A. SASARAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABINET INDONESIA BERSATU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO. dan BUPATI MOJOKERTO MEMUTUSKAN :

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

Transkripsi:

BAB V VISI, MISI DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABINET INDONESIA BERSATU Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla telah menetapkan sasaran pembangunan ekonomi untuk periode tahun 2005 2009, antara lain: 1. Meningkatnya aktivitas perekonomian yang ditandai oleh pertumbuhan ekonomi dari 4,1% pada tahun 2003 menjadi 7,6% pada tahun 2009. 2. Meningkatnya kesempatan kerja yang ditandai oleh turunnya angka pengangguran terbuka dari 10,1% pada tahun 2003 menjadi 5,1% pada tahun 2009. 3. Meningkatnya pendapatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan per kapita dari USD 968 pada tahun 2003 menjadi USD 1731 pada tahun 2009. 4. Membaiknya perekonomian rakyat yang ditandai turunnya angka kemiskinan dari 17,4% pada tahun 2003 menjadi sekitar 8,2% pada tahun 2009. 5. Membaiknya stabilitas perekonomian yang ditandai oleh laju inflasi yang rendah dan terkendali, nilai tukar rupiah yang stabil, dan suku bunga SBI yang menurun diikuti secara proporsional oleh suku bunga pinjaman sehingga mendorong sektor riil untuk bergerak. 6. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan, yang antara lain ditandai oleh: (a) menurunnya jumlah penduduk yang buta huruf dari 10 persen pada tahun 2003 menjadi di bawah 5 persen pada tahun 2009, dan (b) meningkatnya secara nyata persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun. 7. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan. 8. Meningkatnya ketahanan pangan rakyat, yang antara lain ditandai oleh: (a) perbaikan status gizi ibu dan anak pada golongan masyarakat yang rawan pangan, dan (b) membaiknya akses rumah tangga golongan miskin terhadap pangan. 29

9. Berkembangnya pendidikan vocational yang ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga terampil. 10. Membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam di perkotaan dan di pedesaan. 11. Membaiknya kondisi infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai prasarana penunjang pembangunan. 12. Meningkatnya kesejahteraan dan kualitas masyarakat Indonesia yang ditandai oleh membaiknya indeks pembangunan manusia (IPM), yang saat ini berada pada peringkat 112 naik menjadi lebih baik daripada peringkat 91. Sasaran pembangunan ekonomi di atas hanya dapat dicapai jika pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dapat diwujudkan secara berkelanjutan dan terstruktur, serta bersinergi dengan pembangunan sektor lainnya secara dinamis. Menyadari posisi strategis pemberdayaan KUMKM, maka Kementerian koperasi dan UKM sebagai bagian integral dari Kabinet Indonesia Bersatu berupaya mewujudkan pemberdayaan KUMKM sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dalam kerangka mencapai sasaran pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu. B. VISI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005 tanggal 31 Januari 2005 bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah unsur pelaksana pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia. Tugas Kementerian Koperasi dan UKM adalah merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta pengendalian pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya Kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan visi, yaitu : Menjadi Lembaga Pemerintah yang kredibel dan efektif untuk mendinamisasi pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian. C. MISI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Rumusan misi Kementerian Koperasi dan UKM adalah: Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan kebijakan nasional; pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian 30

kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; serta peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM secara sistimatis, berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional D. TUJUAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Tujuan Kementerian Koperasi dan UKM secara umum adalah menjadikan KUMKM sebagai pelaku ekonomi utama dalam perekonomian nasional yang berdaya saing. Tujuan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005 2009 dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mewujudkan kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya 70.000 (tujuh puluh ribu) unit koperasi yang berkualitas usahanya dan 6.000.000 (enam juta) unit usaha UMKM baru. 2. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha koperasi dan UMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan, 3. Meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM di pasar dalam dan luar negeri, 4. Mengembangkan sinergi dan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM, 5. Memberikan pelayanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, transparan dan akuntabel. E. NILAI-NILAI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuannya, Kementerian Koperasi dan UKM bertekad melaksanakan nilai-nilai sebagai berikut: tata pemerintahan yang baik, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, kerakyatan, kemartabatan, kemandirian, keberlanjutan dan berwawasan lingkungan, serta semangat desentralisasi. Kedelapan nilai ini diharapkan menjadi semangat dari pimpinan dan pegawai Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberdayakan KUMKM di Indonesia. Semangat tata pemerintahan yang baik, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM berupaya menerapkan tata pemerintahan yang baik dalam rangka memberikan layanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, transparan dan akuntabel, serta menerapkan prinsip partisipasi, efesiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia. 31

Semangat kebersamaan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM mampu menciptakan sinergi dari pelaku ekonomi di Indonesia untuk mengembangkan potensi sumberdayanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Pemberdayaan KUMKM harus disusun sebagai usaha bersama dengan mengutamakan kemakmuran masyarakat yang berdasarkan pada sistem ekonomi kemitraan. Semangat efisiensi berkeadilan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM harus dilaksanakan secara efisien dan adil yang mampu menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Indonesia serta memberikan kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja. Pemberdayaan KUMKM harus mampu menjadikan KUMKM sebagai pelaku ekonomi yang menjunjung tinggi keadilan dan nilai-nilai moral, memiliki etika usaha dan etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Semangat kerakyatan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM mampu mendorong dan sekaligus menampung partisipasi dan untuk kepentingan rakyat banyak. KUMKM yang merupakan bagian terbesar dalam perekonomian nasional harus diberikan peluang dan peran yang lebih besar agar menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Semangat kemartabatan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar kedaulatan ekonomi rakyat harus tetap dihormati dan tidak boleh dijadikan obyek belas kasihan, namun harus benar-benar ditempatkan sebagai pelaku dunia usaha yang unggul dan ditempatkan pada jalur utama dalam seluruh sendi kehidupan ekonomi nasional. Semangat kemandirian, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar koperasi dan UMKM menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, produktif, maju, berdaya saing dan berkesinambungan, sehingga mampu sebagai pelaku ekonomi yang utama dalam perekonomian nasional. Semangat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM harus berkesinambungan yang berfokus pada peningkatan kemampuan daya saing dan kemandirian KUMKM, serta mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan persatuan nasional (UUD Tahun 1945). Semangat desentralisasi, yang berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan Koperasi dan UMKM sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi KUMKM di setiap daerah, serta mendorong pemerintah daerah dapat 32

