BATIK CIPRATAN UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEBLUR DAUN INDIGO PENGHASIL PASTA PEWARNA ALAMI BAGI UKM PENGRAJIN BATIK DI KECAMATAN GUNUNG PATI SEMARANG

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

IbM PENGRAJIN BATIK SEKARWANGI DAN BATIK SURYA KENDAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA MOTIF BATIK JEMBER SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL ABSTRAK

COWSKIN CUTTER BAGI KELOMPOK UKM PEMBUAT KERUPUK RAMBAK

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

PENINGKATAN KETRAMPILAN AKUNTANSI DAN PEMASARAN KELOMPOK OLAHAN KERIPIK KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena adanya isu-isu negatif tentang lingkungan yang marak dibicarakan oleh

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

2014 PROGRAM KEWIRAUSAHAAN BATIK JUMPUTAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMPLB DI SLBN DOMPU PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Pada tanggal 2 Oktober 2009 batik telah diakui oleh UNESCO sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang perlu digali, dipelihara dilestarikan, dan dilindungi secara

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga, baiknya yang sifatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PEMBUATAN KARAK NON-BORAKS DI DESA TAWANG SARI, BOYOLALI. Oleh : Asri Laksmi Riani 1), Machmuroch 2)

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sumartini, Penerapan Hasil Belajar "Mewarna Pada Kain Dan Serat" Dalam Praktikum Pewarnaan Batik

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI PENCIPTAAN BATIK MANGROVE

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011

LAPORAN AKHIR PKM-K. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Momentum, Vol. 12, No. 2, Oktober 2016, Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh bangsa Indonesia ini telah ditetapkan United Nations Educational,

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : 1. Lita Indriyani (I ) 2. Widak Asrianing (I )

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN GELAR BATIK NUSANTARA 2015 JAKARTA CONVENTION CENTER JUNI 2015

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses pemulihan perekonomian Indonesia, sektor Usaha Kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengingat hampir sebagian besar penduduk Indonesia masih tinggal di

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sebagai Budaya Tak-Benda Warisan Manusia atau Representative List

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

APLIKASI ZAT WARNA ALAM PADA TENUNAN SERAT DOYO UNTUK PRODUK KERAJINAN Application Natural Dyestuff On Woven Fibers Doyo For Handicraft Product

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

INTRODUKSI TEHNOLOGI PENGOVENAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN BAKPIA

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Ringkasan Pelaksanaan Kegiatan KKP. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

Ahmad Kamil 1), Arfan Bakhtiar 2), Sriyanto 3)

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

PENINGKATAN KUANTITAS, KUALITAS DAN KONTINUITAS INDUSTRI KERTAS HANDMADE

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Refleksi Penulis Mengenai Kegiatan Magang

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIMBIOSIS MUTUALISME ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAN PENGUSAHA BATIK DI KABUPATEN BANTUL

PEMBERDAYAAN PENGRAJIN BATIK KENDAL UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT. Mudjiati

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA. Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

produk batik fractal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Fauzan Masykur. Program Studi Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Transkripsi:

BATIK CIPRATAN UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) SEMARANG Penunjang Waruwu, Eka Ardhianto Universitas Stikubank Semarang Email: penunjangw@yahoo.co.id Abstrak. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan IbM ini adalah untuk memberikan pelatihan manajemen usaha dan pemasaran pada Mitra 1 (SLBN) Semarang dan Mitra 2 Batik Linggo. Pelatihan yang diberikan pada manajemen usaha berupa pemakaian bahan-bahan pewarna alam dalam batik cipratan, pembukuan dan pelaporan keuangan, harga pokok produk batik, Sistem Informasi Manajemen pemasaran. Target yang tercapai dalam IbM adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemberdayaan Sumber Daya Manusia pada mitra dalam pemakaian bahan pewarna alam pada kain batik, yaitu cipratan serta cap. Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengolah usaha seperti pembukuan, laporan keuangan dan kelayakan usaha; meningkatkan kemampuan dan ketrampilan penggunaan teknologi informasi khususnya penggunaan web pemasaran untuk memperkenalkan produk dengan harapan semakin meningkatkan Omset Penjualan batik serta meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan mitra. Metoda kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan pelatihan serta bimbingan teknis dan pendampingan, melakkukan monitoring dan evaluasi. Hasil yang dicapai adalah produk batik cipratan dan batik cap dari bahan-bahan alam; pengetahuan pembuatan pembukuan, laporan keuangan, dan kelayakan usaha. Kata Kunci: Batik cipratan, pewarna alam, Manajemen Usaha. PENDAHULUAN Sekolah Luar Biasa Negeri yang disingkat (SLBN) di Kota Semarang merupakan sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus mengingat anakanak ini mendapat kesulitan bila masuk pada sekolah umum. Jumlah siswa SLB Negri Semarang pada tahun 2014 adalah 600 orang, yang dididik serta diberikan berbagai ketrampilan dengan harapan kelak mereka mandiri dengan potensi masing-masing. Siswa yang tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, anak autis, mereka tidak perlu belas kasihan, yang mereka perlukan hanya kesempatan agar kelak mandiri dan tidak tergantung pada belas kasihan serta mendapatkan ruang untuk mengembangkan bakat dan potensinya masing-masing. Keterbatasan fisik tersebut tidak menghalangi siswa SLBN untuk berprestasi bila dididik dan dilatih akan menghasilkan karya yang luar biasa yang setara dengan orang-orang yang sempurna fisiknya 29

30 ABDIMAS Vol. 20 No. 1, Juni 2016 bahkan di tingkat nasional serta internasional telah mendapatkan berbagai penghargaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan SLBN Semarang sebagai mitra 1 menghasilkan batik ciprat dari bahan pewarna sintetis dan Batik Linggo yang menghasilkan batik warna alam di wilayah Desa Gonoharjo Limbangan Kendal. Batik Indonesia telah diakui UNESCO sejak 2 Oktober, 2009 yang ditetapkan sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity),(Antara News,www. antaranewscom), perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai produk khas Indonesia. Mitra 1 adalah SLBN Semarang yang menghasilkan Batik Cipratan merupakan hasil karier anak-anak yang berkebutuhankhusus yang dibimbing oleh guru-guru SLBN Semarang dengan menggunakan bahan pewarna sintetis yang dicipratkan pada kain. Ternyata Batik Cipratan yang dihasilkan mendapat perhatian masyarakat karena keunikannya sehingga permintaan semakin meningkat yaitu dari 35 potong per bulan pada semester 1, naik menjadi 105 potong per bulan pada semester 2 tahun 2013. (Humas SLBN Semarang, 2014).Prestasi yang telah diraih selama ini tidak lepas dari peran guru yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran secara maksimal memberikan pelayanan di SLBN Semarang. Mitra 2 Batik Linggo adalah batik yang dihasilkan oleh Mitra 2 yang juga penghasil bahan pewarna alam yaitu dari buah, kulit, dan biji, /kulit kayu, daun dan akar. Beberapa tanaman sumber pewarna alami yang biasa digunakan seperti kayu tingi (Ceriops tagal), kayu jambal (Peltophorum pterocarpum), kayu Secang (Caesalpinia sappan), buah Jelawe (Terminalia bellirica), tanaman Indigofera tinctorium. (Sancayarini, 2011). Batik Linggo mengutamakan pewarna batik dari bahan pewarna alam dengan cara cetak dan tulis yang diproses sendiri dengan memanfaatkan potensi lingkungan yang kaya bahan-bahan pewarna alam. Mitra 1 dan Mitra 2 yang mempunyai keunikan dalam produksi, akan semakin kuat dan berkembang luas bila adanya sinergitas kedua mitra, dengan menggali potensi masingmasing mitra. Mitra 1 sebagai penghasil Batik Cipratan yang memakai pewarna sintetis dapat lebih berkembang bila memanfaatkan pewarna alam dari Mitra 2 sebagai pensuplai bahan pewarna alam, terlebih minat untuk pewarna alam semakin bertambah. Mitra 2 Batik Linggo sebagai penghasil batik pewarna alam dan bahan pewarna alam, bersedia menyalurkan bahan pewarna alam maupun membantu cara pemakaian bahan pewarna alam pada Mitra 1 Berkaitan dengan pengakuan UNESCO terhadap batik Indonesia maka potensi pasar batik semakin luas pasarnya, baik dalam negeri maupun manca negara, terlebih karena anjuran pemakaian batik pada pegawai di tempat kerja dan seragam sekolah atau menghadiri acara-acara resmi, Hal ini menjadi peluang bagi mitra untuk miningkatkan usaha terlebih kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan kesehatan, sehingga produk ini semakin disenangi oleh pasar. Berdasarkan hasil analisis situasi di lapangan yang dilakukan terhadap mitra, maka permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Kesulitan Pemasaran yaitu: Mitra 1 mengalami kesulitan dalam pemasaran karena produk belum dikenal luas sehingga omzet penjualan perbulan kurang 150 potong. Sementara Mitra 2 mengalami kesulitan dalam pemasaran bahan pewarna alami dan batik. Mitra lebih mengandalkan sistem penjualan konvensional yaitu cara langsung pada konsumen, seperti kunjungan wisata di SLBN, seminar, dan pertemuan pada organisasi sehingga konsumen belum mengetahui tentang produk khas yang dihasilkan oleh mitra. Selain itu kendala yang dihadapi apabila permintaan semakin

