisis regresi linear berganda didapat nilai R-square sebesar 58,16 persen dan adj-r-square sebesar 40,74 persen, yang menunjukkan bahwa keragaman dari variabel dependen yaitu penanaman modal asing dapat diterangkan oleh variabel independennya yaitu jalan, tenaga kerja, inflasi, PDRB, dan dummy peraturan PPTSP sebanyak 58,16 persen, sisanya 41,84 persen diterangkan oleh

variabel lain di luar model. Variabel yang berpengaruh signifikan yaitu PDRB, tenaga kerja, dan dummy peraturan, sedangkan jalan dan inflasi tidak berpengaruh pada taraf nyata. Variabel yang berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing adalah PDRB dan tenaga kerja. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Cimahi mengalami peningkatan sebesar Rp 1.398.178,46 juta menunjukkan bahwa perekonomian Kota Cimahi mengalami pertumbuhan. Sektor yang mengalami perubahan paling besar adalah industri pengolahan dan sektor yang mengalami perubahan paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian. Laju pertumbuhan ekonomi terbesar terdapat pada sektor jasa-jasa sebesar 129,48 persen, berarti sektor ini mengalami pertumbuhan paling pesat. Nilai Pertumbuhan Regional menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan adalah sektor yang sangat peka terhadap adanya kebijakan. Nilai Pertumbuhan Proporsional menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai pertumbuhan yang paling tinggi. Nilai PP>0 menunjukkan bahwa sektor tersebut sangat baik untuk dikembangkan karena sektor ini mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Sektor yang paling berdaya saing adalah sektor jasa-jasa sehingga sektor ini layak untuk dikembangkan karena dapat bertahan dengan baik. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta jasa-jasa yang memiliki nilai PB positif. Hal ini menandakan bahwa kedua sektor tersebut masuk ke dalam kelompok sektor progresif (maju). Sektor-sektor lainnya memiliki nilai PB yang negatif, berarti sektor-sektor tersebut termasuk ke dalam sektor yang lamban. Dengan keadaan demikian maka perlu peran serta pemerintah serta pelaku usaha dan masyarakat Kota Cimahi dalam mendukung perekonomiannya. Sektor jasa-jasa merupakan sektor yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah Kota Cimahi karena sektor ini termasuk sektor yang laju pertumbuhan PDRB-nya baik dan berdaya saing tetapi pertumbuhannya lambat, padahal sektor ini dapat menjadi sektor ekonomi yang unggul di Kota Cimahi. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi tetapi kurang berdaya saing, padahal sektor ini merupakan salah satu sektor yang banyak diminati oleh investor asing dan merupakan sektor yang padat karya. Pemerintah perlu melakukan upaya untuk peningkatan daya saing industri Kota Cimahi, misalnya dengan menonjolkan kekhasan sumber daya lokal serta peningkatan kualitas. Pemerintah Kota Cimahi dapat melakukan promosi lebih giat tentang Kota Cimahi sehingga investor dalam maupun luar negeri dapat mengetahui daya jual Kota Cimahi sehingga investor asing lebih tertarik untuk melakukan investasi.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) Oleh LESTY PHYTALOKA H14050165 Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) Nama : Lesty Phytaloka NIM : H14050165 Menyetujui, Dosen Pembimbing Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 19641022 198903 1 003 Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Februari 2010 Lesty Phytaloka H14050165

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang tanggal 20 November 1987 dari pasangan Hasbi Matsum, S.E. dan Hellelwir. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Xaverius 3 Palembang. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Xaverius 3 Palembang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMA Xaverius 1 Palembang. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota BEM FEM tahun 2007 sebagai Staff Departemen Budaya, Olahraga dan Seni, Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (Hipotesa) tahun 2007 sebagai Bendahara Umum, Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) (2006-2007) sebagai Staff Divisi Eksternal, dan mengikuti magang di Bank Indonesia Palembang. Penulis juga aktif menjadi panitia kegiatan baik dalam lingkup departemen, fakultas, maupun IPB. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Asing dan Peluang Investasi (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat).

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan rahmat-nya sehingga terselesaikanlah laporan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Asing dan Peluang Investasi (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat). Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua dan keluarga atas doa, semangat dan pengertian yang selalu diberikan. 2. Rina Oktaviani, Ph.D sebagai pembimbing skripsi atas perhatian, masukan, bimbingan, serta sarannya selama penulisan skripsi ini. 3. Noer Azam Achsani, Ph.D sebagai dosen penguji skripsi atas masukan dan perbaikannya terhadap skripsi ini. 4. Toni Irawan, M. App. Ec sebagai dosen komisi pendidikan atas masukan, kritik dan saran yang membangun. 5. Dedi Budiman Hakim, Ph.D sebagai Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 6. Dwi Maharani Purba, Rian Novati Sandi, Septi Khaerunissa, Marhammah Muttoharoh dan Fitrah Mailendra atas kebersamaan, perhatian, semangat, pelajaran hidup serta doanya. 7. Arga Wawang Artanto yang selalu memberikan waktu, semangat, dukungan, kesabaran serta doanya. 8. Rosi Anrayani, Yoan Ramasita, Mellisa, Ari serta teman-teman di Pondok Ginastri atas cerita, dorongan semangat, serta doa selama ini. 9. Gita Irina Arief, Elza Mutiara Maulida, dan Mba Rina atas semua dukungannya, bantuan dan doanya. 10. Teman-teman satu bimbingan Dian Agustina, Istiana Mustika, dan Veronika S. atas bantuan, dorongan semangat dan kesempatan bertukar pikiran selama proses penyusunan skripsi ini.