mendukung pemberdayaan Koperasi dan UMKM di daerahnya secara optimal sesuai dengan semangat otonomi daerah. F. STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Untuk menjembatani sasaran pembangunan ekonomi nasional, visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM dengan program-program pemberdayaan KUMKM yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, maka perlu dijabarkan dalam bentuk strategi kebijakan sebagai berikut: 1. Strategi Pengembangan Lingkungan Usaha Yang Kondusif Penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif bagi pemberdayaan KUMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan daya saing KUMKM di dalam dan luar negeri. Penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif dilakukan melalui penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan memerlukan serangkaian strategi kebijakan politik, hukum, ekonomi makro dan pembangunan daerah sebagai prasyaratnya, yaitu: a. Kebijakan Redistribusi Sumberdaya Produktif Kebijakan ini untuk mengoreksi berbagai ketimpangan dan ketidakmerataan penguasaan sumberdaya produktif melalui: peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah (sharing revenue), pembatasan penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan, penghapusan monopoli dan praktek persaingan yang tidak sehat, dan pengembangan sistem jaminan sosial. b. Kebijakan Penumbuhan Birokrasi Pemerintahan Yang Bersih dan Efektif Birokrasi yang bersih, efisien dan efektif merupakan prasyarat terwujudnya demokrasi ekonomi. Untuk itu, pengawasan dan perencanaan pembangunan perlu dilakukan secara sistimatis, berkelanjutan dan melibatkan peran serta masyarakat. Peningkatan disiplin pengelolaan anggaran negara perlu terus ditingkatkan. c. Kebijakan Ekonomi Makro Kebijakan ekonomi makro pada masa mendatang harus diarahkan pada upaya: (1) penciptaan mekanisme pasar yang berkeadilan dan pengurangan distorsi pasar; (2) upaya penciptaan lapangan usaha dan pekerjaan; (3) penyempurnaan kebijakan investasi, perdagangan dan perubahan kebijakan industri agar lebih berorientasi pada pertanian, industri pedesaan dan ekspor; (4) Pemberdayaan bank dan lembaga 33

keuangan dan/atau lembaga pembiayaan lainnya untuk membiayai KUMKM; (5) penyederhanaan perijinan; (6) pengoptimalan kebijakan fiskal dan moneter untuk pemberdayaan KUMKM; serta (7) peningkatan peran pemerintah daerah dalam melaksanakan pemberdayaan KUMKM dalam kerangka desentralisasi kebijakan dan otonomi daerah. d. Kebijakan Pembangunan Daerah Kebijakan pembanguan ekonomi daerah harus diupayakan pada pemberdayaan KUMKM sebagai motor pengerak roda perekonomian daerah melalui: (1) penyederhanaan perijinan, layanan publik dan insentif; (2) pemberdayaan DPRD, LSM dan asosiasi PKM untuk melaksanakan proses advokasi dan legislasi bagi usaha kecil, menengah dan koperasi; (3) peningkatan akses KUMKM pada berbagai bidang usaha termasuk sebagai rekanan kerja Pemerintah Daerah; dan (4) perumusan kebijakan iklim berusaha yang kondusif dan dukungan perkuatan bagi KUMKM di daerah yang bersangkutan. e. Kebijakan Pengembangan Kemitraan Usaha Nasional Kemitraan usaha merupakan kunci untuk mengembangkan daya saing ekonomi nasional terutama KUMKM. Sistem kemitraan usaha KUMKM dengan pelaku usaha lainnya akan mendorong perekonomian nasional berkembang secara efisien dengan prinsip kebersamaan dan asas kekeluargaan yang kokoh. Kemitraan usaha perlu dikembangkan sebagai gerakan nasional pada masa mendatang. 2. Strategi Peningkatan Akses KUMKM Ke Sumberdaya Produktif Rendahnya produktivitas KUMKM salah satunya akibat keterbatasan aksesnya kepada sumberdaya produktif. Untuk itu, pemerintah dan dunia usaha perlu mengembangkan sistem insentif agar KUMKM dapat mengakses sumberdaya produktif untuk mengembangkan usaha dan daya saingnya. Peningkatan akses KUMKM ke sumberdaya produktif ini bersifat selektif yang berfungsi sebagai stimulan bagi KUMKM dan berperan mengoreksi ketidaksempurnaan pasar sumberdaya produktif yang dihadapi KUMKM. Strategi kebijakan peningkatan daya saing ini terdiri dari: a. Kebijakan Peningkatan Akses KUMKM Untuk Pembiayaan Usaha Peningkatan akses KUMKM ke sumber-sumber pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha dilakukan melalui pengembangan kelembagaan dan layanan lembaga keuangan mikro termasuk koperasi, lembaga keuangan dan perbankan serta lembaga pembiayaan lainnya sebagai sistem yang terintegrasi, yang mudah diakses oleh KUMKM serta membantu restrukturisasi modal usaha KUMKM. 34

