BAB I PENDAHULUAN. mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. segala sisi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masing-masing lembaga. mudah dalam mencapai perkembangan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian. Tugas utama siswa di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan berhubungan dengan manusia. 1 Sebagai makhluk pribadi, ia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin, material, dan. yang beriman dan berilmu pengetahuan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Alokasi waktu yang diperlukan perminggu persatu satuan kredit

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya inpit secara

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia sangat membutuhkannya dan tidak bisa dilepaskan darinya.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia terlahir dengan mempunyai faktor bawaan naluri dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berdaya guna dimaksudkan untuk mencapai tujuan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menuntut suatu bangsa mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, jika

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung suatu bangsa dituntut untuk mempunyai sumber

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pengelolaan bidang-bidang di atas diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana sekolah yang dimiliki saat ini kurang memadai. Cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat. mengerti dan untuk dapat memecahkan suatu masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Internet atau interconnection networking telah membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan yang sedang berlangsung di negara ini disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan masalah yang sangat dominan bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sebagaimana hadist Rasulullah S.AW yang berbunyi: Artinya : Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. kecanggihan yang timbul pada saat sekarang. Ramalan-ramalan tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam

PENGARUH PERGAULAN BEBAS TERHADAP PERKEMBANGAN AKHLAK ANAK DI DESA SUNGAI LIPUT KAB. ACEH TAMIANG SKRIPSI. Di Ajukan Oleh: DESI EMELIA

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik agar meraih cita-citanya dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga manusia di ciptakan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ilmu pengetahuan yang begitu cepat telah melahirkan manusia yang berwawasan, hal ini tentu dlatarbelakangi oleh mutu pendidikan yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman. Arifin dalam Tohirin, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. 1 Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 (SMA) merupakan peserta didik yang berada dalam tahap perkembangan anak remaja awal. Pada tahap perkembangan itu banyak sekali terjadi masalah yang dihadapi oleh siswa baik itu masalah pribadi, sosial, maupun akademik. Permasalahan yang dihadap isiswa tersebut cukup beragam, seperti: sering bolos,nilai ulangan dan nilai rapor yang kurang memadai standar, pacaran (seks bebas), kebiasaan menyontek, menonton film porno dan sebagainya. Pornografi adalah publikasi atau penampilan materi seksual yang secara eksplisit yang tidak berhubungan dengan tujuan sastra, artistik dan seni, ilmu pengetahuan an politik, atau citra gambaran gambling yang memperlihatkan alat kelamin atau kegiatan seksual yang semata-mata 1 Tohirin, (2007), Bimbingan dan konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, h. 5.

bertujuan untuk membangkitkan birahi serta tidak berkaitan dengan tujuan sastra, artistic, dan seni, ilmu pengetahuan,atau politik. 2 Dan dalam waktu yang bersamaan Allah SWT juga melarang untuk tidak melihat semua bentuk pornografi, karena yang demikian bisa menyebabkan pelakunya terjebak ke dalam perilaku asusila (fahsya ). Hal itu terkandung dalam firman Allah yang berbunyi : و لا ت ق ر ب وا ال زن ا إ ن ھ ك ان ف اح ش ة و س اء س ب یلا Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatuperbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk (QS. Al- Isro : 32) Dalam mengatasi permasalahan ini, guru pembimbing dituntut memiliki pengetahuan, strategi dan keterampilan yang memadai, ia harus dapat memahami permasalahan yang terjadi pada siswa serta dapat mengidentifikasi faktor penyebabnya, yang pada akhirnya dapat menentukan alternatif pemecahannya. Untuk melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatannya seorang guru pembimbing perlu melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang terwujud dalam berbagai Jenis bidang bimbingan, layanan dan kegiatan pendukungnya, kemampuan pengelolaan, kemampuan bekerjasama dalam suatu kemampuan tim (melalui proses pembangunan kerjasama atau team 2 Masayu S Hanim, dkk, (2005), Persepsi Masyarakat Terhadap Tayangan Pornografi, Kekerasan dan Mistik di Televisi, Jakarta : LIPI, h. 15.

