PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT STRES LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI SINGARAJA. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

Jurnal. Keperawatan Sriwijaya DEWAN REDAKSI. Penanggung Jawab Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. Redaktur Ns. Antarini Idriansari, M.Kep, Sp.Kep.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III KERANGKA KONSEP. Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SRAYA DENPASAR

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Antara tahun 2015 dan tahun 2050, proporsi lansia di dunia diperkirakan

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

SKRIPSI PENGARUH TERAPI REMINISCENCE TERHADAP STRES LANSIA DI BANJAR LUWUS BATURITI TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

OLEH : MUHAMMAD KHOIRUL ZED NPM.

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI YAYASAN WERDA SEJAHTERA DESA KAWAN KECAMATAN BANGLI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT

PERBEDAAN PENGARUH TERAPI MUSIK DENGAN TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRESS PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. 1

1,2,3 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar 1

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TERATAI DUSUN NGRENAK KIDUL 10 SIDOMOYO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

PENGARUH TERAPI MUSIK UNTUK PENURUNAN TINGKAT STRES PADA REMAJA DI YAYASAN PANTI ASUHAN KYAI AGENG MAJAPAHIT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA (SBL) DI DUSUN MRISI DESA TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA LANJUT USIA (Description Of Spiritual Needs On Elderly)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOGENIK TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA UTARA BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

EFEK TERTAWA TERHADAP KEWASPADAAN PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

Transkripsi:

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT STRES LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI SINGARAJA 1 Ni Putu Aniek Ratna Sari, 2* Putu Ayu Sani Utami, 3 I Ketut Suarnata 1,2 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3 Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali * E-mail: putuayusani@yahoo.com Abstrak Tujuan: Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. Salah satu masalah kesehatan yang dialami lansia adalah stres. Jika stres tidak diatasi maka dapat mempengaruhi sistem tubuh. Salah satu cara mengatasi stres adalah dengan senam otak. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja. Metode: Desain yang digunakan adalah one group pretest posttest design dengan jumlah sampel 36 responden yang mengalami tingkat stres ringan dan sedang. Kuisioner yang digunakan adalah PSS-10. Hasil: Hasil analisa data yang diperoleh dengan uji Wilcoxon (tingkat kepercayaan 95%) adalah p=0,000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja. Simpulan: Senam otak baik untuk menurunkan stres pada lanisa dan dapat diterapkan di PSTW Jara Mara Pati Singaraja secara bergantian dengan senam kesegaran jasmani. Kata kunci: lansia, tingkat stres, senam otak Abstract Aim: Aging is a process of gradual disappearance of network capabilities to be able to improve themselves. One of the health problems experienced by the elderly is stress. If the stress is not overcome, it can affect the body's systems. One way to cope with stress is through the brain gym. The purpose of this study was to analyze the effect of brain gym on the stress levels of the elderly at the Nursing Home of Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja. Method: The design used was one group pretest posttest design with a sample of 36 respondents who experienced mild and moderate stress levels. Questionnaires used were PSS-10. Result: Results of analysis of data obtained with the Wilcoxon test (95% of confidence level) is p = 0.000 <0.05, which means there is an influence of brain gym on the level of stress among the elderly at the Nursing Home of Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja. Conclusion: The brain gym was effective to decrease stress in elderly and applied in the Nursing Home of Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja alternately with physical fitness exercises. Keywords: brain gym, stress levels, the elderly Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 30

PENDAHULUAN Masa lanjut usia (lansia) merupakan periode alamiah yang dialami setiap individu melalui proses menua. Menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang dan biasanya ditandai dengan adanya kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan bertambah buruk, gerakan lambat, serta postur tubuh yang tidak proporsional. 1 Di Indonesia, jumlah lansia terus mengalami peningkatan. Perkiraan penduduk lansia di Indonesia tahun 2020 mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. 2 Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali didapatkan hasil proyeksi penduduk Provinsi Bali menurut kelompok usia pada tahun 2014, tercatat kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 140.600 jiwa, pada kelompok umur 65-69 tahun sebanyak 107.700 jiwa, kelompok umur 70-74 sebanyak 78.100 jiwa, dan pada kelompok umur diatas 75 tahun sebanyak 89.000 jiwa. 3 Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Untuk menunjang kesejahteraan lansia tersebut, maka pemerintah membangun rumah khusus untuk lansia yang dikenal dengan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Salah satu PSTW yang ada di Bali adalah PSTW Jara Mara Pati Singaraja, dan merupakan panti yang mengasuh lansia terbanyak di Bali. Keluarga banyak membawa lansia ke panti dengan alasan tidak lagi mampu menjaga dan mengurus lansia di rumah. 4 Hal ini menjadikan tidak sedikit lansia yang berpikir negatif tentang keputusan keluarga yang menempatkan lansia di panti, sehingga membuat lansia menjadi beban pikiran, harga diri rendah, dan stres. Stres merupakan suatu perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. yang akan menstimulasi pelepasan sekelompok hormon termasuk kortisol saat tubuh mengalami stres. 5 Hormon stres akan menekan sistem kekebalan tubuh. Apabila stres tidak diatasi maka akan berdampak bagi kesehatan dan kualitas hidup lansia. 6 Stres dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis penanganan stres berupa obat anti depresan dan anti cemas golongan benzodiazepam seperti alprazolam, yang dalam penerapannya menyebabkan ketergantungan yang cukup besar. Terapi non farmakologis penanganan stres salah satunya adalah senam otak. Senam otak dapat dilakukan oleh segala usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. 7 Senam ini berupa gerakan silang atau gerakan saling bergantian. Seseorang yang mengalami peningkatan stres akan mengalami peningkatan adrenalin. Gerakan senam otak dalam keadaan ini dapat mengurangi pelepasan adrenalin dan memberikan keadaan rileks. 8 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja. Dilaksanakannya senam otak dengan teknik yang tepat, maka diharapkan dapat membantu mengurangi tingkat stres pada lansia. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk kedalam jenis rancangan penelitian causal yaitu Pre Experimental dengan one group pretest posttest design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang lansia dengan kriteria inklusi lansia yang mampu berkomunikasi secara verbal, lansia yang mengalami stres ringan dan sedang, lansia yang berkemampuan motorik baik yang mengalami tingkat stres ringan dan sedang. Responden dieksklusi apabila lansia tersebut mengalami masalah kesehatan seperti penyakit dengan sesak napas, TBC, mengalami kecacatan, dan mengalami gangguan jiwa. Teknik sampling Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 31

yang digunakan adalah Nonprobability Sampling dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner PSS-10 pada saat sebelum dan sesudah diberikan senam otak. HASIL PENELITIAN a. Gambaran Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di PSTW Jara Mara Pati Singaraja Tahun 2015 Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki 11 30,6 Perempuan 25 69,4 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja Tahun 2015 Usia (tahun) Frekuensi % 60-74 (lanjut usia) 19 52,8 75-90 (lanjut usia tua) 17 47,2 b. Gambaran Stres pada Responden Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden Sebelum Dilakukan Senam Otak di PSTW Jara Mara Pati Singaraja Tahun 2015 Tingkat Stres F % Ringan 24 66,7 Sedang 12 33,3 Tabel 4 Disribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden Sesudah Dilakukan Senam Otak di Panti PSTW Jara Mara Pati Singaraja Tahun 2015 Tingkat Stres F % Tidak stres 25 69,4 Ringan 10 27,8 Sedang 1 2,8 Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 32

c. Hasil Analisa Pengaruh Senam Otak Terhadap Tingkat Stres Lansia Tabel 5 Hasil Uji Wlcoxon Kelompok Pengaruh Senam Otak Terhadap Tingkat Stres Lansia Jumlah Posttest- Pretest Negative Ranks (Posttest < Pretest 34 Positive Ranks (Posttest > 1 Pretest) Ties (Posttest=Pretest) 1 Total 36 Z -5.082 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 PEMBAHASAN Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa, sebanyak 11 responden (30,6%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 25 responden (69,4%) berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin memiliki hubungan dengan stres. Laki-laki dan perempuan melaporkan reaksi yang berbeda terhadap stres, baik secara mental maupun fisik. Mereka juga memiliki cara yang berbeda dalam menangani stres itu sendiri. Sementara perempuan lebih mungkin melaporkan gejala fisik yang terkait dengan stres. 9 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa, sebagian besar responden merupakan lanjut usia (20-74 tahun) yaitu sebanyak 19 responden (52,8%). Umur merupakan salah satu faktor penyebab stres. Semakin bertambahnya umur seseorang, maka akan semakin mudah mengalami stres. 10 Hal ini disebabkan karena beban dalam hidup yang lebih berat serta fungsi fisiologis yang semakin mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mendengar, dan mengingat sesuatu. Tingkat stres pada responden penelitian sebelum diberikan senam otak yaitu dari 36 responden yang ikut dalam penelitian, sebanyak 24 responden (66,7%) mengalami tingkat stres ringan dan 12 responden (33,3%) mengalami tingkat stres sedang. Stres pada lansia berkaitan dengan perubahan alamiah yang dialami oleh lansia itu sendiri baik perubahan dari segi fungsi dan fisik, perkembangan spiritual, perubahan psikologis, ataupun sosial. Segi fisik, lansia juga mengalami perubahan dari aspek psikologis. Di bidang mental dan psikis lansia perubahan yang dapat dilihat adalah semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit, berkurangnya gairah atau keinginan terhadap sesuatu, dan tamak bila memiliki benda tertentu. Lansia juga mengalami penurunan dalam penghasilan akibat pensiun, serta kesepian ditinggal oleh pasangan, keluarga atau teman seusianya. 1 Berbagai masalah tersebutlah yang yang dapat menimbulkan stres bagi lansia. Perbedaan skor stres pada responden penelitian berbeda-beda, hal ini disebabkan karena stres tersebut bersifat subjektif dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Stres juga dapat dipengaruhi oleh keadaan fungsi fisiologis seseorang serta tipe kepribadian dari orang tersebut selain perbedaan respon yang dimiliki oleh masing-masing individu. Menderita suatu penyakit juga dapat menambah stres individu yang mengalaminya. 11 Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 33

Berdasarkan pembagian kategori stres, gambaran tingkat stres pada responden penelitian sesudah diberikan senam otak yaitu dari 36 responden yang ikut dalam penelitian, sebanyak 25 responden (69,4%) tidak mengalami stres, 10 responden (27,8%) mengalami tingkat stres ringan, dan 1 responden (2,8%) mengalami tingkat stres sedang. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik, maka stres dan kecemasan akan dapat diatasi dan ditanggulanginya. 11 Oleh karena itu, tingkat stres dapat mengalami suatu perubahan atau dengan kata lain mengalami penurunan saat seseorang mampu menyesuaikan diri dengan masalah yang dihadapinya. Terjadinya penurunan tingkat stres pada diri seseorang sangat erat kaitannya dengan penyesuaian diri terhadap suatu masalah yang dihadapinya. Jika seseorang memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap suatu masalah, maka masalah yang dialaminya tersebut akan cepat diatasi dan mengurangi tingkat stres. Disamping itu latihan yang tepat untuk mengontrol pikiran dengan cara melakukan senam otak pada saat mengalami masalah psikologis seperti stres adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan tingkat stres itu sendiri. Hasil penelitian mengenai pengaruh senam otak terhadap tingkat stres pada lansia menunjukkan adanya perubahan tingkat stres terlihat dari hasil analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan α = 0,05 mendapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,000 yang memiliki nilai lebih kecil dari α yaitu 0,05 sehingga menunjukkan adanya pengaruh antara senam otak dan tingkat stres lansia. Senam otak merupakan kegiatan terstruktur dan fungsional yang mengaktifkan tiga dimensi otak. Kegiatan struktural dan fungsional merupakan cara memelihara otak seorang individu secara neurologis. Pemeliharaan otak secara struktural dapat dilakukan dengan cara mengalirkan darah, oksigen, dan energi yang cukup ke otak. Sedangkan, secara fungsional gerakangerakan sederhana yang dirancang pada senam otak merangsang pusat-pusat otak. 12 Senam otak yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tiga hormon stres yaitu kortisol, epinefrin dan dopac (katabolit utama dopamin). Besaran penurunan hormon stres meliputi kortisol (39%), epinefrin (70%), dopac (38%). 13 Selain menurunkan hormon stres, gerakan senam otak juga mampu meningkatkan hormon serotonin, endorfin dan melatonin. Ketiga hormon ini dapat memberikan perasaan tenang, nyaman, dan rileks sehingga tingkat stres dapat diturunkan. Serotonin dapat memberikan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan nyaman, rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, keseimbangan psikomotor dan dorongan seksual yang sesuai. Endorfin berguna untuk menekan sinyal nyeri yang masuk ke dalam sistem saraf yaitu dengan mengaktifkan sistem pengaturan nyeri dan memberikan efek relaksasi. Sedangkan, melatonin dapat membuat otot menjadi relaks, mengurangi ketegangan dan kegelisahan, dan memberikan perasaan yang nyaman. 5 Tingkat stres lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja sesudah diberikan senam otak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan penurunan tingkat stres pada lansia tersebut berbeda-beda, yaitu kondisi kesehatan fisik dari lansia itu sendiri, kondisi psikologi, dan kepribadian seseorang. Lansia yang tinggal di PSTW Jara Mara Pati Singaraja perlu diberikan senam otak secara teratur untuk menunjang kesehatan psikososial, sedangkan kesehatan fisiologis lansia sudah didukung melalui senam lansia yang sudah diadakan rutin di PSTW. Senam otak dapat dikombinasikan dengan terapi musik dan relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kenyamanan lansia dalam melakukan aktivitas pergerakan seperti senam. Hasil wawancara acak yang dilakukan peneliti kepada 14 responden sesudah dilakukan senam otak adalah sebanyak 9 responden mengungkapkan adanya perubahan-perubahan yang dialaminya seperti Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 34

