BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. LANDASAN TEORIse. Menurut McLeod dan Schell (2004, p405), data warehouse adalah sebuah

MEMBANGUN DATA WAREHOUSE

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah sesuatu yang mewakilkan objek dan peristiwa yang memiliki arti

[Data Warehouse] [6/C2 & 6/D2]

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebutuhan informasi suatu perusahaan. komputer secara sistematis. menggunakan database SQL Server 2000.

Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Fakulas Ilmu Komputer Program Studi Teknik Informatika. Knowledge Discovery in Databases (KDD)

BAB 2 LANDASAN TEORI. bentuk yang dimengerti dan dapat digunakan.

[Data Warehouse] [6/C2 & 6/D2]

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti dan penting di lingkungan pemakai. (Hoffer, Prescott, dan McFadden, 2002, p5).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Database adalah suatu koleksi / kumpulan dari data yang persistent, yaitu ada

BAB 2 LANDAS AN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. each unit of data is relevant to some moment in time, atau kurang lebih dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan teori umum atau dasar yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. subject-oriented, integrated, time-variant, and non-volatile collection of data in

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

DATA WAREHOUSING AND ONLINE ANALYTICAL PROCESSING (OLAP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok untuk kelangsungan hidup perusahaan. perusahaan yang bergerak di bidang retail.

BAB 2 LANDASAN TEORI. informasi adalah bagaimana data tersebut diartikan dan dimengerti oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 2 LANDASAN TEORI. Menurut Inmon (2002, p388), data adalah rekaman dari fakta-fakta, konsepkonsep,

Sistem Basis Data Lanjut DATA WAREHOUSE. Data Warehouse 1/20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Data dan Informasi. Menurut Hoffer, Prescott dan Topi (2009, p46), data adalah sebuah

ANALISIS DAN PERANCANGAN DATA WAREHOUSE PENJUALAN, PEMBELIAN, DAN PERSEDIAAN UNTUK MENDUKUNG EKSEKUTIF DALAM PENGAMBILAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. dan presentasi yang dapat dimengerti oleh manusia. makna yang dapat disimpulkan. untuk menyampaikan arti tertentu.

Perancangan Basis Data

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. mengidentifikasi proses-proses bisnis utama dan entitas-entitas utama yang ada di SFI,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI


BAB II KONSEP DATA WAREHOUSING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Ruang Lingkup

BAB II LANDASAN TEORI

Business Intelligence. Data Warehousing, Data Acquisition, Data Mining, Business Analytics, and Visualization

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi informasi sekarang ini telah mengalami perkembangan yang

PROSES PERANCANGAN BASIS DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Umum Pengertian Data

[Data Warehouse] [6/C2 & 6/D2]

BAB 2 LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK DATA WAREHOUSE

BAB 2 LANDASAN TEORI. dapat dimengerti oleh manusia.

BAB 2 LANDASAN TEORI. data, DBMS, dan data mart, hal hal diatas dapat menjelaskan secara mendasar

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi, dan Database

BAB III PENGEMBANGAN DATA WAREHOUSE

6/26/2011. Menurut W.H. Inmon dan Richard D.H. Menurut Vidette Poe

LANDASAN TEORI. Sebelum dikenal database, penyimpanan data menggunakan pendekatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model)

Data Warehouse dan Decision Support System. Arif Basofi

PERTEMUAN 14 DATA WAREHOUSE

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Thomas Connolly dan Carolyn Begg (2010, p65), database adalah

DATA WAREHOUSE PERTEMUAN I S1 TEKNIK INFORMATIKA TITUS KRISTANTO, S.KOM

BAB 2 LANDASAN TEORI. fakta, dengan sendirinya, secara relatif tidak ada artinya. kumpulan fakta yang merepresentasikan suatu objek atau kejadian yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. informasi yang mentah atau kumpulan dari fakta yang masih harus diproses agar

BAB 2 LANDASAN TEORI. telah diproses atau data yang memiliki makna. dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi perusahaan atau organisasi.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Program Studi Database Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2007/2008

jumlah keluarga, dan jumlah rumah. Data diambil dari hasil sensus potensi desa yang dilakukan BPS tahun 1996, 1999, 2003, dan 2006.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Basis Data Oracle - Business Intelligence System. Ramos Somya, M.Cs.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat di waktu

BAB 2 LANDASAN TEORI

PROSES EXTRACT, TRANSFORM DAN LOAD PADA DATA WAREHOUSE

Database dan DBMS DBMS adalah perangkat lunak sistem yang memungkinkan para pemakai membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses basis data dengan

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Program Studi Strata-1 Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007

PERKEMBANGAN BASIS DATA SAAT INI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat cepat dan pesat, terutama pada bidang teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. saja media-media nirkabel seperti telepon selular, notebook dan masih banyak yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Nugroho (2004), Modern Database Management. serta vedio yang bermanfaat di lingkup pengguna.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perancangan Database

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi informasi, perusahaan dapat menjalankan proses bisnis dengan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. beberapa pakar. Definisi tersebut antara lain yaitu : dari beberapa file dokumen yang terhubung secara logis.

PROSES PERANCANGAN DATABASE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Economic Data warehouse terbukti dapat mempermudah end user dalam

BAB III LANDASAN TEORI Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dan Program Studi

PROSES PERANCANGAN DATABASE

ANALISA SISTEM INFORMASI MONITORING DATA QUALITY PRODUCT STUDI KASUS PADA PT KONE INDO ELEVATOR

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Definisi Database Menurut Date (1990, p 10), database adalah suatu kumpulan dari data yang bersifat persistent (yaitu data yang berbeda satu dengan yang lainnya) sementara dan digunakan oleh sistem-sistem aplikasi pada suatu organisasi perusahaan. Sedangkan menurut McLeod (2001, p 258) database adalah suatu kumpulan data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan, dan disimpan dengan suatu cara yang memudahkan untuk proses retrieval (pengambilan data kembali). Menurut O Brien (1997, p 166), database merupakan suatu koleksi yang terintegrasi dimana secara logika berhubungan dengan record dari file. Sedangkan menurut Connolly (2005, p 15), database adalah sekumpulan data yang saling berhubungan dan penjelasan atas data tersebut dirancang untuk mempertemukan atau menghasilkan informasi yang diperlukan dalam suatu organisasi. Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa sistem basis data (database) adalah sekelompok elemen data, saling terintegrasi, dan berhubungan untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. 8

9 2.1.2 DBMS (Database Management System) Menurut Menurut Connolly (2005, p 16) DBMS adalah suatu sistem software yang memungkinkan user dapat mengidentifikasikan, membuat, memelihara, dan mengatur akses dari database. Keuntungan DBMS: 1. Mengontrol data berulang 2. Konsistensi data 3. Lebih banyak informasi yang didapat dari jumlah data yang sama 4. Adanya pembagian data 5. Meningkatkan integritas data 6. Meningkatkan keamanan 7. Mengembangkan backup dan layanan perbaikan 8. Meningkatkan pemeliharaan melalui data independen Kerugian DBMS: 1. Kompleksitas 2. Ukuran 3. Biaya DBMS, hardware tambahan, konversi 4. Performa 5. Tingkat kegagalan yang lebih tinggi

10 2.1.3 Siklus hidup Database Menurut Connolly (2005, p 284) dalam perancangan database perlu diperhatikan tentang siklus hidup dari database. Siklus hidup tersebut adalah (lihat gambar 2.1) : Gambar 2.1 The database system development lifecycle

11 Berikut adalah ringkasan dari aktivitas utama di setiap langkah dari siklus hidup database di atas: 1. Database Planning Merencanakan bagaimana tahapan dari siklus hidup bisa direalisasikan secara efektif dan efisien. 2. System Definition Menspesifikasikan ruang lingkup dan batasan dari aplikasi database, pengguna, dan cakupan aplikasi yang digunakan. 3. Requirement Collection and Analysis Mengumpulkan dan menganalisis permintaan pengguna dan ruang lingkupnya. 4. Database Design Perancangan database secara konseptual, logikal, dan fisikal. 5. DBMS Selection Penyeleksian DBMS. 6. Database Application Design Mendesain tampilan untuk pengguna dan program aplikasi yang akan digunakan. 7. Prototyping Membangun sistem model kerja dari aplikasi, yang digunakan untuk memvisualisasikan dan mengevaluasi sistem aplikasi keseluruhan. 8. Implementation Mengimplementasikan sistem aplikasi dan sistem database. 9. Data Conversion and Loading Konversi dan pemindahan data dari sistem lama ke sistem database yang baru.

