KUALITAS MI BASAH DENGAN SUBSTITUSI JAGUNG ARTIKEL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG PISANG KEPOK TERHADAP KUALITAS COOKIES. Oleh: NURHAMIDAH RANGKUTI

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP KUALITAS COOKIES ARTIKEL

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

PENGARUH PEMAKAIAN KULIT BUAH NAGA MERAH TERHADAP KUALITAS KUE KU

STUDI PEMANFAATAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN MI BASAH

Pengaruh Ekstrak Rosella Terhadap Kualitas Es Krim Susu Kedelai

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS ROTI TAWAR. Oleh: VEBY YULIANDARI

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP KUALITAS BOLU GULUNG

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

MUTU ORGANOLEPTIKDAN KADAR PROTEIN MIE BASAH YANG DISUBTITUSI DENGAN AMPAS TAHU

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

Disusun Oleh : J

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS ROTI TAWAR

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

SUBSTITUSI LABU KUNING TERHADAP KUALITAS KUE MANGKOK

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP KUALITAS KULIT PIE. Oleh: VERAWATI

Food Science and Culinary Education Journal

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE

KUALITAS DAN DAYA TERIMA NAGASARI PADAT GIZI SEBAGAI MAKANAN ANAK BALITA

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Disusun Oleh. Devie Triyanaa J FAKULTAS

KARAKTERISTIK DAN UJI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DONAT SUBSTITUSI TEPUNG JALEJO HINGGA 50 PERSEN

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS PUTU AYU LAMTIUR ESTER SUKIYAKI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM DAN PENAMBAHAN TEPUNG WORTEL TERHADAP DAYA TERIMA MI BASAH

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN MIE SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG JAGUNG PUTIH (Zea mays L) AND SIFAT ORGANOLEPTIK ABSTRACT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK MIE MOSAF (MODIFIED SATOIMO FLOUR) (Colocasia esculenta)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BENGKUANG TERHADAP KUALITAS BROWNIES KUKUS

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis)

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

UJI KESUKAAN HASIL JADI KUE KERING NASTAR MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BERAS KETAN HITAM. Julian Wibowo

PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BONGGOL. PISANG ( Musa paradisiaca ) TERHADAP DAYA SERAP AIR DAN DAYA TERIMA BROWNIES

PENGARUH TEPUNG KOMPOSIT JAGUNG (Zea mays l), KACANG HIJAU DAN UBI JALAR KUNING TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS

PEMBUATAN MIE INSTAN DARI TEPUNG KOMPOSIT BIJI-BIJIAN

ANALISIS KUALITAS SALA TERASI

PRODUKSI MI BASAH DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SERTA ANALISIS USAHA. Riau. Riau

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KULIT ARI BIJI KEDELAI SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERHADAP KUALIITAS CHOUX PASTRY KERING

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PENGARUH PENAMBAHAN PUREE DAUN KELOR DAN BUBUK DAUN KELOR TERHADAP HASIL JADI MIE KERING MOCAF

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

Food Science and Culinary Education Journal

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) TERHADAP CITA RASA MI BASAH SKRIPSI. Oleh : NURFATIMAH DALIMUNTHE NIM.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

TINJAUAN PUSTAKA. terpenting, selain gandum dan padi. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman

SUBSTITUSI PISANG MASAK SEHARI TERHADAP KUALITAS BOLU KUKUS. Oleh: WENGGI SARTIKA SARI

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH SUBSTITUSI BEKATUL TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KADAR SERAT KUE KEMBANG LOYANG

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

UJI ORGANOLEPTIK SNACK NOODLE DENGAN SUBSTITUSI UMBI SUWEG KUKUS

PENGARUH PENGGUNAAN SARI WORTEL TERHADAP KUALITAS DONAT SRI ULINA BR SINUHAJI

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

PENGARUH SUBSITUSI TEPUNG TALAS TERHADAP KUALITAS COOKIES OLEH NANI LESTARI / 2010

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JALEJO PADA PRODUK BOLU PANGGANG TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN

Transkripsi:

KUALITAS MI BASAH DENGAN SUBSTITUSI JAGUNG ARTIKEL Oleh: ADE IRFERAMUNA Nim : 55709 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015

KUALITAS MI BASAH DENGAN SUBSTITUSI JAGUNG Ade Irferamuna 1, Anni Faridah 2, Kasmita 2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Email: adeirferamuna@gmail.com Abstrak Produksi jagung pertahun meningkat mulai dari tahun 2011-2013. Salah satu cara untuk mengoptimalkan pemanfaatan jagung dapat kita lakukan dengan cara mensubstitusikan dengan terigu dalam pengolahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas mi basah dengan substitusi jagung sebanyak 0, 30, 40, dan 50% yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur. Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni (true eksperimen) dengan metode rancangan acak lengkap tiga kali pengulangan. Hasil hipotesis uji jenjang menunjukkan terdapat pengaruh pada setiap perlakuan. Kualitasyang dihasilkan pada penelitian ini yaitu warna cukup kuning, aroma cukup beraroma jagung, rasa cukup terasa gurih dan cukup terasa jagung, tekstur cukup kenyal dan agak tidak mudah putus. Berdasarkan uji hedonik, panelis lebih menyukai substitusi 30%. Kualitas mi basah dengan substitusi jagung yang terbaik adalah mi dengan substitusi sebesar 30%. Kata kunci: jagung, mi basah, kualitas mi basah Abstract Increased production of corn per year from 2011-2013. One way to optimize the use of corn can be done by substituting the flour in food processing. This study aimed to analyze the quality of wet noodles with corn substitution as much as 0, 30, 40, and 50% that includes the color, aroma, flavor, and texture. This type of research is pure experimentation (true experimentation) with a completely randomized design method of three repetitions. Results of hypothesis testing showed there are significant levels in each treatment. Quality produced generated in this study are quite yellow color, quite flavorful corn aroma, flavor was tasty enough and tasted enough maize, the texture is chewy and rather not easily broken. Based on hedonic test, panelists preferred the substitution of 30%. The best quality of wet noodles with corn substitution is the noodle substitution of 30%. Keywords: corn, wet noodles, quality of wet noodle 1 Prodi Pendidikan A. Pendahuluan Kesejahteraan Keluarga untuk Wisuda periode September 2015 2 Dosen Jurusan Kesejahteraan Keluarga FT-UNP 1

2 A. Pendahuluan Mi merupakan makanan internasional yang sangat populer untuk setiap golongan umur, baik dari anak-anak maupun orang tua. Masyarakat banyak mengkonsumsi mi sebagai bahan pangan alternatif pengganti nasi. Mi yang sering dikonsumsi masyarakat adalah jenis mi instant, mi kering, dan mi basah. Deddy Rustandi (2011:8) menyatakan bahwa: Mi dikelompokkan berdasarkan bahan dasarnya, terbagi menjadi dua yaitu mi berbahan dasarkan tepung terigu dan mi berbahan dasarkan nontepung terigu. Mi yang berbahan dasarkan nontepung terigu diantaranya soun (campuran tepung kentang dan tepung kacang hijau), bihun (tepung beras), dan soba (terbuat dari buckwheat (gandum hitam) yang orang Jepang menyebutnya soba). Namun mi yang biasa dinikmati oleh masyarakat adalah mi berbahan baku tepung terigu, sedangkan terigu saat ini masih merupakan bahan impor. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) (2012:2), konsumsi terigu di dalam negeri mencapai 1,22 juta ton pada kuartal I-2012, naik 5,61% dibandingkan periode sama tahun 2011 yang tercatat 1,15 juta ton. Oleh karena itu, impor gandum terus mengalami peningkatan. Jagung memiliki kandungan protein cukup tinggi yang dapat menggantikan tepung terigu. Adapun komposisi zat gizi biji jagung segar adalah karbohidrat 33,1 g, protein 4,7 g, lemak 1,3 g, kalsium 6 mg, fosfor 118 mg, vitamin A 435 mg, vitamin B 0,24 mg, dan vitamin C 8 mg. Pemilihan jagung untuk disubstitusikan dalam pembuatan mi basah selain karena sama memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, juga dapat meningkatkan nilai gizi pada mi basah, yakni menambah kandungan vitamin A dan fosfor yang tinggi serta rendah lemak pada mi basah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kualitas Mi Basah Dengan Substitusi Jagung 0, 30, 40, dan 50%.

