Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN DI SD ATHIRAH BUKIT BARUGA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Infeksi kecacingan pada siswa sekolah dasar di desa program dan non program PAMSIMAS Karang Intan Kabupaten Banjar

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

Risal Wintoko. Community Medicine Departement, Faculty of Medicine Lampung University. Abstract

HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 41 AMPENAN KELURAHAN JEMPONG BARU KECAMATAN SEKARBELA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

HUBUNGAN INFEKSI CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA PEREMPUAN SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

Infection risk of intestinal helminth on elementary school student in different ecosystem of Tanah Bumbu district in 2009

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

FAKTOR RISIKO SANITASI LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI PULAU BARRANG LOMPO KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

Key words: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, nails hygiene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou*

INFEKSI CACING USUS PADA ANAK SEKOLAH SDN I MANURUNG KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

Hubungan Infeksis Askariasis dengan Status Sosial Ekonomi pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Rizka Yunidha Anwar 1, Nuzulia Irawati 2, Machdawaty Masri 3

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

RIAMA SANTRI SIANTURI

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN KECACINGAN DENGAN STATUS KECACINGAN SISWA SDN 03 PONTIANAK TIMUR KOTAMADYA PONTIANAK TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS 4 DAN 5 SD KATOLIK St. THERESIA MALALAYANG KOTA MANADO

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

INSIDENSI INFESTASI SOIL TRANSMITTED HELMINTHES

The prevalence of helminthiasis prevalence in Palu, Sulawesi Tengah. Prevalensi kecacingan usus di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

HUBUNGAN HIGIENE TANGAN DAN KUKU DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS PADA SISWA SDN KENJERAN NO. 248 KECAMATAN BULAK SURABAYA

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

HUBUNGAN INVEKSI HELMINTHIASIS DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA SISWA SD GEDONGBINA REMAJA KOTA SEMARANG 2011

ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK SEKOLAH DASAR MI ASAS ISLAM KALIBENING, SALATIGA

Prevalensi Soil Transmitted Helminth di 10 sekolah dasar Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

Kata kunci: Infeksi, Personal Hygiene, Soil Trasmitted Helminth

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminth dengan Status Gizi pada Murid SDN 29 Purus Padang

Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari; Dyah Ayu Wulandari. Prodi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

: KANAGAVALLI VIJAYAKUMAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400

Diponegoro No.1, Pekanbaru,

: AMAR HAZWAN B ZAINAL ARIFFIN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

Hubungan Pola Asuh Dalam Perspektif Islam Terhadap Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Wihdatul Ummah Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

Transkripsi:

Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 3, Juni 03 Hal : - 7 Penulis :. Kharis Faridan*. Lenie Marlinae 3. Nelly Al Audhah Korespondensi : Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan S e l a t a n e m a i l : kharis.dan@gmail.com Keywords : Nail cleanliness Gender Age Education Helminthiasis Kata Kunci : Kebersihan kuku Jenis kelamin Umur Tingkat pendidikan Kecacingan Diterima : Januari 03 Disetujui : 7 April 03 Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka Elementary School Banjarbaru Abstract Helminths infections could be the reason for anemia, malnutrition, impaired growth and intelligence and for the long term will reduce the quality of human resources. This research aimed to determine the relationship between cleanliness of nails with helminthiasis events on students in Cempaka Elementary School. This observational analytic research used cross sectional approach with 7 children used as the samples taken from 4th to 6th grade of selected school. Results from stools test showed that there were 4 child (5,64%) positively infected by worm and 67 child (94,4%) were negative. Statistical analysis showed that students with dirty nail have,7 times risk to helminthiasis compared to students with clean nail (OR=,7; p=0,63), female students have, times risk to helminthiasis compared to male students (OR=,; p=,000), there was no significant relation between age and education with helminthiasis event (p = 0,93 and 0,86 respectively). Based on the result, we conclude that there were no significant relation between factors such as nail cleanliness, sex, age, and education with helminthiasis event on students of Cempaka Elementary School. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka Kota Banjarbaru Abstrak Infeksi akibat cacing dapat mengakibatkan terjadinya anemia, gangguan gizi, pertumbuhan, dan kecerdasan yang dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku dengan kejadian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 7 orang yang diambil dari kelas IV, V, dan VI. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan bahwa siswa yang positif infeksi sebanyak 4 orang (5,64%) dan negatif sebanyak 67 orang (94,4%). Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa keadaan kuku kotor,7 kali lebih berisiko menderita dibandingkan kuku bersih (OR=,7; p=0,63), jenis kelamin perempuan berisiko, kali lebih tinggi menderita dibandingkan laki-laki (OR=,; p=,000), tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian pada siswa (p=0,93), dan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka Kota Banjarbaru (p=0,86). Berdasarkan hasil di atas diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara kebersihan kuku, jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka, tetapi tidak bermakna.

