PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1858/ HK.402/ DRJD/ 2003

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1187/HK.402/DRJD/2002

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 3214/HK.402/DRJD/2006 TENTANG

K E P U T U S A N DI R EKT UR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, NOMOR : SK.1185/PR.301/DRJD/2002 T ENT ANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.47/HK.402/DRJD/2003 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.2257/AJ.003/DRJD/2006. Tentang

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

DEPARTEMEN PERBUHUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

BENTUK, WARNA DAN UKURAN SURAT PERSETUJUAN PENGANGKUTAN ALAT BERAT DAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR :SK.967/AJ.202/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 19 Tahun 2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 89 TAHUN 2002 TENTANG

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

KONSEP. Dikerjakan oleh Bagian Hukum dan Kerjasama

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 4135/KP.108/DRJD/2013 T E N T A N G KOMPETENSI INSPEKTUR SUNGAI DAN DANAU

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 85 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERLAKUAN KEWAJIBAN MELENGKAPI DAN MENGGUNAKAN SABUK KESELAMATAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA

CONTOH : TANDA BUKTI PEMBAYARAN KARCIS ANGKUTAN ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.4285/AJ.402/DRJD/2007

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.3315/AJ.405/DRJD/ /HM.101/DRJD/2005 TENTANG

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1320/HK.205/DRJD/2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN KERJA (SIK) DI TERMINAL BUS KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

2016, No Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

KONSEP. Dikerjakan oleh Bagian Hukum dan Kerjasama Diperiksa oleh Kasubang Peraturan Perundang-undangan : Endy Irawan, SH, MH

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Konsep. Dikerjakan oleh Bagian Hukum dan Kerjasama Diperiksa oleh Kasubag Peraturan Perundang-undangan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angk

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 60 Tahun 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN WALIKOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI NOMOR : SK.57/AJ.206/BPTJ-2017

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 / HUK / 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 4 SERI C

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

KONSEP. Dikerjakan oleh Bagian Hukum dan Kerjasama Diperiksa oleh Kasubang Peraturan Perundang-undangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 088 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2015 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 12 TAHUN 2012

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK 3229/AJ 401/DRJD/2006 TENTANG TATA CARA PENOMORAN RUTE JALAN

2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara R

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBERIAN PERINGATAN TERTULIS KEPADA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor: SK.2891 / AJ.405 / DRJD / 2007 SKK.747/HM.101/DRJD/2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Bermotor dan Penutupan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor Pada Masa Angkutan Lebaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005 TENTANG SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN TARIF DAN/ATAU PENELANTARAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) PADA PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1186/HK.402/DRJD/2002 tanggal 22 Nopember 2002 tentang Pemberian Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Angkutan Penumpang Umum Dalam Trayek Tetap dan Teratur, telah diatur ketentuan mengenai pemberian sanksi administratif terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha angkutan umum dalam trayek tetap dan teratur; b. bahwa dalam keadaan tertentu seperti Angkutan Lebaran, perlu diatur pemberian sanksi tersendiri guna mewujudkan tertib penyelenggaraan angkutan jalan; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan huruf b tersebut diatas, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat mengenai sanksi administratif terhadap pelangggaran yang dilakukan oleh pengusaha angkutan umum antar kota antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi pada periode Angkutan Lebaran Tahun 2005 (1426 H). Mengingat : 1. Undang - Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI tahun 1992 No. 49 Tambahan Lembaran Negara RI No. 3480); 2. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3527); 3. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 4. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Unit Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;

5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2001 tentang Organisasi Tata Kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 89 Tahun 2002 Tentang Mekanisme Penetapan Tarif dan Formula Perhitungan Biaya Pokok Angkutan Penumpang dengan Mobil Bus Umum Antar Kota Kelas Ekonomi; 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.59 Tahun 2005 tentang Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Angkutan Penumpang Antar Kota Antar Propinsi Kelas Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus Umum; 9. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1186/HK.402/DRJD/2002 tentang Pemberian Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Angkutan Penumpang Umum Dalam Trayek Tetap dan Teratur; 10. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1378/PR.301/DRJD/2005 tentang Tarif Jarak Batas Atas dan Tarif Jarak Batas Bawah Angkutan Penumpang dengan Mobil Bus Umum Kelas Ekonomi pada Trayek-Trayek Antar Kota Antar Propinsi di Seluruh Indonesia. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN TARIF DAN/ATAU PENELANTARAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) PADA PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H) Pasal 1 1. Angkutan Penumpang Umum adalah pemindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum; 2. Pengusaha Angkutan Penumpang Umum adalah pengusaha yang menyediakan jasa angkutan orang dengan kendaraan umum di jalan; 3. Pemberi Izin adalah pejabat yang berwenang memberikan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 4. Tarif Dasar Batas Atas adalah tarif dasar maksimum yang dikenakan sebagai dasar untuk menetapkan tarif jarak maksimum; 5. Tarif Dasar Batas Bawah adalah tarif dasar minimum yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tarif jarak minimum;