11. Weni dan Adit sebagai teman dalam berdiskusi dan bertukar pikiran. 12. PEMDA Kabupaten Bandung, PEMKOT Cimahi, BPS Pusat, BPS Kota Bandung, serta BKPM Pusat, atas dorongan moral serta informasi yang telah diberikan. 13. Luken, Euish, Ronni, Ari, Renny, Gerry, Vagha, Riza, Dani, Inna, Reza, Nta, Neneh, Tia, Joger, Icha, Echi, Rajiv, Acil, Riri, dan teman-teman IE 42 lain atas cerita dan kebersamaannya selama tiga tahun ini. 14. Semua pihak lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelasaikan laporan penelitian ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Februari 2010 Lesty Phytaloka H14050165

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian... 6 1.4. Manfaat Penelitian... 6 1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA... 8 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah... 8 2.2. Konsep Perkotaan... 8 2.3. Pengertian Investasi... 9 2.4. Investasi Asing... 10 2.5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi... 11 2.6. Analisis Shift Share... 14 2.7. Konsep Pelayanan Terpadu Satu Pintu... 15 2.8. Penelitian Terdahulu... 16 2.9. Kerangka Pemikiran... 18 2.10. Hipotesis... 19 III. METODOLOGI PENELITIAN... 21 3.1. Jenis dan Sumber Data... 21 3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 21 3.2.1. Metode Ordinary Least Square (OLS)... 21 3.2.2. Perumusan Model... 23 3.2.3. Pengujian Model... 24 3.2.4. Kriteria Statistik... 25 3.2.4.1. Uji Koefisien Determinasi... 25 3.2.4.2. Uji F... 25 3.2.4.3. Uji t... 26 3.2.5. Kriteria Ekonometrik... 27 3.2.5.1. Uji Normalitas... 27 3.2.5.2. Uji Heteroskedastisitas... 27 3.2.5.3. Uji Autokorelasi... 28 3.2.5.4. Uji Multikolinearitas... 29 3.2.6. Analisis Shift Share... 29 3.2.6.1. Analisis PDRB Kota Cimahi... 30 3.2.6.2. Rasio PDRB Kota Cimahi dan PDRB Jawa Barat.... 31 3.2.6.3. Pertumbuhan Regional (PR)... 33

3.2.6.4. Pertumbuhan Proporsioanl (PP)... 33 3.2.6.5. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)..... 34 3.2.6.6. Analisis Profil Pertumbuhan Wilayah dan Pergeseran Bersih... 35 IV. GAMBARAN UMUM... 38 4.1. Kependudukan... 39 4.2. Perekonomian Kota Cimahi... 40 V. PEMBAHASAN... 43 5.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota Cimahi... 43 5.1.1. Jalan...... 46 5.1.2. Inflasi... 47 5.1.3. PDRB Riil... 47 5.1.4. Tenaga Kerja... 48 5.1.5. Dummy Kebijakan... 49 5.2. Analisis Perubahan PDRB Kota Cimahi... 50 5.3. Rasio PDRB Kota Cimahi dan PDRB Jawa Barat... 54 5.4. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Cimahi... 55 5.5. Profil Pertumbuhan dan Pergeseran Bersih PDRB Kota Cimahi... 57 5.6. Rekomendasi Kebijakan... 59 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 61 6.1. Kesimpulan... 61 6.2. Saran... 62 DAFTAR PUSTAKA... 64 LAMPIRAN...... 67

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi (rupiah)... 5 2. PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Cimahi (ribu rupiah)... 5 3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2008... 40 4. Realisasi Penerimaan Pemerintah Kota Cimahi Menurut Komponen Penerimaan Tahun 2005-2007... 41 5. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Cimahi Atas Dasar Harga Konstan 2005-2007 (%)... 42 6. Hasil Estimasi Koefisien Variabel Penduga.. 43 7. Hasil Pengujian Multikolinearitas dengan Matriks Koefisien Korelasi.. 45 8. Nilai VIF dari dugaan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota Cimahi... 46 9. Jumlah Penduduk Kota Cimahi (orang)... 49 10. Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Cimahi (orang)... 49 11. Penggunaan Listrik di Kota Cimahi (ribu KWH)... 52 12. Perubahan PDRB Kota Cimahi Tahun 2001-2007 Berdasarkan Harga Konstan 2000... 53 13. Rasio PDRB Kota Cimahi dan PDRB Jawa Barat... 55 14. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Cimahi... 57 15. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian Kota Cimahi.. 59

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Hubungan Investasi dan PDB... 2 2. Hambatan Investasi di Indonesia... 3 3. Hubungan Investasi dan PDB... 12 4. Kerangka Pemikiran... 19 5. Statistik d Durbin-Watson... 29 6. Model Analisis Shift Share... 35 7. Hubungan Antara PP, PN, dan PPW... 36 8. Perkembangan Jumlah Penduduk... 40 9. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cimahi... 58