Pendahuluan Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya parasit (berupa cacing) ke dalam tubuh manusia. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 006 diketahui bahwa kejadian di dunia masih tinggi yaitu miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura -3 dan 740 juta orang terinfeksi Hookworm. Prevalensi di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 006, yaitu sebesar 3,6% dan pada tahun 007 mencapai 65% terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu dari sisi 4 ekonomi. Kelompok ekonomi lemah berisiko tinggi terjangkit karena kurang mampu dalam menjaga higiene dan sanitasi lingkungan 5 tempat tinggalnya. Hasil laporan bulanan program Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan tahun 00 berdasarkan jumlah kasus dan kunjungan kasus/golongan umur di Puskesmas Rawat Inap Cempaka sebanyak 36 anak terinfeksi cacing kremi dan orang terinfeksi 6 cacing kait. Infeksi akibat cacing ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia, gangguan gizi, pertumbuhan dan kecerdasan dan apabila terjadi infeksi terus menerus akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, baik pada balita, anak-anak ataupun orang dewasa. Infeksi paling banyak terjadi pada anak usia sekolah dasar disebabkan anak pada usia tersebut yang paling banyak kontak dengan tanah. Penelitian Purba, diperoleh hasil bahwa kebiasaan memotong kuku oleh siswa SD menunjukkan, sebanyak 6 dari 39 siswa yang tidak membiasakan diri untuk memotong kukunya menderita. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan memotong kuku dapat mengurangi 7 terjadinya. Berdasarkan pengamatan, di SDN Cempaka Kota Banjarbaru masih banyak siswa yang mempunyai kuku panjang dan kotor, bermain di halaman sekolah tanpa menggunakan alas kaki, sanitasi dan higiene lingkungan sekolah yang masih kurang. Hal ini merupakan risiko terjadinya infeksi cacing. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terkait hubungan kebersihan kuku, jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka Kota Banjarbaru. Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 0 dengan tempat pengambilan sampel di SDN Cempaka Kota Banjarbaru dan pemeriksaan sampel feses di laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Sampel tinja diambil dengan tusuk gigi dan dicampur rata dengan tetesan larutan lugol pada kaca benda kemudian ditutup dengan kaca penutup. Sampel kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran (0X) terlebih dahulu, kemudian dengan perbesaran kuat (40-00X) untuk memperjelas hasil. Dari data yang diperoleh dilakukan uji statistik Chisquare dengan derajat kepercayaan 95% yang dinilai berdasarkan Odd Ratio (OR) dan Confidence Interval (CI) untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku, umur, jenis kelamin, dan kelas dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka Kota Banjarbaru. Hasil. Prevalensi pada siswa sekolah dasar Berdasarkan hasil pemeriksaan feses sejumlah 7 siswa SDN Cempaka yang berasal dari kelas IV, V, dan VI ditemukan sebanyak 4 (5,63%) siswa menderita (Tabel ). Tabel. Distribusi prevalensi kejadian pada siswa SDN Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 0 No. Kejadian Jumlah %.. Positif Negatif 4 67 5,6 94,4 Jumlah 7 00,0 Jurnal Buski Vol. 4, No. 3, Juni 03, Hal. - 7

Faridan, dkk.. Proporsi kejadian berdasarkan jenis infeksi cacing Tabel. Distribusi proporsi kejadian berdasarkan jenis infeksi cacing pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka Tahun 0 No. Jenis Cacing Jumlah %.. E. vermicularis Hookworm Berdasarkan tabel. dapat diketahui bahwa kejadian berdasarkan jenis infeksi cacing pada siswa SDN Cempaka adalah infeksi E.vermicularis sebanyak orang (50%) dan infeksi Hookworm sebanyak orang (50%). 50,0 50,0 Jumlah 4 00,0 3. Hubungan kebersihan kuku dengan kejadian Berdasarkan tabel 3 diketahui hasil tabulasi silang antara kebersihan kuku dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka bahwa 44 responden yang memiliki kuku bersih ditemukan positif infeksi sebanyak orang (4,5%). Kemudian 7 responden yang memiliki kuku kotor ditemukan positif infeksi sebanyak orang (7,4%). Hasil analisis uji statistik Chi-square pada derajat kepercayaan 95% ditemukan nilai p=,000. kemudian dilanjutkan dengan Fisher's exact dan ditemukan nilai p=0,63 (p>0,05), tidak ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kuku Tabel 3. Kebersihan kuku Kotor Bersih Tabulasi silang antara kebersihan kuku dengan kejadian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka Tahun 0 Kejadian 7,4 4,5 5 4 9,6 95,5 Jumlah 4 67 7 OR 95% Cl p 7 44,7 0,-,7 0,63 dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka. Namun, keadaan kuku kotor berisiko,7 kali lebih tinggi menderita dibandingkan kuku bersih (OR=,7). 4. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 7 responden ternyata responden dengan jenis kelamin laki-laki (5,%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (47,9%) dan dapat diketahui bahwa proporsi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 5,4% positif infeksi. Sedangkan pada responden dengan jenis kelamin perempuan, proporsi adalah sebesar 5,9% positif infeksi. Berdasarkan hasil analisis uji statistik Chi-square pada derajat kepercayaan 95% ditemukan nilai p =0,93, karena terdapat cell yang memiliki nilai expected (E<5) maka uji dilanjutkan dengan Fisher's exact dan ditemukan nilai p=,000 (p>0,05), tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka. Namun, jenis kelamin perempuan berisiko, kali lebih tinggi menderita dibandingkan laki-laki (OR=,). Tabel 4. Tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan kejadian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka Tahun 0 Jenis Kelamin Kejadian Kecacingan OR 95% Cl p Perempuan Laki-laki 5,9 5,4 3 35 94, 94,6 34 37, 0,-8,,00 Jumlah 4 67 Jurnal Buski Vol. 4, No. 3, Juni 03, Hal. - 7 3

5. Hubungan umur dengan kejadian Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur 9- tahun merupakan kelompok umur terbanyak, yaitu 48 orang (67,6%), kelompok umur -4 tahun sebanyak orang (3,0%) dan kelompok umur >4 tahun sebanyak orang (,4%). Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa proporsi pada kelompok umur 9- tahun sebesar 6,% positif. Kemudian pada kelompok umur -4 tahun sebesar 4,5% positif. Pada kelompok umur >4 tahun tidak ditemukan infeksi cacing. Berdasarkan hasil analisis uji statistik Chi-square pada derajat kepercayaan 95% ditemukan nilai p=0,93, tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka. Tabel 5. Tabulasi silang antara umur dengan kejadian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka Tahun 0 Umur Kejadian p 9- -4 >4 3 0 6, 4,5 0,0 45 93,8 95,5 00,0 48 0,93 Jumlah 4 67 7 6. Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan kelas IV sebanyak 4 orang (9,7%), kelas V sebanyak 34 orang (47,9%), dan kelas VI sebanyak 3 orang (3,4%). Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa pada siswa SDN Cempaka yang berada pada kelas IV, sebanyak 4,3% yang positif. Kemudian di kelas V sebanyak,9% positif. Sedangkan di kelas VI, sebanyak 5,6% positif. Berdasarkan hasil analisis uji statistik Chi-square pada derajat kepercayaan 95% ditemukan nilai p=0,86, tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian pada siswa SDN Cempaka. Pembahasan. Prevalensi pada siswa sekolah dasar Hasil penelitian Wati (0) pada siswa kelas I sampai dengan III SDN Bangkal 3 menemukan 4 8 sampel positif dari 6 sampel. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup besar antara kejadian di SDN Cempaka dengan SDN Bangkal 3. Kedua sekolah berada pada kelurahan yang berbeda sehingga memungkinkan perbedaan angka kejadian yang ditemukan. Perbedaan tingkat kejadian di antara kedua sekolah ini dapat juga disebabkan oleh perbedaan responden yaitu pada SDN Bangkal 3, dimana responden yang Tabel 6. Tabulasi silang hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka Tahun 0 Tingkat Pendidikan Kejadian Kecacingan p Kelas IV Kelas V Kelas VI 4,3,9 5,6 33 85,7 97, 94,4 4 34 3 0,86 Jumlah 4 67 7 4 Jurnal Buski Vol. 4, No. 3, Juni 03, Hal. - 7

Diteliti responden yang diteliti adalah siswa kelas I, II dan III. Perbedaan tingkat pendidikan ini memungkinkan perbedaan tingkat higiene perorangan dan tingkat aktivitas siswa. Selain perbedaan tingkat pendidikan, faktor yang dapat membedakan prevalensi ini adalah fasilitas sanitasi yang ada di sekolah, yaitu pada SDN Cempaka tersedia sarana prasarana cuci tangan yang terletak di pusat bermain siswa sehingga mereka dapat dengan mudah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah bermain. Perbedaan infeksi pada masing-masing daerah disebabkan oleh adanya perbedaan faktor risiko di beberapa lokasi penelitian, terutama yang berhubungan dengan kondisi sanitasi lingkungan, higiene perorangan, 9 umur penduduk dan kondisi alam atau geografi.. Proporsi kejadian berdasarkan jenis infeksi cacing Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa penyebab utama di SDN Cempaka adalah disebabkan oleh cacing dengan jenis E.. vermicularis dan Hookworm dengan proporsi yang sama besar. E. vermicularis dan Hookworm pada dasarnya menyerang masyarakat pedesaan 0 yang hidup di tanah berlumpur tercampur pasir. Hal ini sesuai dengan kondisi geografis di SDN Cempaka yaitu merupakan daerah yang memiliki jenis tanah yang berlumpur dan bercampur pasir. 3. Hubungan kebersihan kuku dengan kejadian Dari hasil penelitian Purba, diketahui bahwa siswa SD yang tidak membiasakan diri untuk memotong kuku menderita lebih tinggi yaitu sebesar 5,38% dibandingkan dengan siswa yang memiliki kebiasaan memotong kuku yaitu sebesar 7 4,9%. Hasil yang berbeda ditemukan di SDN Cempaka dimana kebersihan kuku tidak memiliki hubungan dengan kejadian yang terjadi. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh faktor lain dari aspek higiene perorangan siswa SDN Cempaka selain kebersihan kuku. Aspek higiene perorangan lainnya yang dapat mengurangi resiko pada siswa SDN Cempaka yaitu kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, sesudah bermain dengan tanah dan setelah buang air besar. Berdasarkan survei pendahuluan ditemukan keran air yang berfungsi dengan baik di area bermain anak dan kantin. Letak keran air mengalir walaupun hanya tersedia buah, namun letaknya yang berada pada pusat aktivitas siswa SDN Cempaka s e h i n g g a s i s w a d a p a t d e n g a n m u d a h menggunakannya untuk mencuci tangan setelah bermain maupun sebelum makan. Faktor lain yang mampu mengurangi risiko pada siswa SDN Cempaka adalah kebiasaan siswa yang selalu menggunakan alas kaki di halaman sekolah dan kebersihan ruang kelas yang selalu terjaga. Penggunaan alas kaki dan kebersihan ruang kelas yang selalu terjaga mampu mengurangi risiko terinfeksi cacing khususnya cacing jenis Hookworm. Selain itu, faktor yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini dapat dikarenakan tingkat pengetahuan siswa yang cukup baik karena berdasarkan data ditemukan bahwa penderita lebih banyak pada siswa di tingkat pendidikan yang terendah yaitu kelas 4. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan juga diketahui bahwa semakin tinggi tingkatan pendidikan, maka angka infeksi juga semakin menurun. Hal ini juga berhubungan dengan umur siswa yaitu siswa dengan umur lebih rendah mengalami infeksi lebih banyak karena tingkat pengetahuan anak yang masih kurang serta aktivitas bermain mereka yang cukup tinggi pada kelompok umur tersebut. Aspek higiene perorangan pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang mampu menimbulkan infeksi. Higiene perorangan khususnya pada usia Sekolah Dasar sangat penting mengingat pada usia ini infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah sangat tinggi. Salah satu aspek higiene perorangan yang berkaitan dengan penyakit adalah tingkat kebersihan kuku. Kuku yang panjang dapat menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran maupun telur cacing yang kemudian dapat masuk ke dalam tubuh sewaktu mengkonsumsi makanan atau tindakan lain yang berkaitan dengan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Jurnal Buski Vol. 4, No. 3, Juni 03, Hal. - 7 5

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ginting menyatakan bahwa terdapat hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian pada siswa Sekolah Dasar khususnya di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir p<0,05 (p=0,00). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa responden dengan personal higiene yang buruk mengalami infeksi lebih tinggi (8,80%) dibandingkan siswa yang memiliki personal higiene yang baik (8,0%). 4. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian Berdasarkan tabel 4, dapat dikatakan bahwa infeksi cenderung pada jenis kelamin perempuan daripada jenis kelamin laki-laki. Lebih tingginya kejadian pada anak perempuan berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikarenakan aktivitas siswa perempuan di SDN Cempaka yang lebih banyak kontak dengan tanah sesuai dengan jenis permainan yang sering mereka lakukan, seperti permainan tali yang dilakukan di halaman sekolah. Sedangkan siswa laki-laki lebih sedikit mengalami dapat dikarenakan kebiasaan bermain mereka yang kebanyakan berada di dalam kelas dan teras sekolah yang tidak kontak langsung dengan tanah. Tingginya insidensi pada anak-anak lebih dikarenakan adanya perbedaan dalam hal kebiasaan, aktivitas dan perkembangan imunitas yang didapat serta pengawasan terhadap siswa oleh orangtua dalam hal kebersihan, terutama yang berkaitan dengan yaitu mencuci tangan sebelum makan, menggunakan alas kaki setiap bermain di luar rumah, dan perhatian akan kebersihan kuku siswa. Kejadian pada dasarnya dapat menginfeksi setiap jenis kelamin seperti yang disampaikan oleh Sandjaja dalam penelitian Ginting bahwa kejadian pada setiap orang tidak membedakan jenis kelamin. 5. Hubungan umur dengan kejadian Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa infeksi lebih tinggi terjadi pada siswa dengan kelompok umur 9- tahun dan menurun pada kelompok umur yang lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Ginting yang memperoleh hasil bahwa prevalensi pada kelompok umur 9- tahun sebesar 60,0% positif infeksi, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Hasil ini dapat dihubungkan dengan meningkatnya aktifitas bermain dan mobilitas siswa pada kelompok umur 9- tahun sehingga risiko tertular cacing lebih besar. Menurut Sadjimin dalam penelitian Ginting, secara epidemiologi puncak terjadinya infestasi adalah pada usia 5-0 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ada risiko terinfeksi lebih tinggi pada usia yang semakin rendah. 6. Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian Berdasarkan tabel 6, dapat dinyatakan bahwa siswa sekolah dasar yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan mengalami infeksi lebih tinggi, walaupun pada data tersebut siswa kelas V lebih sedikit menderita dibandingkan dengan siswa kelas VI. Namun, jika dilihat perbandingannya maka anak kelas IV menderita infeksi jauh lebih tinggi dibanding anak kelas V dan VI. Tingkat pendidikan berkaitan dengan kelompok umur yaitu anak kelas IV berada pada kelompok umur 9- tahun yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi sehingga memiliki risiko terinfeksi cacing lebih tinggi. Tingginya penderita pada tingkat pendidikan yang rendah ini dapat juga dikarenakan masih rendahnya tingkat pengetahuan yang mereka peroleh dan kemampuan mereka dalam menerima pendidikan kesehatan. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa kejadian pada siswa Sekolah Dasar khususnya SDN Cempaka tidak hanya dipengaruhi oleh salah satu aspek higiene yaitu kebersihan kuku, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek sanitasi lingkungan dan aspek higiene perorangan lainnya seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, sesudah bermain dengan tanah dan setelah buang air besar, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. 6 Jurnal Buski Vol. 4, No. 3, Juni 03, Hal. - 7