building, melaksanakan kerjasama atau team working, dan bertanggung jawab bersama atau responsibility), serta penekanan pelaksanaan pelayanan bantuan dalam bingkai budaya. 3 Dalam pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah guru pembimbing memiliki bidang bimbingan dan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung yang dilakukan sebagai wujud penyelenggarakan layanan bimbingan konseling terhadap sasaran. Kegiatan layanan bimbingan konseling di sekolah meliputi empat bidang bimbingan,yaitu: bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. Untuk mengembangkan keempat bidang bimbingan tersebut maka dilaksanakan dengan Sembilan jenis layanan yaitu: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, dan layanan mediasi. Dalam pelaksanaan kesembilan jenis layanan tersebut, guru pembimbing mempunyai lima kegiatan pendukung untuk kelancaran pelaksanaan bimbingan konseling di sekolahyaitu: aplikasiinstrumentasi, himpunan data, konferensikasus, kunjunganrumah, danalihtangankasus. Salah satu layanan utama yang dilaksanakan guru pembimbing dalam mencegah bahaya pornografi di sekolah adalah bimbingan kelompok. Layanan Bimbingan kelompok mengaktifkan diamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan, pribadi dan/atau pemecahan 3 Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akademik, Dasa rstandarnisasi Profesi Konseling, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2004, h. 18-19.

masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum dan pribadi dibahas melalui dinamika kelompok yang intens dan konstruktif.diikuti oleh semua anggota di bawah bimbingan pemimpin kelompok (konselor). 4 Layanan bimbingan kelompok adalah salah satu jenis layanan yang diberikan guru pembimbing kepada siswa asuhnya, layanan bimbingan kelompok ini layanan yang memungkinkan siswa secara bersamasama memperoleh berbagai hal yang bermanfaat untuk di bicarakan seiring perkembangan teknologi di zaman yang serba canggih saat sekarang ini baik dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individual maupun pelajar, dan anggota masyarakat. Adapun tujuan layanan bimbingan kelompok ini adalah agar siswa mampu mengontrol diri dalam keadaan apapun, khususnya menanggapi pengaruh buruk dari teknologi yang ada, karena sering menjadi kenyataan bahwa proses pembelajaran terganggu oleh pikiran, perasaan, yang tidak efektif. Melalui bimbingan kelompok diharapkan hal-hal yang mengganngu perasaan itu dapat diungkapkan dan didinamikakan melalui masukan, persepsi yang menyimpang diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran dan sosialisasi antara kelompok. 4 Prayitno, (2004), Seri Layanan Konseling L.1-L.9, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, h. 1.

Guru pembimbing yang menyelenggarakan bimbingan kelompok ataupun konseling kelompok sangat berkepentingan dengan pengembangan dinamika kelompok dalam kelompoknya, karena pengembangan dinamika kelompok itu merupakan tugas utama dan pertama. Tanpa berkembangnya dinamika kelompok sampai pada taraf keefektifan tertentu tidak dapat diharapkan kegiatan bimbingan kelompok membuahkan hasil sebagaimana mestinya. 5 Dengan adanya pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang membahas tentang pornografi dapat mencegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menengah atas negeri 5 pekanbaru agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Pekanbaru memiliki guru pembimbing yang profesional dan berlatar belakang Sarjana Bimbingan dan Konseling dituntut untuk memberikan pelayanan maksimal dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa. Oleh sebab itu, seyogyanya guru pembimbing professional mampu merancang kekereatifan dalam melaksanakan dan memberikan layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi. Banyak pendekatan dan teknik yang dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan kelompok untuk mencegah bahaya pornografi di sekolah salah satu pendekatannya adalah preventif. Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang 5 Prayitno, ( 1995), Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ( Dasar dan Profil), Ghalia Indonesia, h. 65-66

dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum. Model preventif ini didasarkan kepada pemikiran bahwa jika guru pembimbing dapat mendidik siswa untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari masalah itu, maka guru pembimbing akan dapat mencegah siswa dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini, termasuk mengajar dan memberikan informasi. Apabila merajuk kepada teoriteori konseling yaitu teori behavioral (proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku klien/siswa secara nyata). Dalam proses konseling ini, guru pembimbing harus aktif. Keaktifan guru pembimbing dapat dilihat dari: merumuskan masalah yang dialami siswa. Guru pembimbing mengontrol proses konseling dan bertanggungjawab atas hasil-hasilnya, dan guru pembimbing sebagaian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling. Selain itu guru pembimbing harus melewati tahap-tahap proses layanan bimbingan kelompok yaitu: tahap pembentukan tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun kenyataannya di lapangan yang peneliti temukan guru pembimbing sepertinya, kurang memiliki kekereatifan dalam melaksanakan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi. Hal ini dapat di lihat dari gejala-gejala sebagai berikut:

a. Guru pembimbing tidak melakukan permainan ( games) pada saat melaksanakan kegiatan. b. Masih ada siswa yang tidak serius mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok c. Masih ada siswa yang tidak aktif untuk berpendapat dalam kegiatan bimbingan kelompok. d. Guru pembimbing kurang kreatif dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. e. Pernah terjadi kasus pornografi yang melibatkan siswa. Berdasarkan gejala-gejala di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan peneitian dengan judul Implementasi Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mencegah Bahaya Pornografi Bagi Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Pekanbaru B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah yang digunakan supaya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. 1. Implementasi adalah Penerapan, proses, pelaksanaan, cara, perbuatan, atau rancangan. 6 h. 627 6 Tim Penyusun Bahasa, (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,

2. Guru pembimbing adalah seorang yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan bantuan dan bimbingan kepada anak didik melalui layanan bimbingan dan konseling. 3. Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik seara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 7 4. Mencegah adalah menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi permasalahan pada diri klien. 5. Pornografi adalah publikasi atau penampilan materi seksual secara eksplisit yang tidak berhubungan dengan tujuan sastra, artistik dan seni, ilmu pengetahuan atau politik, atau citra gambaran gambling yang memperlihatkan alat kelamin atau kegiatan seksual yang semata-mata bertujuan untuk membangkitkan birahi serta tidak berkaitan dengan tujuan sastra, artistik dan seni, ilmu pengetahuan atau politik. 8 6. Siswa adalah bagian generasi muda sebagai mahluk Allah SWT yang perlu ditumbuh kembangkan agar menjadi manusia yang mandiri, karena siswa yang mempunyai potensi yag dapat dikembangkan yang berhak menerima pengajaran, pelatihan, dan layanan bimbingan konseling. 7 Dewa Ketut Sukardi, (2008), Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta, h.644 8 Masayu S Hanim, Ibid, h.51

C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa persoalan pokok kajian ini adalah Implementasi layanan Bimbingan Kelompok Dalam Menecegah Bahaya Pornografi Bagi Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Pekanbaru. Berdasarkan persoalan tersebut maka persoalan-persoalan yang terkait dengan penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut: a. Latar belakang pendidikan guru pembimbing. b. Pemahamam guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan kelompok. c. Kekereatifan guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan kelompok. d. Implementasi layanan bimbingan kelompok dalam menecegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menegah atas negeri 5 pekanbaru. e. Faktor yang mempengaruhi guru dalam implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menengah atas negeri 5 pekanbaru. f. Kepedulian guru pembimbing dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menengah atas negeri 5 pekanbaru. 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang sudah diuraikan diatas, namun karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan peneliti

sehingga peneliti tidak membahas semua masalah tersebut. Oleh karena itu peneliti membatasi penelitian ini yakni: a. Implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menengah atas negeri 5 pekanbaru. b. Faktor yang mempengaruhi implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menengah atas negeri 5 pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Relevan dengan batasan masalah di atas, masalah dalam kajian ini dapat diformulasikan sebagai: a. Bagaimana implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menegah atas negeri 5 pekanbaru? b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di sekolah menengah atas negeri 5 pekanbaru? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di Sekolah Menegah Atas Negeri 5 Pekanbaru. b. Untuk mengetahuifactor-faktor yang mempengaruhi implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Pekanbaru. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi guru pembimbing dalam implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa-siswanya. b. Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bimbingan dan konseling khususnya dalam implementasi layanan bimbingan kelompok dalam mencegah bahaya pornografi bagi siswa-siswanya. c. Secara teoritis, sebagai bahan informasi dan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan dan Konseling. d. Secara Akademis, sebagai syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) di bidang Studi Pendidikan bimbingan dan konseling yang peneliti tekunan.