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Tabel Hasil Output Regresi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing Kota Cimahi... 68 2. Uji Normalitas... 68 3. Hasil Pengujian Multikolinearitas dengan Matriks Koefisien Korelasi... 69 4. Hasil Pengujian Multikolinearitas dengan Nilai VIF. 69 5. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White Heteroscedasticity... 69 6. Hasil Uji Stasioneritas 69

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, mempunyai banyak provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah di Indonesia dapat merasakan pembangunan dan pemerataan baik dalam bidang ekonomi maupun sosial. Permasalahannya adalah selama ini sistem pemerintahan kita adalah sistem sentralisasi, yang mengakibatkan semua kebijakan berawal dari pusat sehingga pembangunan yang dilaksanakan tidak merata oleh semua golongan masyarakat. Adanya gejala tersebut direspon oleh pemerintah. Pemerintah pusat mencari jalan keluar agar tidak terjadi ketimpangan dalam pembangunan di wilayah-wilayah di Indonesia. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang desentralisasi, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang diharapkan dapat lebih memperluas ruang gerak pemerintah daerah agar dapat melakukan pembangunan yang lebih baik di daerahnya. Tidak adanya lagi campur tangan dari pemerintah pusat membuat pemerintah daerah dapat membangun daerahnya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Pelaksanaan pembangunan tentunya memerlukan dana. Salah satu sumber dana adalah investasi. Investasi dapat dibagi dua, yaitu investasi dalam negeri dan investasi asing. Investasi dapat masuk apabila di wilayah tersebut para pelaku

ekonomi merasa aman dalam melakukan aktivitas. Oleh karena itu, stabilitas ekonomi merupakan salah satu syarat untuk membangun dan mengembangkan perekonomian (BPS, 2003). PRoduk Domestik Bruto (PDB) dapat menjadi salah satu ukuran perekonomian. Dapat dilihat pada Gambar 1 PDB dan investasi Indonesia mengalami fluktuasi. Terdapat penurunan yang signifikan pada kuartal pertama tahun 2004 serta kuartal keempat hingga kuarter kedua tahun 2006. Hal ini disebabkan adanya peningkatan harga bahan bakar dan suku bunga. Sumber : BPS (2007) Gambar 1. Pertumbuhan PDB dan Investasi Indonesia Pada kenyataannya, investasi di Indonesia tidak begitu berjalan baik. Penyebabnya antara lain masih tingginya resiko investasi, seperti permasalahan ketidakpastian hukum, keamanan, dan rumitnya birokrasi perizinan untuk melakukan investasi di daerah. Menurut data dari JETRO pada tahun 2005 menunjukkan bahwa

salah satu permasalahan utama investasi di Indonesia adalah ketidakpastian dan ketidakjelasan kebijakan pemerintah sebesar 67,7%, sulit dan rumitnya perpajakan dan prosedur perdagangan sebesar 67,6%. Angka-angka tersebut jelas menggambarkan bahwa iklim investasi di Indonesia amat buruk, sehingga menjadi wajar jika para investor tidak berniat untuk menanamkan investasi di Indonesia. Dalam Survei Pelayanan Institusi Publik, WEF (2005) menempatkan Indonesia pada peringkat 89 dari 117 negara, sedangkan survei The Political and Economic Risk Consultancy Ltd (PERC) mengenai buruknya birokrasi pada tahun 2005 (setelah pelaksanaan pelayanan satu atap), Indonesia mendapat point 8,2, berada di bawah Vietnam yang mendapatkan point 7,63. Sumber : ADB, LPEM-FEUI, World Bank (2005) Gambar 2. Hambatan Investasi di Indonesia Ada beberapa tindakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam mengatasi panjangnya rantai perizinan di Indonesia, antara lain adalah dengan

mengeluarkan dua jenis sistem pelayanan terpadu sejak dimulainya otonomi daerah tahun 2001, yaitu sistem pelayanan satu atap (Keppres No. 29 tahun 2004) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 24 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Adanya peraturan ini dimaksudkan agar pelayanan publik menjadi lebih cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau. Dalam pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP), segala urusan pelayanan bermula, berproses, dan berakhir di satu tempat (Kantor PPTSP). Berkas perizinan tidak perlu lagi diserahkan ke instansi lain yang hanya memperpanjang rantai birokrasi. Bagi para pelaku usaha dan masyarakat, hal itu memudahkan mereka karena tidak lagi berurusan di banyak tempat (satu atap, tetapi banyak pintu/loket) atau bertemu banyak pihak yang membuka peluang rawan percaloan. Banyak daerah yang telah melaksanakan kebijakan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu, antara lain Kabupaten Sragen, Kota Yogyakarta, Kabupaten Jembrana, dan Kota Cimahi. Kota Cimahi yang semula berawal dari sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung mengalami perubahan status menjadi Kota Cimahi pada 2001. Kota baru ini menunjukkan keberadaannya, salah satunya dalam bidang investasi dengan mendapatkan "Investment Award 2009" untuk kategori Kota Dengan Pelayanan Penanaman Modal Terbaik dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jakarta pada 2009. Menurut Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Agung Pambudi, salah satu tolok ukur sebuah kota serta kabupaten yang masuk nominasi Invesment Award karena daerah tersebut telah menciptakan iklim investasi yang baik (Antara, 2009).

