1/22/2011 TEORI LOKASI

dokumen-dokumen yang mirip
Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah 02/04/2013 7:59

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

Ketergantungan Lokasi & Keseimbangan Spasial. Adipandang Yudono 2012

A. Pengertian Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place

Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah)

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

BAHAN KULIAH 13 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

Nilai Sewa Lahan - Von Thunen dan Analisis Lokasi Industri berorientasi Bahan Baku - Weber

PAPER GEOGRAFI INDUSTRI Implementasi Range Concept Dalam Penentuan Lokasi Industri

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

Teori, Konsep, Metode & Teknik Analisis Dasar Geografi Ekonomi

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR URBANISASI PASCA LEBARAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KOTA DAN PERKEMBANGAN LOKASI PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

Critical Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

METOPEN ANALISIS LOKASI & POLA RUANG

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

Kajian Konseptual Pengembangan Kawasan Industri Tembakau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

CRITICAL REVIEW JURNAL ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

IMPLIKASI TEORI WEBER, CHRISTALLER, DAN LOSCH SEBAGAI PENENTUAN LOKASI BANK DARAH DI KOTA MAKASSAR

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN AKTIVITAS PELAYANAN

ISSN DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

Sejarah dan Pengertian Kota Perkotaan berasal dari kata kota yang berarti pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang bercirikan oleh batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

APA ITU URBANISASI???? Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua

Transkripsi:

TEORI LOKASI (Tarigan, 2006:77) : Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungan-nya dengan atau. pengaruh-nya terhadap keberadaan berbagai macam usaha / kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap intensitas orang dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal tersebut terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut. 1

Salah satu faktor yang menentukan suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. (Tarigan, 2006:78). Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi (standard for location requirement) atau standar jarak (Jayadinata, 1999:160) Contoh Standar Jarak Dalam Kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Prasarana Pusat tempat kerja Pusat kota (dengan pasar, dan sebagainya) Pasar lokal Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Lanjutan Atas Tempat bermain anak-anak dan taman lokal Tempat olah raga dan pusat lalita (rekreasi) Taman untuk umum atau cagar (seperti kebun binatang, dan sebagainya Jarak dari tempat tinggal (berjalan kaki) 20 sampai 30 menit 30 sampai 45 menit ¾ km atau 10 menit ¾ km atau 10 menit 1 ½ km atau 20 menit 20 atau 30 menit ¾ km atau 20 menit 1 ½ km atau 20 menit 30 sampai 60 menit 2

Von Thunen, (Geografer Penemu Teori Lokasi Modern) Perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah Model von Thunen mengenai tanah pertanian yang disusun sebelum era industrialisasi, berdasarkan asumsi dasar sebagai berikut : Kota terletak di tengah antara "daerah terisolasi" (isolated state). Isolated state dikelilingi oleh hutan belantara. Tanahnya datar, tidak terdapat sungai dan pegunungan. Kualitas tanah dan iklim tetap. Petani di daerah yang terisolasi ini membawa barangnya ke pasar lewat darat dengan menggunakan gerobak, langsung menuju ke pusat kota, tidak terdapat jalan penghubung. Petani mencari untung sebesar-besarnya. 3

Gambar model von Thunen dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama : menampilkan "isolated area" yang terdiri dari dataran yang "teratur. Kedua : kondisi yang "telah dimodifikasi" (terdapat sungai yang dapat dilayari). Semua penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing, yang bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota). Model Von Thunen, membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan yang didapat dari harga pasar dikurang biaya transportasi dan biaya produksi. Aktivitas yang paling produktif seperti berkebun dan produksi susu sapi, atau aktivitas yang memiliki biaya transportasi tinggi seperti kayu bakar, lokasinya dekat dengan pasar. Kondisi tersebut sangat sulit diterapkan pada keadaan yang sebenarnya, tetapi diakui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sistem transportasi dengan pola penggunaan tanah pertanian regional. Risalat ke dua Von Thunen (1850) mengemukakan inti dari teori produktivitas distribusi marginal dalam perspektif matematika, dengan demikian menjadi salah satu proto-marginalist penting pada jamannya. 4

Teori Christaller (1933) Menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller merupakan suatu sistem geometri, di mana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti dan model ini disebut sistem K = 3. Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan threshold. Teori Tempat Pemusatan (Jayadinata, 1999:180) Suatu tempat merupakan pusat pelayanan. Menurut Christaller : pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat: (1) topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan, (2) kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara. 5

Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri berikut: 1. Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua adalah datar dan sama. 2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface). 3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah. 4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak / biaya. Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh wilayah dengan jarak dua jam berjalan kaki atau 2 x 3,5 = 7 km. Secara teori tiap pusat pelayanan melayani kawasan yang berbentuk lingkaran dengan radius 3,5 km (satu jam berjalan kaki), jadi pusat wilayah layanan akan terletak di pusat kawasan tersebut. Teori ini disebut teori tempat pemusatan (central place theory). Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan, walaupun bentuk lingkaran adalah paling efisien, akan mempunyai bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian-bagian yang senjang (kosong), sehingga bentuk lingkaran itu tidak biasa digunakan untuk kawasan atau wilayahnya. Christaller mengemukakan bahwa pusat pelayanan akan berlokasi menurut pola heksagon, sehingga wilayah akan saling berbatasan tanpa bertumpang tindih. Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola heksagon. Yang paling banyak adalah dusun-dusun sebagai pusat perdagangan yang melayani penduduk wilayah pedesaan. Satu dusun dengan dusun lainnya akan menempuh jarak 7 km. 6

Hipotesis Christaller Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memilik pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaranlingkaran ini tidak tumpang tindih seperti pada (gb. A) Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih (gb. B) Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tindih (gb. C). Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memilik heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3, pelayanan orde I lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagona yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang tindih (gb. D). 7

Dalam asumsi yang sama dengan Christaller, Lloyd (Location in space, 1977) melihat bahwa jangkauan / luas pelayanan dari setiap komoditas ada batasnya yang dinamakan range dan ada batas minimal dari luas pelayanannya dinamakan threshold. (Tarigan, 2006:79) Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dijelaskan model Christaller tentang terjadinya model area pelayanan heksagonal sebagai berikut Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang dari berbagai jenis barang. Christaller menyatakan bahwa produsen berbagai jenis barang untuk orde yang sama cenderung berlokasi pada titik sentral di wilayahnya dan hal ini mendorong terciptannya kota. Terjadinya Konsentrasi Produsen / Pedagang dari barang sejenis Range dan thereshold dapat menjelaskan mengapa terjadi konsentrasi dari berbagai jenis usaha pada satu lokasi tetapi konsep itu tidak dapat menjelaskan mengapa dipasar juga ada kecenderungan bahwa pedagang dari komoditas sejenis juga memilih untuk berlokasi secara berkonsentrasi / berdekatan. Konsep thereshold tidak memungkinkan produsen / pedagang sejenis berdekatan karena pada satu ruang threshold hanya boleh ada satu produsen / pedagang. Apabila berdekatan harus ada yang gulung tikar dan tersisa hanya satu produsen / pedagang. Penjesalannya melalui penelaahan perilaku manusia. Sifat manusia adalah berusaha mendapatkan barang yang diinginkan dalam batas waktu tertentu dengan harga yang semurah mungkin. Apabila pembeli hanya berhadapan dengan seorang penjual, harga yang ditawarkan penjual menjadi tidak jelas bagi pembeli, apakah harga itu adalah harga terendah yang dapat diperoleh atau tidak. Dengan berkumpulnya banyak penjual barang sejenis pada lokasi yang sama, pembeli mendapat kesempatan membandingkan harga di antara para penjual dan akan membeli pada penjual yang menawarkan harga terendah (pembeli butuh informasi untuk membuat keputusan). Hal ini membuat lokasi yang memiliki banyak penjual barang sejenis, lebih memiliki daya tarik bagi pembeli ketimbang lokasi yang hanya memiliki sedikit penjual 8

Faktor-Faktor yang Menentukan Lokasi Faktor endowment Pasar dan harga Bahan baku dan enerji Aglomerasi, keterkaitan antar indutri dan penghematan eksternal Kebijakan pemerintah Biaya angkutan Faktor endowment Tersedianya faktor produksi secara kualitatif maupun kuantitatif di suatu negara atau daerrah Tanah Tenaga dan manajemen Modal 9

Pola Tata Guna Tanah Perkotaan (Jayadinata, 1999:130) Teori mengenai pola penggunaan tanah di kota Teori Jalur Sepusat Teori Konsentrik (Consentric Zone Theory) E.W. Burgess, (1) Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (central business district atau CBD) yang terdiri atas: bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan toko pusat perbelanjaan; (2) Pada lingkaran tengah pertama terdapat jalur alih: rumahrumah sewaan, kawasan industri, perumahan buruh; (3) Pada lingkaran tengah kedua terletak jalur wisma buruh, yakni kawasan perumahaan untuk tenaga kerja pabrik; (4) Pada lingkaran luar terdapat jalur madyawisma, yakni kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja halus dan kaum madya (middle class); (5) Di luar lingkaran terdapat jalur pendugdag atau jalur pengelajon (jalur ulang-alik); sepanjang jalan besar terdapat perumahan masyarakat golongan madya dan golongan atas atau masyarakat upakota. 10

Teori Sektor (Sector Theory) : Humer Hoyt (1) Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota; (2) Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan kawasan perdagangan; (3) Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di atas, pada bagian sebelah menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu kawasan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh; (4) Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor madyawisma; (5) Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan tempat tinggal golongan atas. Teori Pusat Lipatganda Teori pusat lipatganda (Multiple Nuclei Concept) : R. D. Mc Kenie kota meliputi: pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian, dan pusat lainnya, berlaku untuk kota-kota yang agak besar. Menurut teori ini kota terdiri atas: (1) Pusat kota atau CBD; (2) Kawasan niaga dan industri; (3) Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah; (4) Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah; (5) Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi; (6) Pusat industri berat; (7) Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran; (8) Upakota, untuk kawasan madyawisma dan adiwisma; (9) Upakota (suburb) untuk kawasan industri 11

Urbanisasi Urbanisasi adalah persentase penduduk yang tinggal di perkotaan. Urbanisasi dipengaruhi oleh tiga faktor : pertumbuhan alami penduduk daerah perkotaan, migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan reklasifikasi desa perdesaan menjadi desa perkotaan. Proyeksi penduduk daerah perkotaan tidak dilakukan dengan membuat asumsi untuk ketiga faktor tersebut, tetapi berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan (Urban Rural Growth Difference/URGD). Dengan membuat asumsi URGD untuk masa yang akan datang, secara tidak langsung sudah mempertimbangkan ketiga faktor tersebut. Urbanisasi secara demografi berarti perpindahan penduduk dari desa ke kota dan merupakan masalah yang serius bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia Perpindahan manusia dari desa ke kota sebenarnya hanya salah satu penyebab urbanisasi, yang dapat dikategorikan menjadi 2 macam : Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota dapat menimbulkan berbagai kesenjangan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lainlain menjadi permasalahan yang perlu segera dicarikan solusinya. 12

Suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, biasanya karena pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Beberapa contoh yang dapt menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi atau perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan adalah : Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap Banyak lapangan pekerjaan di kota Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng Pengaruh buruk sinetron Indonesia Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas 13

Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisas Lahan pertanian yang semakin sempit Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa Terbatasnya sarana dan prasarana di desa Diusir dari desa asal Memiliki impian kuat menjadi orang kaya 14