3 B. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen murni (true eksperiment) yaitu metode percobaan langsung substitusi jagung dalam pembuatan mi basah. 2. Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Workshop Tata Boga, Jurusan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015. 3. Prosedur penelitian a. Tahap Persiapan Sebelum melakukan pengolahan, dipersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam pembuatan mi basah. Adapun bahan-bahan yang perlu dipersiapkan adalah tepung terigu protein tinggi, jagung yang sudah dihaluskan, telur, garam, dan soda kue. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, waskom stainlees steel, gelas ukur, sendok makan, alat pengepres, alat pemotong mi, kompor dan panci perebus. b. Tahap Penelitian Pada penelitian ini, resep standar yang digunakan adalah resep dari Suyanti (2010: 43), yaitu terigu protein tinggi (250 gr), telur (50 gr), garam (2,5 gr), dan soda kue (2 gr), sedangkan untuk resep penelitian, jagung segar akan digunakan 30%, 40%, dan 50% dari jumlah terigu yang digunakan, dan jumlah terigu akan dikurangi sesuai dengan penggunaan jagung. Adapun proses pembuatan mi basah dengan susbtitusi jagung, dapat dilihat pada gambar 1.

4 Terigu Jagung 30%, 40%, dan 50% Pencampuran Pembuatan lembaran dan penggilingan Garam, Telur, Soda kue Pencetakan Perebusan Pendinginan Mi basah jagung Uji Organoleptik Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Mi basah Jagung c. Tahap Penilaian Setelah mi basah masak, selanjutnya dilaksanakan tahapan pengujian organoleptik. Mi Basah yang telah matang diletakkan dalam wadah yang telah diberikan kode sampel, kemudian masing-masing sampel diletakkan diatas meja panelis. Selanjutnya panelis memberikan penilaian terhadap mi basah tanpa penggunaan jagung dan mi basah yang menggunakan jagung sebanyak 30%, 40%, dan 50% terhadap kualitas mi basah agar dapat terlihat perbedaan dari kriteriakriteria yang telah tertulis pada lembaran informasi. C. Hasil dan pembahasan Berdasarkan uji organoleptik (uji jenjang dan uji hedonik) yang telah dilakukan terhadap kualitas mi basah dengan substitusi jagung yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut ini.

1.53 1.33 Nilai 3.1 3.17 3.28 3.3 3.21 3.21 3.26 3.27 3.26 3.24 3.24 3.09 3.18 3.2 3.53 3.42 3.27 3.19 3.43 3.39 3.28 3.14 5 1. Hasil Penelitian a. Deskripsi Data Rata-rata Pengaruh Kualitas Mi Basah dengan Substitusi Jagung (30%, 40%, dan 50%) dengan Uji Jenjang 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Warna (kuning) Aroma (jagung) Rasa (gurih) Rasa(jagung) Tekstur (pemutusan) Kualitas 0% 30% 40% 50% Tekstur (kekenyalan) Gambar 2. Deskripsi Data Rata-rata Skor Uji Jenjang Kualitas Mi Basah dengan Substitusi Jagung Berdasarkan gambar 2 di atas, dapat kita uraikan nilai rata-rata uji jenjang terhadap kualitas warna (kuning) mi basah dengan substitusi jagung pada kontrol 0% (X 0 ) mempunyai nilai rata-rata 3,1 dengan kategori cukup kuning, pada substitusi 30% (X 1 ) mempunyai nilai rata-rata 3,17dengan kategori cukup kuning, pada substitusi 40% (X 2 ) mempunyai nilai rata-rata 3,28 dengan kategori cukup kuning, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,33 dengan kategori cukup kuning. Pada kualitas aroma (jagung) mi basah dengan substitusi jagung yaitu: kontrol 0% (X 0 ) mempunyai nilai rata-rata 1,53 dengan kategori tidak beraroma jagung, pada substitusi 30% (X 1 ) mempunyai nilai rata-rata 3,21 dengan kategori cukup beraroma jagung, pada substitusi 40% (X 2 ) mempunyai nilai rata-rata 3,21 dengan kategori cukup beraroma jagung, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,26 dengan kategori cukup beraroma jagung. Pada kualitas rasa (gurih) mi basah dengan substitusi jagung yaitu: kontrol 0% (X 0 ) mempunyai nilai rata-rata 3,27 dengan kategori cukup gurih, pada substitusi 30% (X 1 ) mempunyai nilai rata-rata 3,26 dengan kategori cukup gurih,

6 pada substitusi 40% (X 2 ) mempunyai nilai rata-rata 3,24 dengan kategori cukup gurih, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,24 dengan kategori cukup gurih. Pada kualitas rasa (jagung) mi basah dengan substitusi jagung yaitu: kontrol 0% (X 0 ) mempunyai nilai rata-rata 1,33 dengan kategori kurang terasa jagung, pada substitusi 30% (X 1 ) mempunyai nilai rata-rata 3,09 dengan kategori mendekati cukup terasa jagung, pada substitusi 40% (X 2 ) mempunyai nilai ratarata 3,18 dengan kategori cukup terasa jagung dan substitusi 50% (X 3 ) nilai ratarata 3,20 dengan kategori cukup terasa jagung. Pada kualitas tekstur (kekenyalan) mi basah dengan substitusi jagung yaitu: kontrol 0% (X 0 ) mempunyai nilai rata-rata 3,53 dengan kategori mendekati kenyal, pada substitusi 30% (X 1 ) mempunyai nilai rata-rata 3,42 dengan kategori cukup kenyal, pada substitusi 40% (X 2 ) mempunyai nilai rata-rata 3,27 dengan kategori cukup kenyal, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,19 dengan kategori cukup kenyal. Pada kualitas tekstur (pemutusan) mi basah dengan substitusi jagung yaitu: kontrol 0% (X 0 ) mempunyai nilai rata-rata 3,43 dengan kategori mendekati tidak mudah putus, pada substitusi 30% (X 1 ) mempunyai nilai rata-rata 3,39 dengan kategori mendekati agak tidak mudah putus, pada substitusi 40% (X 2 ) mempunyai nilai rata-rata 3,28 dengan kategori mendekati agak tidak mudah putus, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,14 dengan kategori mendekati agak tidak mudah putus. b. Deskripsi Data Rata-rata Pengaruh Kualitas Mi Basah dengan substitusi jagung (30%, 40%, dan 50%) Dengan Uji Hedonik Berdasarkan Gambar 3, nilai rata-rata uji hedonik terhadap kualitas warna (kuning) mi basah dengan susbtitusi jagung nilai rata-rata uji hedonik masing-

