PERENCANAAN PROYEK KAWASAN INDUSTRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

SELAMAT DATANG MEDAN - SUMATERA UTARA

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

TATA LETAK PABRIK. A. Lokasi Pabrik. Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan output berkualitas dalam bentuk barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. : Kelurahan Pulo Brayan Lama (Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

VII. TATA LETAK PABRIK

Targetkan Investasi 12,5 Triliun, Kemenperin Gencar Jaring Investor di KEK Palu

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

PELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM (Updating layanan izin investasi 3 jam)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB I PENDAHULUAN. Gagasan untuk mendirikan kawasan industri dikemukakan oleh Bapak Sukoco selaku

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

Pe r ke m b a n ga n

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang menunjukan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII TATA LETAK PABRIK. kelancaran proses produksi. Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. Dengan luas wilayah lebih kurang 2.497,72 Km 2, Kabupaten Deli Serdang

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

VII. TATA LETAK PABRIK

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. TATA LETAK PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Oleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada BAB I ini menyajikan beberapa topik yaitu latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika laporan.

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB II TINJAUAN PROYEK

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, mulai dari tempat hidup, hingga sumber mata pencaharian. Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

Abstrak. Keyword : Hulu hilir, aspek perpajakan, real estat

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan yang menjalar ke wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah

Transkripsi:

PERENCANAAN PROYEK KAWASAN INDUSTRI 1. SUMATERA INTEGRATED INDUSTRIAL ESTATE a. Dasar Pemikiran Penekanan dasar pemikiran diarahkan pada konsep pendukung daerah bahkan negara untuk memajukanperekonomian dengan adanya kawasan industri baru yang berkelanjutan. 1. Perlunya kawasan baru sebagai pusat industri di Sumatera Utara khususnya Kota Medan dan sekitarnya d engan fasilitas pendukung yang baik, dalam hal ini adalah pusat pergudangan baru dengan luas lahan bervariatif sesuai dengan kebutuhan para pebisnis. 2. Menyangkut kepada tujuan pembangunan kawasan industri secara tegas dapat di simak di dalam Kepres No. 41 Tahun 1996 Tentang Kawasan Industri, pada pasal 2 yang menyatakan pembangunan kawasan industri bertujuan untuk : a. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah; b. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri; c. Mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri; d. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawa san lingkungan. 1

b. Latar Belakang Perwujudan dari investasi langsung yang dilakukan oleh investor adalah berdirinya bangunan pabrik un tuk kegiatan industri. Untuk mendirikan pabrik tersebut diperlukan adanya suatu lokasi yang tepat sehingga kelancaran operasional pabrik tersebut dapat terjamin. Pada umumnya pemilihan lokasi pabrik oleh investor didasarkan pada pertimbangan bahwa loka si tersebut harus dapat mendukung usahanya. Investor menginginkan adanya kemudahan dalam proses mendirikan pabriknya, mere ka tidak mau direpotkan dalam hal antara lain perizinan yang harus ditempuh dengan bert ele-tele dan memakan waktu lama, melakukan pembebasan tanah sendiri dari penduduk sampai dengan memperoleh hak atas tanahnya yang biasanya memerlukan proses yan g panjang, maupun harus menyediakan sarana dan prasarananya sendiri. Sebagai pelaku bisnis yang sangat menghargai waktu, mak a mereka menginginkan waktu yang cepat dalam proses pembangunan pabriknya, dengan maksud supaya dapat segera berkonsentras i dalam mengoperasikan pabriknya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat segera diraih. Kota Medan, saat ini merupakan kota strategis sebagai pilihan lokasi dan investasi yang memiliki pel uang bisnis yang potensial di sektor industri dan perdagangan. Hal ini sangat didukung dengan adanya perkembangan infrastruktur perkotaan yang merupakan salah satu tantangan dalam era global yang semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Dukungan tersebut seperti jaringan jalan (jalan tol, rencana jalan tol trans Sumatera), sarana pelabuhan (pelabuhan laut Belawan I dan rencana pelabuhan laut Belawan II), lalu lintas udara (bandara baru Kuala Namu International Aiport), sarana tenaga daya li strik (PLTA), sarana telekomunikasi 2