Penunjang Waruwu, Eka Ardhianto Batik Cipratan Untuk Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 31 meningkat, selalu menghadapi kesulitan untuk memenuhi permintaan. Keterbatasan Produksi yaitu: Produksi terbatas karena dalam proses produksi batik memerlukan waktu yang lama dalam proses pembuatannya karena tergantung cuaca panas sehingga sulit untuk bisa memenuhi permintaan secara cepat. Penggunaan pewarna pada Miitra 1 mengutamakan pewarna sintetis yang tidak ramah lingkungan. Sedangkan untuk difersifikasi produk dengan penggunaan pewarna alami mendapatkan kesulitan dalam perolehan bahan termasuk tenaga pelatih dalam proses produksi. Keterbatasan tenaga pelatih batik untuk Mitra 1 terdapat 2 (dua) orang guru sehingga tidak sepadan dengan semakin meningkatnya jumlah siswa yang berminat untuk membatik. Pada Mitra 2 (dua) sebagai suplaier pewarna alami dan sekaligus pengrajin batik, mengutamakan pewarna alami yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi lingkungan. Namun karena keterbatasan dalam manajemen dan modal usaha, pewarna alami yang berkualitas, produk yang dihasilkan belum optimal. Produk yang dihasilkan bersakala kecil sehingga bila permintaan meningkat tidak bisa segera terpenuhi karena proses produksi yang membutuhkan waktu lama. Bahan baku produksi seperti kain masih dibeli di toko kain yang harga belinya lebih tinggi bila dipesan langsung pada pabrik. Demikian juga masalah pewarna yang digunakan pada Batik Cipratan di SLBN lebih mengandalkan pewarna sintetis, sedangkan pewarna alami ternyata mampu diproduksi oleh Batik Linggo yang memanfaatkan potensi lingkungan. Dalam proses produksi sangat tergantung pada cuaca, apabila cuaca panas berproduksi, sedangkan pada cuaca hujan atau mendung tidak berproduksi. Manajemen usaha. yaitu menyangkut masalah pelaporan keuangan, transaksi, serta kitidak jelasan antara harta perusahaan dan harta pribadi, sehingga menyulitkan bagi mitra berhubungan pada pihak eksternal dalam investasi dan pengembangan usaha. Selain itu penetapaan harga jual belum dapat ditentukan secara pasti hanya perkiraan karena belum memahami perhitungan harga pokok produk. Pelaksanaan IbM ini dimaksudkan akan memberikan bagaimana solusi tentang cara mengatasi atau memperkecil permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra. METODE Solusi yang dilakukan untuk membantu mitra 1 dan mitra 2 pada kegiatan IbM ini adalah: Melakukan kolaborasi antar mitra pada penggunaan bahan pewarna alam yang menghasilkan batik cipratan. Melakukan pelatihan penataan manajemen usaha yaitu pelatihan pembukuan sederhana, kelayakan usaha serta perhitungan haga pokok. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh tim pelaksana sebagai berikut. Mitra 1 (SLBN) Semarang mendapatkan tambahan pengetahuan dengan pemakaian bahan zat pewarna alam yang ramah lingkungan, yang mana selama ini selalu tergantung pada pemakaian pewarna sintetis yang mengganggu lingkungan. Mitra 1 mampu memberdayakan peserta didik dan alumni SLBN Semarang melalui instruktur serta guru-guru yang terlatih, sehingga dapat diharapkan adanya kemandirian yang luar biasa dalam kehidupan peserta didik dan alumni. Mitra 1 dan 2 mendapatkan pengetahuan dalam pemakaian zat pewarna alam sehingga produk lebih variatif dan disukai oleh pasar. Mitra 1 dan mitra 2 mendapatkan pengetahuan dalam pengelolaan usaha khususnya dalam manajemen usaha yaitu pembukuan sederhana dan perhitungan harga pokok produk yang mampu menentukan berapa harga jual produk yang pantas. Kedua mitra memperoleh pengetahuan dalam web

32 ABDIMAS Vol. 20 No. 1, Juni 2016 pemasaran sehingga penjualan dapat dikenal luas oleh konsumen. Untuk mengetahui bagaimana Batik Cipratan dan Batik Linggo berkolaborasi dalam pewarnaan kain sebagaimana tersebut pada gambar berikut ini: Gambar 3- Bahan pewarna dari kulit kayu secang, tingi, dan lerak. Gambar 1- Batik Cipratan Sintetis Gambar 4- Bahan pewarna dari bixa rosella. Gambar 2- Batik Linggo pewarna alam Gambar 5- Bahan pewarna dari kulit kayu secang, tingi, dan lerak.