3.18 3.31 3.24 3.31 3.4 3.39 3.34 Nilai 3.41 3.52 3.46 3.4 3.57 3.53 3.58 3.53 3.7 7 masing perlakuan adalah pada kontrol 0% (X 0 ) nilai rata-rata 3,40 dengan kategori cukup suka, pada substitusi 30% (X 1 ) nilai rata-rata 3,52 dengan kategori cukup suka (mendekati suka), pada substitusi 40% (X 2 ) nilai rata-rata 3,39 dengan kategori cukup suka, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,31 dengan kategori cukup suka 3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3 2.9 Hedonik kualitas warna (kuning) Hedonik kualitas aroma (jagung) Hedonik kualitas rasa Hedonik kualitas tekstur 0% 30% 40% 50% Gambar 3. Deskripsi Data Rata-rata Skor Uji Hedonik Kualitas Mi Basah dengan Substitusi Jagung Pada kualitas aroma (jagung) mi basah dengan substitusi jagung, nilai ratarata uji hedonik masing-masing perlakuan adalah kontrol 0% (X 0 ) nilai rata-rata 3,18 dengan kategori cukup suka, pada substitusi 30% (X 1 ) nilai rata-rata 3,57 dengan kategori cukup suka (mendekati suka), pada substitusi 40% (X 2 ) nilai ratarata 3,53 dengan kategori cukup suka (mendekati suka), dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,46 dengan kategori cukup suka. Pada kualitas rasa mi basah dengan substitusi jagung, nilai rata-rata uji hedonik masing-masing perlakuan adalah pada kontrol 0% (X 0 ) nilai rata-rata 3,24 dengan kategori cukup suka, pada substitusi 30% (X 1 ) nilai rata-rata 3,58 dengan kategori cukup suka (mendekati suka), pada substitusi 40% (X 2 ) nilai rata-rata 3,53 dengan kategori cukup suka, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,40 dengan kategori cukup suka.

8 Pada kualitas tekstur mi basah dengan substitusi jagung, nilai rata-rata uji hedonik masing-masing perlakuan adalah pada kontrol 0% (X 0 ) nilai rata-rata 3,70 dengan kategori cukup suka (mendekati suka), pada substitusi 30% (X 1 ) nilai ratarata 3,41 dengan kategori cukup suka, pada substitusi 40% (X 2 ) nilai rata-rata 3,31 dengan kategori cukup suka, dan substitusi 50% (X 3 ) nilai rata-rata 3,34 dengan kategori cukup suka. 2. Pembahasan Setelah melakukan penelitian dengan serangkaian uji organoleptik (uji jenjang dan uji hedonik) terhadap mi basah dengan substitusi jagung dengan empat perlakuan, yaitu substitusi jagung sebesar 0%, 30%, 40% dan 50%, maka diperoleh kualitas mi basah yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur sebagai berikut ini. a. Pengaruh Kualitas Warna Mi Basah dengan Substitusi Jagung (0%, 30%, 40%, dan 50%) 1) Uji Jenjang Kualitas Warna Hasil statistik ANAVA pada kualitas warna menyatakan bahwa Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh mi basah dengan substitusi jagung terhadap kualitas warna. Sampel X 1, X 2, dan X 3 memiliki warna kuning yang baik dikarenakan penggunaan jagung segar dapat membantu dalam pewarnaan mi menjadi lebih kuning dibandingkan sampel X 0 yang tidak menggunakan jagung segar. Menurut Winarno (2004:171) menyatakan bahwa suatu bahan yang bergizi, enak dan teksturnya sangat baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberikan kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya.

9 2) Uji Hedonik Kualitas Warna Pada skor rata-rata hedonik warna mi sampel X 1 lebih banyak disukai oleh para panelis, yang mana warna mi pada X 1 cukup kuning. Dan pada sampel X 2 dan X 3 warna mi lebih kuning dikarenakan pemakaian jagung segar yang menggantikan sebagian tepung sehingga panelis kemungkinan menyukai warna makanan yang tidak terlalu kuning. Pada tabel ANAVA hedonik menyatakan bahwa Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh mi basah dengan substitusi jagung terhadap kualitas warna pensubstitusian jagung 0%, 30%, 40%, dan 50%. Hal ini berdasarkan pengamatan dan penilaian yang dilakukan panelis, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang nyata. Menurut Nurhayati (dalam Fifin, 2013: 09), warna yang gelap tidak disukai sedangkan warna yang cerah akan lebih menarik perhatian. Oleh karena itu panelis lebih menyukai warna mi basah dengan substitusi jagung sebesar 50%. b. Pengaruh Kualitas Aroma Mi Basah dengan Substitusi Jagung (0%, 30%, 40%, dan 50%) 1) Uji Jenjang Kualitas Aroma (Jagung) Hasil statistik ANAVA pada kualitas aroma (jagung) menyatakan bahwa Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh kualitas aroma mi basah dengan substitusi jagung (0%, 30%, 40%, dan 50%). sampel X 3 lebih beraroma jagung dibandingkan sampel X 0, X 1, dan X 2. Ini dikarenakan pada sampel X 3 disubstitusi dengan menggunakan jagung segar sebanyak 50% dibandingkan sampel yang lain, sehingga pada kualitas aroma (jagung) sampel X 0 yang merupakan pensubstitusian

10 sebanyak 0%, sampel X 1 merupakan pensubstitusian sebanyak 30%, dan sampel X 2 merupakan pensubstitusian sebanyak 40%, sehingga aromanya pun akan semakin berkurang. Menurut Winarno (2004:200) menyatakan bahwa bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Sehingga aroma jagung akan semakin muncul ketika pemakaiannya semakin banyak. 2) Pengaruh Hedonik Aroma (Jagung) Mi jagung Pada sampel X3 lebih disukai oleh panelis dibandingkan sampel X 0, X 1, dan X 2. Ini dikarenakan panelis kemungkinan lebih menyukai yang cukup beraroma jagung. Dikarenakan semakin banyak pensubstitusian jagung, maka akan sangat beraroma jagung. Sampel X 0 yang tidak menggunakan jagung kurang disukai oleh panelis, karena tidak beraroma jagung. Pada tabel ANAVA hedonik kualitas aroma jagung mi terlihat terdapat pengaruh pensubstitusian jagung 0%, 30%, 40%, dan 50%. Hal ini berdasarkan pengamatan dan penilaian yang dilakukan panelis, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang nyata antara tiga perlakuan. Oleh karena itu panelis lebih menyukai kualitas hedonik aroma (jagung) substitusi 30%. c. Pengaruh Kualitas Rasa Mi Basah dengan Substitusi Jagung (0%, 30%, 40%, dan 50%) 1) Uji Jenjang Kualitas Rasa (Gurih) Berdasarkan hasil statistik ANAVA pada kualitas rasa (gurih) menyatakan bahwa Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh mi basah dengan substitusi jagung terhadap kualitas rasa (gurih). Sampel X 0 memiliki rasa gurih yang tinggi dibandingkan dengan sampel X 0, X 1 dan

11 X 2, yang mana ketiga sampel ini adalah pensubstusian tepung terigu dengan jagung segar. Dikarenakan rasa gurih yang terdapat pada sampel X 0 lebih terasa dibandingkan pada sampel yang lain, yang mana rasa gurih ini dipengaruhi karena adanya pemakaian telur dan garam. Koswara (2005:6) bahwa penambahan garam dapur selain menambah cita rasa dapat mengawetkan hasil mi basah. 2) Uji Jenjang Kualitas Rasa (Jagung) Berdasarkan hasil statistik ANAVA pada kualitas rasa (jagung) menyatakan bahwa Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh mi basah dengan substitusi jagung terhadap kualitas rasa (jagung). Sampel X 3 memiliki rasa jagung yang dominan dibandingkan dengan sampel X 1, X 2, dan X 3, yang mana ketiga sampel ini adalah pensubstusian tepung terigu dengan jagung segar. Dikarenakan rasa jagung yang terdapat pada sampel X 3 lebih terasa dibandingkan pada sampel yang lain, ini dikarenakan penggunaan jagung segara yang lebih banyak yaitu sebanyak 50% yang disubstitusikan dengan terigu. Rasa jagung akan lebih terasa, ketika penggunaan jagung semakin banyak atau meningkat dari jumlah terigu yang digunakan. 3) Uji Hedonik Kualitas Rasa Sampel X 1 memiliki tingkat kesukaan rasa yang tinggi dibandingkan dengan sampel X 0, X 2, dan X 3. Para panelis lebih menyukai dikarenakan kemungkinan panelis menyukai penggunaan jagung yang sedikit dibandingkan pada sampel yang diberikan jagung yang lebih banyak. Sehingga semakin banyak jagung yang digunakan, rasa jagung akan semakin kuat dan kurang gurih. Pada tabel ANAVA kualitas rasa mi