b. Kebijakan Peningkatan Penguasaan Pasar Bagi KUMKM Penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing KUMKM. Untuk itu, KUMKM perlu diberikan dukungan kemudahan untuk mengakses informasi usaha, melaksanakan promosi, pengembangan jaringan kerja, pencadangan lokasi usaha bagi KUMKM dan perlindungan dari persaingan yang tidak sehat. c. Kebijakan Peningkatan Penguasaan Teknologi Bagi KUMKM Penguasaan teknologi akan menentukan kesinambungan daya saing KUMKM dan sekaligus akan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk/jasa yang dihasilkan. Untuk itu perlu dikembangkan sistem insentif bagi KUMKM untuk menerapkan teknologi tepat guna, sistem insentif untuk standarisasi dan sertifikasi produk KUMKM, mengembangkan pusat-pusat inovasi teknologi dan desain, serta meningkatkan kemitraan KUMKM dengan institusi penelitian untuk penerapan teknologi secara optimal. d. Kebijakan Pengembangan Sentra Bisnis KUMKM Pendekatan sentra terbukti efektif untuk mengembangkan daya saing KUMKM. Untuk itu, pendekatan sentra dijadikan salah satu program prioritas dalam pemberdayaan KUMKM di Indonesia. Pengembangan sentra menjadi klaster bisnis dilakukan melalui pemberian dukungan pembiayaan, dukungan BDS, dukungan informasi usaha dan dukungan peningkatan kualitas SDM, serta dukungan sarana dan infrastruktur dasar lainnya. e. Kebijakan Pengembangan Pasar Jasa Pengembangan Usaha (BDS) Pengembangan pasar BDS diharapkan akan mampu meningkatkan kapasitas dan daya saing KUMKM secara mandiri melalui dukungan BDS yang profesional. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong berkembangnya pasar BDS melalui sistem voucher dan peningkatan kualitas SDM penyedia BDS. 3. Strategi Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM Kewirausahaan merupakan faktor produksi terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing KUMKM dan daya saing ekonomi nasional. Strategi ini bertujuan mewujudkan 6 juta unit usaha UMKM baru selama periode tahun 2005-2009 dan meningkatkan kewirausahaan dan daya saing KUMKM di Indonesia. Untuk itu, pemerintah perlu mengembangkan strategi pengembangan kewirausahaan di Indonesia pada masa mendatang, melalui kebijakan sebagai berikut: a. Kebijakan Pengembangan Unit usaha Baru Pengembangan unit usaha baru diharapkan akan mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja pada masa mendatang. Untuk menunjang pertumbuhan dan daya tahan ekonomi nasional, maka Indonesia memerlukan tambahan 20 juta orang wirausaha baru sampai dengan tahun 2020. Selama periode 2005-2009 pemerintah mencanangkan 35

6 juta unit usaha UMKM baru yang berbasis pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, gerakan memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan perlu terus ditingkatkan. b. Kebijakan Sistem Insentif untuk Peningkatan Kewirausahaan KUMKM Pengembangan sistem insentif untuk meningkatkan kewirausahaan KUMKM melalui berbagai kegiatan pelatihan, penghargaan, dukungan pengembangan usaha dan sistem insentif lainnya. Peningkatan kompetensi dan kualitas SDM KUMKM diharapkan akan mampu meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Peningkatan SDM KUMKM ini ditempuh melalui pengembangan kapasitas dan akreditasi lembaga-lembaga pelatihan, voucher system, penerapan pendidikan nasional yang berbasis kompetensi dan program sertifikasi SDM KUMKM, serta kemitraan KUMKM dengan perguruan tinggi, pendidikan kejuruan dan lembaga swadaya masyarakat. c. Kebijakan Pemberdayaan KUMKM Yang Berkeunggulan Kompetitif Pemberdayaan KUMKM yang berkeunggulan kompetitif yang berbasis teknologi dan ekspor dilakukan melalui insentif perpajakan, kemudahan memperoleh paten dan HAKI, sistem voucher, dukungan komersialisasi hasil inovasi, dan fasilitasi kemitraan untuk pengembangan usahanya. 4. Strategi Pengembangan Kelembagaan Koperasi Sesuai Dengan Jatidiri Koperasi Pengembangan koperasi sejati merupakan salah satu wahana untuk mewujudkan adanya demokrasi ekonomi di Indonesia. Strategi ini bertujuan mewujudkan 70.000 unit koperasi yang berkualitas sampai dengan tahun 2009. Untuk itu, perlu upaya menyempurnakan Undang-undang Perkoperasian, meningkatkan administrasi dan pengawasan badan hukum koperasi, pemberian bimbingan dan kemudahan kepada koperasi, serta perlindungan kepada koperasi, dan perlindungan publik terhadap kegiatan usaha koperasi. Strategi pengembangan kelembagaan koperasi terdiri dari: a. Kebijakan Peningkatan Administrasi dan Pengawasan Pemberian Badan Hukum (BH) Koperasi Kebijakan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan ketertataan dan ketertiban administrasi pemberian badan hukum koperasi, serta pengawasan pemberian badan hukum koperasi oleh daerah melalui tugas perbantuan, dan pengawasan kegiatan koperasi untuk meningkatkan akuntabilitasnya. b. Kebijakan Peningkatan Penerapan Jatidiri Koperasi Penerapan jatidiri koperasi merupakan roh dari proses pengembangan koperasi sejati, yang dilakukan melalui: pengembangan organisasi dan manajemen koperasi, peningkatan kualitas keanggotaan koperasi, penyempurnaan AD/ART koperasi dan pemberdayaan gerakan koperasi agar mampu memperjuangkan kepentingan anggotanya. 36

c. Kebijakan Pengembangan Usaha Koperasi Pengembangan usaha koperasi dilakukan melalui upaya pemantapan identitas koperasi sebagai badan usaha yang berazaskan kekeluargaan, pengembangan kerjasama usaha, pengembangan usaha koperasi yang berbasis sumberdaya lokal dan peningkatan daya saing koperasi, serta klasifikasi koperasi. d. Kebijakan Perlindungan Kepada Koperasi Tugas pemerintah dalam pengembangan koperasi adalah menumbuhkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi, memberikan perlindungan kepada koperasi melalui pemberian kemudahan dan bimbingan dalam berusaha, serta melindungi publik dari aktivitas koperasi yang merugikan masyarakat. Perlindungan kepada koperasi dan publik ini memerlukan peran serta masyarakat, sehingga diperlukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kewirakoperasian. 5. Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Usaha mikro merupakan kelompok pelaku usaha terbesar (92%) di Indonesia dengan karakteristik berpenghasilan rendah, bergerak di sektor informal dan sebagian besar termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Bahkan dalam sebagian besar kasus, kelompok usaha mikro masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti: gizi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Usaha mikro memiliki karakteristik yang unik dan belum tentu dapat diberdayakan secara optimal melalui mekanisme pasar yang bersaing. Untuk itu, pemberdayaan usaha mikro perlu ditetapkan sebagai suatu strategi yang tersendiri. Strategi pemberdayaan usaha mikro terdiri dari rangkaian kebijakan sebagai berikut: a. Kebijakan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Melalui Program Subsidi Nasional Negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi rakyatnya, sehingga untuk kelompok ini dapat diberikan subsidi, baik untuk kebutuhan pangan, pendidikan dan kesehatannya. Program subsidi perlu dikelola secara sistimatis agar mampu memandirikan usaha mikro secara berkelanjutan. b. Kebijakan Perlindungan dan Kepastian Hukum Dalam Berusaha Usaha mikro umumnya berusaha di sektor informal terutama di sektor pertanian, perdagangan kaki lima, pengangkutan dan jasa lainnya. Untuk itu, perlu upaya memberikan perlindungan dan kepastian hukum dalam berusaha, pencadangan ruang publik untuk tempat berusaha bagi usaha mikro, dan penyelarasan tata ruang dan wilayah dengan pemberdayaan usaha mikro. c. Kebijakan Pengembangan Pranata Kelembagaan Usaha Mikro Dalam rangka meningkatkan daya tawar usaha mikro, maka usaha mikro perlu diorganisasikan dalam kelompok usaha bersama, yang terus dibina 37