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penentu dalam meningkatkan daya saing internasional. Dengan ketersedian semua sarana infrastuktur ini, maka peluang pembangunan kawasan industri semakin berkembang di kota ini, y ang dimana peruntukannya juga disesuaikan dengan RTRW yang ditetapkan, menjadi pilihan lokasi yang memberikan berbagai fasilitas (infrastruktur) yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman modal baik yang bersifat lokal, domestik nasional, maupun asing (PMDN/PMA). Saat ini, kawasan industri yang sudah berjalan di Medan berada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli dengan luas ± 514 ha (KIM I, II, III). Untuk terus memenuhi kebutuhan di sektor ini, maka peluang bisnis ini dilirik oleh perusahaan Deve loper PT.Star Internusa juga berencana membuka kawasan industri baru yang modern diberi nama Sumatera Integrated Industrial Estate, pembangunan Tahap I seluas ± 50 ha dan akan dilanjutkan dengan pengembangan lanjutan yaitu tahap 2 seluas 220 Ha dan Tahap 3 seluas 480 Ha, Total 800 Ha. Lokasi strategis ini berada di Percut Sei. Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara dengan keunggulan: ± 13 Km dari pusat kota Medan ± 19 Km dari Bandara International Kuala Namu ± 5 Km dari Pelabuhan Belawan I, ± 3.5 Km dari Rencana Pelabuhan Belawan II ± 3 Km dari PLTA Deli Serdang ± 4 Km dari KIM Tahap II Medan 3

1.1 Lokasi Proyek Sumatera Integrated Industrial Estate (SIIE) SUMATERA INTEGRATED INDUSTRIAL ESTATE Lokasi yang sangat strategis dengan jarak yang dapat dengan mudah diakses dari Pelabuhan Belawan (±6km), Pelabuhan Belawan II (±3km), KIM II (±5km), Kota Medan (±13km), dan Bandara Kuala Namu (±19km). 4

1.2 Infrastruktur Menuju Lokasi Proyek SUMATERA INTEGRATED INDUSTRIAL ESTATE Infrastruktur jalan yang baik memudahkan untuk mencapai lokasi Proyek. Selain itu, perencanaan pembangunan Tol Sumatera dan PLTA yang dekat dengan kawasan juga menjadi nilai tambah bagi kawasan. 5

1.3 Layout Lahan Sumatera Integrated Industial Estate (SIIE) Luas lahan 800 Ha Luas total lahan adalah 800 Ha Lokasi : Percut Sei Tuan Deli Serdang Sumatera Utara 6

1.4 Tahap Pengembangan Lahan Sumatera Integrated Industial Estate 270Ha 50Ha 480 Ha Tahap 1 = 50 Ha Tahap 2 = 270 Ha Tahap 3 = 480 Ha Aliran Sungai 7

1.5 Peruntukan Lahan Untuk Proyek Sumatera Industrial Estate ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan sebagai berikut: a. Pabrik Produksi Ukuran Large b. Pabrik Produksi Ukuran Medium c. Warehouse 3 in 1 Large d. Warehouse 3 in 1 Medium e. Warehouse 3 in 1 Small f. Ruko 3 lantai g. Pabrik dan Warehouse Coffindo h. Kantor Pemasaran i. Fasilitas Umum seperti : Jalan, pedestrian, listrik, PDAM, jaringan telepon, gas, pengolahan limbah, dan pembangkit listrik j. Fasilitas sosial seperti : taman, klinik, tempat beribadah, dan keamanan. 8

2. Pembangunan Tahap I (pertama) seluas 50 Ha Pengembangan lahan tahap II Pengembangan lahan tahap II TAHAP 1 Pembangunan 50 HA Tahap I Wilayah pembangunan tahap I seluas 50 Ha dari Luas total lahan ±270 Ha. Pembangunan kawasan Industri Tahap pertama ini diperuntukkan sebagai gudang 3in1 ( big size, medium, small size) dan ruko. 9

2.1 Perencanaa Layout Gudang dan Ruko dalam Kawasan Sumatera Integrated Industrial Estate U Pembangunan Tahap Pertama adalah sebanyak 617 unit, dengan ukuran: 24x32 = 66 unit, 18x28 = 96 unit, 12x54 = 214 unit, 12x30 = 144 unit dan type ruko 4x32 = 94 unit, ruko hook = 3 unit. Lebar jalan dalam adalah 20 meter, dan lebar jalan utama 25 meter. 10

2.2 Perencanaa Layout Gudang dan Ruko dalam Kawasan Sumatera Integrated Industrial Estate U Gudang ukuran 24x32 Gudang Ukuran 12x30 Gudang Ukuran 18x28 Gudang Ukuran 12x54 Ruko ukuran 4x32 Gudang Ukuran 12x30 Gudang Ukuran 18x28 Gudang Ukuran 12x54 11

2. Pembangunan Tahap 2 (kedua) seluas 270 Ha TAHAP 2 270 HA Pembangunan Tahap 2 ini akan meliputi gudang 3 in 1 (very large, large, medium, small), Kavling tanah (pabrik produksi) Ruko (type biasa dan type hook). Total semua unitnya adalah 858 unit. 12

3.1 Perencanaa Layout Gudang dan Ruko dalam Kawasan Sumatera Integrated Industrial Estate Tahap 2 Pabrik Coffindo Gudang 3in1 small (144 unit), 3in1 Medium (96 unit), Gudang 3in1 Large (214 unit), 3in1 very large (66 unit), Kavling Medium (30 unit), big (58 unit), very bis (11 unit), large (3 unit), ruko 234 unit. 13