Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
bentos (Anwar, dkk., 1980).

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA. Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI TALAWAAN MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

Struktur Komunitas Ikan di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara (Community Structure of Fish in Naborsahan s River, Lake Toba North Sumatera)

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN PANDANSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Analisis Substrat dan Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos di Aliran Sungai Babura Kota Medan

BAB 2 BAHAN DAN METODE

STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA (MOLUSKA) DI PERAIRAN BENDUNGAN MENAMING KABUPATEN ROKAN HULU RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

2.2. Struktur Komunitas

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI BINGAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMPOSISI INSEKTA DI BATANG KURANJI KOTA PADANG SUMATERA BARAT ABSTRACT

KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

BAB III METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-7 Online di :

Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Naborsahan Sumatera Utara (Periphyton Primary Productivity in Naborsahan River North Sumatra) ABSTRACT

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS KUALITAS AIR AKIBAT KERAMBA JARING APUNG DI DANAU TOBA DUSUN SUALAN DESA SIBAGANDING KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

BAB I PENDAHULUAN. Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km 2

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

KOMPOSISI BENTOS YANG TERDAPAT DI SUNGAI PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

KUALITAS AIR SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

PEMANFAATAN Tubifex sp SEBAGAI SALAH SATU BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN SUNGAI BRANTAS DI KOTA MALANG

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI GASTROPODA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KECAMATAN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

BAB 2 BAHAN DAN METODA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

KUALITAS AIR SUNGAI BELAWAN DI DESA LALANG KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA IRMA SHINTA ROULIA

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN IKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN SUNGAI BINGEI, BINJAI

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi

STUDI KUALITAS AIR SUNGAI BONE DENGAN METODE BIOMONITORING (Suatu Penelitian Deskriptif yang Dilakukan di Sungai Bone)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

BAB 2 BAHAN DAN METODA

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

Studi Sebaran Parameter Fisika Kimia di Perairan Porong Kabupaten Sidoarjo Gabella Oktaviora Haryono, Muh. Yusuf, Hariadi

Unnes Journal of Life Science

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STATUS PENCEMARAN SUNGAI WAKAK KENDAL DITINJAU DARI ASPEK TOTAL PADATAN TERSUSPENSI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI BAGIAN HULU SUNGAI HORAS KECAMATAN HATONDUHAN KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN BURUNG PANTAI DAN POTENSI MAKANAN DI PANTAI MUARA INDAH KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

PERBANDINGAN MAKROZOOBENTHOS DI LOKASI KERAMBA JARING APUNG DENGAN LOKASI YANG TIDAK MEMILIKI KERAMBA JARING APUNG SKRIPSI MUHAMMAD FADLY AGUSTIAN

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI BAH BOLON KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH NATALIA LUSIANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI KAWASAN MANGROVE DESA BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN TRI WULANDARI

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DANAU SIOMBAK KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

Transkripsi:

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara Diversity and Abundance of Macrozoobenthos in Naborsahan River of Toba Samosir Regency, North Sumatera Melinda Sari Lubis 1, Mohammad Basyuni 2, Ani Suryanti 3 1. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 2. Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 3. Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT This research described diversity and abundance of macrozoobenthos in Naborsahan River Toba Samosir Regency of North Sumatra. Macrozoobenthos sampling station consists of 3 stations using purposive random sampling method. Physical and chemical parameters were measured as temperature, currents, depth, brightness, turbidity, organic content on C-substrate, ph, DO, and BOD 5. Macrozoobenthos obtained 5 phylum, i.e. Annelida, Arthropoda, Nemertea, molluscs and Platyhelminthes which were divided into 26 genera. First station had a value diversity index (H') of 2,25 with a high of 11 genera. Tryonia genera had the highest value abundance of 14.430 ind/m 2 that found at third station. Keywords: Diversity, Abundance, Macrozoobenthos, Naborsahan. 1. Pendahuluan Sungai Naborsahan berada di Kecamata Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Sungai ini memiliki debit sedang yaitu ± 2 m 3 /s (Lukman, 2010). Bagian tengah dari sungai ini memiliki substrat dasar pasir sehingga organisme yang mampu beradaptasi pada kondisi substrat pasir adalah organisme infauna makro (berukuran 1-10 cm) yang mampu menggali liang di dalam pasir. Jenis substrat dan jenis partikel merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi hewan makrozoobentos karena masingmasing jenis makrozoobentos mempunyai cara hidup yang berbeda yang disesuaikan dengan jenis substrat dasar habitatnya (Riniatsih dan Edi, 2009). Faktor yang mempengaruhi keberadaan makrozoobenthos adalah faktor fisika kimia lingkungan perairan, diantaranya penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air, kandungan unsur kimia seperti kandungan ion hidrogen (ph), oksigen terlarut (DO), dan kebutuhan oksigen biologi (BOD). Kelimpahan makrozoobentos bergantung pada toleransi atau sensitifitasnya terhadap perubahan lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon

terhadap perubahan kualitas habitat dengan cara penyesuaian diri pada struktur komunitas (Nugroho, 2006). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobentos di sungai Naborsahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobentos di sungai Naborsahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera. 2. Metode dan Bahan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2013 di Sungai Naborsahan, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 (tiga) stasiun, pengambilan sampel dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Metode yang digunakan adalah Purposive Random Sampling. Adapun tiga stasiun penelitian dengan deskripsi lokasi sebagai berikut: 1. Stasiun I (02 o 39'06.89" LU dan 098 o 56'11.59" BT) sebagai tempat aktivitas masyarakat seperti penangkapan ikan dan adanya pemukiman penduduk di sekitar sungai. 2. Stasiun II (02 o 39'10.66" LU dan 098 o 56'08.86" BT) stasiun ini sebagai tempat aktivitas masyarakat seperti mandi cuci kakus (MCK) dan penangkapan ikan. 3. Stasiun III (02 o 39'19.22" LU dan 098 o 56'03.44" BT) Stasiun ini berada pada bagian hilir sungai dan merupakan inlet bagi Danau toba. Identifikasi makrozoobentos dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas MIPA. Analisis sampel parameter fisika kimia dilakukan secara insitu dan exsitu. Insitu yaitu suhu, arus, kedalaman, kecerahan, ph, dan DO dan secara exsitu yaitu BOD 5, kandungan C-organik dan kekeruhan dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PUSLIT SDAL) Universitas Sumatera Utara. 3. Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Parameter Fisika Kimia di Sungai Naborsahan Parameter Stasiun 1 2 3 Suhu ( o C) 23 23 25 Arus (m/s) 0,44 0,23 0,43 Kedalaman (cm) 64 63 78 Kecerahan (cm) 50 46 72 Kekeruhan (NTU) 7,1 5,9 16,6 Kandungan C-Organik 2,36 2,72 2,38 Substrat (%) ph 7,02 6,7 7,05 DO (mg/l) 6,9 7,2 10,9 BOD 5 (mg/l) 2,2 4,1 8

Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan stasiun III memiliki nilai suhu tertinggi yaitu 25 o C. Sedangkan kisaran suhu terendah adalah stasiun I dan II yaitu 23 o C, suhu di setiap stasiun tidak memiliki selisih terlalu jauh sehingga masih sesuai dengan kisaran suhu yang dibutuhkan makrozoobentos. Menurut Lusianingsih (2011) kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan bentos antara 20 o C - 30 o C. Nilai pengukuran arus tidak memiliki selisih yang jauh yaitu 0,44 m/s dan 0,43 m/s pada stasiun I dan stasiun III. Sedangkan nilai arus terendah yaitu 0,23 m/s pada stasiun II. Stasiun I dan stasiun III dapat dikategorikan memiliki arus cepat dan stasiun II memiliki arus sedang. Substrat pasir memudahkan makrozoobentos untuk bergeser dan bergerak ke tempat lain. Kawuri et al (2012) melaporkan bahwa kecepatan arus tersebut memengaruhi penyebaran makrozoobentos. Stasiun III merupakan stasiun yang paling dalam karena berada pada bagian muara sungai dan inlet dari danau Toba dengan ketinggian elevasi yang mencapai 905 m diatas permukaan laut (dpl) (Purawinata, 2013) dengan kedalaman pada stasiun ini sebesar 78 cm. Sedangkan kedalaman stasiun II yaitu 63 cm. Kedalaman pada stasiun I dan stasiun II tidak memiliki selisih yang jauh yaitu 64 cm. Hasil yang diperoleh stasiun II lebih dangkal dari stasiun I, hal ini dikarenakan topografi sungai dimana stasiun II lebih rendah daripada stasiun I. Hasil pengukuran kecerahan pada stasiun III yaitu 72 cm, hal ini menunjukkan stasiun III termasuk jernih karena hasil pengukuran kedalaman dan kecerahan tidak memiliki selisih yang jauh. Menurut Effendi (2003) bahwa kecerahan air tergantung pada kekeruhan. Jika nilai kekeruhan sangat tinggi maka nilai kecerahan akan sangat rendah. Kekeruhan Kekeruhan tertinggi berada pada stasiun III dengan rata-rata nilai berkisar 16,6 NTU. Sedimentasi yang tinggi menyebabkan terjadinya kekeruhan, kekeruhan pada sungai dapat membatasi masuknya cahaya matahari ke dalam air sehingga kadar oksigen terlarut (DO) semakin rendah. Menurut Rakhmanda (2011) bahwa semakin tinggi sedimentasi maka semakin berkurang kandungan oksigen terlarut. Kandungan C-organik substrat tertinggi yaitu stasiun II sebesar 2,72 % karena stasiun tersebut merupakan daerah pemukiman penduduk. Stasiun III memiliki nilai kandungan C-organik substrat sebesar 2,38 %, stasiun III berada pada muara sungai tetapi kandungan organiknya lebih rendah dari stasiun II dikarenakan terdapatnya tanaman eceng gondok pada stasiun III. Hal ini sesuai dengan Junaidi et al (2010) bahwa stasiun yang banyak terdapat eceng gondok, terjadi penyerapan bahan organik sehingga kadar bahan C- Organik menjadi rendah. Hasil pengukuran ph diperoleh nilai ph berkisar 6-7. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut nilai ph di sungai Naborsahan pada stasiun I-III masih sesuai dengan habitat makrozoobentos, menurut Effendi (2003) sebagian besar biota akuatik dapat berkembang baik dengan nilai ph 7-8,5. Hal ini juga sesuai dengan Junaidi et al (2010) melaporkan bahwa nilai ph < 5 atau > 9 sangat

Indeks Keanekaragaman (H') tidak sesuai bagi kehidupan makrozoobentos. Kandungan oksigen terlarut (DO) tertinggi yaitu pada stasiun III sebesar 10,9 mg/l. Sedangkan nilai DO terendah yaitu 6,9 mg/l pada stasiun I. Hasil yang diperoleh menunjukkan DO masih sesuai bagi habitat makrozoobentos. Menurut PP No. 82 Tahun 2001 dengan nilai DO 3 mg/l m nilai batas minimum. Effendi (2003) juga melaporkan bahwa perairan sebaiknya memiliki kadar DO tidak kurang dari 5 mg/l. Nilai BOD 5 tertinggi pada stasiun III sebesar 8 mg/l. Sedangkan stasiun I memiliki nilai BOD 5 terendah sebesar 2,2 mg/l. Perbedaan Nilai BOD 5 disetiap stasiun penelitian disebabkan jumlah bahan organik yang terkandung berbeda. 2.5 2 1.5 1 0.5 2,25 2,23 1,58 0 1 2 3 Stasiun Gambar 1. Indeks Keanekaragaman (H') Makrozoobentos Gambar 1 menunjukkan nilai keanekaragaman (H') tertinggi yaitu 2,25 dengan 11 genus, dan stasiun II sebesar 2,23 dengan 15 genus. Sedangkan indeks keanekaragaman (H') terendah yaitu stasiun III dengan nilai 1,58 dengan 21 genus. 28.822 ind/m2 645 ind/m2 Stasiun 1 2 3 2.949 ind/m2 Gambar 2. Kelimpahan Individu (KI) Makrozoobentos