menjadi pra koperasi dan selanjutnya dikembangkan dalam wadah koperasi. Pranata kelembagaan usaha mikro perlu memperoleh prioritas dalam upaya mengembangkan usaha mikro. d. Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Perluasan akses pembiayaan bagi usaha mikro dapat dilakukan melalui pemberian dana bergulir bagi lembaga keuangan mikro dan koperasi, pengembangan pola tanggung renteng, dan penyelesaian kredit program pada masa lalu. e. Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Kerja Pendidikan dan pelatihan ketrampilan kerja perlu diberikan kepada usaha mikro dalam rangka meningkatkan daya saingnya. Pengembangan sekolah kejuruan dan pendidikan berbasis kompetensi lokal perlu ditumbuhkembangkan pada sentra-sentra usaha mikro. f. Kebijakan Pengembangan Industri Pedesaan Pengembangan industri pedesaan diharapkan akan mampu mengalihkan usaha mikro yang bergerak di bidang pertanian ke sektor lain yang lebih produktif. Penataan kelembagaan dan penguatan sistem agribisnis serta pembangunan infrastruktur pertanian akan memperkuat posisi usaha mikro dan sekaligus mewujudkan ketahanan pangan. 6. Strategi Peningkatan Sinergi dan Partisipasi Masyarakat Sinergi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan ekonomi merupakan perwujudan dari demokrasi ekonomi. Strategi peningkatan sinergi dan partisipasi masyarakat dilakukan dengan pendekatan: a. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Pemberdayaan KUMKM. Peningkatan partisipasi masyakat dapat dilakukan melalui pengembangan forum lintas pelaku pada setiap daerah, peningkatan prakarsa masyarakat dalam pengembangan sentra, dukungan penghargaan bagi masyarakat yang terlibat aktif dalam pemberdayaan KUMKM, serta pengembangan mekanisme pengaduan masyarakat yang mudah. b. Kebijakan Peningkatan Kapasitas Institusi Pembina dan Dunia Usaha Untuk Berpartisipasi Dalam pemberdayaan KUMKM. Pemberdayaan KUMKM akan lebih berhasil jika terjadi sinergi pembangunan antar instansi pembina. Untuk itu, perlu ditingkatkan koordinasi antar instansi pembina, peningkatan kapasitas institusi pembina di pusat dan daerah melaksanakan pemberdayaan KUMKM, meningkatkan anggaran pemberdayaan KUMKM di setiap unit kerja, dan meningkatkan kapasitas dunia usaha untuk memberdayakan KUMKM. c. Kebijakan pengembangan kelembagaan UMKM Kelembagaan UMKM berupa asosiasi atau serikat usaha UMKM serta organisasi profesi perlu terus ditumbuhkembangkan dalam rangka 38

meningkatkan partisipasi UMKM dalam advokasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemberdayaan UMKM. Peningkatan peran Kadin dan asosiasi PKM yang ada perlu terus ditingkatkan untuk mengadvokasi kepentingan KUMKM, serta memfasilitasi dan memberdayakan KUMKM anggotanya. 7. Strategi Peningkatan Pelayanan Publik a. Kebijakan Perencanaan Pembangunan Pengembangan perencanaan partisipatif dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan menjadi titik tolak pelaksanaan pemberdayaan koperasi dan UMKM yang sistimatis, berkelanjutan, partisipatif dan terintegrasi secara nasional b. Kebijakan Peningkatan Koordinasi Koordinasi yang baik diharapkan akan mampu meningkatkan sinergi potensi dan sumberdaya nasional untuk melaksanakan pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. c. Kebijakan Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Peningkatan pengawasan pemberdayaan koperasi dan UMKM akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pemberdayaan koperasi dan UMKM sesuai dengan tata pemerintahan yang baik. d. Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Pengembangan sistem informasi pemberdayaan KUMKM diharapkan akan meningkatkan perspektif yang benar dari masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah lain dalam melaksanakan pemberdayaan koperasi dan UMKM. e. Kebijakan Pengembangan Riset KUMKM Pengembangan riset KUMKM diarahkan untuk mendukung perumusan dan mengevaluasi kebijakan agar kebijakan Kementerian Koperasi dan UKM sahih secara akademik, politik, ekonomi, sosial dan buaya. 8. Strategi Peningkatan Aparatur Kementerian Koperasi dan UKM a. Kebijakan Pengelolaan Aparatur Kementerian Koperasi dan UKM Pengelolaan aparatur yang baik akan meningkatkan disiplin, kompetensi, komitmen dan kinerja pegawai secara optimal. b. Kebijakan Peningkatan Tata Kelola Kementerian Koperasi dan UKM Tata kelola yang baik akan mendorong pembagian tugas yang lebih merata dan meningkatkan kinerja pegawai secara optimal. c. Kebijakan Peningkatan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana kerja yang memadai menjadi kunci pelaksanaan tugas pegawai secara optimal. 39

