PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

Volume 3 / Nomor 3 / November 2016 ISSN : EFEKTIVITAS RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I DI BPM FAJAR ENDROWATI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI MENSTRUASI PADA SISWI SMA 3 KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2014

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, instrument

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1

PENGARUH BERMAIN BANANA BOAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA REMAJA DI AREA WISATA PANTAI BANDENGAN JEPARA

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG BEDAH RSUD JEND. A. YANI METRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS (TB) DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN APENDEKTOMI

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Quasy

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN PADA KALA 1 FASE AKTIF DI BPS BIDAN KOKOM KOMARIAH CIJATI-MAJALENGKA TAHUN 2016

SKRIPSI SULASTRI J

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN INPARTU KALA I FASE LATEN DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

Mila Nadi Rozako, Rusianah, Nuniek Nizmah F, Siska Yuliana Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 3 4 BULAN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Responden Penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

Transkripsi:

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan pernafasan dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Majalengka bahwa pasien yang mendapatkan relaksasi saat perawatan luka menyatakan bahwa rasa nyeri yang dirasakan berkurang dibanding sebelum relaksasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka di RSUD Majalengka Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan desain one group pre test-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi laparatomi di RSUD Majalengka pada bulan Mei sampai dengan Juni tahun 2014 dan didapat jumlah sampel sebanyak 34 responden. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji T-berpasangan (Paired t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka sebelum teknik relaksasi diperoleh rata-rata sebesar 6,176 dan sesudah teknik relaksasi diperoleh rata-rata sebesar 4,117. Terdapat pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada perawatan luka di RSUD Majalengka Tahun 2014 ( value = 0,000). Teknik relaksasi dapat dijadikan sebagai salah satu terapi yang bisa diberikan pada setiap perawatan luka untuk mengatasi intensitas nyeri yang dialami oleh pasien.

I. PENDAHULUAN Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia dalam hirarki Maslow terdapat lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri serta kebutuhan aktualisasi diri (Asmadi, 2010). Hidup sehat dan sembuh dari penyakitnya merupakan kebutuhan dasar manusia akan keselamatan dan keamanan. Pada manusia yang sedang sakit sangat mengharapkan perawatan yang optimal serta merasa nyaman dalam menjalani proses perawatannya. Salah satu kebutuhan dasar yang sangat dibutuhkan oleh pasien pembedahan adalah penyembuhan yang cepat dan nyeri yang dirasakan tidak mengancam keselamatannya. Kondisi tersebut muncul karena pada pasien pembedahan termasuk laparatomi berkaitan dengan adanya luka pada bagian abdomen (Wong, 2009). Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Randhianto, 2008). Laporan Kementerian Kesehatan RI menyebutkan jumlah kasus laparatomi di Indonesia meningkat dari 3.281 kasus pada tahun 2011 dan 3.625 kasus pada tahun 2014. Persentase jumlah kasus laparatomi yang ditangani di rumah sakit pemerintah sebesar 38,5% dan rumah sakit swasta sebesar 60,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jumlah kasus laparatomi pada tahun 2014 di beberapa rumah sakit di Provinsi Jawa Barat yaitu di Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung sebanyak 220 kasus dan di Rumah Sakit Umum Gunung Jati Cirebon sebanyak 102 kasus (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014). Pembedahan dengan laparatomi perlu mendapatkan perawatan maksimal baik ketika sedang dilakukan pembedahan maupun setelah pembedahan, hal ini dilakukan agar proses penyembuhan pasien dapat berlangsung dengan cepat. Luka akibat pembedahan pada umumnya berukuran besar dan dalam sehingga membutuhkan waktu penyembuhan yang lama. Hal ini akan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien, sehingga menimbulkan ketergantungan, meningkatkan kebutuhan akan perawatan atau pelayanan dan meningkatkan biaya perawatan (Priharjo, 2013). Beberapa masalah yang sering muncul pada luka paska pembedahan, diantaranya adalah luka yang mengalami stres selama masa penyembuhan akibat nutrisi yang tidak adekuat, gangguan sirkulasi dan perubahan metabolisme yang dapat meningkatkan risiko lambatnya penyembuhan luka (Potter dan Perry, 2011). Menurut Karakata (2010), pad a luka bersih dan dirawat dengan baik maka luka akan sembuh lebih cepat, sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2009), proses penyembuhan luka disebabkan oleh gangguan sistem imun yang akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka berupa rasa nyeri. Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri pada pasien laparatomi yaitu intervensi nyeri non farmakologis, salah satunya dengan