12 terlihat terdapat pengaruh pensubstitusian jagung 0%, 30%, 40%, dan 50%. Hal ini berdasarkan pengamatan dan penilaian yang dilakukan panelis, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang nyata. Kualitas hedonik rasa substitusi terbaik adalah mi basah dengan substitusi jagung sebesar 30% d. Pengaruh Kualitas Tekstur Mi Basah dengan Substitusi Jagung (0%, 30%, 40%, dan 50%) 1) Uji Jenjang Kualitas Tekstur (Kekenyalan) Hasil statistik ANAVA pada kualitas tekstur (kekenyalan) menyatakan bahwa Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh pensubstitusian jagung 0%, 30%, 40%, dan 50%. Sampel X 0 memiliki kekenyalan yang tinggi, karena sampel ini adalah pensubstusian tepung terigu dengan jagung segar. Sampel X 0 lebih kenyal karena menggunakan tepung terigu 100%, yang mana terigu mempunyai protein yang bernama gluten. Gluten ini terbentuk ketika tepung terigu dibasahi dengan air saat persiapan adonan, gluten mengikat air dan membentuk. Menurut Anni Faridah dkk (2008:14) menyatakan bahwa, kandungan gluten yang tinggi akan membentuk jaringan elastis selama proses pengadukan. Dapat terlihat jelas gluten sangat membantu dalam kekenyalan pada adonan mi. Pada sampel X 1, X 2, dan X 3 terjadi penurunan kualitas kekenyalan yang disebabkan pemakaian terigu dengan jagung segar akan mengurangi kadar gluten yang ada pada terigu. 2) Uji Jenjang Kualitas Tekstur (pemutusan) Hasil statistik ANAVA pada kualitas tekstur (pemutusan) menyatakan bahwa Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh

13 pensubstitusian jagung 0%, 30%, 40%, dan 50%. Sampel X 0 memiliki ketidak mudahan dalam pemutusan yang tinggi dibandingkan dengan sampel X 1, X 2, dan X 3, yang mana ketiga sampel ini adalah pensubstusian tepung terigung dengan jagung segar. Menurut Suyanti (2008:17) menyatakan bahwa, sifat elastis pada gluten akan menyebabkan mi menjadi elastis sehingga tidak mudah putus. Gluten yang bersifat elastis semakin berkurang maka mi akan mudah terputus-putus. 3) Uji Hedonik Kualitas Tekstur Sampel X 0 memiliki tingkat kesukaan yang tinggi dibandingkan dengan sampel X 1, X 2, dan X 3. Disini panelis lebih menyukai sampel X 0 yang memiliki tingkat kekenyalan dan pemutusan yang baik dibandingkan sampel yang telah disubstitusi. Ini dikarenakan pemakaian jagung yang semakin banyak akan mengurangi tingkat tekstur dari mi. Pada tabel ANAVA kualitas hedonik tekstur jagung mi terlihat terdapat pengaruh pensubstitusian jagung 0%, 30%, 40%, dan 50%. Hal ini berdasarkan pengamatan dan penilaian yang dilakukan panelis, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang nyata. Kualitas hedonik tekstur substitusi terbaik adalah mi basah dengan substitusi jagung sebesar 0%. D. Kesimpulan 1. Warna mi basah tidak berpengaruh nyata, uji jenjang substitusi 0% memiliki cukup kuning, 30% memiliki kategori cukup kuning, 40% memiliki kategori cukup kuning, dan 50% memiliki kategori cukup kuning. Pada uji hedonik warna mi basah tidak berpengaruh nyata, substitusi 0% memiliki kategori cukup suka, 30% memiliki kategori cukup suka, 40% memiliki kategori cukup suka, dan 50% memiliki kategori