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK Sasaran Stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai perspektif secara berimbang, yang mencakup: perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses internal, perspektif analisis biaya dan manfaat. Perspektif analisis biaya dan manfaat ini dapat dibedakan dalam tiga perspektif, yaitu: perspektif biaya sosial yang rendah, perspektif manfaat pemberdayaan KUMKM yang optimal, dan perspektif politik dalam pembangunan nasional. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sumberdaya manusia menjadi kunci utama untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Kementerian Koperasi dan UKM, dan sekaligus mewujudkan Kementerian Koperasi dan UKM sebagai organisasi pembelajaran yang tumbuh dinamis. Peningkatan kompetensi dan komitmen pegawai Kementerian Koperasi dan UKM diyakini sebagai landasan untuk keberhasilan pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Untuk itu, sasaran stratejik yang ditetapkan berkaitan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah: Meningkatnya kompetensi dan komitmen jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat dalam rangka mendinamisasi pemberdayaan KUMKM di Indonesia. Perspektif Proses Internal Pembangunan nasional memerlukan kepekaan pemerintah untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat khususnya KUMKM dan merumuskan kebijakan secara terintegrasi dan akuntabel, yang dapat diterima secara baik oleh masyarakat. Kementerian Koperasi dan UKM berupaya memiliki lima kapabilitas sebagai berikut: (1) kemampuan mengidentifikasi permasalahan KUMKM, (2) kemampuan merumuskan dan memasyarakatkan kebijakan pemberdayaan KUMKM, (3) kemampuan untuk bergerak cepat, responsif dan bertindak secara fleksibel, (4) kemampuan berkoordinasi dengan lintas pelaku, dan (5) kemampuan meningkatkan akuntabilitas dan pengawasan pemberdayaan KUMKM di Indonesia. 40

Sasaran Stratejik Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 dalam perspektif proses intern adalah: 1. Meningkatnya efektivitas pengkajian untuk perumusan dan evaluasi kebijakan pemberdayaan KUMKM di Indonesia; 2. Meningkatnya efektivitas perencanaan, pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan pemberdayaan KUMKM di Indonesia; 3. Meningkatnya efektivitas dan kualitas pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM; 4. Meningkatnya efektivitas koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; dan 5. Meningkatnya efektivitas pengawasan dan akuntabilitas pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Perspektif Biaya Sosial Spektrum pemberdayaan KUMKM bersifat sangat luas dan lintas sektoral dengan keterbatasan anggaran pemerintah, sehingga peran serta masyarakat menjadi kunci keberhasilan pemberdayaan KUMKM. Peran serta masyarakat yang tinggi akan menjamin pelaksanaan pemberdayaan KUMKM sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan memiliki dampak biaya sosial yang terendah, termasuk penggunaan anggaran belanja negara secara efisien. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun 2005 2009 dalam perspektif biaya sosial adalah: 1. Meningkatnya sinergi dan peran aktif masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia; dan 2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja negara untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Perspektif Manfaat Pemberdayaan KUMKM Pemberdayaan KUMKM harus memberikan manfaat yang maksimal dan berkelanjutan untuk pengembangan usaha koperasi dan UMKM di Indonesia dengan fokus pada peningkatan produktivitas, daya saing dan kemandirian di pasar dalam dan luar negeri. Dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian KUMKM, maka Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun 2005-2009 sebagai berikut: 1. Terwujudnya lingkungan usaha yang kondusif bagi pemberdayaan usaha koperasi dan UMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan di Indonesia; 2. Meningkatnya produktivitas usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 3. Meningkatnya daya saing usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 41

4. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi berkembangnya 70.000 unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C. 5. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuhnya 6 (enam) juta unit usaha UMKM baru di Indonesia. Perspektif Politik Dalam Pembangunan Nasional Pembangunan nasional merupakan salah satu wujud memenuhi janji politik pemerintah kepada masyarakat pemilih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan nasional, seperti: pengangguran, kemiskinan, ketimpangan sosial, pertumbuhan ekonomi nasional dan lain-lain. Mengingat pemberdayaan koperasi dan UMKM merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, maka pemberdayaan KUMKM harus mampu memberikan kontribusi nyata untuk menyelesaikan berbagai permasalahan nasional dan sekaligus mewujudkan sasaran Kabinet Indonesia Bersatu. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun 2005-2009 dalam persepektif politik pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi nasional dan pembentukan ekspor nasional; 2. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam peningkatan daya saing dan daya tahan ekonomi nasional;; 3. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam penyediaan kesempatan kerja bagi lebih dari 10 juta orang; 4. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam penurunan angka kemiskinan; dan 5. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. B. INISIATIF STRATEJIK Inisiatif Stratejik merupakan program aksi yang bersifat stratejik dan berkesinambungan untuk mewujudkan sasaran stratejik. Inisiatif stratejik terdiri dari beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam beberapa periode tahun anggaran secara berkelanjutan. Sasaran stratejik yang terdapat dalam perspektif politik pembangunan nasional merupakan hasil perwujudan berbagai sasaran stratejik di perspektif manfaat, perspektif biaya sosial, perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam perencanaan stratejik hanya merumuskan inisiatif stratejik di empat perspektif: manfaat pemberdayaan KUMKM, biaya sosial, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. 42

Inisiatif stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005 2009 dapat diikuti pada tabel 6.1. Tabel 6.1 Sasaran dan Inisiatif Stratejik Kementerian koperasi dan UKM Periode Tahun 2005 2009 Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Pembelajaran 1. Meningkatnya kompetensi jajaran 1. Pengembangan kapabilitas dan Kementerian Koperasi dan UKM dalam pejabat Eselon I, II, III dan IV Pertumbuhan memberikan layanan kepada 2. Pengembangan kapabilitas masyarakat dalam rangka pegawai mendinamisasi pemberdayaan 3. Penyediaan sarana kerja yang KUMKM di Indonesia. memadai 4. Penyediaan fasilitas informasi 2. Meningkatnya komitmen jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. 1. Pengembangan mindset birokrasi yang efisien, efektif dan pelayanan publik. 2. Pelaksanaan internalisasi visi, misi, nilai, tujuan dan sasaran Kementerian KUKM kepada seluruh jajaran Kementerian KUKM. 3. Pengaturan penugasan dan tata kelola yang lebih adil dan merata serta berbasis kinerja. 4. Pengembangan evaluasi kinerja dan sistem penghargaan pegawai yang berbasis kinerja. 5. Pengembangan tim kerja yang dinamis 43