menggunakan teknik relaksasi. Teknik relaksasi membantu pengembangan otot, sehingga menurunkan intensitas nyeri atau meningkatkan toleransi nyeri karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi efektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter dan Perry, 2011). Teknik relaksasi dengan pernafasan dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Caranya yaitu perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain untuk menurunkan intensitas nyeri, teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meingkatkan ogsigenasi darah (Wong, 2009). Menurut Price (2009), hormon adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stres akan menurun, klien dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang sehingga memudahkan klien untuk mengatur pernapasan. Melalui teknik relaksasi maka intensitas nyeri klien post operasi pembedahan laparatomi saat perawatan luka akan menurun. Berdasarkan data RSUD Majalengka pada tahun 2013 diketahui jumlah tindakan laparatomi sebanyak 389 kasus dan pada bulan Januari 2014 sebanyak 48 kasus. Sementara di RSUD Cideres pada tahun 2013 diketahui jumlah tindakan laparatomi sebanyak 83 kasus dan pada bulan Januari 2014 sebanyak 9 kasus. Berdasarkan data tersebut maka kasus laparatomi di RSUD Majalengka lebih tinggi dibanding di RSUD Cideres. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Majalengka pada tanggal 24-28 Februari 2014 dengan wawancara dan pengamatan terhadap 5 pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka terdapat 2 pasien diantaranya mendapatkan perlakuan teknik relaksasi, sedangkan 3 pasien tidak mendapatkan perlakukan teknik relaksasi. Pasien yang mendapatkan relaksasi saat perawatan luka terlihat menyatakan bahwa rasa nyeri yang dirasakan berkurang dibanding sebelum relaksasi. Pentingnya keperawatan melakukan intervensi berupa teknik relaksasi terutama pada pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka karena perlunya merubah persepsi akibat rasa tidak nyaman, stres fisik dan emosi pada nyeri setelah menjalani operasi laparatomi melalui pendekatan non farmakologis. Melalui teknik relaksasi ini pasien akan merasakan kenyamanan serta menurunkan ketegangan yang mengakibatkan penurunan intensitas nyeri sehingga akan mempercepat kesembuhan pada lukanya. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada perawatan luka di RSUD Majalengka Tahun 2014

II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian menggunakan rancangan eksperimen semu ( quasi eksperimen design) (Notoatmojdo, 2010). Je nis penelitian ini adalah quasi eksperimen atau studi intervensi dengan menggunakan one group pre test-post test design, yaitu pada kelompok responden dengan mengukur sebelum dan sesudah diberikan suatu tindakan (Hidayat, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien post operasi laparatomi di RSUD Majalengka pada bulan Mei tahun 2014 dengan kriteria inklusi dirawat di RSUD Majalengka, pasien khusus kelas 3 yang mau diberi teknik relaksasi dan menjalani perawatan luka post operasi laparatomi. III. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi Saat Perawatan Luka Sebelum Teknik Relaksasi di RSUD Majalengka Tahun 2014 Variabel Mean Median Standar Deviasi Min- Maks Intensitas nyeri sebelum teknik relaksasi 6,176 6,000 0,999 4-8 Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa intensitas nyeri pada perawatan luka sebelum teknik relaksasi diperoleh rata-rata sebesar 6,176, nilai median sebesar 6,000 dengan standar deviasinya sebesar 0,999. Dari 34 responden intensitas skala nyeri paling rendah adalah 4 dan paling tinggi 8. b. Gambaran Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi Saat Perawatan Luka Sesudah Teknik Relaksasi di RSUD Majalengka Tahun 2014 Variabel Mean Median Intensitas sesudah relaksasi nyeri teknik Standar Deviasi 4,117 4,000 1,007 2-7 Min-Maks Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa intensitas nyeri pada perawatan luka sesudah teknik relaksasi di RSUD Majalengka Tahun 2014 diperoleh rata-rata sebesar 4,117, nilai median sebesar 4,000 dengan standar deviasinya sebesar 1,007. Dari 34 responden intensitas skala nyeri paling rendah adalah 2 dan paling tinggi 7. 2. Analisis Bivariat a. Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi Saat Perawatan Luka di RSUD Majalengka Tahun 2014

Variabel Teknik Relaksasi Mean SD Beda Mean t value Intensitas nyeri Sebelum 6,176 0,999 Sesudah 4,117 1,007 2,059 9,064 0,000 Berdasarkan hasil penghitungan statistik dengan uji paired sample t-test pada α = 0,05 diperoleh t-value = 9,064 dan value = 0,000 yang berarti value < α sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian IV. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka di RSUD Majalengka Tahun 2014. Besarnya penuranan intensitas nyeri setelah pemberian teknik relaksasi sebesar 2,059. Hasil penelitian ini mendukung teori Wong (2009) yang menyebutkan bahwa teknik relaksasi dengan pernafasan dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Klien meningkatkan aktifitas komponen saraf parasimpatik vegetatif secara simultan. Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri. Menurut Price (2009) bahwa hormon adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stres akan menurun, klien dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang sehingga memudahkan klien untuk mengatur pernapasan sampai frekuensi pernafasan kurang dari 60-70x/menit. Kadar PaCo2 akan meningkat dan menurunkan PH sehingga akan meningkatkan oksigen dalam darah. Pada penelitian ini pun ditemukan adanya responden yang justru mengalami kenaikan skala nyeri setelah maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka di RSUD Majalengka Tahun 2014. pemberian teknik relaksasi. Hal ini dapat dimungkinkan pada saat pemberian teknik relaksasi, kondisi persiapan yang kurang baik sehingga hasilnya menjadi kurang maksimal dan juga dapat dikarenakan adanya faktor usia, dimana responden yang mengalami kenaikan skala nyeri tersebut ternyata berusia di atas 50 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurhayati dan Safrudin di PKU Muhammadiyah Gombong pada tahun 2011 menyatakan bahwa adanya pengaruh perlakuan teknik distraksi relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi laparatomi. Teknik relaksasi merupakan cara yang paling mudah dilakukan dalam mengontrol ataupun mengurangi nyeri. Selain mudah dilakukan, teknik ini tidak membutuhkan banyak biaya dan konsentrasi yang tinggi, seperti halnya teknik relaksasi lainnya, dan dengan menggunakan pengukuran skala wajah, pasien mampu mengekspresikan nyeri yang dialaminya dengan mudah. Maka dari itu petugas kesehatan untuk mengurangi nyeri pada pasien operasi laparatomi dapat menggunakan intervensi non farmakologi seperti memberikan teknik relaksasi dan juga memberikan bimbingan atau motivasi pada pasien.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Lapratomi Saat Perawatan Luka di RSUD Majalengka Tahun 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Intensitas nyeri pada perawatan luka sebelum teknik relaksasi diperoleh rata-rata sebesar 6,176. b. Intensitas nyeri pada perawatan luka sesudah teknik relaksasi diperoleh rata-rata sebesar 4,117. c. Terdapat pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka di RSUD Majalengka Tahun 2014 ( value = 0,000). 2. SARAN Bagi pihak rumah sakit, teknik relaksasi dapat dijadikan sebagai salah satu terapi yang bisa diberikan pada setiap pasien post operasi laparatomi saat perawatan luka untuk mengatasi intensitas nyeri yang dialami oleh pasien. DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2010. Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC Carpenito, L. J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media Djojoningrat, D., 2010. Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hidayat, A. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:. 2009. Pengantar Riset Keperawatan. Jakarta: Ignativicus, D dan Workman. 2006. Keperawatan Medikal Bedah untuk Perawatan Collaborative. USA : Elsevier Saunders Karakata, B. 2010. Bedah Minor. Edisi 2. Yogyakarta: Nuha Medika. Kementerian Kesehatan RI, 2014. Laporan Derajat Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kusyati, 2009. Psikoterapi. Jakarta: Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhayati dan Safrudin. 2011. Pengaruh Teknik Distraksi Relaksasi Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi di PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011.

Potter dan Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Alih Bahasa dr. Adrina Ferderika Nggie dan dr. Marina Albar. Jakarta: Price, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Alih bahasa: Peter Anugerah; Edisi 4. Jakarta: EGC. Priharjo. 2013. Pengkajian Fisik Keperawata n. Jakarta: PT. Bina Pustaka. Priyanto, A. 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014. Jumlah Kasus Laparatomi di Beberapa Rumah Sakit di Jawa Barat. diskes.jabarprov.go.id, diakses tanggal 12 Maret 2014. Randhianto, 2008. Keperawatan Perioperatif. www.athearobiansyah.blog.com, diakses tangga 15 Maret 2014. Sjamsuhidajat. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Tamsuri, A. 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Yudha, 2014. Diagnosa dan Manajemen Perdarahan Saluran Cerna. http://www.dokterbedahherryyud ha.com/, diakses tanggal 10 Maret 2014. Yunichrist. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC.