BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI

BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel V.1 Batasan Kadar Zona Endapan Nikel Laterit. % berat Ni % berat Fe % berat Mg. Max Min Max Min Max Min

BAB III LANDASAN TEORI

PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE DATAMINE STUDIO 3 PADA PT. VALE INDONESIA LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

SARI ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

Bab V Pembahasan. Hasil perhitungan cadangan dengan menggunakan masing-masing metode dapat di lihat pada tabel 5.1 (lampiran B)

Bab IV Analisis Statistik dan Distribusi Lubang Bor

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PERMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT BLOK GB PULAU GEE, HALMAHERA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK STUDIO 3 DATAMINE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MOHAMAD ISHLAHUL AZIZ

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI Pembentukan Zona Pada Endapan Nikel Laterit

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Pemodelan Tiga Dimensi (3D) Potensi Laterit Nikel Studi Kasus: Pulau Pakal, Halmahera Timur, Maluku Utara

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

INVERSE DISTANCE WEIGHTING

KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )

Asri P.H. dan Waterman Sulistyana B. Magister Teknik PertambanganUPN Veteran Yogyakarta

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

Bab IV Pengolahan dan Analisis Data

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

Abstrak

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

Muhammad Amril Asy ari (1)

BAB III TEORI DASAR 3.1 Genesa Endapan serta Hubungannya dengan Pelapukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.1 KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN ENDAPAN NIKEL LATERIT, KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

TA5212 Eksplorasi Cebakan Mineral. Pengenalan Eksplorasi Geokimia

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan dan Manajemen Eksplorasi

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BITUMEN PADAT

STUDI PERBANDINGAN METODE NEAREST NEIGHBOURHOOD POINT (NNP), INVERSE DISTANCE WEIGHT (IDW) DAN KRIGING PADA PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL LATERIT TESIS

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

Exploration Is The Key of Efficiency

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua

Tugas 1. Metoda Perhitungan Cadangan (TA3113)

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

PENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penyusunan Basis Data Assay Basis data Assay dan data informasi geologi adalah data data dasar di dalam proses permodelan dan estimasi sumberdaya bijih. Prosedur awal setelah data tersebut dimasukkan adalah komposit data tetapi di dalam penelitian ini tidak dilakukan karena hasil dari data asli sudah memberikan nilai yang sangat teliti. Semua informasi untuk proses permodelan dan estimasi tersebut tertuang di dalam basis data Assay ini, sehingga di dalam proses penyusunan data tersebut menjadi teliti dan benar serta selalu memperhatikan validasinya. Telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa basis data assay ini terdiri dari data collar, data survey, data assay dan data lithologi. Data collar menggambarkan penyebaran / distribusi titik bor pada titik koordinat terhadap posisi x, y dan z. Data survey memuat informasi bearing/dip direction, dip, dan deviasi lubang bor/trench/stope sampling namun di dalam penelitian ini data survey tidak digunakan karena pemboran untuk eksplorasi nikel adalah pemboran tegak. Kemudian data assay berisi informasi kedalaman penembusan lubang bor terhadap zona bijih (from to) beserta nilai kadar Ni, Co, Fe, MgO, SiO 2 dan CaO dari setiap interval kedalaman bor tersebut dan memuat informasi rock type yang membedakan jenis batuan (ore/waste) dari tiap penembusan bor inti atau tiap interval sampling. Biasanya data litologi ini didapatkan dari analisis core logging dan data assay kadar. Data tersebut diklasifikasikan ke dalam nilai kadar yang membawa unsur bijih nikel dari setiap interval kedalaman bor dan diidentifikasikan sebagai horizon nikel laterit. Penentuan horizon tersebut dilakukan berdasarkan kadar batas yang ditentukan oleh PT. Antam Tbk. 77

5.2 Verifikasi dan Validasi Data Verifikasi data merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Kesalahan minor pada satu nilai individual dapat memberikan effect terhadap penghalusan korelasi, analisis statistik parameter, ataupun geostatistik. Verifikasi data dilakukan sebelum dan sesudah model dibuat, namun sebelum dilakukan perhitungan sumberdaya. Sumber kesalahan yang biasanya terjadi adalah : Data topografi yang tidak sesuai dengan kondisi aktual di lapangan Hal ini disebabkan oleh teknik surveying yang kurang baik atau grid pemetaan yang kurang mewakili. Topografi merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting di dalam permodelan, terutama untuk nikel laterit. Data topografi dari sumber data memberikan interval kontur setiap 10 meter dari range 0 150 meter di atas permukaan laut. Dalam hal ini merupakan masalah dalam input Studio 3 Datamine yaitu dalam simulasi permodelan akan memberikan hasil yang tidak smooth antara hasil collar/drillhole dengan kondisi topografi. Elevasi yang divisualisasikan dalam Datamine merupakan bentuk hubungan garis yang disebut string dan dihubungkan dalam bentuk segitiga/triangle yang disebut wireframe. Oleh karena itu dengan data topografi interval kontur 10 meter kurang mewakili terhadap jarak spasi antar bor 25 meter yang memberikan hasil nilai error yang sangat besar. Nantinya berujung pada kondisi yang tidak sesuai antara elevasi topografi dengan elevasi collar. Mengingat keterbatasan data yang diberikan, maka digunakan data topografi yang direcontouring dengan interval 2 meter dari acuan titik collar yang dijadikan sebagai titik elevasi survey. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kesalahan/error dari data topografi dengan data collar/bor yang telah disebutkan sebelumnya. Walaupun topografi yang dibuat hanya sebatas titik collar/bor, di dalam perencanaan tambang/pit limitnya topografi yang digunakan hanya sebatas daerah permodelan. Batas daerah topografi yang digunakan adalah batas toleransi setengah jarak titik bor terluar dari daerah penelitian. 78

Hasil recontouring dengan interval 2 meter dalam Studio 3 Datamine seperti pada gambar 5.1 berikut. 500 E 1800 N 550 E 600 E 650 E 700 E 750 E 800 E 850 E 900 E 950 E 1000 E 1050 E 1100 E 1150 E 1200 E 1800 N 1700 N 1700 N 1600 N 1600 N 1500 N 1500 N 1400 N 1400 N 1300 N 1300 N 1200 N 1200 N 1100 N 1100 N 1000 N 1:4500 0 50 100 150 200 250 1000 N 900 N 500 E 550 E 600 E 650 E 700 E 750 E 800 E 850 E 900 E 950 E 1000 E 1050 E 1100 E 1150 E 900 N 1200 E Gambar 5.1 Rekonturing Topografi Blok GB Pulau Gee dengan Interval 2 m dengan Studio 3 Datamine Ketidaksesuaian antara koordinat collar drillhole, outcrop dan topografi Verifikasi mengenai informasi koordinat yang digunakan dalam UTM atau dalam koordinat lokal sangat penting untuk diketahui. Pada kasus ini koordinat yang digunakan adalah koordinat lokal yaitu dalam me dan mn. Kemudian Benchmark juga harus diperhatikan yaitu nilai batas koordinatnya Xmin, Xmax dan Ymin, Ymax Alat pengukuran elevasi yang digunakan juga harus diketahui dengan pasti apakah digunakan DGPS (Differential Global Positioning System) atau Teodolite (To) atau Total Station (TS). 79

Ketidaktelitian pencatatan collar Kejadian yang sering terjadi adalah kekeliruan meletakkan posisi nilai x dan y dalam merekam data. Kemudian dilihat ada atau tidak terdapatnya selisih collar dengan topografi minimum dan maximum dan nilai toleransinya. Namun didalam blok penelitian ini tidak terdapat kesalahan tersebut. Data dapat digunakan ke dalam proses permodelan dan estimasi jika data tersebut telah dikatakan valid berdasarkan faktor faktor di atas. Apabila belum valid, langkah koreksi terhadap data tersebut harus terus dilakukan sampai data tersebut valid. Penyebab - penyebab data menjadi tidak valid harus selalu dianalisis. 5.3 Model Blok Badan Bijih Permodelan dan estimasi sumberdaya blok GB pulau Gee dilakukan dalam dua tahap utama yaitu pertama permodelan badan bijih nikel kemudian dilanjutkan ke tahap estimasi sumberdaya dengan menggunakan metode inverse distance power. Dalam proses permodelan badan bijih, dilakukan korelasi korelasi dari setiap section/penampang bor yang memiliki zona yang sama. Korelasi korelasi tersebut dilakukan secara 3 dimensi kemudian dihubungkan dengan wireframe/kerangka bijih. Korelasi dan wireframe tersebut disesuaikan dengan kondisi topografi sehingga model yang dihasilkan menjadi smooth atau tidak saling overlap. Kemudian terdapat beberapa daerah yang langsung ke horizon saprolit. Kemungkinan pada daerah ini terjadi proses geologi seperti erosi atau proses alam lainnya. Sebelum estimasi sumberdaya ditentukan, yang harus dilakukan adalah menentukan model blok. Dari setiap model blok tersebut dilakukan estimasi kadar berdasarkan metode yang telah disebutkan. Acuan awal kadar tersebut adalah dari setiap interval titik bor dan selanjutnya untuk model blok yang lebih jauh dimasukkan variabel kadar dari setiap model blok terdekat dengan bor yang sudah diestimasi. 80

Untuk ukuran model blok yang digunakan adalah berdasarkan unit penambangan terkecil yaitu ½ dari spasi lubang bor untuk x dan y dan 2 m untuk z sehingga ukuran blok yang digunakan 12,5 x 12,5 x 2 meter. Ukuran ini di ambil berdasarkan konvensi yang telah diuji berdasarkan SMU yang disebut dengan Small Mining Unit. Seharusnya blok blok tersebut disesuaikan dengan alat penambangan yang tersedia oleh perusahaan atau kontraktor. Tetapi dalam penelitian ini diambil berdasarkan kemampuan alat penambangan terkecil yang digunakan dalam penambangan nikel laterit. Model blok yang dibuat bukan model berbentuk bola atau berbentuk lainnya dikarenakan model berbentuk blok mendekati bentuk geometri endapan yang sebenarnya dan dari blok tersebut tersebar secara merata pada setiap sisi suatu zona atau inventarisasi mineral dan lebih mempermudah didalam melakukan proses estimasi kadar. Sedangkan untuk tinggi dari model blok seringkali dibuat sesuai dengan tinggi jenjang yang akan dipakai dalam penambangan. Lokasi dari blok sendiri tergantung pada banyak faktor, misalnya elevasi batas atas blok dibuat berdasarkan batas antara zona ore dengan overburden, kontak antara zona mineralisasi, dan lain sebagainya. 81

5.4 Analisis Statistik Desktriptif 5.4.1 Analisis Statistik Univarian Dari hasil statistik blok utara dan blok selatan daerah penelitian memiliki hasil yang hampir mirip yaitu meliputi parameter nilai penyebaran kadar Ni, Fe dan MgO, sesuai dengan hasil statistik yang berbanding terbalik antara kadar Ni terhadap kadar Fe dan hampir berbanding lurus kadar Ni terhadap MgO. Dari hasil statistik tersebut dapat dijelaskan karakteristik endapan nikel laterit berdasarkan fase pembentukan dan kandungan nilai logamnya. Pada awal pembentukan pada fase pelapukan logam Mg lapuk dan larut pada proses leaching sedangkan Fe tertinggal membentuk koloid silikat. Kemudian terjadi pengkayaan pada zona saprolit sehingga pada zona limonit memiliki kandungan Fe yang tinggi dan Ni rendah dan zona saprolit yang memiliki kandungan nilai kadar Ni yang tinggi dan Fe rendah (larut dan supergen). 5.4.2 Analisis Statistik Bivarian Metode statistik bivarian digunakan untuk menganalisis 2 (dua) kelompok data yang berbeda tetapi terletak pada lokasi yang sama, dimana dalam kasus ini kelompok data yang dianalisis yaitu data kadar Ni dan data kadar Fe serta data kadar MgO yang terdapat pada lokasi yang sama yaitu pada masing-masing blok pemodelan. Adapun metode statistik bivarian yang umum digunakan yaitu diagram pencar atau scatter plot. Seperti pada gambar 5.2 berikut. 82

3 2 1 Gambar 5.2 Korelasi Kadar Ni dan Fe Blok Selatan Tanda panah di atas menunjukkan zonasi nikel laterit secara vertikal. Tanda panah 1 menunjukkan proses pengkayaan unsur Ni dan meningkat secara bertahap. Sedangkan untuk unsur Fe terjadi sedikit kenaikan. Tanda panah kedua menunjukkan kadar Fe meningkat dari ± 10 % menjadi ± 28 %. Tanda panah ketiga menunjukkan kadar Fe meningkat lagi menjadi ± 35 %. Sedangkan nilai kadar Ni semakin menurun mendekati nilai ± 1,8 % menjadi 1,4 %. Kemudian terus menerus kadar Fe semakin meningkat mendekati ± 50%. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi zona peralihan dari zona saprolit ke zona limonit. Dan kadar Ni semakin kecil mendekati nilai 1 % yang merupakan karakteristik zona top soil. 83

1 2 Gambar 5.3 Korelasi Kadar Ni dan MgO Blok Selatan Tanda panah diatas juga menunjukkan proses zonasi nikel laterit secara vertikal. Tanda panah 1 menunjukkan bahwa unsur MgO pada awal pelapukan naik kepermukaan berkisar ± 33 % sementara kadar nilai Ni ikut terlapukkan yang berasal dari protholit dan belum menunjukkan kenaikan dengan kata lain kadar Ni belum terkayakan. Setelah proses leaching terjadi, unsur Ni dan MgO larut dan terjadi pengkayaan pada zona saprolit sehingga terlihat kadar Ni yang semakin naik yang ditunjukkan tanda panah 2. Mulai kadar berkisar ± 1,2 % unsur Ni semakin naik secara bertahap sampai bernilai ± 2,5 %. Seiring unsur Ni semakin naik, terjadi kenaikan juga pada unsur MgO sampai ± 32 %. Kemudian MgO semakin larut kebawah sampai pada zona bedrock dikarenakan sifat kelarutan MgO lebih tinggi dibandingkan unsur Ni sehingga pada korelasi diatas dapat terlihat juga bahwa nilai MgO semakin menyebar sampai zona paling bawah. Seperti yang telah dibahas pada analisis statistik unvarian bahwa nilai kadar Ni dan MgO berbanding lurus. 84

5.5 Klasifikasi Hasil Estimasi Mineral Hasil estimasi mineral nikel pada penelitian ini diklasifikasikan ke dalam sumberdaya terukur dan juga dapat dikatakan sebagai sumberdaya ekonomis dengan memasukkan unsur nilai Cut Off Grade yang tersusun dalam beberapa skenario. Secara umum jika suatu sumberdaya sudah terlibat unsur nilai Cut Off Grade bisa di katakan sebagai klasifikasi cadangan. Tetapi di dalam hal ini penulis mengambil beberapa pertimbangan antara lain : - Pengertian Cut Off Grade adalah kadar rata rata mínimum dari suatu nilai bijih yang masih bernilai ekonomis dan dapat ditambang. Hal ini dapat diindikasikan bahwa pengertian tersebut lebih mengacu kepada jumlah rata rata dari nilai ekonomis suatu bijih pada saat produksi dari penambangan, dengan kata lain bijih yang masih memiliki nilai kadar dibawah COG jika digabungkan dengan kadar bijih bernilai tinggi diatas dari nilai COG akan menghasilkan nilai kadar yang lebih sedikit atau sama dengan nilai COG. Tentunya juga melibatkan dan mempertimbangkan ongkos produksi dan ongkos operasi penambangan. - Jika dalam suatu sumberdaya dengan menginputkan nilai COG dalam perangkat lunak Studio 3 Datamine, nilai COG tersebut diambil dari nilai kadar minimum COG dari satu blok bukan dari kadar rata rata beberapa blok, dengan kata lain penaksiran jumlah nilai kadar diatas dari nilai COG hanya ditaksir secara 2 dimensi. Sehingga jika akan dilanjutkan ke tahap klasifikasi cadangan harus ditentukan terlebih dahulu perencanaan Pit Design/Pit Limit secara 3 dimensi. Secara lebih spesifik, klasifikasi sumberdaya yang digunakan pada penaksiran bijih nikel pada Blok GB Pulau Gee bisa didasarkan pada klasifikasi yang sesuai dengan standar pelaporan sumberdaya dan cadangan di dunia seperti yang disebutkan pada bab III. Yaitu : 85

1. Sumberdaya tereka (inferred resources), yaitu pada area-area yang telah dilakukan pemboran/sampling dengan spasi yang lebih besar dari 50 m atau pada badan bijih yang sulit dilakukan interpretasi antar section. sumberdaya mineral yang dimana tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan rendah. Pada tahapan ini dilakukan asumsi dari fakta-fakta geologi yang ada dan tidak ada verifikasi dari informasi geologi dan/atau kemenerusan kadar. Informasi-informasinya didapat dari lokasi outcrop, paritan, test-pit, lubang bor dimana informasi yang didapat tebatas dan kualitasnya tidak pasti dan masih diragukan. 2. Sumberdaya terindikasi (indicated resources), yaitu apabila pemboran/sampling dilakukan dengan jarak spasi 25 50 m dan pada badan bijih yang cukup tebal / strukturnya cukup jelas. sumberdaya mineral dimana tonase, density, bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan range dari reasonable sampai confidence. Estimasi didasarkan pada informasi eksplorasi, sampling, dan hasil pengujian yang terkumpul melalui teknik-teknik tertentu yang teruji dari lokasi pengambilan sample misalnya singkapan, trench (paritan), sumur uji (test pit), lubang bor. Lokasi yang diteliti terlalu luas dibandingan Informasi-informasi yang dikumpulkan sehingga tidak cukup untuk digunakan mengkonfirmasi geologi dan/atau kemenerusan kadar tetapi cukup untuk melakukan asumsi kemenerusannya. 3. Sumberdaya terukur (measured resources), yaitu apabila pemboran dilakukan pada jarak spasi 12.5 25 m. Sumberdaya mineral dimana tonase, kerapatan, bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Estimasi didasarkan pada informasi detail yang didapat dari kegiatan eksplorasi, sampling, dan datadata yang dikumpulkan dari lokasi-lokasi singkapan, trench (paritan), sumur uji (test pit), lubang bukaan dan lubang bor dan telah teruji dengan 86

menggunakan teknik tertentu. Antar luas lokasi penelitian dengan data-data yang dikumpulkan mempunyai relasi yang kuat sehingga cukup untuk mengkonfirmasi kemenerusan geologi dan/atau kadar. Berdasarkan pertimbangan dan klasifikasi di atas, penelitian ini tergolong kepada sumberdaya terukur dan dikatakan sumberdaya yang ekonomis dengan melibatkan unsur nilai Cut Off Grade. 87