BAB I PENDAHULUAN. nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan. salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN DALAM KELUARGA DENGAN KEJADIAN SULIT MAKAN PADA POPULASI BALITA DI KELURAHAN KUTO BATU KOTA PALEMBANG TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang masih belum bergizi-seimbang. Hasil Riskesdas (2007) anak balita yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik dan berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bertekat memenuhi komitmen pencapaian target MDGs ( Millenium. anak (Laporan Pencapain Perkembangan Indonesia MDGs, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

1

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (Azwar, 2004). Peningkatan kualitas SDM salah satunya dapat dicapai melalui pemenuhan kebutuhan nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan suatu bentuk komitmen bersama antar anggota PBB menitikberatkan pada pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar dalam rangka menciptakan manusia yang sehat dan produktif, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011). Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik bila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Namun demikian, perlu diketahui bahwa keadaan gizi seseorang saat ini ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lalu. Ini berarti konsumsi gizi masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa (Agus Krisno, 2002). Sedangkan status gizi adalah eksresi dari keadaan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat-zat gizi dalam tubuh yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002). 1

Gizi masih menjadi permasalahan dunia yang belum teratasi hingga saat ini. Hampir seluruh kelompok umur mengalami masalah pemenuhan gizi. Usia bayi dan balita menjadi fokus perhatian karena pada periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas kehidupan selanjutnya. Pada usia ini, lebih dari separuh kematian disebabkan oleh masalah gizi (Azwar, 2004). Data WHO (2010) menggambarkan 35% anak meninggal akibat kekurangan gizi. United Nations Children s Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan sebanyak 7,7 juta balita (Depkes RI, 2007). Menurut United Nations System Standing Committee on Nutrition (UNSCN) (2008 dalam BAPPENAS, 2011), Indonesia merupakan satu dari 36 negara di dunia yang berkontribusi pada 90% masalah gizi dunia. Jumlah balita di Indonesia menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2007 mencapai 17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% per tahun. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk dibawah prevalensi nasional (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan gizi kurang adalah sulit makan. Sulit makan adalah masalah yang sering dijumpai pada 2

balita (Wright, dkk., 2007). Sulit makan adalah suatu kondisi yang ditandai dengan memainkan makanan, tidak tertarik pada makanan dan bahkan penolakan terhadap makanan (Rigal, dkk., 2012). Sulit makan juga dapat ditandai dengan kurangnya nafsu makan dan kurangnya ketertarikan terhadap makanan sehingga hanya makan dalam jumlah sedikit dan makan berlama-lama (Wardle, dkk., 2001). Beberapa perilaku yang menunjukkan masalah sulit makan adalah memuntahkan makanan yang ada di mulut, makan dalam waktu lama (bertele-tele), tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut, membuang makanan, menepis suapan, sulit menelan, sakit saat mengunyah atau menelan makanan. Gangguan sulit makan sangat penting diperhatikan karena dapat mengakibatkan dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan selain kekurangan gizi adalah menurunnya daya intelegensi dan menurunnya daya tahan anak yang berakibat akan menghambat tumbuh kembang optimal pada anak (Santoso, 2009). Centre for Community Child Health (2006) di Australia melaporkan bahwa masalah sulit makan dialami 25% anak. Rigal, Chabanet, Issanchou dan Patris (2012) mengungkapkan bahwa anak usia 25-36 bulan lebih sulit untuk diberi makan karena pada usia tersebut otonomi anak telah berkembang. Perkembangan otonomi mengakibatkan balita dapat menentukan terkait apa yang disukai dan yang tidak disukainya termasuk dalam memilih 3

makanan. Pernyataan ini didukung oleh Powell, Farrow dan Meyer (2011) yang mengungkapkan bahwa anak dengan usia lebih muda cenderung lebih memilih-milih makanan. Sulit makan merupakan masalah yang cukup kompleks. Menurut Judarwanto (2004), masalah sulit makan dapat disebabkan karena adanya gangguan fisik. Adapun gangguan fisik meliputi gangguan pencernaan, infeksi akut dan kronis, alergi, gangguan perkembangan dan perilaku, gangguan fungsi organ, kelainan bawaan serta kelainan neurologi. Masalah sulit makan juga dapat disebabkan gangguan psikologis pada anak. Gangguan psikologis pada anak sangat erat kaitannya dengan hubungan dalam keluarga. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis mengakibatkan anak cemas bahkan depresi sehingga menarik diri dari segala aktivitasnya termasuk aktivitas makan. Selain itu, sulit makan dapat disebabkan karena kebiasaan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang dibentuk oleh keluarga. Padahal sebenarnya keluarga sejak dini dapat mencegah masalah sulit makan yang bukan disebabkan gangguan fisik (Judarwanto, 2004). Keluarga sebagai arsitek dalam mengarahkan dan merancang perkembangan keluarga harus memahami tugas perkembangan (Santh, 1983 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003). Menurut Duvall dan Miller (1985 dalam Nies & Mc Ewen, 2001), salah satu tugas perkembangan keluarga dengan anak usia 4

dibawah lima tahun adalah melakukan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu usaha keluarga dalam optimalisasi pertumbuhan anak dapat dilihat dari tindakan/praktik pemberian makan pada anak. Powell, dkk (2011) mengungkapkan 25-50 % orang tua melakukan praktik pemberian makan yang kurang tepat bagi anaknya. Praktik pemberian makan yang kurang tepat yang sering dilakukan orang tua antara lain dengan menjanjikan hadiah (reward) berupa makanan kesukaannya jika anak menunjukkan perilaku yang baik (Musher Eizenman & Holub, 2007). Tindakan lainnya yaitu memberikan makanan tertentu untuk meredakan emosi anak (Orrell- Valente et al, 2007). Jika kebutuhan nutrisi anak tidak terpenuhi maka tumbuh kembang akan terhambat. Selain itu, masalah sulit makan yang berlangsung lama akan menyebabkan depresi pada ibu (Schmid, dkk., 2010) dan penurunan produktifitas kerja keluarga (UNICEF, 1990). Kondisi kemiskinan dapat menyebabkan kericuhan dalam sebuah keluarga maka kecenderungan perkembangan kesehatan sosioemosional dan kestabilan dalam sebuah keluarga menjadi terganggu (Evans, 2004). Masalah sulit makan lebih jauh akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Hal ini akan berimbas pada pencapaian pembangunan manusia sebagai modal dasar kemajuan bangsa. 5

Balita merupakan cikal bakal generasi penerus bangsa. Masalah sulit makan yang seringkali dialami balita merupakan permasalahan serius yang menempatkan balita sebagai populasi beresiko. Populasi beresiko adalah kumpulan orang yang memiliki resiko lebih tinggi menderita suatu penyakit daripada yang lain (Stanhope & Lancaster, 2004). Balita sebagai populasi beresiko dikarenakan pada usia balita terjadi pertumbuhan yang pesat yang menentukan kualitas kehidupannya (Kozier, 1995). Pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat sangat dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Dengan terpenuhinya nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik. Terpenuhinya nutrisi didapatkan dari asupan makanan yang bergizi. Makanan bergizi adalah makanan yang mencakup karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein. Hasil penelitian Rosliana Kaban (2009), menunjukkan bahwa 44,4% anak balita yang berasal dari keluarga miskin di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan tergolong status gizi kurang dan buruk. Dilihat dari konsumsi zat gizi, ternyata sebagian besar (88,8%) anak balita mempunyai tingkat asupan energi sangat rendah (kurang dari 85% angka kecukupan yang dianjurkan). Sanjur (2002) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penentu utama yang berhubungan dengan kualitas makanan. Hal ini diperkuat oleh Suhardjo (2009) bahwa apabila 6

penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat pula mutunya. Berdasarkan hasil dari survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Juli 2012, pada tahun 2010 terdapat 83 KK miskin (15%) dari total 1246 KK di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dari 83 KK tersebut terdapat 55 balita yang berasal dari keluarga miskin. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan dan penanganan orangtua terhadap sulit makan pada balita di keluarga miskin di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana tanggapan dan penanganan orangtua terhadap sulit makan balita pada keluarga miskin di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang?. 7

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan dan penanganan orangtua terhadap sulit makan balita pada keluarga miskin di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. 1.3.2 Tujuan Khusus : a. Mengetahui karakteristik keluarga yang memiliki balita (usia dan tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi serta pendapatan keluarga) di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. b. Mengetahui karakteristik balita (usia dan jenis kelamin) di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. c. Mengetahui kejadian sulit makan pada balita di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. d. Mengetahui status gizi balita di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. e. Mengetahui konsumsi makan balita di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. f. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sulit makan balita di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. g. Mengetahui tanggapan orangtua terhadap kejadian sulit makan balita di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. 8

h. Mengetahui penanganan orangtua terhadap kejadian sulit makan balita di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini dapat memberikan masukan pada perawat agar dapat mengidentifikasi kebutuhan keluarga dalam melaksanakan penanganan sulit makan yang tepat pada anak sehingga kejadian sulit makan dapat dicegah. Perawat dapat mengembangkan strategi intervensi yang efektif dalam rangka meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan praktik pemberian makan yang tepat bagi anak. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan keperawatan guna mengembangkan konsep terkait tugas perkembangan keluarga dalam pembentukan perilaku makan pada anak. 1.4.3 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi keluarga terkait penanganan sulit makan pada balita yang dapat menimbulkan dampak negatif pada perilaku makan pada anak. 9

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian intervensi untuk mencegah masalah sulit makan pada anak dan mengembangkan penanganan sulit makan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. 10