PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER PASCA OPERASI IRIDEKTOMI PERIFER DAN LASER IRIDOTOMI PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP AKUT PERIODE 1 JANUARI 2004

DAFTAR PUSTAKA. WHO Media Centre Available from:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULAR PRA DAN PASCAOPERASI KATARAK PADA PASIEN GLAUKOMA AKIBAT KATARAK DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA GLAUKOMA DENGAN KETAATAN MENGGUNAKAN OBAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : Nuruljannah Nazurah Gomes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN Penelitian pada pasien glaukoma di Rumah Sakit Dr.

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutaan baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut World Health. (10,2%), age-macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%),

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAFAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS EMETROP DAN MIOPIA DERAJAT TINGGI DI RSUD DR.

PERBANDINGAN EFEK TIMOLOL DENGAN KOMBINASI TIMOLOL + ASETAZOLAMID PADA TERAPI INSIAL GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH.

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB 4 METODE PENELITIAN

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

BAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan Melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang )

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER (TIO) ANTARA MATA MIOPIA DAN MATA EMETROPIA PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010

PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : WONG SAI HO

BAB I PENDAHULUAN. total kebutaan di dunia, disebabkan oleh glaukoma. 1 Sedangkan di Indonesia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

KARAKTERISTIK PENDERITA RETINOPATI HIPERTENSI YANG DATANG BEROBAT KE POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2012-MEI 2013.

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

ARTIKEL PENELITIAN. Putu Giani Anabella Bestari Putri 1, I Wayan Eka Sutyawan 2, AA Mas Putrawati Triningrat 2

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini melingkupi bidang Anestesiologi. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 28 Mei 2014 hingga 28 Juni 2014.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA GLAUKOMA DENGAN KETAATAN MENGGUNAKAN OBAT

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGETAHUAN DOKTER UMUM MENGENAI PENYAKIT GLAUKOMA ARTIKEL HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikumpulkan melalui indera penglihatan dan pendengaran.

PENGARUH PEMAKAIAN HELM TERHADAP DERAJAT CEDERA KEPALA PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR YANG MENGALAMI KECELAKAAN LALU LINTAS YANG DIRAWAT DI RSUP H

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, LAMA SAKIT DAN TEKANAN INTRAOKULER TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SATU PAKET PROGRAM TERAPI SWD DAN TENS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup. seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan

GAMBARAN TEKANAN INTRAOKULAR PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI KORTIKOSTEROID DI POLIKLINIK REUMATOLOGI DAN HEMATOLOGI RSUP H

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENINGKATAN INDEKS RASIO KARDIOTORAKS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) TERHADAP KESEHATAN MATA DI KOTA MEDAN. Oleh KUHAPRIYA SELVARAJAH NIM :

BAB I PENDAHULUAN. hidup, suatu sistem antara tubuh, pikiran, dan jiwa. 2. kota besar tersebut. Yoga menjadi menu latihan di sanggar-sanggar senam,

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN TERAPI AMLODIPINE

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Transkripsi:

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW MF Ayu Maharani 1, Fifin Luthfia Rahmi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf pengajar Bagian Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang : Glaukoma menjadi penyebeb kebutaan kedua baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), kemudian glaukoma (12,3%). Pada tahun 2010 dari WHO, diperkirakan 39 juta orang di dunia menderita kebutaan dan glaukoma menyumbang 3,2 juta orang diantaranya. Tekanan intraokuler (TIO) merupakan satu-satunya faktor resiko yang dapat dikelola untuk mencegah kebutaan dan penanganannya dilakukan laser iridotomi. Tujuan : Untuk mengetahui perbandingan efektivitas pada laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW dan lebih dari 700mW. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel diperoleh dari instalasi rawat jalan dan rawat inap RSUP. Dr. Kariadi Semarang pada bulan Januari 2011-Desember 2013. Sampel adalah 42 mata yang diambil dari catatan medik. Data dianalisis menggunakan SPSS 17.00 for windows. Uji yang digunakan adalah uji t-berpasangan dan uji t tidak berpasangan. Hasil : Rerata penurunan TIO pada laser ridotomi dengan power kurang dari 700mW sebesar 40,38% dan rerata penurunan TIO dengan power lebih dari 700mW sebesar 9,00 32,95%. Pada uji t tidak berpasangan penurunan TIO pada laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW dan lebih dari 700mW setelah 7 hari didapatkan hasil p=0,17 dan setelah 1 bulan p=0,09. Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna yang didapat dari uji statistik efektivitas penurunan TIO pada laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW dan lebih dari 700mW tetapi secara klinis didapat hasil yang efektif. Kata Kunci : Tekanan intraokuler, laser iridotomi, glaukoma sudut tertutup. ABSTRACT Background : Glaucoma causes blindness in both Indonesian and the world. Based on World Health Organization (WHO) data in 2002 the main causes of blindness are cataract (47,8%) and glaucoma (12,3%). In the year from WHO, an estimated 39 million people in the world suffer from blindness and glaucoma accounted for 3.2 million of them. Intraocular pressure is the only risk factor that can be managed to prevent blindness so that the use of laser iridotomy on angle closure glaucoma. Purpose: to determine how much the effectiveness of laser iridotomy, especially compared between the laser power below 700mW with a laser power above 700mW in lowering intraocular pressure in glaucoma patients. 39