6. Tarif Jarak adalah besaran tarif per trayek per satu kali jalan, untuk setiap penumpang yang merupakan perkalian antara tarif dasar dengan tarif jarak; 7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Pasal 2 Pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi administratif adalah pelanggaran tarif angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi dan pelanggaran penelantaran penumpang yang terjadi pada periode Angkutan Lebaran Tahun 2005 (1426 H). Pasal 3 Pelanggaran tarif angkutan penumpang Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, adalah tarif yang diberlakukan melampaui tarif jarak batas atas dan tarif jarak batas bawah. Pasal 4 Pelanggaran penelantaran penumpang adalah pelanggaran berupa penurunan secara paksa penumpang di tengah jalan atau menurunkan penumpang tidak sesuai dengan tujuan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Pasal 5 Penjatuhan sanksi administratif terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan tanpa melalui proses peringatan tertulis sebagaimana diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1186/HK.402/DRJD/2002 tanggal 22 Nopember 2002 tentang Pemberian Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran yang Dilakukan oleh Pengusaha Angkutan Penumpang Umum Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Pasal 6 (1) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat diketahui melalui laporan atau informasi pelanggaran dari : a. hasil pengawasan yang dilakukan oleh petugas b. laporan dari lembaga masyarakat c. laporan dari masyarakat d. laporan dari media massa e. laporan dari perusahaan angkutan

(2) Laporan atau informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) a, sekurangkurangnya memuat hal-hal sebagai berikut : a. nama perusahaan angkutan (PO) b. trayek yang dilayani c. nomor kendaraan d. waktu dan tempat kejadian e. data pelanggaran f. bukti karcis (3) Laporan atau informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) b, c, d dan e, sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut : a. nama perusahaan angkutan (PO) b. trayek yang dilayani c. nomor kendaraan d. waktu dan tempat kejadian e. data pelanggaran f. bukti karcis g. identitas pelapor (4) Informasi yang tidak memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak ditindak lanjuti, kecuali memperoleh data tambahan yang mendukung untuk diproses. Pasal 7 (1) Berdasarkan informasi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pejabat pemberi izin membentuk Tim untuk melakukan analisis dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar pengenaan sanksi administratif. (2) Jika dianggap perlu maka Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat melibatkan instansi terkait. Pasal 8 (1) Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dalam rangka melakukan analisis dan evaluasi melakukan klarifikasi kepada pengusaha angkutan penumpang umum yang melakukan pelanggaran. (2) Hasil klarifikasi sebagaimana dimasud dalam ayat (1) dituangkan kedalam Beriita Acara. (3) Apabila dianggap perlu, maka terhadap kendaraan yang dilaporkan atau berdasarkan informasi melakukan pelanggaran maka dapat dilakukan pemeriksaan fisik kendaraan.

(4) Pemeriksaan fisik kendaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilakukan di terminal dan atau tempat domisili perusahaan. Pasal 9 (1) Berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), Pejabat pemberi izin menjatuhkan sanksi. (2) Pengusaha angkutan umum yang dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat melakukan pembelaan atau sanggahan kepada pemberi izin. (3) Masa sanggah dan atau Pembelaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak dijatuhkannya sanksi. (4) Apabila pengusaha angkutan tidak menyampaikan pembelaan sampai berakhirnya masa sanggah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) maka sanksi mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 10 (1) Terhadap pelanggaran tarif angkutan penumpang antar kota antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi dan/atau pelanggaran penelantaran penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 pada periode Angkutan Lebaran Tahun 2005 (1426 H) dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembekuan izin trayek dan larangan pengembangan usaha. (2) Pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga memperhitungkan pelanggaran yang telah dilakukan oleh perusahaan angkutan pada periode Angkutan Lebaran Tahun 2003 (1424 H) dan periode Angkutan Lebaran Tahun 2004 (1425 H). Pasal 11 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Pasal 12 (1) Pelanggaran tarif penumpang antar kota antar Propinsi (AKAP) kelas ekonomi dan pelanggaran penelantaran penumpang yang terjadi pada periode 27 Oktober 2005 s/d 11 Nopember 2005, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.