Gambar 2 menunjukkan stasiun III memiliki nilai kelimpahan individu (KI) tertinggi yaitu 28.822 ind/m 2. Genus yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi pada stasiun ini adalah Tryonia sebesar 14.429 ind/m 2. Sedangkan Stasiun I memiliki nilai kelimpahan individu terendah yaitu 645 ind/m 2, genus yang memiliki nilai kelimpahan individu tertinggi pada stasiun I adalah Thiara sebesar 111 ind/m 2. H' (Gambar 1) menunjukkan stasiun I indeks keanekaragaman tertinggi. Menurut Nugroho (2006) jika nilai H lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3 maka dikategorikan memilliki keanekaragaman sedang, dapat diartikan stasiun I memiliki keanekaragaman makrozoobentos sedang. Nugroho (2006) melaporkan bahwa perairan yang kualitasnya baik memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Sedangkan indeks keanekaragaman (H') terendah yaitu stasiun III maka dikategorikan memiliki keanekaragaman rendah. Menurut Ruswahyuni (2010) bahwa indeks keanekaragaman dipengaruhi oleh jumlah genus dan jumlah individu disetiap genus makrozoobentos. Gambar 2 menunjukkan stasiun III memiliki nilai kelimpahan individu (KI) dengan genus yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi pada stasiun ini adalah Tryonia. Tryonia termasuk dalam kelas Gastropoda, Handayani et al (2001) melaporkan bahwa Gastropoda merupakan organisme yang mempunyai kisaran penyebaran yang luas di substrat berbatu, berpasir, maupun berlumpur, tetapi organisme ini cenderung menyukai substrat berpasir dengan kecepatan arusnya lambat dan mempunyai substrat dasar pasir dan sedikit berlumpur. Menurut Suin (2002) bahwa faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan kepadatan populasi suatu organisme, apabila kepadatan suatu genus di suatu daerah sangat berlimpah, maka menunjukkan abiotik di stasiun itu sangat mendukung kehidupan genus tersebut. Prostoma tidak terdapat pada stasiun lainnya hanya terdapat di stasiun III. Stasiun III yang berada pada bagian hilir sungai yang banyak mendapat pengaruh limbah seperti limbah domestik dari hulu sungai dengan nilai kekeruhan cukup tinggi yaitu 16,6 NTU. Prostoma terdapat pada perairan yang memiliki suhu tertinggi dari ketiga stasiun yaitu 25 o C. Pennak (1953) melaporkan pada kondisi lingkungan yang kurang baik, seperti oksigen yang tidak memadai dan suhu tinggi, prostoma akan membentuk kista dan tetap hidup di dalam kista tersebut selama beberapa hari ataupun sampai beberapa minggu dan muncul ketika kondisi lingkungan memadai sehingga penyebarannya terbatas. Darmono (2008) melaporkan bahwa keberadaan atau banyaknya populasi dan distribusi dari suatu genus organisme dalam suatu ekosistem bergantung pada daya toleransi spesies tersebut terhadap beberapa faktor fisik ataupun kimiawi dalam ekosistem tersebut. 4. Kesimpulan Parameter fisika kimia sangat mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobentos pada setiap stasiun. Jika terjadi perubahan nilai ambang batas pada setiap parameter maka sangat mempengaruhi kehidupan makrozoobentos.

Daftar Pustaka Darmono. 2008. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Universitas Indonesia Press, Bandung. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius,Yogyakarta. Handayani, S.T., B. Suharto dan Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan dari Pencemaran Bahan Organik. Biosain, 1 (1): 32. Junaidi, E. Effendi, P. Joko. 2010. Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains, 13(3): 50-54. Kawuri, L. Mustofa, N. Suryanti. 2012. Kondisi Perairan Berdasarkan Bioindikator Makrobentos di Sungai Seketak Tembalang Kota Semarang. Journal Of Management Of Aquatic Resources, 1 (1): 1-7. Lukman, 2010. Faktor-Faktor Pertimbangan dalam Penetapan Tata Ruang Perairan Danau: Studi Kasus Danau Toba. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V. Medan: Universitas. Lusianingsih, N. 2011. Keanekaragaman Makrozoobentos di Sungai Bah Bolon Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. [Skripsi]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti, Jakarta. Pennak, R. 1953. Fresh Water Invertebrates Of The United States. The Ronald Press Company, New York. Purawinata, G. 2013. Analisa Clean Development Mechanism Sebagai Bagian Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Air Asahan IV Sumatera Utara. Jurnal Teknik Elektro dan Informatika, 2(1): 1-5. Rakhmanda, A. 2011. Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Jurnal Ekologi Perairan, 1: 1-7. Riniatsih, I. Edi, W, K. 2009. Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi Sebagai Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Sluke Kabupaten Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan, 14(1): 50-59. Ruswahyuni. 2010. Populasi dan Keanekaragaman Hewan Makrobentos pada Perairan Tertutup dan Terbuka di Teluk Awur, Jepara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 2(1): 11-20.

Suin, N. 2002. Metoda Ekologi. Universita Andalas, Padang.