merasa lebih rileks, nyaman dan pikiran menjadi lebih tenang. 5 responden mengatakan lebih senang karena lebih sering berkumpul dan bersosialisasi dengan temantemannya saat senam dilakukan. 11 dari 14 responden yang diwawancarai secara acak berharap agar senam otak dapat dilakukan secara rutin untuk mengisi waktu luang bagi lansia agar tidak merasa jenuh atau bosan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa senam otak bermanfaat serta dapat digunakan sebagai salah satu terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat stres pada lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja Tahun 2015. SIMPULAN Tingkat stres lansia sebelum dilakukan senam otak sebagian besar berada pada kategori tingkat stres ringan dengan jumlah 24 responden (66,7%) dan 12 responden (33,3%) lainnya berada pada tingkat stres sedang. Terjadi perubahan tingkat stres pada lansia sesudah dilakukan senam otak. Sebagian besar responden tidak mengalami stres dengan jumlah 25 responden (69,4%) dan sedikit responden berada pada kategori tingkat stres sedang dengan jumlah 1 responden (2,8%). Terjadi penurunan tingkat stres lansia sesudah dilakukan senam otak. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 < 0,05 yang artinya ada pengaruh senam otak terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Jara Mara Pati Singaraja Tahun 2015. Sehingga senam otak bermanfaat dan dapat digunakan untuk menurunkan stres pada lansia. Bagi lansia yang tinggal di PSTW Jara Mara Pati Singaraja dapat menggunakan senam otak sebagai metode untuk menurunkan stres dan dapat dijadikan program wajib bagi lansia yang dapat diselingi dengan senam lansia seminggu sekali. REFERENSI 1. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2. Hamid. (2007). Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia Dan Masalah Kesejahteraannya. Depsos. (online). (http://www.depsos.go.id/modules.php, diakses 15 Nopember 2014). 3. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2014). Bali Dalam Angka Tahun 2014 (Angka Proyeksi), (online), (http//www.bali.bps.go.id, diakses 10 Nopember 2014). 4. Andini, A. dan Supriyadi. (2013). Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Harga Diri Rendah Pada Lansia yang Tinggal Di Panti Jompo Di Bali. Jurnal Psikologi Udayana. Vol.1. No. 1, 129-137 5. Guyton, A. dan Hall, J. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 6. Ayu, A. (2010). Terapi Tertawa Untuk Hidup Lebih Sehat Bahagia dan Ceria. Yogyakarta: Pustaka Larasati. 7. As adi, M. (2013). Tutorial Senam Otak Untuk Umum. Yogyakarta: FlashBooks 8. Ide, P. (2008). Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 9. American Psychological Association. (2008). Stres: The Different Kind Of Stress. (online), (http://www.apa.org/search.aspx?query=s tress, diakses 15 Juni 2015) 10. Nasution, H. (2011). Gambaran Coping Stress Pada Wanita Madya Dalam Menghadapi Pramenopause. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 11. Puspasari, S. (2009). Hubungan Antara Kemunduran Fungsi Fisiologis Dengan Stres Pada Lanjut Usia di Kelurahan Kaliwiru Semarang. Thesis tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Semarang. 12. Markam, S. (2005). Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo. 13. Berk, L. (2008). Hormones; New Study Finds Anticipating a Brain Gym Reduces Our Stres Hormones, (online), (http://search.proquest.com/docview/23610 8008?accountid=32506, diakses 14 Mei 2015). Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 35