1.2. Perumusan Masalah Dengan adanya perubahan status Kota Cimahi tentunya membuat kota tersebut harus mandiri dalam pelaksanaan pembangunan. Hingga saat ini perkembangan Kota Cimahi dapat dikatakan baik. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cimahi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan pendapatan ini membawa pengaruh positif untuk pembangunan di Kota Cimahi. Peningkatan PAD Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi (Rupiah) Tahun Pendapatan Asli Daerah 2002 22.712.795.411,05 2003 30.160.368.892,51 2004 39.330.768.158,52 2005 48.242.903.313,50 2006 50.325.670.467 2007 55.813.859.454 Sumber : BPS berbagai edisi, diolah PDRB per kapita Cimahi juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan yang paling besar yaitu sebesar 1499,22 ribu rupiah terjadi pada tahun 2006 dan peningkatan paling kecil terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 358,84 ribu rupiah. Tabel 2. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Cimahi Tahun PDRB (ribu rupiah) 2003 11.820,11 2004 12.178,95 2005 13.178,55 2006 14.677,77 2007 15.443,28 Sumber : BPS (2007)

Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang sebenarnya memengaruhi investasi asing yang ada di kota Cimahi. Juga akan diketahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Cimahi sehingga dapat diketahui sektor apa yang potensial dalam pelaksanaan investasi. Dari pemaparan diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor faktor apa yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi? 2. Bagaimana pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang ada di kota Cimahi? 1.3. Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang ada, maka dapat disimpulkan penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi. 2. Mengidentifikasi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang ada di Kota Cimahi. 1.4. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman seputar kegiatan investasi daerah di Kota Cimahi.

2. Berguna bagi perencanaan pembangunan daerah yang berkaitan dengan peningkatan investasi. 3. Berguna sebagai bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengidentifikasi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang ada di Kota Cimahi dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi. Penelitian mengambil data tahun 1990 hingga tahun 2007. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing menggunakan analisis regresi dengan tahun data tahun 1990-2007. Identifikasi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dianalisis dengan menggunakan analisis Shift Share. Data yang digunakan adalah data tahun 2001 hingga tahun 2007 karena dianggap merefleksikan PDRB Kota Cimahi setelah Undang-undang Republik Indonesia nomor 9 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi dikeluarkan dan diimplementasikan pada Oktober 2001. Analisis Shift Share digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang ada di Kota Cimahi. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai rekomendasi untuk pelaksanaan investasi asing di Kota Cimahi agar dapat diketahui sektor-sektor apa saja yang menguntungkan dalam pelaksanaan investasi. Penelitian ini mengambil sembilan sektor perekonomian yang dapat menjadi tolak ukur pertumbuhan suatu perekonomian. Sektor yang digunakan adalah (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas, dan Air

Minum; (5) Bangunan; (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi; (8) Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan (9) Jasa-jasa.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut dan menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut (Tarigan,2002). 2.2. Konsep Perkotaan Perkotaan mempunyai beberapa pengertian. Menurut UU No. 22 Tahun 1999, kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. O Sullivan (2001) dalam Anjani (2007) menyatakan bahwa kota adalah pusat perdagangan dan produksi. Pusat kota adalah wilayah di mana terdapat pusat pelayanan pemerintah. Terdapat pula pengertian area perkotaan, yaitu wilayah yang terdiri dari minimal satu pusat kota dan dikelilingi oleh area yang memiliki kepadatan penduduk lebih dari 1000 jiwa per m 2, sehingga total penduduk dalam area perkotaan minimal 50 ribu jiwa. Kota metropolitan adalah area yang memiliki jumlah penduduk

yang sangat besar di pusat kota dan terintegrasi secara ekonomi. Salah satu karakteristik kota metropolitan adalah jumlah penduduk yang melebihi 50 ribu jiwa. 2.3. Pengertian Investasi Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam Ferdiyan (2006) investasi adalah kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang. Pada dasarnya investasi dibedakan menjadi investasi finansial dan investasi non finansial. Investasi finansial adalah bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Investasi non finansial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud kapital atau barang modal, termasuk pula di dalamnya inventori (persediaan). Namun demikian, investasi finansial dapat juga direalisasikan menjadi investasi fisik. Berdasarkan konsep pendapatan nasional yang mengacu pada A System of National Account (UN, 1968) dalam BPS (2003), pengertian investasi adalah selisih antara stok kapital pada tahun (t) dikurangi dengan stok kapital pada tahun (t-1), atau setiap ada penambahan atau penimbunan modal. Menurut Mankiw (2004), investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi dibagi menjadi tiga sub kelompok, yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap rumah tangga, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan oleh perusahaan; investasi tetap rumah tangga adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah; sedangkan investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan, barang dalam proses, dan barang jadi.