12 10. Testing Pengujian dan validasi sistem. 11. Operational Maintenance Proses pemeliharaan dari sistem. 2.1.4 Definisi Data Warehouse Menurut W.H Inmon (2002, p 31), Data warehouse is a subject-oriented, integrated, time-variant and non-volatile collection of data in support of management s decision-making process, dimana data warehouse adalah kumpulan data yang mendukung pengambilan keputusan manajemen yang berkarakteristik subject-oriented, integrated, non-volatile dan time-variant. Data warehouse digunakan sebagai dasar dari sistem penunjang keputusan yang dikembangkan untuk menyelesaikan beberapa masalah yang muncul pada sebuah organisasi dengan menggunakan basis data yang sama dimana dijalankan melalui OLTP (Online Transaction Processing). Menurut Connolly (2005, p 1151), A subject-oriented, integrated, timevariat, and non-volatile collection of data in support of management s decision making process. Menurutnya, data warehouse adalah sekumpulan data yang berorientasi subyek, terintegrasi, memiliki rentang waktu, dan tidak berubah, untuk mendukung pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Menurut McLeod (2001, p 267), data warehousing adalah perkembangan dari konsep database yang menyediakan sumber daya data yang lebih baik bagi para pemakai dan memungkinkan pemakai untuk memanipulasi dan menggunakan data tersebut secara intuitif.

13 Menurut Elmasri dan Navathe (2000, p 842), data warehouse adalah database yang berbeda dari database tradisional dari segi struktur, fungsi, kinerja, dan tujuan. Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa data warehouse adalah sejumlah besar data yang dikumpulkan, yang kemudian diolah melalui proses pembersihan, ekstraksi, dan transformasi menjadi sekumpulan data yang dapat menyediakan informasi strategis dan mendukung usaha pengambilan keputusan yang lebih baik Hampir semua sumber data pada data warehouse berasal dari lingkungan operasional. Beberapa faktor di bawah ini menunjukkan bahwa pengulangan data antara dua lingkungan sangat jarang terjadi: 1. Data disaring begitu masuk ke lingkungan data warehouse, hanya data yang diperlukan oleh proses DSS (Decision Support Systems) yang masuk ke lingkungan data warehouse. 2. Sifat data sangat berbeda dari satu lingkungan ke lingkungan berikutnya. Data pada lingkungan operasional sangat baru sedangkan data pada data warehouse sudah tidak baru lagi. 3. Ada ringkasan data pada data warehouse yang tidak ditemukan pada lingkungan operasional. 4. Data mengalami transformasi fisik dan diubah secara radikal begitu masuk ke lingkungan data warehouse. Yang dimaksud transformasi fisik adalah proses pemindahan data dari data operasional ke dalam data warehouse, dimana terjadi perubahan format data agar berorientasi pada subyek, terintegrasi, time-variant,

dan tak berubah terhadap proses operasional. Dalam proses transformasi dilakukan langkah-langkah berikut ini: a. Konversi data b. Memilih data yang terbaik jika berasal dari lebih dari satu sumber. c. Summary data. d. Menambah struktur kunci dan struktur fisik. e. Mengatur ulang format data. Berikut ini ditampilkan tabel perbandingan OLTP dengan Data Warehouse (lihat tabel 2.1): Tabel 2.1 Perbandingan OLTP dan Data Warehouse OLTP Data Warehouse Menangani data sekarang Menangani data sejarah Menyimpan data secara detil Menyimpan data yang bersifat detil, lightly dan highly summarized Datanya dinamis Datanya secara garis besar statik Prosesnya berulang Prosesnya bersifat ad hoc, unstructed, dan heuristic High level of transaction throughput Medium to low level of transaction throughput Pola penggunaannya dapat diprediksi Pola penggunaannya tidak dapat diprediksi Transaction-driven Analysis-driven Berorientasi aplikasi Berorientasi analisis Mendukung keputusan per hari Mendukung keputusan strategis Melayani operational user Melayani managerial user Dari tabel di atas diketahui bahwa OLTP dan data warehouse memiliki karakteristik yang berbeda. Sistem OLTP menyediakan sumber data untuk data warehouse, atau dengan kata lain, data warehouse sendiri secara periodik diisi data dengan data dari OLTP setelah menjalani pembersihan dan integrasi data. 14

15 2.1.5 Konsep Data Warehouse Konsep orisinil dari data warehouse adalah sebagai information warehouse dan merupakan suatu solusi untuk mengakses data yang terdapat dalam sistem. Kemudian konsep tersebut berkembang, data warehouse tidak hanya sebagai suatu solusi untuk mengakses data, melainkan juga digunakan sebagai suatu penunjang dalam proses pembuat keputusan (decision making process) dalam manajemen. Karakteristik data warehouse menurut Inmon (2002, p 31) adalah: 1. Berorientasi subyek (subject-oriented) Data warehouse berorientasi subyek karena diorganisasikan di sekitar subyeksubyek utama dari perusahaan, seperti: customers, products, dan sales. Data warehouse tidak diorganisasikan pada area-area aplikasi utama, seperti customer invoicing, stock control, dan product sales. Hal ini dicerminkan dalam kebutuhannya dalam menyimpan data-data yang digunakan sebagai pembuat keputusan, daripada aplikasi yang berorientasi terhadap data. Jadi dengan kata lain, data yang disimpan tidaklah berorientasi terhadap proses, melainkan berorientasi pada subyek mana yang membutuhkan data tersebut. Perbedaan antara orientasi aplikasi proses dengan orientasi subyek terlihat jelas dari perbedaan isi data pada tingkatan data yang rinci. Data yang tidak digunakan pada pemrosesan sistem penunjang keputusan (Decision Support Systems) tidak termasuk sebagai data inputan pada data warehouse, sedangkan pada orientasi aplikasi operasional, data yang digunakan terdiri atas data untuk keperluan fungsional atau pemrosesan baik yang dibutuhkan maupun yang tidak dibutuhkan. Cara lain untuk membedakan data berorientasi aplikasi operasional

16 dengan data pada warehouse adalah pada hubungan-hubungan dari data. Data operasional memelihara hubungan yang terus-menerus antara dua atau lebih tabel berdasarkan kaidah bisnis untuk waktu yang singkat. Data pada warehouse menjangkau jangka waktu yang panjang dan hubungan-hubungan yang diperoleh dalam data warehouse sangat banyak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.2. operational data warehouse 2. Terintegrasi (integrated) Aspek terpenting dalam ruang lingkup warehousing adalah sumber data (data source) yang terintegrasi. Sumber data diintegrasikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan informasi dalam organisasi, karena sumber data tersebut berasal dari sistem-sistem aplikasi perusahaan yang berbeda dan luas sehingga sumber data tersebut sering kali tidak konsisten dalam penggunaannya, sebagai contoh format-format yang berbeda. Adapun proses yang terjadi dalam membuat dataauto customer life policy health premium casualty claim applications subjects Gambar 2.2 Data yang berorientasi subyek

17 data sumber yang berbeda-beda menjadi konsisten meliputi pengubahan format, memformat ulang, menyusun ulang, merangkum sehingga sumber data konsisten dalam menyajikan gambaran hasil penyatuan dari data tersebut kepada pengguna. Syarat integrasi sumber data dapat dipenuhi dengan berbagai cara seperti konsisten dalam penamaan variabel, konsisten dalam ukuran variabel dan konsisten dalam struktur pengkodean dan konsisten dalam atribut fisik dari data. Pada lingkungan operasional terdapat berbagai macam aplikasi yang mungkin dibuat oleh pengembang (developer) yang berbeda-beda, oleh karena itu, mungkin aplikasi tersebut ada istilah atau variabel yang memiliki maksud yang sama tetapi nama dan formatnya berbeda. Hal tersebut tidak diperkenankan sebagai sumber data yang terintegrasi, seluruhnya harus konsisten, maksudnya berbagai data yang berbeda baik dalam bentuk nama dan formatnya, harus dikonversi menjadi nama dan format yang disepakati bersama. Dengan demikian, tidak ada lagi kerancuan karena terdapat lebih dari satu sumber data dan ketidak-konsistensian nama, tanggal dan sebagainya, seperti contoh pada gambar 2.3.

18 Gambar 2.3 Integrasi data warehouse 3. Memiliki rentang waktu (time-variant) Seluruh data di dalam warehouse dapat dikatakan akurat serta valid pada interval atau rentang waktu tertentu. Karakteristik dasar data dalam warehouse sangat berbeda dengan data pada lingkungan operasional, dimana data hanya akurat untuk waktu sesaat setelah data diakses, sedangkan data pada warehouse dapat dikatakan akurat selama periode waktu tertentu sehingga memiliki interval / rentang waktu (time variant). Data ditampung pada time variant yang valid, kemudian akan ditampilkan ke dalam snapshot. Setiap lingkungan mempunyai

19 rentang waktu yang berbeda. Pengumpulan rentang waktu pada data di dalam data warehouse secara signifikan lebih lama daripada yang terdapat pada sistem operasi. Rentang waktu 60-90 hari adalah suatu keadaan normal bagi sistem operasi. Sementara itu, rentang waktu 5-10 tahun adalah keadaan normal bagi sebuah data warehouse. Karenanya, data warehouse memiliki data historikal lebih banyak daripada data pada lingkungan lain, seperti terlihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Rentang waktu data warehouse 4. Tetap atau tidak berubah (non-volatile) Karakteristik keempat dari data warehouse adalah non-volatile. Maksudnya data pada warehouse tidak di-update secara real time, tetapi di-refresh / diperbaharui dari sistem operasional secara regular / teratur. Data baru yang selalu ditambahkan sebagai suplemen bagi basis data itu sendiri bukan sebagai sebuah perubahan. Basis data tersebut secara berkala dan terus menerus memasukkan, kemudian secara incremental (naik secara bertahap) disatukan dengan data sebelumnya. Ketika data pada database memuat data baru dan database

20 kemudian di-load ke dalam data warehouse, maka data warehouse tidak memperbaharui snapshot dari data warehouse yang lama tetapi membuat snapshot sehingga syarat non-volatille tercapai dan history dari data warehouse terus terjaga. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Data warehouse tidak berubah 2.1.6 Anatomi Data Warehouse Konsep penerapan data warehouse adalah mengambil data dari berbagai sumber dan memindahkannya ke dalam sebuah pusat pengumpulan data yang besar. Anatomi data warehouse terbagi tiga, yaitu: 1. Data warehouse fungsional (Functional Data Warehouse) Data warehouse fungsional mempergunakan pendekatan kebutuhan dari tiap bagian fungsi bisnis, misalnya departemen, divisi, dan sebagainya, untuk mendefinisikan jenis data yang akan ditampung di dalam sistem. Penerapan data warehouse fungsional ini memiliki resiko kehilangan konsistensi data di luar

21 lingkungan fungsi bisnis bersangkutan, jika pendekatan ini lingkupnya diperbesar dari lingkungan fungsional menjadi lingkup perusahaan. Keuntungan penerapan pendekatan sistem ini adalah bahwa sistem ini dapat memberi solusi yang mudah untuk dibangun dengan biaya investasi yang relatif rendah yang dapat memberikan kelompok pemakai sebuah kemampuan sistem pengumpulan data yang terbatas (lihat gambar 2.6). Sistem operasional Data Data Workstation Gambar 2.6 Data warehouse fungsional 2. Data warehouse terpusat (Centralized Data Warehouse) Pendekatan jenis ini banyak digunakan oleh pemakai karena terbiasa dengan lingkungan mainframe yang terpusat. Data diambil dari seluruh sistem operasional dan disimpan di dalam pusat penyimpanan data (storage). Data yang terkumpul digunakan untuk membangun data warehouse fungsional masingmasing. Alasan menggunakan sistem ini adalah bahwa data benar-benar terpadu. Tetapi sistem ini mengharuskan pemasok data harus mengirim data tepat waktunya agar tetap konsisten dengan pemasok lainnya. Di samping itu, pemakai hanya dapat mengambil data dari pusat pengumpulan data saja dan tidak dapat secara langsung berhubungan dengan pemasok datanya sendiri. Faktor yang membuat orang keberatan menggunakan pendekatan ini adalah biaya

pemeliharaan yang tinggi atas sistem pengumpulan data yang sedemikian besar juga waktu membangun sistemnya (lihat gambar 2.7). 22 Sistem operasional Data Data Workstation Data Gambar 2.7 Data warehouse terpusat 3. Data warehouse terdistribusi (Decentralized Data Warehouse) Pendekatan ini memungkinkan pemakai untuk langsung berhubungan dengan sumber data maupun dengan pusat pengumpul data lainnya, karena dikembangkan berdasarkan konsep data gateway. Pendekatan ini mengandalkan keunggulan teknologi client / server. Kekurangan pendekatan ini adalah sistem memerlukan biaya yang sangat besar karena setiap sistem pengumpulan data fungsional dan sistem operasinya dikelola secara terpisah. Selain itu, perlu sinkronisasi untuk memelihara keterpaduan data. Metode ini efektif apabila data tersedia dalam bentuk yang konsisten. Pemakai dapat menambah data tersebut dengan informasi baru apabila ingin membentuk gambaran baru atas informasi. Ilustrasi ini terlihat pada gambar 2.8:

23 Sistem operasional Data Data Warehouse Gateway Workstation Gambar 2.8 Data warehouse terdistribusi 2.1.7 Arsitektur Data Warehouse Menurut Anahory dan Murray (1997), arsitektur dan komponen utama dari data warehouse dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut:

24 Operational data source 1 Warehouse Manager Reporting, query, application development, and EIS tools Metadata Highly summarized data Operational data source 2 Load Manager Query Manager OLAP tools Lightly summarized data DBMS Operational data source n Detailed data Warehouse Manager Data mining tools Operational data store (ODS) End-user access tools Archive/backup data Gambar 2.9 Arsitektur data warehouse secara umum Komponen arsitektur data warehouse yang dikemukakan oleh Anahory dan Murray (1997), meliputi: 1. Operational Data Sumber data dari data warehouse dapat diambil langsung dari: a. Mainframe dimana data disimpan pada tingkatan tertinggi.