Kejadian pada siswa SDN Cempaka pada dasarnya berhubungan dengan kondisi kebersihan kuku siswa (OR=,7) walaupun tidak bermakna (p>0,05). Namun demikian, penting bagi pihak sekolah untuk turut memperhatikan kebersihan kuku muridnya. Selain kebersihan kuku, jenis kelamin juga membedakan tingkat kejadian. Berdasarkan hasil yang telah didapat, siswa perempuan memiliki risiko 0% lebih tinggi dibanding siswa laki-laki (OR=,) walaupun hasil ini tidak bermakna (p>0,05). Umur dan tingkat pendidikan juga memiliki hubungan dengan kejadian di SDN Cempaka, yaitu siswa yang memiliki umur lebih muda dan berada pada kelas yang lebih rendah mengalami lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki umur lebih tua dan berada pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun pada hasil uji statistik, faktor-faktor tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna karena terlalu lemahnya hubungan yang dimilikinya. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian lainnya untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian. (): 335-339. 6. Laporan bulanan program dinas kesehatan Kota Banjarbaru. Banjarbaru: Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 00. 7. Purba J. Pemeriksaan telur cacing pada kotoran kuku dan higiene siswa sekolah dasar negeri 0660 Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 005. 8. Wati MSE. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Kecacingan pada Siswa SDN Bangkal 3 Kecamatan Cempaka. Karya Tulis Ilmiah. Kalimantan Selatan: Universitas Lambung Mangkurat, 0. 9. Gandahusada. Parasitologi kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Gaya Baru, 003. 0. Soegijanto S. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. Jilid 4. Surabaya: Airlangga University Press, 005. Daftar pustaka. Ginting A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pada anak sekolah dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangukuran Kabupaten Samosir. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 008.. WHO. Soil transmitted helminthes. Intestinal Worms 0; (online), ((http://www.who.int/intestinal worms/en/), diakses 8 November 0). 3. Mardiana, Djarismawati. Prevalensi cacing usus pada siswa sekolah dasar wajib belajar pelayanan gerakan terpadu pengentasan kemiskinan daerah kumuh di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan 008; 7(): 769-774. 4. Samad H. Hubungan infeksi dengan pencemaran tanah oleh telur cacing yang ditularkan melalui tanah dan perilaku anak sekolah dasar di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 009. 5. Sundayani L, Dewi LBK. Pengaruh pengomposan sampah terhadap telur cacing usus golongan soil transmitted helminth. Jurnal Kesehatan Prima 008; Jurnal Buski Vol. 4, No. 3, Juni 03, Hal. - 7 7