2.4. Investasi Asing Investasi asing atau biasa disebut Penanaman Modal Asing (PMA) adalah salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Salvatore (1997) menjelaskan bahwa PMA terdiri atas : 1. Investasi portofolio (portofolio investment), yakni investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-kegiatan investasi potofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya. 2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrikpabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya. Negara-negara yang menganut sistem ekonomi terbuka pada umumnya memerlukan investasi asing, terutama bagi perusahaan yang menghasilkan barangbarang yang akan diekspor. Di negara maju, modal asing tetap dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi domestik, menghindari kelesuan pasar, dan penciptaan kesempatan kerja. Apalagi di negara berkembang yang sangat memerlukan modal untuk pembangunannya, terutama jika modal dari dalam negeri tidak mencukupi. Untuk menarik masuknya investasi asing ke dalam negeri, maka diperlukan upaya, antara lain dengan proses promosi ke negara-negara maju, menciptakan iklim

yang kondusif untuk penanaman modal, misalnya dengan menciptakan peraturanperaturan yang jelas untuk kelancaran investasi, menjaga kestabilan politik dan ekonomi, serta menyediakan sarana dan infrastruktur yang mendukung. Diperlukan juga badan yang mengawasi kelancaran kegiatan penanaman modal, seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang ada di Indonesia. Pelaksanaan PMA diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang (UU) No 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan diperbaharui oleh UU No 11 Tahun 1970 tentang penanaman modal asing. UU itu didukung oleh berbagai kemudahan yang dilengkapi dengan berbagai kebijakan dalam paket-paket deregulasi. 2.5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi a. Pendapatan Riil Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Perubahan laju pertumbuhan investasi tersebut memengaruhi tinggi rendahnya pembangunan ekonomi di wilayah tersebut. Oleh karena itu, setiap negara ataupun daerah tentu berupaya menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi agar investasi dapat masuk ke dalamnya. Investasi merupakan salah satu komponen dari Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara, sedangkan komponen lainnya adalah konsumsi, pembelian pemerintah dan ekspor bersih negara tersebut. Hubungan antara PDB dan investasi dapat dilihat pada Gambar 3

Y (PDB) I = I I Sumber : Mankiw (2004) Gambar 3. Hubungan Investasi dan PDB b. Tenaga Kerja Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi. Semakin banyak tenaga kerja pada suatu sektor perekonomian maka akan mendorong terjadinya penurunan tingkat upah, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh investor menurun. Penurunan biaya ini tentunya akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh investor yang tentunya akan menjadi daya tarik bagi investor untuk melakukan investasi (Sukirno, 1985). c. Inflasi Inflasi dapat didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga-harga umum atau harga rata-rata yang berlangsung terus-menerus dengan laju yang tidak kecil (Ackley, 1961). Inflasi memengaruhi investasi, walaupun secara tidak langsung. Ketika terjadi inflasi maka harga-harga pada umumnya akan mengalami kenaikan, termasuk harga faktor produksi. Ketika harga-harga faktor produksi meningkat, investor cenderung akan mengurangi investasinya. Menurut teori aliran klasik, inflasi terjadi apabila kuantitas uang bertambah, dan inflasi berhenti apabila kuantitas uang distabilisasi. Dalam hal ini, tingkat harga

sangat bergantung secara langsung dengan kuantitas uang; sedangkan menurut Keynes suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun kuantitas uang konstan (Ackley, 1961). d. Infrastruktur Infrastuktur adalah salah satu faktor pendukung dalam pembangunan. Banyak daerah yang memiliki kekayaan alam yang baik tetapi belum dapat dimaksimalkan penggunaannya karena keterbatasan infrastruktur yang ada. Infrastuktur juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan investasi. Hasil survei Bank Dunia pada tahun 2007 menyatakan bahwa iklim investasi di Indonesia tergolong buruk. Iklim yang dimaksud antara lain stabilitas ekonomi makro, kepastian hukum, sistem perpajakan, regulasi, korupsi, ketersediaan SDM yang terampil, dan ketersediaan infrastruktur (jalan, pelabuhan, telekomunikasi, dsb). Semakin banyak jalan dengan kondisi baik (diaspal) akan memperlancar proses distribusi produk. Semakin lancar proses distribusi maka biaya produksi akan menurun. Biaya produksi yang rendah merupakan salah satu daya tarik bagi investor. Oleh karena itu, semakin banyak jalan yang diaspal akan semakin banyak realisasi investasi yang ada. e. Kebijakan Peraturan Perundang-Undangan Investasi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang mendorong atau membatasi investasi melalui peraturan perundang-undangan, misalnya undangundang pajak dan pabean atau paket-paket kebijakan tentang undang-undang investasi yang mempermudah pelaksanaan investasi di Indonesia (Mankiw, 2004). Pelaku investasi tentunya mempunyai ekspektasi yang baik terhadap investasi yang akan dilakukannya. Korupsi, kurangnya transparansi dan keefisienan merupakan

faktor yang menghambat investasi. Maka dari itu dibuat peraturan perundangundangan untuk mengatasinya. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada sehingga dapat mendorong timbulnya investasi. 2.6. Analisis Shift Share Shift Share (SS) diperkenalkan oleh Perloff et all. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Adapun kegunaan dari analisis ini yaitu : 1. Menganalisis perkembangan sektor perekonomian suatu wilayah terhadap wilayah lain yang lebih luas (wilayah diatasnya). 2. Menganalisis perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. 3. Membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor di wilayah tertantu dan pertumbuhan antar wilayah sehingga dapat diketahui perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lain. Analisis ini juga dapat digunakan untuk menduga kebijakan nasional/wilayah mengenai investasi. Sebagai sebuah alat analisis Shift Share tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan. Keunggulan Analisis Shift-share antara lain : 1. Analisis Shift-share tergolong sederhana namun dapat memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi. 2. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