25 b. Data bagian yang terdapat pada sistem file seperti VSAM, RMS, dan RDBMS seperti Informix dan Oracle. c. Server / workstation pribadi yang terletak dalam jaringan. d. Sumber eksternal (misalnya database dari internet, database dari rekanan seperti dari rekanan atau distributor). 2. Penyimpanan Data Operasional (Operational Data Store / ODS) Sebuah ODS merupakan tempat penyimpanan data yang terintegrasi, dimana data yang tersimpan dalam ODS digunkan untuk analisis. ODS menerima inputan data yang sama dengan data yang diterima pada data warehouse, tetapi pada kenyataannya data yang ada pada ODS dipindahkan ke dalam data warehouse. Dalam semua keadaan, penyimpanan data operasional harus dibuat terpisah dari data warehouse. Dengan membangun ODS, akan sangat membantu dalam membangun data warehouse karena data pada ODS adalah data bersih dan sudah terekstrasi dari sistem sumber. 3. Load Manager Disebut juga sebagai komponen front-end yang bertugas melakukan seluruh operasi yang berhubungan dengan ekstraksi dan me-load data ke warehouse. Data tersebut mungkin saja diekstrak secara langsung dari sumber data atau yang umum digunakan adalah dari data store operasional. Operasi-operasi yang dilakukan oleh load manager termasuk didalamnya transformasi-transformasi sederhana dari data, agar data tersebut menjadi siap untuk dimasukkan pada warehouse.

26 4. Warehouse Manager Warehouse manager melakukan seluruh operasi yang berhubungan dengan kegiatan manajemen data di dalam warehouse. Operasi tersebut meliputi: a. Analisis terhadap data untuk memastikan konsistensi. b. Transformasi dan penggabungan sumber data dari tempat penyimpanan sementara menjadi tabel-tabel data warehouse. c. Penciptaan indeks-indeks dan view-view berdasarkan tabel-tabel dasar. d. Melakukan denormalisasi dan agregasi jika diperlukan. e. Backing-up dan mengarsipkan data. 5. Query Manager Disebut juga sebagai komponen back-end melakukan operasi yang berhubungan dengan manajemen user queries. Operasi yang dilakukan oleh komponen ini termasuk mengarahkan query kepada tabel-tabel yang tepat dan menjadwalkan eksekusi dari query-query tersebut. 6. Data detil yang aktif sekarang (current detail data) Data detil yang aktif sekarang yaitu: data yang mencerminkan keadaan terbaru, yang mendapat perhatian utama. Data ini merupakan level terendah dari data warehouse, dapat diakses dan memerlukan storage yang besar namun mahal dan sulit untuk diatur karena data ini sangat kompleks. 7. Data historis (older detail data) Data historis adalah hasil backup yang disimpan dalam storage terpisah dan pada saat tertentu dapat diakses kembali. Penyusunan direktori untuk data ini harus mencerminkan umur dari data agar memudahkan pengaksesan kembali.

27 8. Data ringkasan level menengah (lightly summarized data) Data ringkasan level menengah adalah data hasil ringkasan dari data tingkat rendah yang ada pada data detil yang aktif sekarang, tapi belum bersifat total summary. Pengaksesan data ini banyak ditampilkan dalam bentuk view dari kondisi yang sedang berjalan atau sudah berjalan. 9. Data ringkasan level tinggi (highly summarized data) Data ringkasan level tinggi adalah data yang tersusun rapi dan mudah diakses, terutama untuk melakukan analisa perbandingan data berdasarkan urutan waktu dan analisa yang menggunakan data multidimensi. Sumber data ini dapat berasal dari data yang aktif sekarang ataupun di luar dari data warehouse. 10. Metadata Metadata bukan data hasil kegiatan operasional seperti empat jenis data di atas. Metadata merupakan data tentang data (Darling, 1996), data yang berisi semua objek yang ada pada data warehouse pada definisi dari database, tabel, kolom, view, query, transformasi, validasi, dan lain-lain. Tujuan utama metadata adalah untuk menunjukkan jalur asal dimana data dimulai, sehingga administrator warehouse dapat mengetahui history dari segala item dalam warehouse. Metadata dibuat untuk menjawab struktur data spesifik, walaupun asal datanya sama. Metadata juga menyediakan catatan asal data yang dipergunakan dalam proses transformasi. Catatan ini memberikan referensi kepada pengguna akhir dari sistem, seperti juga keabsahan data bagi sistem pengumpulan data perusahaan. Metadata yang berasosiasi dengan transformasi dan loading data harus mendeskripsikan sumber data dan segala perubahan yang dibuat terhadap data. Sebagai contoh, untuk setiap field sumber harus terdapat sebuah pengenal

28 unik, nama field orisinil, tipe data sumber, dan lokasi orisinil meliputi sistem dan nama objek, termasuk tipe data tujuan dan tabel nama tujuan. Jika field merupakan subyek dari suatu transformasi, juga harus direkam. Metadata tidak mengandung data yang diambil langsung dari lingkungan operasional, tetapi memuat informasi penting yang digunakan sebagai: a. Direktori untuk membantu analisis DSS mengalokasikan isi daripada data warehouse. Panduan untuk menempatkan data operasional ke dalam data data warehouse serta aturan-aturan tranformasi yang diperlukan agar suatu data operasional dapat dipindahkan ke dalam data warehouse. b. Panduan untuk membuat ringkasan data dari data detil sekarang menjadi data ringkasan level menengah, dari data detil ringkasan level menengah menjadi data ringkasan level tinggi, dan lain-lain. Tidak semua hasil ringkasan disimpan dalam data warehouse tetapi hanya hasil ringkasan yang sering digunakan yang akan disimpan. Menurut Connolly (2005, p 1159), pada area ini warehouse menyimpan seluruh definisi-definisi metadata / data mengenai data itu sendiri (data about data) yang akan digunakan oleh seluruh proses di dalam warehouse. Metadata digunakan untuk berbagai tujuan antara lain: a. Proses loading dan ekstraksi metadata digunakan untuk memetakan sumber-sumber data kepada seluruh view data di dalam warehouse. b. Proses manajemen warehouse metadata digunakan untuk mengotomatisasi produksi tabel-tabel summary. c. Sebagai bagian dari proses query management metadata digunakan untuk mengarahkan sebuah query kepada sumber data yang paling sesuai.

29 Struktur dari metadata beragam pada setiap proses, hal ini mencerminkan bahwa metadata mendekripsikan item data yang sama seperti yang terdapat di dalam data warehouse. End-user tools menggunakan metadata ini untuk dapat mengerti bagaimana cara membuat sebuah query. 11. End-user Access Tools Prinsip atau tujuan utama dari data warehousing adalah untuk menyediakan informasi bisnis kepada user untuk dapat melakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. User ini berinteraksi dengan warehouse melalui end-user access tools. Data warehouse harus secara efisien mendukung secara khusus kebutuhan user serta secara rutin melakukan analisis. Performa yang baik dapat dicapai dengan merencanakan dahulu keperluan untuk melakukan joins, summations, dan laporan per periode dengan end-users. Berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Berson dan Smith (1997) terdapat 5 grup utama dari tools tersebut, antara lain: a. Reporting and Query Tools Reporting Tools meliputi production reporting tools dan report writers. Production reporting tools digunakan untuk menghasilkan laporan operasional regular (biasa), seperti faktur pelanggan, dan pembayaran staf. Sedangkan report writer adalah desktop tools yang dirancang untuk end-user (pengguna). Query tools untuk data warehouse relasional dirancang untuk menerima SQL atau menghasilkan pernyataan SQL untuk proses query data yang tersimpan dalam warehouse. b. Application Development Tools Aplikasi yang dapat digunakan user yaitu graphical data access yang

30 dirancang secara primary untuk sisi client-server. Beberapa application development tools terintegrasi dengan OLAP tools dan dapat mengakses semua sistem basis data utama, mencakup Oracle, Sybase, dan Informix. c. Executive Information System (EIS) Tools EIS atau yang lebih dikenal sebagai everybody s information systems, yang semula dikembangkan untuk mendukung pengambilan keputusan strategi tingkat tinggi. Kemudian meluas untuk mendukung semua tingkat manajemen. EIS tools yang terasosiasi dengan mainframe memungkinkan user membuat aplikasi pendukung pengambilan keputusan untuk menyediakan overview data eksternal. Saat ini, perbedaan antara EIS dengan decision-support tools lainnya semakin tidak jelas, sejak pengembang EIS melakukan penambahan fasilitas-fasilitas tambahan dan menyediakan aplikasi custom-built untuk area bisnis seperti penjualan, marketing, dan keuangan. Sementara itu, Decision Support Systems (DSS) adalah sebuah model yang didasarkan pada sejumlah prosedur dalam memproses data dan pertimbangan yang bertujuan membantu manajer ketika membuat keputusan. DSS dibangun bukan untuk menggantikan peran manajer dalam menganalisa masalah dan mengambil keputusan, melainkan membantu peran manajer dalam menganalisa sejumlah data yang begitu besar sehingga keputusan yang diambil berdasarkan data dan informasi yang akurat.

31 d. Online Analytical Processing (OLAP) Tools OLAP tools berbasis pada konsep basis data multi-dimensi dan memperbolehkan pengguna untuk menganalisis data menggunakan view yang kompleks dan multi-dimensional. Tools ini mengasumsikan bahwa data diatur dalam model multi-dimensi e. Data Mining Tools Data mining adalah sebuah proses untuk menemukan suatu korelasi baru yang bermakna, pola dan kecenderungan baru dengan menggali data yang sangat besar menggunakan teknik statistik, matematis, dan intelegensia semu (Artificial Intelligence). Data mining mempunyai potensi yang cukup baik dalam menggali OLAP yang disediakan oleh data warehouse. 2.1.8 Data Mart Data mart adalah sebuah subset dari suatu data warehouse yang secara normal berbentuk rangkuman data yang berhubungan dengan sebuah departemen atau fungsi bisnis tertentu. Data mart dapat berdiri sendiri atau terhubung secara sentral dengan data warehouse perusahaan. Karakteristik yang membedakan data mart dengan data warehouse meliputi: 1. Data mart hanya fokus terhadap permintaan user terhadap satu departemen atau fungsi bisnis. 2. Data mart secara normal tidak mengandung data operasional secara detil, tidak seperti data warehouse. 3. Karena data mart memuat lebih sedikit data dibandingkan dengan data warehouse, data mart lebih mudah dimengerti dan ditelusuri.

32 2.1.9 Aliran Proses Data Warehouse Data warehousing menekankan pada manajemen 5 pokok data flows, yaitu inflow, upflow, downflow, outflow dan metaflow (Hackarthorn, 1995) seperti terlihat pada gambar 2.10 di bawah ini: Warehouse Manager Operational data source 1 Metaflow Metadata Inflow Highly summarized data Operational data source 2 Load Manager Outflow Query Manager OLAP tools Lightly summarized data Upflow DBMS Operational data source n Detailed data Warehouse Manager Data mining tools Operational data store (ODS) Downflow End-user access tools Archive/backup data Gambar 2.10 Aliran informasi pada sebuah data warehouse

33 1. Inflow Adalah proses yang berkaitan dengan ekstraksi, pembersihan, dan pemasukan data dari sistem sumber ke dalam data warehouse. Cara lain, data bisa saja dimuat dalam ke penyimpanan data operasional sebelum ditransfer ke data warehouse. Karena data sumber kebanyakan dihasilkan oleh OLTP systems, maka data harus terlebih dahulu direkonstruksi untuk keperluan data warehouse. Proses rekonstruksi data melibatkan: 1. Pembersihkan data kotor (data yang tidak sama formatnya, tidak konsisten). 2. Merestrukturisasi data agar sesuai dengan kebutuhan data dari data warehouse yang baru, contohnya menambah dan / atau membuang fields dan denormalisasi data. 3. Memastikan bahwa data sumber konsisten dengan data itu sendiri dan dengan data lain yang sudah ada dalam warehouse. Untuk dapat secara efektif mengatur inflow, mekanisme harus diidentifikasikan terlebih dahulu untuk menentukan kapan memulai mengekstrak data untuk melakukan transformasi yang diperlukan, dan untuk menjamin konsistensi. Ketika mengekstrak data dari sistem sumber, adalah penting untuk memastikan bahwa data dalam keadaan konsisten untuk dapat menghasilkan view yang konsisten serta terintegrasi dari corporate data. Setelah data telah diekstrak, biasanya data akan ditampung dan dimuat ke dalam penyimpanan sementara untuk keperluan pembersihan dan pengecekan konsistensi data.

34 2. Upflow Upflow adalah proses yang berkaitan dengan menambahkan nilai (value) ke data dalam warehouse melalui aktivitas summarizing, packaging, dan distribusi data. 1. Summarizing, membuat ringkasan data dengan proses selecting, projecting, joining, dan grouping data relasional ke dalam tampilan yang lebih tepat guna dan mudah dimengerti bagi penggunanya. Summarizing melibatkan operasi relasional sederhana dengan melakukan analisis statistik modern termasuk mengenali tren (identifying trends), pengelompokan (clustering) dan pengambilan sample data (sampling the data). 2. Packaging the data, dengan mengkonversikan data yang telah dirangkum ke bentuk yang lebih tepat guna seperti, lembar kerja (spreadsheets), dokumen teks, diagram, bentuk grafik lainnya, database pribadi, dan animasi. 3. Distributing the data, memasukkan data ke dalam grup-grup yang sesuai untuk meningkatkan ketersediaan dan kemudahan akses. Ketika menambahkan nilai (value) ke data, pertimbangan yang baik diperlukan dalam mendukung kebutuhan performa dari data warehouse tersebut dan untuk meminimalisasikan biaya operasional berjalan. Kebutuhan tersebut dangat penting dalam menentukan desain ke arah yang benar, membuat restrukturisasi untuk memperbaiki query performance atau untuk menurunkan biaya operasional. Dengan kata lain, data warehouse administrator harus mengidentifikasi desain database yang paling sesuai dengan kebutuhan, yang bisa mengakomodasi semua kebutuhan.

35 3. Downflow Downflow adalah proses yang diasosiasikan dengan mengarsipkan dan membackup data dalam warehouse. Mengarsipkan data lama memegang peranan penting dalam memelihara efektivitas dan performa data warehouse dengan mentransfer data yang sudah lama, dalam jumlah tertentu, ke tempat penyimpanan (diarsipkan) seperti magnetic tape atau optical disk. Jika skema partisi dipilih secara benar untuk database, jumlah data online seharusnya tidak akan mempengaruhi performa. Partisi adalah pilihan desain tepat guna untuk database-database yang sangat besar, yang memungkinkan fragmentasi sebuah tabel penyimpan record dalam jumlah yang sangat besar, dibagi ke dalam beberapa tabel yang lebih kecil. Aturan untuk partisi dapat berdasarkan karakteristik data seperti area dalam sebuah negara. Downflow data mencakup proses untuk meyakinkan bahwa dari keadaan aktif sebuah data dapat dibangun kembali jika ada kehilangan data, atau kegagalan software / hardware. Data yang telah diarsipkan sebaiknya disimpan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pembaruan data dalam warehouse jika diperlukan. 4. Outflow Outflow merupakan proses yang diasosiasikan dengan bagaimana membuat data tersedia bagi pengguna (end-users). Outflow adalah keadaan dimana nilai yang sebenarnya dari data warehouse diketahui oleh organisasi. Ini memerlukan pemaknaan ulang (re-engineering) proses bisnis untuk dapat mencapai keuntungan kompetitif (Hackarthorn, 1995). Dua aktivitas utama yang ada dalam outflow adalah termasuk hal berikut:

36 1. Accessing, yaitu hal yang berkaitan dengan bagaimana memenuhi permintaan end-users akan data yang mereka butuhkan. Hal yang utama adalah bagaimana menciptakan keadaan yang memungkinkan pengguna bisa menggunakan query tools untuk mengakses sumber data dengan benar secara efektif. Frekuensi akses users dapat bervariasi, mulai dari adhoc (keperluan tertentu), rutin, sampai real-time (hampir setiap saat). Adalah penting untuk memastikan bahwa sumber daya sistem digunakan secara efektif dalam menjadwalkan (scheduling) eksekusi dari query yang dilakukan oleh user. 2. Delivering, yaitu hal yang berkatian dengan bagaimana menyampaikan informasi ke workstation end-users secara proaktif. Ini adalah area yang relatif baru dalam data warehousing, dan disebut juga sebagai proses yang bertipe publish and subscribe (tampil dan gunakan secara berkala). Warehouse menerbitkan bermacam-macam business objects yang direvisi secara periodik dengan memonitor pola pemakaian. User menggunakan suatu set business objects yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Isu yang penting dalam mengatur outflow adalah proses marketing yang aktif tentang data warehouse kepada user, yang akan mempengaruhi operasi organisasi secara keseluruhan. Ada aktivitas operasional tambahan dalam mengatur outflow, termasuk mengarahkan query ke tabel target yang sesuai dan menangkap (capturing) informasi dalam query profiles yang terasosiasi dengan group user untuk memutuskan fungsi agregasi mana yang akan diproses. Data warehouse berisi summary data secara potensial menyediakan jumlah sumber data akurat untuk menanggapi sebuah query yang spesifik termasuk data terperinci itu sendiri dan sejumlah tumpukan lain yang sesuai dengan kebutuhan

37 user. Bagaimanapun, performa query akan bervariasi cukup signifikan, tergantung karakter data target, isi yang paling penting dari data tersebut. Sebagai bagian dari manajemen outflow, sistem harus memutuskan cara / jalan yang paling efektif untuk menjawab sebuah query. 5. Metaflow Metaflow adalah proses yang terasosiasi dengan manajemen metadata. Flow-flow sebelumnya menggambarkan manajemen data warehouse dengan melihat bagaimana data masuk dan keluar dari warehouse. Metaflow adalah proses yang memindahkan metadata (data tentang flow-flow lain). Metadata adalah gambaran isi data dari data warehouse, apa yang ada didalam, darimana asal mulanya, dan apa yang telah terjadi setelah pembersihan (cleansing), pengintegrasian (integrating), dan summarizing. Untuk merespon kebutuhan bisnis yang terus berubah, sistem yang sudah ada juga terus berubah secara konstan. Oleh sebab itu, warehouse terlibat dalam merespon pada perubahan yang terus-menerus, yang juga harus merefleksikan perubahan-perubahan tersebut pada sistem sumber (source legacy systems) dan lingkungan bisnis yang berubah. Metaflow (metadata) harus secara berkesinambungan di update dengan perubahanperubahan ini. 2.1.10 Model Dimensional Model Dimensional (Dimensionality Modelling) merupakan suatu teknik perancangan logikal yang bertujuan untuk menampilkan data yang sesuai standar dan bentuknya mudah dipahami sehingga memungkinkan akses dengan kinerja yang

38 tinggi. Dimensionality Modelling menggunakan konsep dari Entity Relationship Modelling dengan beberapa batasan-batasan yang penting. Setiap Dimensional Modelling terdiri atas tabel dengan primary key yang banyak (composite), disebut dengan fact table dan sekumpulan tabel-tabel yang lebih kecil disebut dengan dimension table. Setiap tabel dimensi mempunyai sebuah non-composite primary key yang mengarah ke satu komponen dari composite key dalam fact table. Dengan kata lain, primary key dalam tabel fakta dibuat dari dua atau lebih foreign key. Karakteristik seperti ini dinamakan star schema (skema bintang) atau star join, karena menyerupai bentuk bintang. Fitur penting lainnya dari sebuah model dimensional adalah semua natural key diganti dengan kunci pengganti (surrogate key). Ini berarti bahwa setiap gabungan (join) antara tabel fakta dengan tabel dimensi selalu didasari oleh surrogate key, bukan natural key. Kegunaan dari kunci pengganti ini adalah memperbolehkan data pada data warehouse untuk memiliki beberapa kebebasan dalam penggunaan data tidak seperti halnya yang diproduksi oleh sistem OLTP. Sebuah sistem OLTP memerlukan struktur yang telah dinormalisasi untuk mengurangi redundansi, validasi untuk input data, mendukung volume yang besar dari transaksi yang bergerak sangat cepat. Sebuah transaksi biasanya melibatkan sebuah proses bisnis, seperti mencatat order atau mencetak pembayaran invoice. Model OLTP sering terlihat seperti jaring laba-laba yang terdiri atas ratusan, bahkan ribuan tabel, sehingga sulit untuk dimengerti.

39 2.1.11 Star Scheme Skema bintang adalah merupakan sebuah struktur logikal yang memiliki tabel fakta yang terdiri atas data faktual di tengahnya, dan dikelilingi oleh tabel-tabel dimensi yang berisi referensi data (yang dapat didenormalisasi). Tabel fakta yang baik mengandung satu atau lebih numerical measure, atau fakta, yang berhubungan dengan masing-masing record. Fakta dalam tabel fakta harus berupa data numerik dan aditif karena aplikasi data warehouse hampir tidak pernah mengakses satu record tunggal, melainkan ratusan, ribuan, bahkan jutaan record pada suatu waktu dan kemudian melakukan agregasi terhadap record-record tersebut. Tabel dimensi, secara umum mengandung informasi deskriptif berbentuk teks. Atribut-atribut dimensi digunakan sebagai constraints dalam query data warehouse. Pada dasarnya, data warehouse yang berguna memiliki relasi yang tepat dengan data yang terdapat pada tabel dimensi. Keuntungan skema bintang: 1. Mudah dimengerti. 2. Kinerja yang lebih baik karena waktu query yang lebih kecil. 3. Mudah dikembangkan dan dapat menangani perubahan di masa depan. Contoh dari skema bintang ini dapat dilihat pada gambar 2.11.

40 Gambar 2.11 Star Schema 2.1.12 Denormalisasi Skema bintang dapat digunakan untuk mempercepat performa query dengan melakukan denormalisasi terhadap informasi sumber (reference) ke dalam sebuah tabel dimensi tunggal. Denormalisasi yaitu mencatat data-data yang tidak bergantung pada kolom lain, meskipun pada akhirnya mengakibatkan banyak terjadi duplikasi data. Tujuannya adalah agar semua informasi yang diperlukan harus terkandung di tabel log itu sendiri dan tidak bergantung pada tabel lain.

41 Denormalisasi adalah suatu proses yang merubah bentuk normalisasi dari database dengan cara penggabungan tabel dan merupakan sebuah proses yang secara sengaja dilakukan dengan melanggar peraturan bentuk normal dari normalisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja (performance) pengaksesan data yang ada. Keuntungan melakukan proses denormalisasi adalah: 1. Mengurangi jumlah relasi yang terjadi antar tabel-tabel yang harus mengalami proses pada waktu pencarian sehingga akan meningkatkan kecepatan proses query data. 2. Membuat struktur fisik database agar mudah dimengerti menurut model dimensi dari pemakai. Struktur tabel yang dibuat sesuai keinginan pemakai memungkinkan terjadinya akses langsung yang sekali lagi akan meningkatkan kinerja. Kelemahan melakukan proses denormalisasi adalah: 1. Proses denormalisasi secara tidak langsung akan membuat redundansi data. 2. Proses denormalisasi memerlukan alokasi memory dan storage (tempat penyimpanan) yang besar. 2.1.13 Snowflake Scheme Skema snowflake merupakan variasi pada skema bintang yang menyimpan seluruh informasi tabel dimensi dalam bentuk normal ketiga dan tabel fakta tetap dalam keadaan utuh / semula (tidak mengandung data yang mengalami denormalisasi). Dengan kata lain, suatu tabel dimensi bisa mempunyai dimensi lain hasil normalisasi. Contoh dari snowflake scheme ini dapat dilihat pada gambar 2.12:

42 Gambar 2.12 Snowflake Schema 2.1.14 Starflake Scheme Starflake schema adalah suatu bentuk campuran yang merupakan gabungan dari star schema dan snowflake schema. Baik itu star, snowflake maupun starflake memiliki keuntungan didalam lingkungan data warehouse, antara lain: 1. Efficiency efisien dalam hal mengakses data. 2. Ability to handle changing requirements dapat berapatasi terhadap keperluan user. 3. Extensibility bersifat fleksibel atas perubahan yang terjadi khususnya perubahan yang mengarah pada perkembangan. 4. Ability to model common business situations memiliki kemampuan dalam memodelkan situasi bisnis secara umum.

43 5. Predictable query processing walaupun skema yang dihasilkan sangat kompleks, tetapi pemrosesan query menjadi dapat diperkirakan, hal ini dikarenakan pada level terendah, setiap tabel fakta harus di query secara independen. 2.1.15 Metodologi Perancangan Database untuk Data Warehouse Menurut Kimball (1996), ada sembilan tahap metodologi perancangan database untuk data warehouse atau yang biasa disebut Nine-Step Methodology, yaitu: 1. Langkah 1: Pemilihan proses (choosing the process) Sebuah proses atau fungsi mengacu pada subyek dari data mart tertentu. Data mart yang pertama kali dibangun haruslah merupakan data mart yang dapat dikirim tepat waktu dan dapat menjawab semua pertanyaan bisnis yang penting. Pilihan yang terbaik untuk data mart yang pertama cenderung berhubungan dengan sales, misalnya: property sales, property leasing, property advertising. Sumber data ini mudah untuk diakses dan berkualitas tinggi. 2. Langkah 2: Pemilihan sumber (choosing the grain) Pemilihan sumber ini maksudnya untuk memutuskan secara pasti apa yang diwakili atau direpresentasikan oleh sebuah tabel fakta. Jika sumber tersebut telah dipilih untuk tabel fakta, dapat dilakukan identifikasi dimensi untuk tabel fakta itu. Pertimbangan sumber untuk tabel fakta juga menentukan sumber dari tiap tabel dimensi. Misalnya, jika sumber dari sebuah tabel fakta PropertySale adalah sebuah penjualan properti individual, maka sumber dari sebuah dimensi pelanggan merupakan rincian pelanggan yang membeli properti tertentu tersebut.

44 3. Langkah 3: Mengidentifikasi dimensi (identifying and conforming the dimensions) Set dimensi yang dibangun dengan baik membuat data mart lebih mudah dipahami dan mudah digunakan. Dimensi ini penting untuk menggambarkan fakta-fakta yang terdapat pada tabel fakta melalui sumber yang tepat. Misalnya, setiap data pelanggan pada tabel dimensi pembeli dilengkapi dengan id_pelanggan, no_pelanggan, nama_pelanggan, tipe_pelanggan, tempat tinggal, nama kota, dan lain sebagainya. Jika ada dimensi yang muncul pada dua data mart, kedua data mart tersebut harus berdimensi sama, atau paling tidak salah satunya merupakan subset matematis dari yang lainnya. Sebuah dimensi yang digunakan oleh lebih dari 1 data mart disebut conformed dimension. Jika sebuah dimensi digunakan pada dua data mart atau bahkan lebih, dan dimensi ini tidak disinkronisasi maka keseluruhan data warehouse akan gagal karena dua data mart tidak bisa digunakan secara bersama-sama. 4. Langkah 4: Pemilihan fakta (choosing the facts) Sumber dari tabel fakta menentukan fakta mana saja yang bisa digunakan dalam data mart. Semua fakta harus diekspresikan pada tingkat yang telah ditentukan oleh sumber. Fakta harus berupa data numerik dan aditif. Fakta tambahan dapat dimasukkan ke dalam sebuah tabel fakta kapan saja asalkan fakta tersebut konsisten dengan sumber dari tabel. 5. Langkah 5: Menyimpan pre-kalkulasi di tabel fakta (storing pre-calculations in the fact tables) Setiap fakta yang telah diseleksi harus diperiksa kembali untuk melihat apakah ada kesempatan untuk menggunakan pre-kalkulasi. Hal ini terjadi apabila fakta

45 terdapat unsur pernyataan keuntungan dan kerugian. Situasi ini akan lebih tampak pada tabel fakta yang berasal dari invoice atau penjualan. Misalnya, untuk menghitung totalrevenue per sewa properti, didapat dari totalrent dikurangi dengan clientallowance dan staffcommission. Walaupun totalrevenue dapat dihitung secara manual dari atribut-atribut ini, tetap saja totalrevenue perlu disimpan untuk menghindari adanya kesalahan kalkulasi oleh user. 6. Langkah 6: Melengkapi tabel dimensi (rounding out the dimension tables) Pada tahap ini, kita menambahkan keterangan berbentuk teks selengkaplengkapnya ke dimensi. Keterangan harus bersifat intuitif dan dapat dipahami oleh user. Kegunaan dari sebuah data mart ditentukan dari ruang lingkup dan sifat dari atribut pada tabel dimensi. 7. Langkah 7: Pemilihan durasi database (choosing the duration of the database) Durasi mengukur sejauh mana ukuran tabel fakta dalam waktu. Misalnya pada perusahaan asuransi, terdapat persyaratan yang mengharuskan data disimpan dalam rentang waktu 5 tahun atau bahkan lebih. 8. Langkah 8: Menelusuri perubahan dimensi yang perlahan (tracking slowly changing dimensions) Maksudnya bahwa data-data lama seperti deskripsi untuk klien lama harus digunakan dengan history transaksi lama. Seringkali, data warehouse harus memasukkan sebuah generalized key pada dimensi penting seperti ini dengan maksud membedakan serangkaian input dari klien dalam periode tertentu. Ada tiga tipe perubahan dimensi yang perlahan ini: a. Tipe 1: Atribut dimensi yang telah berubah tertulis ulang (overwritten).

46 b. Tipe 2: Atribut dimensi yang telah berubah menimbulkan sebuah dimensi baru. c. Tipe 3: Atribut dimensi yang telah berubah menimbulkan atribut alternatif, sehingga nilai atribut lama dan yang baru dapat diakses secara bersama pada dimensi yang sama. 9. Langkah 9: Menentukan prioritas dan mode query (deciding the query priorities and the query modes) Tahap ini perancangan difokuskan pada perancangan secara fisik. Hal yang perlu diperhatikan pada perancangan fisik adalah urutan secara fisik pada tabel fakta dalam disk dan keberadaan penyimpanan awal ringkasan atau agregasi. Di samping hal tersebut, perlu diperhatikan juga hal lain seperti administrasi, backup, performa indeks, dan keamanan. 2.1.16 OLAP Menurut Connolly (2005, p 1205), OLAP (Online Analytical Processing) adalah sintesis dinamis, analisis dan konsolidasi dari sekumpulan besar data multi dimensi. OLAP merupakan proses departmental untuk lingkungan data mart. OLAP mendeskripsikan sebuah teknologi yang menggunakan view multi-dimensi dari sekumpulan data untuk menyediakan akses yang cepat ke informasi strategis untuk analisis lebih lanjut. OLAP memperbolehkan user untuk mendapatkan pengertian dan pengetahuan yang mendalam mengenai berbagai aspek dari data perusahaan dengan akses yang cepat, konsisten, interaktif melalui kemungkinan variasi view dari data.

Tabel berikut (lihat tabel 2.2) adalah tabel dari perbandingan OLAP dengan 47 OLTP: Tabel 2.2 Perbandingan OLTP dan OLAP OLTP Digunakan untuk mendukung kegiatan sehari-hari Menggunakan view single, tidak menggunakan view multi-dimensi Mendukung keputusan per hari Tidak bergantung pada OLAP Melayani operational user Operasi query-nya sederhana dan berulang-ulang Memakai data sehari-hari OLAP Digunakan untuk mendukung kegiatan analisis Menggunakan view multi-dimensi Mendukung keputusan untuk masa depan Bergantung pada data yang tersimpan dalam sistem OLTP Melayani managerial user Operasi query-nya lebih rumit, ad hoc, dan tidak melibatkan operasi data update Memakai data yang terangkum dalam data cube Tabel berikut (lihat tabel 2.3) adalah tabel dari perbandingan data warehouse dengan OLAP: Tabel 2.3 Perbandingan Data Warehouse dan OLAP Data Warehouse OLAP Menyediakan basis data untuk Merupakan end-user access tool dari menyimpan data sejarah dan data warehouse menyediakan data cube yang akan digunakan oleh OLAP Mendukung managerial user Mendukung managerial user dan analytical user Tidak bergantung pada OLAP dalam Bergantung pada data yang tersimpan penyediaan datanya pada data warehouse Menyediakan teknologi yang digunakan Menggunakan teknologi data warehouse untuk melakukan OLAP dalam penggunaannya

48 Kegunaan yang secara potensial mengikuti implementasi yang berhasil dari sebuah aplikasi OLAP merupakan sebuah keuntungan seperti: 1. Meningkatkan produktifitas bisnis pada end-user, IT developer, dan keseluruhan perusahaan. Akses informasi yang lebih terkontrol dan teratur dapat meningkatkan pengambilan keputusan yang lebih efektif. 2. Mengurangi backlog dari pengembangan aplikasi untuk staf IT dengan membuat end-user tercukupi kebutuhannya dalam membuat perubahan skema dan membangun model yang mereka inginkan. 3. Penyimpanan dari kendali organisasi melalui integritas data perusahaan seperti aplikasi OLAP tergantung dengan data warehouse dan sistem OLTP untuk merefresh tingkat data sumber. 4. Mengurangi query dan lalu lintas jaringan pada sistem OLTP atau pada data warehouse. 5. Meningkatkan kemungkinan pendapatan dan keuntungan dengan memperbolehkan perusahaan memberi tanggapan yang lebih cepat terhadap permintaan pasar.

49 2.1.17 Definisi Data Mining Menurut Connolly (2005, p 1233), Data mining adalah proses pengolahan informasi dari sebuah database besar yang meliputi proses ekstraksi, pengenalan, komprehensif, dan penyajian infomasi sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis yang penting dan krusial. Sementara menurut Seidman (2001, p 3), data mining (adalah proses menemukan patterns / pola yang bernilai dan relationship yang tersembunyi dalam basis data yang sangat besar. Karena pencarian dengan tabel dan record sangat jarang ditemukan pattern yang berguna, data biasanya dianalisa dan diproses secara otomatisasi. Sedangkan menurut Berson dan Smith (1997, p 333), data mining adalah suatu alat bantu yang membantu pengguna akhir dalam mengekstrak informasi bisnis yang penting dari database yang sangat besar. 2.1.18 Penerapan Data Mining Di berbagai perusahaan di dunia, saat ini penerapan aplikasi dengan data mining (Berson, 1997, p 123) untuk: 1. Correct Data Pada saat proses menggabungkan basis data secara besar-besaran, banyak perusahaan menemukan data yang digabungkan tersebut tidak lengkap, dan terdiri dari informasi yang salah dan bertentangan. Dengan menggunakan teknik data mining, dapat membantu untuk mengidentifikasi dan membetulkan kesalahan dengan cara yang konsisten.

50 2. Discover Knowledge Proses mencari pengetahuan bertujuan untuk menentukan dengan jelas relationship, pattern, atau correlations yang tersembunyi dari tempat penyimpanan data di dalam basis data. 3. Visualize Data Seorang analis harus bisa merasakan sebuah informasi yang besar yang disimpan di dalam basis data. Tujuannya untuk mempermanusiakan data yang banyak dan menemukan cara yang terbaik untuk menampilkan data. 2.1.19 Metodologi Data mining Proses data mining dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan tertentu (Seidman, 2001, p 9), yaitu : 1. Analisa Masalah Data asal atau data sumber harus bisa ditaksir untuk dilihat apakah data tersebut memenuhi kriteria data mining. Kualitas dan kelimpahan data adalah faktor utama untuk memutuskan apakah data tersebut cocok dan tersedia sebagai tambahan. Hasil yang diharapkan dari dampak data mining harus dengan hatihati dimengerti dan dipastikan bahwa data yang dibutuhkan membawa informasi yang bisa diekstrak. 2. Mengekstrak dan Membersihkan Data Data pertama kali diekstrak dari data aslinya, seperti dari OLTP basis data, text file, Microsoft Access Database, dan bahkan dari spreadsheet, kemudian data tersebut diletakan dalam data warehouse yang mempunyai struktur yang sesuai dengan data model secara khas. Data Transformation Service (DTS) dipakai