Methods: This study is a retrospective cross-sectional study design. Samples obtained from the outpatient and inpatient installation in Dr. Kariadi Hospital Semarang in January 2011 - December 2013. Samples were taken from 42 eyes of medical records. Data analysis using SPSS for windows 17.00. The test used is the paired t-test and independent t test. Results: The mean reduction in intraocular pressure using laser iridotomy with power below 700mW is 40.38% and the mean reduction in intraocular pressure in laser iridotomy therapy above 700mW is 32.95%. In the independent t test found p=0,17 after 7 days and p=0,09 after 1 month. Conclusion: There are not significant difference in intraocular pressure reduction in the laser iridotomy with power below 700mW and above 700mW. Keyword : Intraoculer pressure, laser iridotomy, angle closure glaucoma 1. PENDAHULUAN Glaukoma merupakan sindrom yang ditandai dengan meningkatnya TIO disertai pencekungan papil saraf optik dan penyempitan lapangan pandang. Klasifikasi glaukoma dapat terbagi dalam 3 katagori yaitu: glaukoma primer, glaukoma kongenital, dan glaukoma sekunder. Pada glaukoma primer terbagi dalam sudut terbuka dan sudut tertutup. 3 Glaukoma primer sudut tertutup penyebabnya tidak diketahui dan tanpa kelainan sistemik. Prevalensi glaukoma ini lebih banyak di Asia. Hal ini disebabkan struktur anatomi sudut kamera okuli anterior kedalamamannya lebih dangkal pada orang Asia dan menyerang pada orang dengan sudut sempit. Peningkatan TIO pada glaukoma ini karena aliran humor aqueus yang terhambat pada penutupan sudut kamera okuli anterior. 3 Laser iridotomi dibuat menjadi lebih efektif dengan lensa kontak Abraham (dengan tombol pemfokus 66Dioptri) dan lensa iridotomi-sfingterotomi Wise (dengan tombol 103 dioptri) yang meningkatkan kepadatan energi laser dan memperbaiki visual iris. Dengan densitas energi yang tinggi tersebut, iridotomi laser sering berhasil baik dengan laser argon maupun laser Q-switched:YAG, dan hanya gagal apabila kornea sedemikian keruh sehingga laser tidak dapat difokuskan pada iris. Pada kasus yang demikian, mungkin diperlukan pilihan terapi laser lain. 2 Dengan laser argon, berkas difokuskan dengan laser iridotomi pada serat-serat iris perifer, yang dipotong dalam bentuk garis sejajar limbus, dengan tembakan 0,01 atau 0,02 detik dan tingkat energi 1-2W. Dengan laser Nd:YAG, melalui lensa iridotomi dengan metode satu titik berkekuatan tinggi menggunakan 5-10 mj per tembakan dalam satu kali tembakan. Iridotomi tersebut dapat diperbesar dengan memotong serat iris perifer dalam bentuk sebuah garis sejajar dengan limbus dengan tembakan multipel 1-2 mj. 3 40

Laser argon lebih dianjurkan untuk iris yang berwarna coklat tua dan tebal, cenderung mengalami perdarahan dengan laser Nd:YAG, sedangkan iris berwarna biru tua kurang efektif menyerap energi laser argon dan lebih mudah dilubangi dengan laser Nd:YAG. Apabila kedua laser tersedia, metode yang efisien untuk iris coklat yang tebal adalah dengan memotong stroma tebal dengan laser argon dan kemudian menyingkirkan filamen dan pigmen dengan beberapa letupan laser Nd:YAG berkekuatan rendah. Laser iridotomi bersifat aman maka dilakukan tidak hanya untuk glaukoma sudut tertutup yang telah dipastikan terjadi, tetapi kapanpun terjadi blokade pupil yang progresif, sebelum terjadi kerusakan permanen akibat penutupan sudut. 3 Bila kornea terlalu keruh sehingga laser iridotomi pada glaukoma sudut tertutup akut tidak dapat dilakukan dapat dicoba iridoplasti perifer dengan laser argon. Untuk mengontraksikan stroma iris di dekat sudut, suatu cincin bakaran pengontraksi berkekuatan rendah (sekitar 200mW), durasi lama (0,5detik), dan berukuran besar (500 ditempatkan di iris perifer dengan menggunakan lensa iridotomi standar. Tindakan ini terbukti sama efektifnya dengan terapi medis, tetapi kadang-kadang menyebabkan rasa tidak nyaman. Biasanya dilakukan dengan terapi gabungan laser dan medis. 3 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan efektivitas laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW dan lebih dari 700mW dalam menurunkan tekanan intraokuler. 2. METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di unit rawat jalan dan rawat inap bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP. Dr. Kariadi Semarang dimulai bulan Januari 2014 sampai bulan Juni 2014. Jenis penelitian retrospektif dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 42 mata yang di peroleh dari rumus : N = 4 p q = 42 sampel D 2 41

3. HASIL PENELITIAN Hasil analisis deskriptif indeks perbedaan selisih tekanan intraokuler dengan laser iridotomi Power (mw) 700 Waktu N Median(mmHg) (Minimum-Maksimum) 7 hari 1 bulan 28 5,00(-12,00-57,00) 9,00(-2,00-66,00) Rerata ± s.b (mmhg) 10,18±14,54 12,86±14,35 >700 7 hari 1 bulan 14 4,00(-6,00-29,00) 8,00(-4,00-27,00) 6,36±9,12 9,00±11,21 Distribusi sampel menurut jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki 13 43,33 Perempuan 17 56,67 Jumlah 30 100 Distribusi sampel menurut usia Usia (tahun) Frekuensi % 30-40 1 3,33 41-50 8 26,67 51-60 13 43,34 61-70 6 20 71-80 1 3,33 81-90 1 3,33 Jumlah 30 100 42

Rerata selisih penurunan tekanan intraokuler dengan laser iridotomi setelah 7 hari dan 1 bulan Power (mw) Selisih 7 hari (mmhg) Selisih 1 bulan (mmhg) 700 10,18 12,86 >700 6,36 9,00 Menunjukkan rerata selisih penurunan tekanan intraokuler sebelum laser iridotomi dengan 7 hari setelahnya, sebelum laser dengan 1 bulan setelahnya pada laser iridotomi power kurang dari 700mW maupun lebih dari 700mW. Rerata selisih penurunan tekanan intraokuler saat pengukuran 7 hari dan 1 bulan setelah dilakukan laser iridotomi memberikan hasil penurunan yang lebih besar pada laser iridotomi dengan kurang dari dari 700mW. Hasil uji normalitas, transformasi data serta uji t berpasangan selisih penurunan tekanan intraokuler pada laser iridotomi kurang dari 700mW Power Waktu Uji Transformasi Uji t- Normalitas Data Berpasangan 700 7 hari 0,001 0,389 1 bulan 0,000 0,651 0,37* *tidak terdapat perbedaan yang bermakna Hasil penelitian penurunan tekanan intraokuler pada laser iridotomi diatas dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk untuk menilai distribusinya. Selisih tekanan intraokuler dengan menggunakan laser iridotomi kurang dari 700mW, selisih setelah 7 hari didapatkan hasil uji normalitasnya p=0,001 sedangkan uji normalitas setelah 1 bulan p=0,000 sehingga dapat disimpulkan distribusi data tidak normal (p<0,05). Syarat uji parametrik tidak terpenuhi maka dilakukan transformasi data untuk menjadikan distribusi data normal. Setelah melakukan transformasi data diperoleh p= 0,389 dan p=0,651 sehingga data tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal (p>0,05). Setelah melakukan transformasi data didapatkan distribusi data yang normal, sehingga syarat menggunakan uji parametrik terpenuhi, yaitu uji t-berpasangan. Didapatkan hasil penurunan tekanan intraokuler menggunakan laser iridotomi setelah 7 hari dan 1 bulan pada 43

uji t-berpasangan adalah p=0,37. Sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna di dalam penurunan tekanan intraokuler sebelum pemberian dan 7 hari setelahnya, sebelum pemberian dan 1 bulan setelah laser irodotomi(p>0,05). Hasil uji normalitas dan uji t-berpasangan selisih penurunan tekanan intraokuler pada laser iridotomi lebih dari 700mW Power Waktu Selisih Uji Normalitas Uji t-berpasangan >700 7 hari 0,11 1 bulan 0,11 0,22* *tidak ada perbedaan yang bermakna Hasil penelitian selisih penurunan tekanan intraokuler dengan laser iridotomi pada power laser iridotomi lebih dari 700mW setelah dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro- Wilk setelah 7 hari hasil normalitasnya p=0,11 dan 1 bulan p=0,11 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal (p>0,05). Syarat data uji parametrik sudah terpenuhi, kemudian dilakukan uji t- berpasangan. Penurunan tekanan intraokuler setelah 7 hari dan 1 bulan dilakukan laser iridotomi didapatkan hasil uji t-berpasangan p= 0,22 sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05). Uji t tidak berpasangan selisih tekanan intraokuler pada laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW dan lebih dari 700 mw setelah 7 hari dan 1 bulan. Waktu Hasil uji t tidak berpasangan 7 hari 0,17* 1 bulan 0,09* *tidak ada perbedaan yang bermakna Selisih tekanan intraokuler dalam waktu 7 hari setelah dilakukan laser iridotomi dihitung dalam statistik menggunakan uji t tidak berpasangan didapatkan p=0,17 dan setelah 1 bulan adalah p=0,09. Hasil uji t tidak berpasangan dari keduanya menunjukkan p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna. 44

4. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini, pemberian laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW maupun lebih dari 700mW dapat mempengaruhi penurunan tekanan intraokuler. Terjadinya penurunan tekanan intraokuler pada glaukoma sesuai dengan teori dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa laser iridotomi dapat menurunkan tekanan intraokuler. 4,5 Penelitian ini menunjukan bahwa laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW setelah 7 hari dapat menurunkan sebesar 10,18mmHg (31,78%)dan setelah 1 bulan dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 12,86mmHg (40,38%). 3,4 Penurunan tekanan intraokuler pada laser iridotomi dengan power lebih dari 700mW setelah 7 hari menunjukkan hasil sebesar 6,36mmHg (23,28%) sedangkan setelah 1 bulan menunjukkan hasil sebesar 9,00mmHg (32,95%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laser iridotomi efektif menurunkan tekanan intraokuler sudut tertutup. Hasil juga memperlihatkan bahwa penggunaan laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW lebih besar penurunannya dibandingkan pada laser iridotomi dengan power lebih dari 700 mw. 4,5 Penilitian ini juga memperlihatkan bahwa penurunan tekanan intraokuler yang menggunakan laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW maupun lebih dari 700mW secara statistika tidak didapatkan perbedaan yang bermakna karena p>0,05 tetapi terapi tersebut dapat menurunkan tekanan intraokuler 4,5. 5. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN - Laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW setelah 1 bulan dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 40,38%. - Laser iridotomi dengan power lebih dari 700mW setelah 1 bulan dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 32,95%. - Secara statistika perbandingan efektivitas penurunan tekanan intraokuler pada laser iridotomi dengan power kurang dari 700mW dan lebih dari 700mW tidak ditemukan perbedaan yang bermakna (p>0,05). 45

SARAN Perlunya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi laser iridotomi dan yang mempengaruhi penigkatan tekanan intraokuler. Pada penelitian ini terdapat kekurangan penelitian yaitu kekurangan waktu dan data yang terbatas. UCAPAN TRIMAKASIH Penulis mengucapkan trimakasih kepada dr. Paramastri Arintawati, Sp. M sebagai ketua penguji, dr. Maharani, Sp.M sebagai penguji, dr. Fifin L.R. M.S, Sp.M (K) sebagai pembimbing, staff instalasi rekam medik rawat inap dan rawat jalan RSUP. Dr. Kariadi Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan artikel ilmiah karya tulis ini. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Mangnitude and causes of visual impairment. WHO Media Centre 2007. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/index.html. 2. Hutasiot Herna. Prevalensi Kebutaan akibat Glaukoma di Kabupaten Tapanuli Selatan. 2009. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6377/1/10e00162.pdf. Diakses tanggal 23 November 2013. 3. Jakarta Eye Center. Glaukoma ancaman kebutaan nomor dua di Indonesia. JEC Website 2002. Available from: http://www.jakarta-eye-center.com/glaukoma.html 4. Bruce James, Chris Chew, Anthony Brown. Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2006. Edisi 9. 5. J Niel Michael. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta : Erlangga. 2006. Edisi 5. Available from : www.ebooks.google.co.id 6. Sativa oriza. Tekanan Intraokuler pada Myopia Ringan dan Sedang. Available : www.repository.usu.co.id 46