Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN KOPERASI PENDIRIAN KOPERASI

PROSEDUR/TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI Di KALANGAN MASYARAKAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 10/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG KELEMBAGAAN KOPERASI

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 15 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.

CHECKLIST PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

Walikota Tasikmalaya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

KOPERASI. Published by : M Anang Firmansyah

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEWENANGAN NOTARIS MEMBUAT AKTA KOPERASI Habib Adjie (Notaris PPAT PL II Kota Surabaya) TELP : FAX :

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 17 TAHUN 1994 TENTANG PEMBUBARAN KOPERASI OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

TANGGUNG JAWAB YURIDIS PENYELENGGARAAN DAFTAR PEMEGANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1995

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Koperasi. By :

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PER/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

MASALAH HUKUM KOPERASI BERBADAN HUKUM YANG BERSTATUS PASIF DAN BEKU WIDIASTUTI, SH MS Dosen Fakultas Hukum UNISRI

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

GUBERNUR JAWA TENGAH

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

BERITA KOTA SERI : E NOMOR PERATURAN TENTANG. memperkuat. struktur. Peraturan. No. DAG/PER/9/ Penerbitann Perdagangan. 2. Undang-U. tentang.

Menimbang : a. Mengingat : 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 17 TAHUN 1994 TENTANG PEMBUBARAN KOPERASI OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK. (1) Badan Usaha Koperasi ini bernama KOPERASI

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

PROVINSI JAWA TENGAH

Dosen Fakultas Hukum USI

ANGGARAN RUMAH TANGGA PRIMER KOPERASI PEGAWAI UPN VETERAN YOGYAKARTA. Badan Hukum : 479 a/bh/xi/12-67 BAB I UMUM

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKTA PENDIRIAN KOPERASI KONSUMEN... Nomor:.

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1994 TENTANG PEMBUBARAN KOPERASI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

ASPEK HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAN MANAJEMEN KOPERASI 1 Oleh: Andre Makadao 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah ketentuan hukum mengenai pendirian Koperasi dan bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban pengurus dalam pengelolaan keuangan maupun manajemen koperasi. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dapat disimpulkan, bahwa : 1. Aspek Hukum Mengenai Pendirian Koperasi U.U No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang menggantikan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, untuk dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. 2.Pertanggungjawaban Pengurus dalam pengelolaan keuangan maupun manajemen koperasi, berdasarkan pada prinsip bahwa Pengurus memikul tugas bagaimana dapat menjalankan Koperasi dengan cara memperoleh dana yang tidak merugikan Koperasi, dan menggunakannya seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini merupakan wujud dari tujuan manajemen keuangan Koperasi. Tujuan tersebut adalah memaksimisasi laba (SHU) yang pada akhirnya dapat memaksimisasi kesejahteraan anggota. Kata kunci: Pengelolaan keuangan, koprasi. 1 Artikel Skripsi 2 NIM 090711103 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila dilihat secara hukum, koperasi merupakan bentuk badan usaha yang sebelumnya diatur melalui Undang-undang (U.U) No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang kemudian diganti dengan UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Secara kelembagaan dengan diundangkannya UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, koperasi telah memperoleh legitimasi dari pemerintah dan hukum, untuk dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik di masyarakat. Di sisi lain, masyarakat saat ini seolaholah menghadapi kebingungan, akan peran serta keberadaan koperasi, apakah tetap masih memiliki jiwa dan semangat untuk memajukan ekonomi anggota ataukah koperasi hanya menjadi sarana bagi para pengurus untuk memperoleh uang dari anggota, dan kemudian para pengurus mengambil keuntungan pribadi melalui pengelolaan koperasi yang mereka lakukan. Persoalan-persoalan yang muncul pada koperasi yang diakibatkan salah urus oleh para pengelola koperasi, koperasi tidak berkembang, atau penyalahgunaan kewenangan oleh para pengurus koperasi, merupakan catatan buram tersendiri dari pengelolaan koperasi di Indonesia. Persoalan lainnya, yaitu tidak pahamnya para anggota akan peran dan fungsi rapat anggota dimana para anggota koperasi termasuk bagian dari rapat anggota, turut memberikan andil bagi penyalahgunaan kewenangan para pengurus koperasi, yang pada akhirnya akan mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru pada koperasi, koperasi tidak berkembang, salah urus, ataupun kebangkrutan pada koperasi karena tidak dapat dipertanggungjawabkannya pengelolaan koperasi oleh para pengurus. Melihat uraian tersebut kiranya menarik hal ini apabila kemudian dikaji lebih lanjut dalam karya ilmiah yang berbentuk skripsi. 39

B. RUMUSAN MASALAH Masalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah ketentuan hukum mengenai pendirian Koperasi? 2. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban pengurus dalam pengelolaan keuangan maupun manajemen koperasi? C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif, yaitu dengan melihat hukum sebagai kaidah (norma). Untuk menghimpun bahan digunakan metode penelitian Kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari kepustakaan hukum atau peraturan tentang pendirian dan pengelolaan koperasi, artikel-artikel hukum, dan berbagai sumber tertulis lainnya. Bahanbahan yang telah dihimpun selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisa kualitatif. PEMBAHASAN 1. Aspek Hukum Mengenai Pendirian Koperasi Pasal 7 UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian menerangkan, (1) Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Anggota sebagai modal awal Koperasi. (2) Koperasi Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) Koperasi Primer. Penjelasan Pasal 7 ayat (1) menyatakan, Persyaratan ini dimaksudkan untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi. Orangseorang pembentuk koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggoaan dan mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. Pasal 8 ayat (2) Pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan dengan kata pendirian yang memuat Anggaran Dasar. (1) Koperasi mempunyai tempat kedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar. Penjelasan Pasal 8 ayat (1) menyatakan, yang dimaksud dengan tempat kedudukan adalah alamat tetap kantor koperasi. Pasal 16 ayat (1) UU ini menentukan, Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) memuat sekurangkurangnya : a. Nama dan tempat kedudukan; b. Wilayah keanggotaan; c. Tujuan, kegiatan usaha, dan jenis Koperasi; d. Jangka waktu berdirinya Koperasi; e. Ketentuan mengenai modal Koperasi; f. Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian Pengawas dan Pengurus; g. Hak dan kewajiban Anggota, Pengawas, dan Penguruswcom h. Ketentuan mengenai syarat keanggotaan; i. Ketentuan mengenai Rapat Anggota; j. Ketentuan mengenai penggunaan Selisih Hasil Usaha; k. Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar; l. Ketentuan mengenai pembubaran; m. Ketentuan mengenai sanksi; dan n. Ketentuan mengenai tanggungan Anggota. Penjelasan Pasal 16 huruf d dan m menyatakan, jangka waktu berdirinya koperasi dapat ditetapkan terbatas dalam jangka waktu tertentu atau tidak terbatas sesuai dengan tujuannya. Sanksi dalam ketentuan ini adalah sanksi yang diatur secara intern oleh masing-masing koperasi, yang dikenakan terhadap Pengurus, Pengawas dan anggota yang melanggar ketentuan Anggaran Dasar. Pasal 13 UU No. 17 Tahun 2012 mengemukakan, Koperasi memperoleh pengesahan sebagai badan hukum setelah Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) disahkan oleh Menteri. (2) Pengesahan Koperasi sebagai badan hukum sebagaimana 40

dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima. (3) Dalam hal Menteri tidak melakukan pengesahan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Akta Pendirian Koperasi dianggap sah. Pasal 14 menyatakan, (1) Dalam hal setelah Koperasi disahkan, Anggotanya berkurang dari jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 maka dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, Koperasi yang bersangkutan wajib memenuhi jumlah minimal keanggotaan. (2) Setelah melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota Koperasi tetap kurang dari jumlah minimal keanggotaan maka Anggota Koperasi bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian yang terjadi dan Koperasi tersebut wajib dibubarkan oleh Menteri. Menurut Pasal 15 ayat (1) mengemukakan, (1) Setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh Anggota, Pengurus, dan/atau Pengawas sebelum Koperasi mendapat pengesahan menjadi badan hukum dan perbuatan hukum tersebut diterima oleh Koperasi, Koperasi berkewajiban mengambil alih serta mengukuhkan setiap perbuatan hukum tersebut. (2) Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diterima, tidak diambil alih, atau tidak dikukuhkan oleh Koperasi, masing-masing Anggota, Pengurus, dan/atau Pengawas bertanggung jawab secara pribadi atas setiap akibat hukum yang ditimbulkan. Sebagai perbadingan penulis mencoba melakukan perbandingan hukum terhadap aturan-aturan pada UU No. 25 Tahun 1992 dan UU No 17 Tahun 2012 tentang Koperasi. Perbandingan terhadap ketentuan hukum UU No. 25 Tahun 1992 dan UU No. 17 Tahun 2012 tentang Koperasi, menurut Fitran Zain 3 Sebagai sarana untuk membedakan UU No. 25 Tahun 1992 dan UU No. 17 Tahun 2012. Dilihat dari segi definisi, dapat dijabarkan pengertian Koperasi sebagai berikut: Menurut UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan menurut UU No. 17 Tahun 2012, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, untuk dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Terhadap proses pendirian Koperasi, harus memenuhi ketentuan Perundangundangan dan ketentuan yang berlaku dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan tempat dimana Koperasi tersebut akan didirikan, dengan uraian sebagai berikut : Dasar Hukum: Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang menggantikan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Persyaratan Untuk Mendapatkan Izin: a. Surat Permohonan b. Berita Acara Pembentukan Koperasi c. Daftar Hadir Pembentukan d. Photo copy KTP Pengurus e. Daftar Simpanan Anggota f. Bukti Setoran Anggota g. Neraca Awal h. Rencana Awal 3 Fitran Zain, 2013. Perbedaan U.U. No.25 Tahun 1992 dan U.U. No 17 Tahun 2012 tentang Koperasi. http://fitranhebat.blogspot.com/2013/04/ perbedaan-uu-no-25-tahun-1992-dengan-uu.html Diakses, tanggal 19 September 2013. 41

Jangka Waktu Berlakunya Izin : Tidak terbatas, selagi Koperasi dimaksud Izin dapat berjalan sesuai dengan ketentuan Perundang- undangan yang berlaku. Ketentuan Pelaksanaan/ Kewajiban Pemegang Izin : Pengelola wajib menjalankan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang telah ditetapkan. Sanksi Atas Pelangggaran Ketentuan Izin : Apabila Koperasi yang dimaksud tidak berjalan sesuai dengan ketentuan kondisi selama 2 (dua) tahun berturut-turut maka Koperasi yang dimaksud dianggap beku dan selanjutnya diproses untuk dibubarkan. 2. Bentuk Pertanggungjawaban Pengurus Dalam Pengelolaan Keuangan Maupun Manajemen Koperasi Pertanggungjawaban pengurus dalam pengelolaan keuang-an maupun manajemen koperasi, tidak terlepas dari aspek manajemen dan hukum terhadap pengelolaan koperasi itu sendiri. Manajemen dapat di definisikan, sebagai berikut: Management as the process of coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and trough other people. 4 Artinya, Manajemen adalah sebuah proses koordinasi aktivitas pekerjaan sehingga mereka dapat menyelesaikannya dengan efektif dan efisien dengan menggunakan bantuan/ melalui orang lain. Yang dimaksud orang lain disini mempunyai arti yang sangat luas, karena dapat berupa bantuan dalam wujud pikiran, tenaga dan dapat pula karena intuisinya. Koperasi secara definisi, menurut UU No. 17 Tahun 2012, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, 4 Robbins, S.P., and Mary Coulter, Management. Seventh Edition. Prentice Hall, Upper Sadle River, New Jersey, 2002, Page 6. untuk dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Sedangkan menurut UU No. 25/1992, Koperasi didefinisikan sebagai: Badan usaha yang beranggotakan orang seorang, atau Badan Hukum Koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Dengan demikian Manajemen Koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan melalui usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam manajemen Koperasi ada tiga unsur utama atau perangkat organisasi Koperasi, yaitu rapat anggota, pengurus dan badan pengawas. 1) Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. 2) Pengurus merupakan pemegang amanah hasil rapat anggota. 3) Badan pengawas sebagai pihak yang mengawasi pengurus dalam menjalankan amanah rapat anggota. Dari ketiga unsur manajemen Koperasi ini, pengurus merupakan unsur yang paling memegang peranan. Oleh karena itu pengurus haruslah mereka yang memiliki kemampuan dan komitmen yang tinggi, dalam memajukan Koperasi. Sebagai badan usaha, Koperasi harus dikelola secara professional. Sehingga pengurus yang mendapat amanah dari anggota untuk menjalankan aktivitas organisasi dan usaha Koperasi perlu memiliki pengetahuan yang luas mengenai cara pengelolaan Koperasi. Salah satunya adalah dalam pengelolaan keuangan atau permodalan. Hal ini sesuai dengan tugas pengurus sebagaimana dinyatakan dalam Ayat 1 Pasal 30 UU No. 25 Tahun 1992, antara lain yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan adalah: 1) Mengelola Koperasi dan usahanya. 42

2) Mengajukan rencana kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja Koperasi (RAPBK). 3) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. 4) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib. Dalam hal ini manajemen keuangan Koperasi merupakan bagian dari manajemen Koperasi, yang dalam prakteknya dijalankan oleh pengurus dan diawasi oleh badan pengawas dan anggota. Pengawasan oleh anggota dipandang sebagai pengawasan yang paling efektif, hal ini dikarenakan identitas ganda yang dimiliki oleh anggota, yaitu sebagai pemilik sekaligus juga sebagai pengguna jasa/layanan Koperasi. Sebagai badan usaha, Koperasi harus dikelola secara professional. Sehingga pengurus yang mendapat amanah dari anggota untuk menjalankan aktivitas organisasi dan usaha Koperasi perlu memiliki pengetahuan yang luas mengenai cara pengelolaan Koperasi. Salah satunya adalah dalam pengelolaan keuangan atau permodalan. Hal ini sesuai dengan tugas pengurus sebagaimana dinyatakan dalam Ayat 1 Pasal 30 UU No.25 Tahun 1992, antara lain yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan adalah: 1. Mengelola Koperasi dan usahanya. 2. Mengajukan rencana kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja Koperasi (RAPBK). 3. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. 4. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib. Dalam hal ini manajemen keuangan Koperasi merupakan bagian dari manajemen Koperasi, yang dalam prakteknya dijalankan oleh pengurus dan diawasi oleh badan pengawas dan anggota. Pengawasan oleh anggota dipandang sebagai pengawasan yang paling efektif, hal ini dikarenakan identitas ganda yang dimiliki oleh anggota, yaitu sebagai pemilik sekaligus juga sebagai pengguna jasa/layanan Koperasi. Sebagai pemilik, anggota memiliki keterikatan dan kewajiban untuk mengawasi jalannya usaha. Oleh karena itu pengawasan dari anggota akan lebih efektif dibandingkan pengawasan oleh badan pengawas, karena anggotalah yang merasakan pelayanan yang diberikan, sehingga dapat langsung merasakan bagaimana jalannya usaha Koperasi. Anggota dapat merasakan apakah kinerja pengurus sudah sesuai dengan amanah rapat anggota atau justru menyimpang dari amanah. Minimalisasi penggunaan modal merupakan cara untuk mencapai tujuan manajemen keuangan dalam Koperasi. Minimalisasi penggunaan modal dapat memaksimalkan profit atau SHU dan pada akhirnya dapat memaksimalkan kesejahteraan anggota. SHU dan kesejahteraan anggota yang meningkat dapat menambah kepercayaan pihak ketiga (kreditur) terhadap koperasi. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Aspek Hukum Mengenai Pendirian Koperasi U.U No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang menggantikan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, untuk dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. 2. Pertanggungjawaban Pengurus dalam pengelolaan keuangan maupun manajemen koperasi, berdasarkan pada prinsip bahwa Pengurus memikul tugas bagaimana dapat menjalankan Koperasi dengan cara memperoleh dana yang tidak merugikan Koperasi, dan 43

menggunakannya seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini merupakan wujud dari tujuan manajemen keuangan Koperasi. Tujuan tersebut adalah memaksimisasi laba (SHU) yang pada akhirnya dapat memaksimisasi kesejahteraan anggota. Saran 1. Sebaiknya Anggota Koperasi aktif dalam melakukan pengawasan terhadap Koperasi, karena dalam hal ini manajemen keuangan Koperasi merupakan bagian dari manajemen Koperasi, yang dalam prakteknya dijalankan oleh pengurus dan diawasi oleh badan pengawas dan Anggota. Pengawasan oleh anggota dipandang sebagai pengawasan yang paling efektif, hal ini dikarenakan identitas ganda yang dimiliki oleh anggota, yaitu sebagai pemilik sekaligus juga sebagai pengguna jasa/layanan Koperasi. 2. sebaiknya Anggota memiliki keterikatan dan kewajiban untuk mengawasi jalannya usaha. Karena pengawasan dari anggota akan lebih efektif dibandingkan pengawasan oleh badan pengawas, sebab anggota yang merasakan pelayanan yang diberikan, sehingga dapat langsung merasakan bagaimana jalannya usaha Koperasi. Anggota dapat merasakan apakah kinerja Pengurus sudah sesuai dengan amanah Rapat Anggota atau justru menyimpang. C.S.T, Kansil, Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam Ekonomi), Cet. Keenam, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1995. Robbins, S.P., and Mary Coulter, Management, Seventh Edition, Prentice Hall, Upper Sadle River, New Jersey, 2002. Sagimun, M.D. Koperasi Indonesia, Inti Idayu Press, Jakarta, 1985. Sumber Lain : Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Mengenal Keuangan dan Modal Koperasi, Jakarta, 2010. Dina Fadhila, Manajemen Keuangan Koperasi, Universitas Gunadharma, Jakarta, http://fadhiladina.blogspot.com/2012/12/ manajemen-keuangan-koperasi.html. Diakses Tanggal 18 September 2013. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995. Amin Widjaja Tunggal, Akutansi untuk Koperasi, Rineka Cipta, Jakarta. Anwar Chairul, Perusahaan-perusahaan Negara Di Indonesia, BAPPIT Pusat Permata, Jakarta, 1960. C.S.T. Kansil, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1976. 44