Penunjang Waruwu, Eka Ardhianto Batik Cipratan Untuk Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 33 Gambar 6- Bahan pengunci warna (tawas, kapur, tunjung) Gambar 9- Pecelupan bahan-bahan yang sudah dimasak pada alat stenlis. Bahan-bahan tersebut di atas kemudian diproses melalui pemasakan, perendaman dan pengeringan seperti pada gambar berikut ini: Gambar 10- Bahan pengunci warna yang sudah siap dipakai. Gambar 7- proses pemasakan bahan pewarna alam. Gambar 11- Pencelupan kain pada pengunci warna yang sudah diberi warna. Gambar 8-.Bahan-bahan pewarna yang sudah dimasak.

34 ABDIMAS Vol. 20 No. 1, Juni 2016 Gambar 12- Pencipratan bahan pewarna pada kain. Gambar 15- Pengeringan kain cipratan. Gambar 13- Pembilasan kain yang sudah diwarnai. Gambar 16- Hasil akhir batik cipratan dari bahanbahan alam. Selain batik cipratan, pemakaian bahan pewarna alam dapat dipakai untuk batik cap. Gambar 14- Kepala sekolah SLBN meninjau proses produksi Gambar 17- Pelatihan pada batik cap dengan pewarna alam.

Penunjang Waruwu, Eka Ardhianto Batik Cipratan Untuk Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 35 Gambar 18- Bimbingan kelayakan usaha pada usaha batik. bimbingan teknik adalah meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mitra tentang teknik pembukuan dan laporan keuangan batik serta meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang menilai kelayakan usaha dari aspek produksi, keuangan. Untuk mengukur keberhasilan pelatihan adalah mitra semakin mampu meningkatnya ketrampilan dan kemampuan pemakaian pewarna alam pada batik cipratan sebagai alternatif dalam pemakaian bahan pewarna sintetis, yang memberi nilai tambah pada produk. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Gambar 19- Bimbingan pembukuan oleh instruktur Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian pada masyarakat pada SLBN Semarang dan Batik Linggo Kendal, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pengetahuan mitra semakin meningkat, yang dapat ditunjukkan semakin meningkatnya keinginan mengikuti dan memperhatikan secara cermat dari awal hingga berakhirnya kegiatan dalam manajemen usaha yaitu ketrampilan dalam pembukuan dan laporan keuangan serta menilai kelayakan usaha. Meningkatnya ketrampilan dan kemampuan pemakaian bahan pewarna alam pada batik sebagai alternatif dalam pemakaian bahan pewarna sintetis,yang memberi nilai tambah pada produk. Saran Gambar 20- Peserta latihan manajemen usaha. Berikut kriteria, indikator, tolok ukur serta evaluasi untuk mengukur keberhasilan Kehadiran Perguruan Tinggi beserta pemerintah pada usaha ekonomi produktip sangat diharapkan dalam menciptakan serta menumbuh kembangkan agar menjadi kuat dan bisa bersaing menghadapi ekonomi global. Selain itu perguruan tinggi diharapkan mampu sebagai lembaga ilmiah memberikan pelayanan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dengan membangun

36 ABDIMAS Vol. 20 No. 1, Juni 2016 komunikasi dan menjadikan perguruan tinggi sebagai narasumber ilmiah untuk membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi terkait ilmu pengetahuan, teknologi dan likasinya. Mitra atau pelaku usaha kecil, bersedia menerima kehadiran Perguruan Tinggi yang mempunyai aplikasi ilmu dan teknologi untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai tambah pada sumberdaya yang ada. Pemerintah Daerah selalu terbuka dan bersedia membantu dan melakukan pembinaan dan pemantauan serta komunikasi yang berkseinambungan agar potensi daerah dapat diberdayakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat. DAFTAR PUSTAKA Antara News, www.antaranews.com (16Maret 2014) Humas SLBN Semarang, 2014) Sancaya Rini, 2011, Pesona Warna Alami Indonensia, KEHATI