14 cukup suka. Uji jenjang dengan skor tertingi adalah susbstitusi 50% dan uji hedonik skor tertinggi adalah pada substitusi 30 %. 2. Aroma mi basah berpengaruh nyata, uji jenjang substitusi 0% memiliki kurang beraroma jagung, 30% memiliki kategori cukup beraroma jagung, 40% memiliki kategori cukup beraroma jagung, dan 50% memiliki kategori cukup beraroma jagung. Uji hedonik aroma mi basah berpengaruh nyata pada substitusi 0% memiliki kategori cukup suka, 30% memiliki kategori mendekati suka, 40% memiliki kategori mendekati suka, dan 50% memiliki kategori cukup suka. Uji jenjang dengan skor tertingi adalah susbstitusi 50% dan uji hedonik skor tertinggi adalah pada substitusi 30 %. 3. Rasa mi basah tidak berpengaruh nyata untuk uji jenjang kualitas rasa gurih substitusi 0% memiliki cukup gurih, 30% memiliki kategori cukup gurih, 40% memiliki kategori cukup gurih, dan 50% memiliki kategori cukup gurih. Untuk uji jenjang kualitas rasa jagung berpengaruh nyata, substitusi 0% memiliki kurang terasa jagung, 30% memiliki kategori mendekati cukup terasa jagung, 40% memiliki kategori cukup terasa jagung, dan 50% memiliki kategori terasa jagung. Uji hedonik rasa mi basah berpengaruh nyata, pada substitusi 0% memiliki kategori cukup suka, 30% memiliki kategori mendekati suka, 40% memiliki kategori cukup suka, dan 50% memiliki kategori cukup suka. Uji jenjang kualitas rasa gurih dan rasa jagung yang terbaik adalah substitusi 0 % dan 50 %, uji hedonik kualitas rasa yang terbaik adalah substitusi 30%. 4. Uji jenjang kualitas tekstur mi basah berpengaruh nyata, kualitas tekstur kekenyalan substitusi 0% memiliki kategori kenyal, 30% memiliki kategori cukup kenyal, 40% memiliki kategori cukup kenyal, dan 50% memiliki kategori cukup kenyal. Uji jenjang kualitas pemutusan berpengaruh nyata, substitusi 0% memiliki kategori

15 mendekati tidak mudah putus, 30% memiliki kategori agak tidak mudah putus, 40% memiliki kategori agak tidak mudah putus, dan 50% memiliki kategori agak tidak mudah putus. Uji hedonik kualitas tekstur mi basah berbeda nyata, substitusi 0% memiliki kategori mendekati suka, 30% memiliki kategori cukup suka, 40% memiliki kategori cukup suka, dan 50% memiliki kategori cukup suka. Uji jenjang kualitas tekstur kekenyalan dan pemutusan terbaik adalah substitusi 0% dan 30 %, uji jenjang hedonik kualitas tekstur terbaik adalah substitusi 0 %. Catatan : artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I Dr. Ir. Anni Faridah, M.Si, dan Pembimbing II Kamita, S.Pd, M.Si. Daftar Pustaka Anni Faridah dkk M.Pd. 2008. Patiseri jilid 1 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Anonim. Kompas.2012 Aptindo Minta Pengamanan Terigu Impor. http://www.aptindo.minta.pengamanan.terigu.impor.com. Diakses tanggal 04 Maret 2013. Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta : Penebar Swadaya. Rustandi, Deddy. 2011. Powerful UKM Produksi Mi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1992). Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Jakarta : Bhratara Setyaningsih, Dwi. 2010. Analisis Sensiri Untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor : IPB Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, Bandung: CV.Alfabeta Suyanti. 2010. Membuat Mi Sehat Bergizi dan Bebas Pengawet. Jakarta: Penebar Swadaya. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama