JURNAL PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI KEKERASAN OLEH ORGANISASI MASYARAKAT (STUDI KASUS DI TASIKMALAYA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan sebagai berikut:

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI KEKERASAN OLEH ORGANISASI MASYARAKAT (STUDI KASUS DI TASIKMALAYA)

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

JURNAL UPAYA POLRESTA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI AKSI KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH KELOMPOK PELAJAR

BAB III PENUTUP. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: massa untuk menghindari labelisasi. dari permasalahan yang dialaminya.

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

JURNAL UPAYA YANG DI LAKUKAN OLEH POLISI DALAM MENANGANI PRAKTEK PENIPUAN MELALUI MEDIA KOMUNIKASI DALAM BENTUK SMS

BAB III PENUTUP. rumusan masalah yakni sebagai berikut :

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH (POLDA) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN MELALUI INTERNET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Tahun Menurut Subekti, dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

JURNAL ILMIAH PERAN DAN KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN.

TUGAS DAN FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PERANNYA SEBAGAI PENEGAK HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

JURNAL UPAYA POLISI DIY DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

POLITIK HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

NASKAH AKADEMIK UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PUNGUTAN LIAR TERHADAP SOPIR TRUK GALIAN C DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

JURNAL UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEMANFAATAN TEMPAT HIBURAN SEBAGAI SARANA PROSTITUSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

WEWENANG DISKRESI OLEH PENYIDIK Oleh : Pebry Dirgantara I Made Tjatrayasa Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum,Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjudian adalah sebuah tindak pidana yang banyak dilakukan oleh

NASKAH AKADEMIK UPAYA DAN KENDALA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN BALAP

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis di dalam bab 2 maka dapat

BAB III PENUTUP. kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan cara Preventif yaitu bahwa

berlandaskan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Indonesia harus taat dan patuh terhadap hukum yang ada di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB III PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang dibuat maka penulis dapat memberikan kesimpulan

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

BAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma.

PELAKSANAAN KEWENANGAN TEMBAK DI TEMPAT OLEH POLRI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA DALAM PROSES PENANGKAPAN (Studi di Wilayah Hukum Polres Nganjuk)

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat

JURNAL KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI AKSI DEMONSTRAN YANG BERTINDAK ANARKIS. Diajukan oleh: Meita Sinaga NPM :

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

DAFTAR PUSTAKA. Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat di simpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

PELAKSANAAN DISKRESI OLEH PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA KECELKAAN LALU LINTAS JALAN RAYA DI KOTA DENPASAR

JURNAL PERAN POLISI DALAM MENCEGAH ANAK DI BAWAH UMUR MENGENDARAI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III PENUTUP. 1. Perundang-undangan pidana umum yakni KUHP beserta semua perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

SILABI A. IDENTITAS MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

KEBIJAKAN FORMULASI FUNGSI KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

KEBIJAKAN KAPOLRESTABES SEMARANG DALAM MENANGANI PREMANISME DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

diuraikan di atas, maka dapat simpulkan sebagai berikut: a. Tindakan Kepolisian Terhadap Pelaku Pelanggaran Pasal 134 Huruf g adalah

Transkripsi:

JURNAL PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI KEKERASAN OLEH ORGANISASI MASYARAKAT (STUDI KASUS DI TASIKMALAYA) Diajukan Oleh : MARLON PARDAMEAN SIMANJUNTAK N P M : 100510243 Program Studi : Ilmu Hukum Program kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum (PK2) UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2014

I. Judul : Peran Kepolisian dalam menanggulangi kekerasan oleh Organisasi Masyarakat (Studi kasus di Tasikmalaya) II. Nama : Marlon, Prasetyo Sidi Purnomo. III. Program Studi : Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta IV. Abstract In Indonesia we most hear about the violence that performed by some mass organization (ORMAS). This violence action can be formed as mistreatment, impairment, and vigilante action. In order to tackling the mass organization violence, there is Section 2 Act No 2 Years 2002 about Police of Republic Indonesia that statedto the police effort in order to tackling this mass organization through repressive and preventive ways. The sanction for the member of mass organization that performing violence action as arranged in Section 406 Article (1) and Section 351 Article (1) Book of Criminal Law (KUHP). While, the sanction for its organization as arranged in Section 68 article (1), (2), (3) Act Number 17 Years 2013 about Mass Organization that stated the mass organization who performing any action that performing illegitimacy action can be cancelled its legal entity Keywords: Police, Violence, Mass Organization, Penal and Non Penal V. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun 1945. Setiap masyarakat pada hakekatnya mempunyai hak dan kewajiban yang sama di hadapan hukum, hukum yang dipatuhi dapat terciptanya suatu tatanan

masyarakat yang tertib, aman, serta tercapainya keadilan dalam suatu lingkungan masyarakat, sehingga kepentingan yang hendak dicapai dapat terlindungi dengan utuh. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam upaya menciptakan Indonesia yang damai dan sejahtera. Tanpa adanya hukum yang ditegakkan dan ketertiban yang diwujudkan maka kesejahteraan masyarakat tidak dapat terwujud. Penegakan hukum dan ketertiban sangat terkait dengan profesionalisme lembaga dan orang-orang yang berada pada sistem peradilan dan hukum di Indonesia. Aparat kepolisian salah satu lembaga yang dapat menegakan hukum. Kewenangan yang dimiliki aparat kepolisian adalah untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Namun dalam realitanya, kepolisian sering kali terlambat dalam hal bertindak. Berdasarkan Bab I Ketentuan Umum Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Pasal 4 Undang-undang No 2 Tahun 2002 menyebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Namun dalam kenyataannya, perlindungan polisi baru ada setelah terjadi tindak kejahatan. Dalam kehidupan sekarang tidak sedikit masyarakat yang berkumpul melakukan kegiatan antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan itu sering kita kenal dengan yang namanya organisasi. Berdasarkan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, pengertian dari Organisasi Masyarakat itu sendiri yaitu : Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Namun dalam realitanya, banyak dijumpai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh setiap anggota masyarakat. Tidak terkecuali perilaku menyimpang yang dilakukan oleh Oknum Organisasi Masyarakat atau sering dikenal dengan (ORMAS). Akhir-akhir ini tindakan yang dilakukan oleh oknum ormas justru menimbulkan berbagai permasalahan seperti keresahan dan rasa tidak nyaman dengan cara melakukan tindakan-tindakan anarkisme yaitu dengan melakukan sweeping penertiban tempat prostitusi, mengambil alih kewenangan yang dimiliki oleh polisi dalam hal melakukan razia minuman keras (MIRAS),

serta menertibkan pedagang kaki lima untuk tidak berjualan ketika bulan suci ramadhan di waktu siang hari. Tindakan tersebut oleh pelakunya bertujuan untuk menciptakan kota yang aman, tenteram dan terjauh dari hal-hal negatif yang dilakukan oleh masyarakatnya sendiri. Selain menimbulkan keresahan dan rasa tidak nyaman, sekaligus tindakan tersebut masuk kategori melanggar hukum. Tindakan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh oknum ormas tersebut dapat berupa kejahatan terhadap ketertiban umum Pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, perusakan barang Pasal 406 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, orang yang dianiaya Pasal 351 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Sebagaimana diatur dalam Undangundang Kepolisian Republik Indonesia, polisi memiliki tugas dan kewajiban untuk melaksanakan keamanan dan ketertiban masyarakat, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Menghadapi kenyataan yang terjadi, seharusnya polisi dapat mencegah perbuatan yang dilakukan oleh oknum ormas tersebut, sehingga tindakan yang dilakukan itu tidak cepat terjadi. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis ingin membahas lebih mendalam usulan penelitian yang berkaitan dengan topik ini dengan judul Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Kekerasan Oleh Organisasi Masyarakat (Studi Kasus di Tasikmalaya).

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka diajukan rumusan masalah : Bagaimanakah upaya Polresta Tasikmalaya dalam mencegah kekerasan yang dilakukan oleh Oknum Organisasi Masyarakat (ORMAS) di Tasikmalaya? VI. Isi Makalah HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTO HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN ABSTRACT DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian F. Batasan Konsep G. Metode Penelitian

BAB II : KEPOLISIAN SEBAGAI APARAT PENEGAK HUKUM DALAM UPAYA MENANGGULANGI KEKERASAN ORMAS. A. Tinjauan Umum Tentang Polisi 1. Pengertian Polisi 2. Fungsi Polisi 3. Tugas dan Wewenang Polisi B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Kekerasan Ormas 1. Pengertian Organisasi Masyarakat 2. Latar Belakang Berdirinya Organisasi Masyarakat 3. Gambaran Perkembangan Kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Masyarakat C. Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi Kekerasan. 1. Upaya Polisi dan Pemerintah dalam Menanggulangi Kekerasan Organisasi Masyarakat 2. Kendala Polisi dalam Menanggulangi Kekerasan Organisasi Masyarakat BAB III : PENUTUP a. Kesimpulan b. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN VII. Kesimpulan Berdasarkan Pembahasan maka dapat penulis simpulkan bahwa :

Upaya kepolisian dalam menanggulangi kekerasan ormas dilakukan dengan: 1. Upaya non penal yaitu polisi harus mengikutsertakan masyarakat sebagai faktor penangkal kejahatan. Masyarakat dalam hal ini ikut membantu kepolisian dalam mencegah aksi kekerasan yaitu dengan malapor secepat mungkin apabila ada informasi akan adanya perbuatan yang menyimpang dari ormas, melakukan patroli polisi secara rutin di setiap tempat-tempat yang dijadikan sasaran ormas, melakukan penggalangan seminar mengenai sosialisasi hukum akan akibat yang dilakukan organisasi masyarakat, Polisi bekerjasama dengan instansi pemerintah yang mewadahi ormas dalam hal syarat pendirian ormas agar kegiatan dari ormas bisa berjalan dengan jelas. 2. Upaya penal, Kepolisian dalam hal menanggulangi kekerasan sudah bertindak sesuai dengan Undang-undang yaitu menangkap pelaku yang melakukan kekerasan supaya ada efek jera dari akibat perlakuan anggota ormas, namun dalam realitanya polisi masih lamban dalam hal mencegah aksi kekerasan untuk meminimalisasi adanya korban. VIII. Daftar Pustaka

Awaloedin Djamin, 1995, Administrasi Kepolisian Republik Indonesia Kenyataan dan Harapan, Wirasespin Polri, Bandung. Badra Nawawi Arief, 2008 Kebijakan Hukum Pidana,Kencana Prenada Media Group, Jakarta. BisriIlham, 2004, Sistem Hukum Indonesia, Penerbit Grafindo Persada, Jakarta. E. Jacoby, 1994, Classcs of Criminology, Second Edition, Waveland Press, illionis. H. Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan reformasi Polri), Penerbit Laksbang Mediatama, Surabaya. Marc Ancel, 1965, Social Defence, A Modern Approach to Criminal Problems, Routladge & Kegan Paul, London. Mohammad Kemal Darmawan, 1994, Strategi Pencegahan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung. Momo Kelana, 1994, Hukum Kepolisian, Penerbit Grasindo, Jakarta. Momo Kelana, 2002, Memahami Undang-undang Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta. Sadijono, 2006, Hukum kepolisian, Perspektif Kedudukan dan Hubungan dalam Hukum Administrasi, Penerbit LaksBang PRESSindo, Yogyakarta. Sixth United Nations Congress, 1981, The Prevention Of Crime and The Threatment Of Offernely. Sudarto, 1981, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung.

Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung. Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung. Tadjuddin Nur Hammid, 1988, Sistem Keamanan Swakarsa, Konsepsi dan Penjabarannya, Mabes Polri, direktorat Bimbingan Masyarakat.