Kulit masohi SNI 7941:2013



dokumen-dokumen yang mirip
Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Bambu lamina penggunaan umum

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Biji kakao AMANDEMEN 1

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Semen portland komposit

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Susu segar-bagian 1: Sapi

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Analisis kadar abu contoh batubara

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji kelarutan aspal

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Bibit sapi perah holstein indonesia

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Tuna dalam kemasan kaleng

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Air demineral SNI 6241:2015

Cara uji penyulingan aspal cair

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Rambu evakuasi tsunami

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Terasi udang SNI 2716:2016

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Biji mete kupas (cashew kernels)

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji penetrasi aspal

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Inti kelapa sawit. Badan Standardisasi Nasional ICS

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Air mineral SNI 3553:2015

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Jahe untuk bahan baku obat

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Semen cair babi SNI 8034: Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di

Cara uji geser langsung batu

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Kayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Sosis ikan SNI 7755:2013

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

SNI Standar Nasional Indonesia

Pupuk kalium sulfat SNI

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional

BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Klasifikasi... 1 4 Persyaratan... 2 5 Pengambilan contoh... 2 6 Cara uji... 2 7 Pengemasan... 5 Tabel 1 Persyaratan khusus kulit masohi... 2 BSN 2013 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Kulit masohi disusun karena diperlukan persyaratan mutu penggunaan kulit masohi dalam rangka mengikuti perkembangan pasar yang cukup tinggi. Maksud dan tujuan penyusunan RSNI ini adalah sebagai acuan/pedoman dalam perdagangan sehingga terjadi persamaan persepsi tentang persyaratan penggunaan kulit masohi. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-02 Hasil Hutan Bukan Kayu. Standar ini telah dibahas dan disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 8 Juli 2013 di Bogor yang dihadiri oleh wakil-wakil dari pemerintah, produsen, konsumen, tenaga ahli, balai penguji dan institusi terkait lainnya. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 19 Juli 2013 sampai tanggal 18 September 2013 dengan hasil akhir RASNI. BSN 2013 ii

1 Ruang lingkup Kulit masohi Standar ini menetapkan persyaratan dan pengujian kulit masohi jenis Massoia aromatica BECC untuk penggunaan jamu dan minyak atsiri. 2 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi ini digunakan. 2.1 kadar air banyaknya air yang terdapat dalam kulit masohi, dinyatakan dalam persen (%) 2.2 kadar minyak atsiri banyaknya minyak hasil penyulingan kulit masohi, dinyatakan dalam persen (%) 2.3 kotoran bahan lain yang terdapat dalam kemasan kulit masohi, dinyatakan dalam persen (%) 2.4 kulit masohi kulit dari pohon masohi (Massoia aromatica BECC) yang sudah dibersihkan dari lapisan kulit luar dan lumut yang menempel pada permukaan kulit luar 2.5 tebal kulit ketebalan babakan masohi setelah dibersihkan dari kulit ari/kulit mati 2.6 serbuk potongan kulit masohi dengan ukuran panjang < 2 cm 2.7 serpih potongan kulit masohi dengan ukuran panjang 2 cm-3 cm 2.8 warna kulit kenampakan babakan masohi setelah dibersihkan dari kulit ari/kulit mati 3 Klasifikasi Klasifikasi kulit masohi sebagai bahan baku dibagi menjadi 2 (dua) penggunaan sebagai berikut: a) Penggunaan untuk jamu b) Penggunaan untuk minyak atsiri BSN 2013 1 dari 5

4 Persyaratan 4.1 Persyaratan umum a) Bau khas masohi (seperti aroma kelapa), rasa getir; b) Warna coklat kekuningan sampai coklat tua; c) Kekeringan kulit masohi ditunjukkan dengan keadaan kulit yang patah bila dibengkokkan dan berbunyi keras; d) Tekstur kulit bagian dalam halus; e) Kulit bagian dalam jika digores akan timbul minyak dan mengeluarkan aroma khas masohi (seperti aroma kelapa) yang menjadi ciri khas kulit masohi; f) Kadar air maksimum 12%; g) Bebas jamur; h) Tidak boleh ada kotoran. 4.2 Persyaratan khusus Persyaratan khusus kulit masohi seperti tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1 Persyaratan khusus kulit masohi No Parameter uji Satuan Penggunaan Jamu Minyak atsiri 1 Panjang cm 15 5 2 Lingkar luar gulungan kulit cm 3 3 Lebar kulit masohi cm 5 > 0,5 4 Komposisi serbuk dan serpih % < 1-5 Kandungan serbuk % < 1 6 Tebal kulit mm >4-7 Kadar minyak % - >1,6 5 Pengambilan contoh a) Pengambilan contoh uji kulit masohi mengikuti rumus sebagai berikut: 1 n adalah jumlah karung b) Contoh untuk uji persentase serbuk secara sensus pada setiap karung. c) Contoh untuk penentuan warna, ukuran (tebal, panjang, lingkar luar gulungan kulit) dari tiap karung diambil secara acak (3-5) gulung. 6 Cara uji 6.1 Uji visual 6.1.1 Keaslian Bagian dalam kulit masohi jika digores akan mengeluarkan minyak beraroma seperti kelapa. BSN 2013 2 dari 5

6.1.2 Warna Warna kulit masohi dilihat secara visual. 6.1.3 Bau Bau kulit masohi dicium dengan menggunakan indera penciuman. 6.1.4 Rasa Rasa kulit masohi apabila digigit terasa getir. 6.1.5 Ukuran a) Tebal kulit masohi diukur dengan menggunakan jangka sorong. b) Panjang dan lebar diukur dengan menggunakan pita ukur. c) Lingkar luar gulungan kulit diukur dengan menggunakan pita ukur. 6.1.6 Persentase serbuk 6.1.6.1 Persentase serbuk untuk jamu a) Timbang bobot total kulit masohi (W 0 ). b) Pisahkan serbuk dan serpih, kemudian timbang (W a ). c) Persentase dihitung dengan menggunakan persamaan: 100% W a adalah bobot serbuk+bobot serpih, dinyatakan dalam gram (g); W 0 adalah bobot total kulit masohi, dinyatakan dalam gram (g). 6.1.6.2 Persentase serbuk untuk minyak atsiri a) Timbang bobot total kulit masohi (W 0 ). b) Pisahkan serbuk, kemudian timbang (W b ). c) Persentase dihitung dengan menggunakan rumus: 100% W b adalah bobot serbuk, dinyatakan dalam gram (g); W 0 adalah bobot total kulit masohi, dinyatakan dalam gram (g). 6.1.7 Tingkat kekeringan Tingkat kekeringan ditunjukkan dengan keadaan kulit yang apabila dipatahkan berbunyi keras dan jika bagian dalam kulit masohi berwarna lebih gelap menunjukkan kulit belum kering maka perlu dikeringkan lagi. BSN 2013 3 dari 5

6.2 Uji laboratorium 6.2.1 Kadar air 6.2.1.1 Prinsip Persentase bobot air contoh uji terhadap bobot awal. 6.2.1.2 Peralatan dan bahan Peralatan yang digunakan adalah: a. botol timbang 100 ml; b. labu didih; c. batu didih; d. alat pendingin; e. aufhauser; f. bulu ayam; g. penangas listrik. Bahan yang digunakan adalah: a. kulit masohi contoh; b. xilena. 6.2.1.3 Prosedur a. Timbang 10 g contoh uji (W 0 ) dalam botol timbang 100 ml. b. Larutkan dengan pelarut xilena, masukkan ke dalam labu didih. c. Botol timbang dibilas dengan pelarut sampai bersih. d. Tambahkan xilena sampai 1/2 dari isi labu didih dan masukkan batu didih, lalu sambungkan dengan alat aufhauser. e. Kemudian sulingkan dalam penangas listrik selama 1 jam. f. Setelah 1 jam, penangas dimatikan dan alat aufhauser dibiarkan mendingin. g. Alat pendingin dibilas dengan xilena murni, lalu alat aufhauser serta labunya diangkat. h. Setelah dingin, air yang melekat di bagian atas alat aufhauser diturunkan ke bawah dengan dikilil bulu ayam. i. Kemudian jumlah isi air dibaca (W 1 ). j. Kadar air dihitung dengan persamaan: 100% KA adalah kadar air, dinyatakan dalam persen (%); W 0 adalah bobot contoh uji, dinyatakan dalam gram (g); W 1 adalah volume air yang terbaca pada aufhauser, dinyatakan dalam mililiter (ml). CATATAN volume air dalam ml sama dengan bobot air dalam g 6.2.1.4 Pernyataan hasil Kadar air dinyatakan dalam persen (%). 6.2.1.5 Laporan hasil Penghitungan kadar air disajikan dalam bentuk tabel. BSN 2013 4 dari 5

6.2.2 Uji kadar minyak 6.2.2.1 Prinsip Kadar minyak ditetapkan dengan cara penyulingan minyak atsiri. 6.2.2.2 Peralatan dan bahan Peralatan yang digunakan adalah: a) kondensor; b) labu didih; c) pengukur minyak atsiri; d) pemanas listrik; e) selang air untuk kondensor; f) timbangan. Bahan yang digunakan adalah: a) contoh uji kulit masohi; b) air suling. 6.2.2.3 Persiapan Pengambilan contoh sesuai pasal 5. 6.2.2.4 Prosedur a) Cacah atau serut contoh uji sampai ukuran tertentu dan seragam. b) Timbang contoh uji yang sudah diserut sebanyak 50 g (B), masukkan ke dalam labu didih 500 ml. c) Masukkan 300 ml air bersih ke dalam labu didih. d) Satukan semua bagian alat (labu didih dan kondensor) di atas pemanas listrik. e) Nyalakan pemanas sampai lapisan minyak tidak bertambah. f) Baca dan catat lapisan minyak pada alat pengukur minyak atsiri (V). g) Kadar minyak dihitung dengan persamaan: 100% KM adalah kadar minyak, dinyatakan dalam persen (%); V adalah volume minyak yang terbaca pada alat pengukur minyak atsiri, dinyatakan dalam mililiter (ml); B adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g). 6.2.2.5 Pernyataan hasil Kadar minyak dinyatakan dalam persen (%). 6.2.2.6 Laporan hasil Hasil pengujian tiap contoh disajikan dalam bentuk tabel. 7 Pengemasan Kulit masohi dikemas dengan menggunakan karung ukuran (40-60) kg. BSN 2013 5 dari 5