Lanjutan Tabel 6.1. Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Proses Internal 1. Meningkatnya efektivitas pengkajian 1. Peningkatan efektivitas untuk perumusan dan evaluasi pengkajian untuk perumusan kebijakan pemberdayaan KUMKM di kebijakan pemberdayaan Indonesia; KUMKM, 2. Peningkatan efektivitas pengkajian untuk evaluasi pelaksanaan pemberdayaan KUMKM. 2. Meningkatnya efektivitas perencanaan, pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan pemberdayaan KUMKM di Indonesia; 3. Meningkatnya efektivitas dan kualitas pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM; 4. Meningkatnya efektivitas koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; 1. Pengembangan sistem perencanaan program pemberdayaan KUMKM yang terintegrasi, berkelanjutan dan partisipatif, 2. Pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi (monev) yang efektif dan berkelanjutan, 3. Pengembangan sistem informasi pemberdayaan KUMKM yang mudah diakses publik, dan 4. Pengembangan database dan pelaporan pemberdayaan KUMKM 1. Pengembangan organisasi lintas fungsional 2. Pengembangan jejaring informasi 3. Pemanfaatan pengembangan teknologi 1. Pengembangan jejaring organisasi 2. Pengembangan forum koordinasi lintas pelaku 3. Pengembangan koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi pemerintah 4. Pengembangan sistem koordinasi perencanaan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM. 44

Lanjutan Tabel 6.1. Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Proses Internal 5. Meningkatnya efektivitas pengawasan 1. Pengembangan sistem dan akuntabilitas pemberdayaan pengawasan pemberdayaan KUMKM. KUMKM 2. Pengembangan sistem akuntabilitas pelaksanaan pemberdayaan KUMKM 3. Pengembangan jejaring kerja dengan APIP di pusat dan daerah Biaya Sosial 1. Meningkatnya sinergi dan peran aktif masyarakat, dunia usaha dan instansi 1. Pengembangan perspektif yang benar mengenai pemberdayaan pemerintah dalam pemberdayaan KUMKM kepada instansi koperasi dan UMKM di Indonesia; pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. 2. Peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pemberdayaan KUMKM 3. Pengembangan kelembagaan UMKM 2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja negara untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM. 1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku, dan 2. Peningkatan alokasi APBN/APBD untuk pemberdayaan KUMKM 45

Lanjutan Tabel 6.1. Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Manfaat 1. Terwujudnya lingkungan usaha 1. Penyempurnaan peraturan Pemberdayaan yang kondusif bagi perundang-undangan, KUMKM pemberdayaan usaha koperasi 2. Peningkatan kelancaran arus dan UMKM pada berbagai barang dan jasa antar daerah, tingkatan pemerintahan di 3. Pengembangan pelayanan Indonesia; perijinan yang mudah, murah dan cepat bagi KUMKM, 2. Meningkatnya produktivitas usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 1. Pemberdayaan usaha skala mikro, 2. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi KUMKM 3. Meningkatnya daya saing usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 4. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi berkembangnya 70.000 unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C. 5. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuhnya 6 (enam) juta unit UMKM baru di Indonesia. 1. Pengembangan keunggulan kompetitif UKM, 2. Pengembangan sistem insentif untuk memacu UKM berbasis teknologi dan pengetahuan, 3. Pengembangan kemitraan usaha nasional 1. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi 2. Pemberdayaan usaha koperasi 3. Pengembangan sistem perlindungan kepada koperasi 1. Pengembangan kewirausahaan 2. Pengembangan sistem insentif untuk tumbuhnya wirausaha baru C. INDIKATOR KINERJA Sasaran stratejik dirumuskan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Kementerian Koperasi dan UKM melalui berbagai inisiatif stratejik perlu ditetapkan ukuran pencapaiannya. Ada dua ukuran untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran stratejik, yaitu: (1) ukuran hasil dan (2) ukuran pemacu kinerja. Ukuran hasil digunakan untuk mengukur hasil, manfaat dan dampak keberhasilan dari inisiatif stratejik dan program yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran stratejik yang ditetapkan. Ukuran pemacu kinerja adalah ukuran yang menunjukkan penyebab dicapainya ukuran hasil, yang umumnya berupa indikator keluaran dari inisiatif stratejik dan program pembangunan yang dilaksanakan. 46 Indikator keberhasilan pencapaian sasaran stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM pada akhir tahun 2009 dapat diikuti pada tabel 6.2.

Sasaran Stratejik Sasaran Pembangunan Nasional Tabel 6.2. Tabel Indikator Kinerja Stratejik Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Target Target RPJM : P1 Peningkatan kesejahteraan kualitas masyarakat dan hidup Indeks Pembangunan Manusia Menurunnya jumlah usaha mikro yang miskin Peringkat 91 dari peringkat 112 (2003) P2 Penurunan kemiskinan angka Menurunnya angka kemiskinan KUMKM menyerap tambahan 10 juta orang tenaga kerja Angka kemiskinan 8,2% P3 Penyediaan kesempatan kerja Menurunnya angka pengangguran terbuka. Meningkatnya investasi dan pembiayaan KUMKM Angka pengangguran terbuka 5,1% P4 Peningkatan daya saing dan daya tahan ekonomi nasional Meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional Meningkatnya stabilitas ekonomi makro: inflasi, nilai tukar, suku bunga,dan sektor riil dinamis. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam pertumbuhan PDB Meningkatnya investasi masyarakat/pnb Meningkatnya ekspor non migas Pertumbuhan ekonomi nasional 6,6% per tahun Investasi masyarakat/ PNB 24,4% Ekspor/PNB 8,7% Inflasi, nilai tukar dan suku bunga terkendali 7,6% atau 6% per tahun P5 Peningkatan kontribusi KUMKM dalam perekonomian nasional Laju pertumbuhan ekspor KUMKM lebih besar dari laju PDBnya Meningkatnya ekspor KUMKM nilai Laju ekspor KUMKM > laju PDB KUMKM 47

Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Manfaat Pemberdayaan UMKM M1 Terwujudnya lingkungan usaha yang kondusif bagi KUMKM Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Berkurangnya peraturan yang menghambat pemberdayaan usaha KUMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan. Penyempurnaan UU tentang Koperasi, UU tentang UMKM, Evaluasi berbagai Perda dan pelaksanaannya. Menurunnya biaya transaksi UMKM Target Diundangkannya UU Koperasi, UU UMKM, Penyempurnaan peraturan yang menghambat pengembangan UMKM. Meningkatnya kelancaran arus barang dan jasa. Menurunnya berbagai pungutan biaya usaha bagi UMKM, baik sektoral dan daerah. Meningkatnya perdagangan UMKM antar daerah/ negara Meningkat dan meluasnya perijinan yang mudah, murah dan cepat, termasuk perijinan satu atap bagi KUMKM. Terbitnya kebijakan ekonomi dan kebijakan pemerintah daerah yang pro KUMKM. Meningkatnya sosialisasi, monev dan fasilitasi perijinan satu atap kepada pemerintah propinsi, kabupaten/ kota. Meningkatnya perspektif yang benar mengenai pembangunan KUMKM di instansi terkait. 100% Propinsi 75% Kab/Kota menerapkan perijinan satu atap. Jumlah UMKM formal tumbuh 5% per tahun. Investasi UMKM tumbuh 2% per tahun 48

Lanjutan Tabel 6.2 M2 Sasaran Stratejik Meningkatnya produktivitas usaha mikro, kecil dan menengah Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Dampak Indikator Keluaran Meningkatnya PDB Meningkatnya kapasitas per tenaga kerja dan kualitas layanan UMKM pembiayaan kepada Meningkatnya PDB usaha skala mikro. per Unit Usaha Meningkatnya akses UMKM UKM ke perbankan dan sumber pembiayaan formal lainnya. Meningkatnya akses UMKM ke pasar dalam dan luar negeri Meningkatnya akses UMKM ke sumber informasi bisnis. Meningkatnya akses UMKM ke sumberdaya alam. Meningkatnya pasar jasa pengembangan bisnis. Berkembangnya sentra UMKM menjadi klaster bisnis UMKM Target Meningkat 10% dibandingkan tahun 2004 (ADHK 2000). M3 Meningkatnya daya saing UMKM Meningkatnya ekspor UMKM Meningkatnya PDB UMKM Meningkatnya kemitraan usaha nasional Meningkatnya jumlah UMKM yang berbasis teknologi dan ekspor Tersedianya sistem insentif untuk memacu wirausaha berbasis teknologi dan pengetahuan Adanya forum fasilitasi kemitraan usaha antara UMKM dengan BUMN, usaha besar dan asing yang berbasis value chain. Ekspor UMKM tumbuh 5% per tahun PDB UMKM tumbuh di atas 6% per tahun. 20% usaha besar bermitra dengan KUMKM berbasis value chain sesuai rantai pasokannya 70.000 unit KUMKM memiliki kualifikasi bermitra dengan usaha besar. 49

Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik M4 Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi berkembang-nya 70.000 unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil Indikator Keluaran dan Dampak Meningkatnya Tertatanya administrasi kualitas dan pengawasan kelembagaan pemberian badan dan usaha hukum koperasi. koperasi. Meningkatnya sosialisasi, monev dan fasilitasi bagi koperasi untuk penerapan jatidiri koperasi. Meningkatnya sosialisasi, monev dan fasilitasi pedoman pemberdayaan usaha koperasi. Fasilitasi pelatihan 140.000 orang pengurus dan manajer koperasi Fasilitasi 100 Lapenkopda Meningkatnya Meningkatnya perlindungan pengawasan usaha kepada koperasi terutama koperasi dan kegiatan simpanpinjam perlindungan kepada anggota Meningkatnya sosialisasi dari praktik dan fasilitasi koperasi yang pengembangan merugikan kewirakoperasian masyarakat masyarakat (anggota koperasi). Target 70.000 unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C 100% Propinsi dan 80% Kabupaten/ Kota memiliki sistem perlindungan hukum bagi anggota koperasi. M5 Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuhnya 6 (enam) juta unit UMKM baru di Indonesia. Tumbuhnya 6 juta UMKM baru Meningkatnya pelaksanaan pemasyarakatan kewirausahaan. Tersedianya sistem insentif untuk menumbuhkan wirausaha baru Terlatih dan berperannya 2.000 motivator kewirausahaan Tersedianya inkubator bisnis, penyedia BDS dan LKM di setiap kabupaten/kota secara memadai. Tersedianya sistem insentif dan akreditasi untuk lembaga diklat kewirausahaan. 10.000 unit UKM jasa keuangan, jasa persewaan dan jasa perusahaan. 100 unit usaha menengah di industri pengolahan yang terkait dengan UKM agrobisnis, dan 500.000 unit industri rumah tangga dan kecil. 50

Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Minimalisasi Biaya Sosial BS1 Meningkatnya sinergi dan peran aktif masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia BS2 Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja negara untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Meningkatnya peran aktif dunia usaha, masyarakat dan instansi terkait untuk pemberdayaan KUMKM di Indonesia. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas penggunaan APBN/APBD untuk pemberdayaan KUMKM. Meningkatnya perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pemberdayaan UMKM yang bersifat partisipatif. Meningkatnya koordinasi dan fasilitasi dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan instansi pembina dan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Fasilitasi forum lintas pelaku termasuk MTAP di pusat dan daerah. Menstimulan dan memfasilitasi berperannya kelembagaan UMKM (asosiasi, Kadin) untuk mengadvokasi kepentingan UMKM. Meningkatnya sosialisasi dan koordinasi untuk meningkatkan efektivitas alokasi APBN/APBD untuk pemberdayaan KUMKM. Mengembangkan sistem insentif alokasi dana dekonsentrasi yang lebih adil dan berbasis kinerja. Target Jumlah alokasi kredit perbankan untuk KUMKM dalam business plan meningkat 20% per tahun. 20% usaha besar memiliki keterkaitan usaha dengan KUMKM. 80% instansi pemerintah memiliki program yang mendukung pemberdayaan usaha KUMKM. Alokasi APBN/APBD meningkat 10% per tahun. Penyerapan APBN/APBD pemberdayaan KUMKM secara efisien dan efektif. 51

Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Proses Internal PI1 Meningkatnya efektivitas pengkajian untuk perumusan dan evaluasi kebijakan pemberdayaan KUMKM di Indonesia. PI2 Meningkatnya efektivitas perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian, serta pelaporan pembangu-nan KUMKM di Indonesia. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil Indikator Keluaran dan Dampak Meningkatnya kualitas peraturan perundangundangan dan kebijakan pemberdayaan KUMKM sesuai dengan dinamika kebutuhan KUMKM. Meningkatnya efektivitas perencanaan pemberdayaan KUMKM sesuai dengan dinamika kebutuhan KUMKM. Meningkatnya efektivitas sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian pemberdayaan KUMKM. 75% kebijakan Kementerian didasarkan pada hasil kajian. 50% hasil kajian dijadikan dasar untuk perumusan dan evaluasi kebijakan pemberdayaan KUMKM di berbagai tingkatan pemerintahan. Meningkatnya sosialisasi hasil kajian pemberdayaan KUMKM, dan mudah diakses oleh masyarakat. Tersedianya perencanaan program pemberdayaan KUMKM sistem yang responsif terhadap kebutuhan KUMKM dan potensi daerah. Tersedianya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian, serta pelaporan program dekonsentrasi pemberdayaan KUMKM Target 50% kebijakan pemberdayaan KUMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan didasarkan pada hasil kajian. 90% dari program Kementerian Koperasi dan UKM, serta 60% program pemberdayaan KUMKM yang strategis di tingkat propinsi, kabupaten/kota dapat diakses oleh masyarakat melalui internet. Meningkatnya kemudahan akses masyarakat terhadap informasi hasil pelaksanaan pembangu-nan KUMKM. Tersedianya sistem informasi pemberdayaan KUMKM yang mudah diakses masyarakat, yang didukung database yang mutakhir. 52

Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Proses Internal PI3 Meningkatnya efektivitas dan kualitas pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM. PI4 Meningkatnya efektivitas koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan di bidang KUMKM. PI5 Meningkatnya efektivitas pengawasan dan akuntabilitas pemberdayaan KUMKM. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Meningkatnya kualitas dan kecepatan pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM. Meningkatnya koordinasi perumusan kebijakan nasional di bidang KUMKM. Meningkatnya sinergi pemberdayaan KUMKM pada setiap tingkatan pemerintahan Meningkatnya efektivitas pengawasan dan akuntabilitas pemberdayaan KUMKM Adanya struktur organisasi dan tata kerja yang berbasis organisasi lintas fungsional. Tersedianya jejaring informasi yang berbasis intranet di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM. Tersedianya teknologi sarana kerja yang mendukung pelaksanaan tugas jajaran Kementerian Koperasi dan UKM Efektifnya forum koordinasi lintas instansi dan lintas pelaku. Efektifnya sistem koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangu-nan KUMKM Efektifnya sistem pengawasan pemberdayaan KUMKM. Efektifnya pelaksanaan sistem akuntabilitas pemberdayaan KUMKM. Efektifnya jejaring kerja dengan APIP di pusat dan daerah. Target Pengaduan atau keluhan masyarakat direspon kurang dari 1 minggu. 90% Propinsi dan 80% Kabupaten/ Kota memiliki program pemberdayaan KUMKM yang sinkron dengan program Kementerian KUKM. 90% program pembangunan Kementerian KUKM bernilai sangat baik dalam sistem AKIP, dan 10% bernilai baik. 53

Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan PP1 Meningkatnya kompetensi jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat dalam rangka mendinamisasi pemberdayaan KUMKM di Indonesia PP2 Meningkatnya komitmen jajaran Kementerian koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Meningkatnya produktivitas dan kinerja Kementerian Koperasi dan UKM Meningkatnya kepuasan kerja jajaran Kementerian Koperasi dan UKM Adanya diklat untuk pejabat eselon I, II, III dan IV. Adanya diklat untuk pegawai Kementerian KUKM. Tersedianya sarana kerja yang memadai. Tersedianya fasilitas untuk mengakses informasi dan data, seperti: internet, perpustakaan, database, dll Efektifnya pengembangan mindset Birokrasi yang efisien dan efektif dalam memberikan layanan publik. Terwujudnya internalisasi visi, misi, tujuan dan nilai-nilai Kementerian Koperasi dan UKM. Efektifnya pengaturan tugas dan tata kelola yang lebih adil dan merata serta berbasis kinerja, dengan mempertimbangkan kesejahteraan pegawai dalam tata pemerintahan yang baik. Efektifnya sistem evaluasi dan penghargaan pegawai yang berbasis kinerja. Terwujudnya pengembangan tim kerja yang dinamis dan kreatif. Target Meningkatnya kualitas pelayanan publik secara cepat, tepat, transparan dan akuntabel. Indeks survei kepuasan pegawai pada nilai 80. 54

D. PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Inisiatif stratejik perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk program pemberdayaan koperasi dan UMKM yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009. Keterkaitan sasaran stratejik, inisiatif stratejik dan program Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005 2009 dapat diikuti pada tabel 6.3. Tabel 6.3 Sasaran Stratejik, Inisitif Stratejik dan Program Pemberdayaan KUMKM Kementerian Koperasi dan UKM Periode Tahun 2005 2009 Sasaran Stratejik Pembelajaran dan Pertumbuhan PP1 Meningkatnya kompetensi jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. PP2 Meningkatnya komitmen jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Inisiatif Stratejik 1. Pengembangan kapabilitas pejabat Eselon I, II, III dan IV 2. Pengembangan kapabilitas pegawai 3. Penyediaan sarana kerja yang memadai 4. Penyediaan fasilitas informasi 1. Pengembangan mindset PNS-Baru sesuai dengan dinamika birokrasi yang efisien, efektif dan pelayanan publik. 2. Pelaksanaan internalisasi visi, misi, nilai, tujuan dan sasaran Kementerian KUKM kepada seluruh jajaran Kementerian KUKM. 3. Pengaturan penugasan dan tata kelola yang lebih adil dan merata serta berbasis kinerja. 4. Pengembangan evaluasi kinerja dan sistem penghargaan pegawai yang berbasis kinerja. 5. Pengembangan tim kerja yang dinamis Program Kementerian Koperasi dan UKM 1. Program diklat peningkatan kapabilitas pejabat eselon I, II, III dan IV 2. Program diklat peningkatan kapabilitas pegawai 3. Program pengembangan sarana kerja 4. Program pendesainan kembali tempat kerja pegawai. 5. Program penyediaan fasilitas informasi, seperti: internet, database, perpustakaan, dll. 1. Program pengembangan mindset pegawai 2. Program pengembangan kebanggaan pegawai 3. Program penugasan dan tatakerja yang menjamin kesejahteraan pegawai dalam tata pemerintahan yang baik. 4. Program penghargaan berbasis kinerja 5. Program pengembangan tim kerja lintas deputi 55