(2) Pelanggaran selain pelanggaran tarif dan pelanggaran penurunan penumpang yang terjadi pada periode 27 Oktober 2005 s/d 11 Nopember 2005, akan dikenakan sanksi berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1186/HK.402/DRJD/2002 tanggal 22 Nopember 2002 Tentang Pemberian Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Angkutan Penumpang Umum Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Pasal 13 Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini. Pasal 14 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 27 Oktober 2005. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 19 Oktober 2005 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Perhubungan RI; 2. KAPOLRI; 3. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan; 4. Kepala Dinas Perhubungan/LLAJ Propinsi; 5. DPP Organda. ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc NIP. 120 092 889

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : TANGGAL : SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN TARIF DAN/ATAU PENELANTARAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) PADA PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H) I. PELANGGARAN TARIF 1 Pelanggaran 1 % S/D 10 % 2 Pelanggaran 11 % S/D 25 % 3 Pelanggaran 26 % S/D 50 % 4 Pelanggaran 51 % S/D 75 % 5 Pelanggaran 76 % s/d 100 % 6 Pelanggaran 101 % s/d 150 % 7 Pelanggaran > 150 % a. Kendaraan yang melanggar berupa PERINGATAN b. Kepada perusahaan berupa PERINGATAN trayek selama 1 minggu usaha angkutan selama 1 bulan trayek selama 2 minggu usaha angkutan selama 2 bulan trayek selama 3 minggu usaha angkutan selama 3 bulan trayek selama 4 minggu usaha angkutan selama 4 bulan trayek selama 5 minggu usaha angkutan selama 5 bulan trayek selama 6 minggu usaha angkutan selama 6 bulan II. PELANGGARAN PENELANTARAN PENUMPANG 8 Penelantaran penumpang trayek selama 12 minggu usaha angkutan selama 12 bulan 9 Penelantaran Penumpang + pelanggaran tarip trayek selama 15 minggu usaha angkutan selama 24 bulan

SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN TARIF DAN/ATAU PENELANTARAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) PADA PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H) DENGAN PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2003 (1424 H) ATAU PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2004 (1425 H) I. PELANGGARAN TARIF 1 Pelanggaran 1 % S/D 10 % trayek selama 1 minggu usaha angkutan selama 1 bulan 2 Pelanggaran 11 % S/D 25 % trayek selama 2 minggu usaha angkutan selama 2 bulan 3 Pelanggaran 26 % S/D 50 % trayek selama 3 minggu usaha angkutan selama 3 bulan 4 Pelanggaran 51 % S/D 75 % trayek selama 4 minggu usaha angkutan selama 4 bulan 5 Pelanggaran 76 % s/d 100 % trayek selama 5 minggu usaha angkutan selama 5 bulan 6 Pelanggaran 101 % s/d 150 % trayek selama 6 minggu usaha angkutan selama 6 bulan 7 Pelanggaran > 150 % trayek selama 7 minggu usaha angkutan selama 7 bulan II. PELANGGARAN PENELANTARAN PENUMPANG 8 Penelantaran penumpang trayek selama 13 minggu usaha angkutan selama 13 bulan 9 Penelantaran Penumpang + pelanggaran tarip trayek selama 16 minggu usaha angkutan selama 24 bulan

SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN TARIF DAN/ATAU PENELANTARAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI (AKAP) PADA PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2005 (1426 H), PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2003 (1424 H) DAN PERIODE ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2004 (1425 H) I. PELANGGARAN TARIF 1 Pelanggaran 1 % S/D 10 % trayek selama 2 minggu usaha angkutan selama 2 bulan 2 Pelanggaran 11 % S/D 25 % trayek selama 3 minggu usaha angkutan selama 3 bulan 3 Pelanggaran 26 % S/D 50 % trayek selama 4 minggu usaha angkutan selama 4 bulan 4 Pelanggaran 51 % S/D 75 % trayek selama 5 minggu usaha angkutan selama 5 bulan 5 Pelanggaran 76 % s/d 100 % trayek selama 6 minggu usaha angkutan selama 6 bulan 6 Pelanggaran 101 % s/d 150 % trayek selama 7 minggu usaha angkutan selama 7 bulan 7 Pelanggaran > 150 % trayek selama 8 minggu usaha angkutan selama 8 bulan

II. PELANGGARAN PENELANTARAN PENUMPANG 8 Penelantaran penumpang trayek selama 14 minggu usaha angkutan selama 14 bulan 9 Penelantaran Penumpang + pelanggaran tarip trayek selama 17 minggu usaha angkutan selama 24 bulan DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc NIP. 120 092 88