Adapun kelemahan dari analisis Shift-share antara lain : 1. Hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post. 2. Komponen PP dan PPW mengasumsikan bahwa perubahan penawaran dan pemintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. 3. Ada data periode waktu tertentu ditengah periode pengamatn yang tidak teranalisis. 4. Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah. 2.7. Konsep Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pelayanan Terpadu Satu Pintu diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dalam peraturan ini, pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu. Pembinaan sistem ini dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala Daerah sesuai dan kewenangan masing-masing. Pelayanan satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan di bidang penanaman modal yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap pengeluaran dokumen dilakukan dalam satu tempat. Konsep pelayanan satu pintu terdiri dari penyederhanaan perizinan, penyederhanaan prosedur, penyederhanaan waktu, dan penyederhanaan pembiayaan. Jangka waktu

paling lama pengeluaran izin tidak lebih dari 15 hari. Biaya perizinan ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah. 2.8. Penelitian Terdahulu Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian ini diantaranya penelitian Masitoh (2007) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Investasi di Indonesia mengenai faktor-faktor yang memengaruhi investasi di Indonesia serta kebijakan apa yang dapat diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan kembali investasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan pengolahan data menggunakan program E-views 4 dan Microsoft Excel. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi, yaitu pendapatan riil perkapita, investasi pemerintah khusus infrastruktur, upah minimum, pajak dan inflasi. Pendapatan riil per kapita dengan elastisitas sebesar 0,8875, investasi pemerintah khusus infrastruktur dengan elastisitas 0,8407, dan upah minimum dengan elastisitas sebesar 1,514 berpengaruh positif terhadap investasi PMDN, sedangkan variabel pajak dengan elastisitas -0,5747 berpengaruh negatif terhadap investasi PMDN. Banyaknya pajak dan retribusi baru yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dapat menambah biaya tinggi bagi investor sehingga dapat memberikan pengaruh yang negatif. Variabel pendapatan riil perkapita, upah minimum, dan inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap investasi PMA, sedangkan variabel investasi pemerintah khusus infrastruktur dan pajak tidak berpengaruh terhadap kegiatan investasi asing di Indonesia. Pendapatan riil per kapita, upah minimum berpengaruh

positif terhadap investasi PMA dengan elastisitas masing-masing sebesar 1,136 dan 1,6607, sedangkan laju inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi PMA dengan elastisitas sebesar -0,0063. Di samping itu, diperlukan kebijakan pemerintah yang berpihak pada peningkatan sarana dan prasarana berupa penyediaan barang-barang publik sehingga infrastruktur yang memadai akan mendorong investasi baik dari dalam maupun luar negeri. Penelitian Anjani (2007) yang berjudul Analisis Pertumbuhan Sektor- Sektor Perekonomian Pasca Otonomi Daerah (Studi Kasus : Kota Depok) mengidentifikasi tentang pertumbuhan PDRB sektor-sektor ekonomi Kota Depok sebelum dan pada masa otonomi daerah, menganalisis laju pertumbuhan serta daya saingnya, dan mengidentifikasi profil pertumbuhan PDRB dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian yang ada di kota tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Shift Share. Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan PDRB sektor-sektor perekonomian Kota Depok selama otonomi daerah tahun 2001-2004 mengalami peningkatan sebesar Rp 276.897,01 juta. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan terbesar, sedangkan sektor pertanian memiliki pertumbuhan terkecil. Pada masa otonomi daerah, Kota Depok memiliki laju pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Daya saing Kota Depok terhadap provinsi Jawa Barat tahun 2001-2004 adalah sebesar 2,46 persen yang menunjukkan bahwa secara umum sektor-sektor perekonomian yang ada di Kota Depok memiliki daya saing yang cukup baik bila dibandingkan wilayah lain yang ada di provinsi Jawa Barat.

Dewi (2007) dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kawasan Timur Indonesia sebelum dan pada awal otonomi daerah dengan menggunakan analisis Shift Share. Berdasarkan hasil penelitian tersebut secara keseluruhan pada masa sebelum dan awal otonomi daerah pertumbuhan ekonomi Kawasan Indonesia Timur termasuk dalam pertumbuhan yang progresif (maju) namun apabila dilihat dari masing-masing sektor masih terdapat sektor yang mempunyai pertumbuhan lambat. 2.9. Kerangka Pemikiran Setelah diterapkannya sistem desentralisasi di Indonesia, maka setiap daerah berlomba-lomba meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan di daerahnya masingmasing karena selama diberlakukannya sistem sentralisasi ada beberapa daerah yang mengalami ketidakmerataan pembangunan. Dengan adanya desentralisasi tentu saja berpengaruh pada perekonomian daerah yang mengalaminya, termasuk Kota Cimahi. Desentralisasi membuat Kota Cimahi mengatur sendiri perekonomiannya dengan membuat kebijakan otonomi daerah yang mengatur berbagai hal, termasuk perekonomian. Maka dari itu ingin dilihat bagaimana pengaruhnya, terutama kepada pertumbuhan ekonomi Kota Cimahi dan sektor-sektor perekonomiannya. Penelitian ini akan melihat bagaimana keadaaan perekonomian Kota Cimahi dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada investasi di Kota Cimahi terutama investasi asing dan bagaimana perkembangan perekonomian yang ada di kota tersebut..

Perubahan Status Kota Cimahi Perekonomian Kota Cimahi Pertumbuhan Sektor- Sektor Perekonomian Kota Cimahi sebagai Peraih Investment Award Analisis Shift Share Faktor-faktor yang memengaruhi investasi Investasi Kota Cimahi Regresi Linier Berganda Rekomendasi Kebijakan Gambar 4. Kerangka Pemikiran 2.10. Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang ada dan kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan beberapa hipotesis, yaitu : 1. Variabel infrastruktur diduga mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah investasi. Semakin baik infrastruktur maka akan semakin tinggi jumlah investasi yang ada.

2. Variabel tingkat inflasi diduga mempunyai hubungan yang negatif dengan jumlah investasi. Semakin tinggi tingkat inflasi maka akan semakin rendah jumlah investasi yang ada. 3. Variabel tenaga kerja mempunyai hubungan positif dengan tingkat investasi. Semakin banyak tenaga kerja yang tersedia maka nilai investasi akan tinggi, demikian pula sebaliknya jika tenaga kerja yang tersedia sedikit maka nilai investasi akan rendah. 4. Variabel PDRB mempunyai hubungan positif terhadap tingkat inflasi. Semakin besar nilai PDRB maka semakin tinggi nilai investasi dan sebaliknya semakin kecil nilai PDRB maka akan semakin rendah nilai investasinya. 5. Variabel dummy peraturan perundang-undangan mempunyai hubungan positif terhadap investasi. Peraturan dibuat untuk mempersingkat birokrasi sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi. Dengan demikian investasi dapat meningkat.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang berasal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat serta BPS Cimahi. 3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square) ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematika dari Jerman. Estimasi koefisien regresi dilakukan melalui metode Ordinary Least Square (OLS). Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linier berganda. Analisis linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi. Pengolahan data menggunakan Eviews 4.1, Minitab 14 dan Microsoft Excel. 3.2.1. Metode Ordinary Least Square (OLS) Model regresi linear merupakan suatu model yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel X (variabel bebas) terhadap variabel Y (variabel tak bebas). Jika hanya terdapat satu variabel dependen dan satu variabel independen disebut analisis regresi sederhana, tetapi jika terdapat beberapa variabel independen disebut analisis regresi berganda.

Model regresi dengan lebih dari satu variabel independen secara umum dapat dituliskan sebagai berikut : Y = β + β X + β X + + β X + u i = 1,2,.,n (3.1) di mana : Y i β 0 β i X i ui n = variabel tak bebas (dependent variabel) = intersep = koefisien kemiringan = Variabel bebas yang menjelaskan variabel tak bebas Y (independent variabel) = unsur gangguan (galat) = banyaknya variabel dependen dalam fungsi Metode estimasi OLS mempunyai asumsi atau persyaratan yang melandasi estimasi koefisien regresi yaitu: 1. Nilai e t yang diharapkan (expected value) adalah nol, yaitu E(e t x t ) = 0, karena nilai y yang diharapkan hanya dipengaruhi oleh variabel independen E(y) = β 0 + β 1 x t 2. Tidak ada korelasi antara u i dengan u j {cov (u i. u j ) = 0}; i j, artinya, deviasi Y i dari rata-rata populasi (mean) tidak menunjukkan pola {E( u i,u j ) = 0}. 3. Homoskedastisitas ; yaitu besarnya varian u i sama atau var (u i ) = σ 2 untuk setiap i. 4. Kovarian antara u i dan X i nol {cov (u i. X i ) = 0}, artinya tidak ada korelasi antara u i dan X i. Jika terdapat hubungan di mana X i meningkat dan mengakibatkan u i juga meningkat atau ketika X i menurun, maka u i juga mengalami penurunan maka

dapat dikatakan bahwa hal tersebut menunjukkan adanya korelasi antara u i dan X i. 5. Tidak ada multikolinearitas, artinya tidak ada hubungan yang nyata antar independen dalam model regresi. Asumsi di atas adalah asumsi yang diperlukan agar penduga koefisien regresi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), atau mempunyai sifat linier, tidak bias. 3.2.2. Perumusan Model Model yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari model penelitian Ferdiyan (2006) mengenai pengaruh otonomi daerah terhadap pertumbuhan investasi di Provinsi Jawa Barat yang menyatakan bahwa investasi berhubungan dengan suku bunga, tingkat inflasi, PDRB, dan upah minimum. Model tersebut sesuai dengan masalah yang akan dianalisis, tetapi dilakukan penyesuaian dengan kondisi di Kota Cimahi. Investasi berhubungan dengan infrastruktur, dalam hal ini adalah panjang jalan yang diaspal. Semakin baik infrastruktur diharapkan semakin banyak pula realisasi investasi yang ada di suatu daerah. Inflasi juga mempunyai hubungan dengan investasi. Inflasi yang tinggi membuat investor enggan untuk berinvestasi, akibatnya nilai realisasi investasi menurun. PDRB suatu daerah juga mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi. PDRB merupakan salah satu ukuran pertumbuhan perekonomian daerah. Perekonomian yang baik merupakan daya tarik bagi investor. Pemerintah juga mengeluarkan peraturan dalam pelaksanaan investasi di Indonesia. Peraturan yang dibuat diharapkan menjadi daya tarik bagi investor

untuk berinvestasi. Dari keterkaitan antara faktor-faktor tersebut, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : PMA t = β 0 + β 1 Jalan t + β 2 Inf t + β 3 PDRB t + β 4 Tk t + β 5 D + e (3.3) di mana : PMA Jalan Inf TK PDRB D = investasi PMA riil Cimahi tahun dasar 2000 (miliar rupiah) = panjang jalan yang diaspal (Km) = inflasi Cimahi = banyaknya angkatan kerja yang bekerja (orang) = Produk Domestik Regional Bruto riil Cimahi (miliar rupiah) = Dummy di mana D=0 tahun sebelum dan D=1 sesudah adanya PTSP, e t = error term = periode waktu (tahun) 3.2.3. Pengujian Model Setelah mengestimasi parameter regresi dengan metode OLS, dilakukan pengujian terhadap parameter tersebut. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian statistik, pengujian ekonometrik dan pengujian ekonomi. Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel dependennya. Sedangkan pengujian secara ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah parameter yang diestimasi melakukan pelanggaran atau tidak terhadap asumsi klasik OLS. Sedangkan pengujian ekonomi dilakukan untuk melihat apakah tanda dan besaran koefisien dugaan yang diperoleh sesuai dengan teori ekonomi.

3.2.4. Kriteria Statistik 3.2.4.1.Uji Koefisien Determinasi (R-Squared) Nilai R-squared menyatakan seberapa besar variasi atau keragaman dari variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. R-squared mempunyai 2 sifat (Gujarati, 1978), yaitu 1. Nilai R-squared selalu non negatif. 2. Nilai terkecil 0 dan terbesar 1 Jika R-squared bernilai nol maka artinya keragaman dari variabel dependen tidak dapat diterangkan oleh variabel independennya. Sebaliknya. jika nilai R- squared bernilai satu maka keragaman dari variabel dependen secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel independennya secara sempurna. 3.2.4.2.Uji F Uji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara bersama-sama. Uji F juga digunakan untuk melihat apakah model penduga yang dipakai sudah layak untuk menduga parameter yang ada di dalam persamaan. Hipotesis yang digunakan secara umum adalah sebagai berikut : H 0 =β i = 0, artinya tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap penanaman modal asing H 1 = β i 0, artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh terhadap penanaman modal asing Uji statistik yang digunakan : F hit = /( ) (3.4) di mana :

SSR SSE k n = jumlah kuadrat regresi = jumlah kuadrat galat = jumlah variabel terhadap intersep = jumlah pengamatan/sampel Kriteria uji : F-hitung > F tabel, maka tolak H 0 F-hitung < F tabel, maka terima H 0 Jika F-hitung > F-tabel maka tolak H 0 artinya ada minimal satu parameter yang berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel endogen atau signifikan secara statistik. Jika hasil yang didapat F-hitung < F-tabel maka terima H 0, artinya secara bersama variabel yang digunakan tidak bisa menjelaskan secara nyata keragaman dari variabel endogen. 3.2.4.3. Uji t Pengujian ini digunakan untuk menghitung koefisien regresi tiap variabel independen sehingga dapat diketahui pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependennya. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah : H 0 : β i = 0 H 1 : β i 0; i = 1, 2,, n Uji statistik yang digunakan sebagai berikut : t = (3.5)

di mana: Kriteria Uji : b β i Seβ = Parameter dugaan = Parameter hipotesis = Standar eror parameter β t-hitung > t tabel, maka tolak H 0 t-hitung < t tabel, maka terima H 0 Jika t-hitung > t-tabel maka tolak H 0 berarti variabel signifikan atau berpengaruh nyata secara statistik pada taraf nyata. Jika hasil yang didapat t-hitung < t-tabel maka terima H 0 yang berarti variabel yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. 3.2.5. Kriteria Ekonometrik 3.2.5.1. Uji Normalitas Uji ini diakukan untuk mengetahui apakah residual (error term) terdistribusi normal atau tidak. memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Uji normalitas error term yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Jarque-Bera Test. Kriterianya adalah sebagai berikut : H 0 : Error term terdistribusi normal. H 1 : Error term tidak terdistribusi normal. di mana jika nilai Probability Jarque-Bera pada model lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka disimpulkan bahwa model memiliki error term terdistribusi normal.

3.2.5.2. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Heteroskedastisitas menyebabkan varian koefisien regresi yang besar, yang selanjutnya akan mengakibatkan uji hipotesis yang tidak akurat. Untuk menguji adanya heteroskedastisitas perlu dilakukan uji White. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini yaitu : H 0 : homoskedastisitas H 1 : heteroskedastisitas Dengan kriteria ujinya Probability Obs* R-squared α maka tolak H 0 Probability Obs* R-squared α maka terima H 0 Jika tolak H 0 maka terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model, dan jika menerima H 0 maka tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model. 3.2.5.3. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. OLS mengasumsikan bahwa error merupakan variabel random yang tidak berkorelasi agar penduga bersifat BLUE walaupun masih bersifat tak bias dan konsisten. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi (serrial correlation) dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW). Untuk melihat seberapa besar pengaruh autokorelasi. dapat ditunjukkan dari koefisien korelasinya atau ρ. Besarnya koefisien tersebut adalah -1 < ρ < 1. ) (3.6)