BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEHTAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang


ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PUSKESMAS RAWAT INAP DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

Oleh; Yuni Meilani, Lilik Hidayanti, Siti Novianti

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif (Qauliyah, 2008). Laboratorium klinik merupakan organisasi atau unit dari rumah sakit yang mempunyai fungsi diantaranya memberikan pelayanan, pelatihan, pendidikan dan penelitian di bidang laboratorium klinik antara lain hematologi, kimia klinik, imunologi, mikrobiologi klinik, urinalisis dan analisis cairan tubuh lainnya. Tenaga analis kesehatan sangat berperan dalam menjalankan segala kegiatan yang ada di lingkungan laboratorium klinik rumah sakit (Hardjoeno, 2002). Rumah sakit termasuk laboratorium didalamnya merupakan penghasil sampah yang cukup banyak setiap harinya dan seringkali bersifat toksik, terutama sampah padat, baik itu sampah medis maupun sampah non medis. Hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah berupa sampah domestik sebesar 76,8 % dan

berupa sampah infeksius sebesar 23,2 %. Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari yang dapat mencemari lingkungan dan kemungkinan dapat menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Karakteristik sampah medis memiliki sifat infeksius atau toksik, jika tidak dikelola dengan tepat, akan menyebabkan pencemaran. Sampah medis didefinisikan sebagai segala sesuatu hasil buangan dari kegiatan-kegiatan medis (Depkes RI, 2002). Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya sampah medis harus dikelola secara baik mulai dari tahap penampungan, pengangkutan, sampai tahap pembuangan/pemusnahan. Kesalahan atau kekeliruan akan dapat menimbulkan gangguan baik petugas, pasien ataupun pengunjung. Berdasarkan kajian yang ada menunjukan bahwa timbulan sampah medis dari kegiatan rumah sakit mencapai sekitar 0,14 kg/bad/hari (WHO dan P2MPL thn 2002), sedangkan sampah medis dari puskemas sebesar 7,50 gr/pasien/hari (PATH, 2004) yang didominasi sampah immunisasi (65%). Sampah sarana kesehatan tidak semuanya tergolong berbahaya, hanya sekitar 20% saja yang tergolong B3, sedangkan sekitar 80% limbah non B3. Namun demikian, potensi limbah B3 akan menjadi besar bila pengelolaan limbah tidak benar, dimana ada kemungkinan tercampurnya limbah-limbah tersebut. Menurut Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku merupakan suatu perbuatan atau tindakan konkrit (nyata)

sehingga dapat dilihat dan dapat dipelajari. Penanganan sampah medis memerlukan perhatian khusus terutama harus memperhatikan jenis-jenis sampah yang dihasilkan. Kesalahan dalam proses penanganan sampah dapat membahayakan, misalnya jarum suntik bekas penanganan penyakit menular salah dibuang di kantong berwarna hitam maka apabila kemudian ditemukan oleh pemulung bisa dianggap sebagai bahan daur ulang bisa menimbulkan bahaya infeksi. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006). Dari hasil yang ada menunjukkan bahwa dari 20 dari 1000 petugas kesehatan berisiko terkena infeksi akibat limbah tajam, dan 180 dari 1000 petugas kebersihan berisiko terkena infkesi akibat pengelolaan limbah yang tidak benar. Berdasarkan data dari Perancis, pada tahun 1992 ada 8 kasus HIV diderita petugas yang infeksi karena tertusuk benda tajam, sedangkan di AS pada tahun 1996 terjadi 51 kasus. Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tentang sampah medis dan perilaku penanganan sampah medis sangat penting untuk analis laboratorium, karena laboratorium dan sarana kesehatan lainya merupakan sarana umum yang sangat berbahaya dan rawan untuk terjadi infeksi. Penanganan yang benar terhadap kebersihan lingkungan laboratorium khususnya untuk penanganan sampah medis dapat menghindarkan terjadinya infeksi nosokomial. Jadi semakin spesifik orang mendalami pendidikan sesuai bidangnya semakin mudah menerapkan serta mengembangkan perilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui, alami, dan ia dapat ketika diberi bekal ilmu dan harus diaplikasikan sesuai dengan aturanya yang ia pelajari. Laboratorium Klinik Prodia Pluit merupakan laboratorium yang mempunyai jumlah pasien 100 sampai 150 pasien per hari, dimana sampah yang dihasilkan berupa sampah medis dan domestik yang berbahaya. Sampah medis dari unit pengambilan darah dapat berupa jarum suntik, dari bagian operasi dapat berupa sampah reagen, tips bekas reagen, pecahan kaca objek serta sampah rumah tangga. Sampah medis infeksius misalnya sputum diperlukan penanganan khusus dalam pemusnahannya, yaitu sebelum dimusnahkan harus diberi cairan hipoklorit untuk membunuh kuman yang ada

sebelum dimusnahkan ke pembuangan terakhir. Berdasarkan observasi beberapa analis laboratorium belum mengetahui cara penanganan sampel sputum secara benar, selain itu ada beberapa analis belum tertib dalam membuang sampah pada kantong yang telah disediakan karena masih ditemukan sampah medis dan non medis yang tercampur jadi satu kantong tidak dibedakan sesuai jenis kantongnya, misalnya tisu bekas penanganan sampel infeksius sering ditemukan pada kantong plastik hitam yang seharusnya di buang di kantong kuning untuk sampah infeksius, yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Tingginya tingkat pengetahuan analis laboratorium mengenai penanganan sampah medis maka perilaku penanganan sampah medispun akan semakin baik, seorang analis laboratorium tidak akan bisa menangani sampah medis baik dan benar jika ia tidak mengetahui secara jelas tentang cara penanganan sampah medis misalnya pemisahan sampah medis dengan non medis dengan pengetahuan yang tinggi tentang penanganan sampah yang benar diharapkan analis laboratorium memahami dan menerapkan proses penanganan sampah medis sesuai alur yang ditetapkan di Laboratorium. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang penanganan sampah medis dengan perilaku penanganan sampah medis pada analis laboratorium.

1.2 Identifikasi Masalah Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi penanganan sampah medis di Laboratorium Klinik Prodia Pluit misalnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan perilaku mengenai penanganan sampah medis. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah dialami seseorang dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Begitu juga dengan perilaku menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu predisposing, enabling dan reinforcing. Pengetahuan merupakan produk dari aktifitas belajar yang dapat berupa perubahan dalam diri seseorang yang menimbulkan pengertianpengertian baru dalam diri orang tersebut. Dengan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya, manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Adanya kegiatan baru dalam penerapan pengetahuan dapat mendorong manusia untuk mencari informasi baru dengan belajar yang akan menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan. Siklus ini terus berputar sehingga setiap saat manusia dapat menerima informasi baru yang menambah pengetahuannya. Dalam kaitannya dengan penanganan sampah medis, pengetahuan memiliki andil besar dalam perilaku penanganan sampah. Seorang analis laboratorium tidak akan bisa menangani sampah medis baik dan benar jika ia tidak mengetahui secara jelas tentang cara penanganan sampah medis

misalnya pemisahan sampah medis dengan non medis. Informasi mengenai penanganan sampah medis yang benar dapat diakses secara cepat sehingga perubahan pengetahuan analis laboratorium pada khususnya penanganan sampah medis dapat berlangsung secara singkat. Namun hal tersebut dapat terjadi bila informasi disampaikan secara benar dan menyeluruh. Proses penyerapan informasi oleh analis laboratorium pada khususnya juga memegang peranan penting dalam proses perubahan pengetahuan. Apabila informasi yang disampaikan tidak mengerti, tentu saja proses perubahan pengetahuan tersebut tidak akan terjadi. Tersedianya sarana dan prasarana juga mempengaruhi dalam proses penanganan sampah medis dengan baik. Penanganan sampah medis yang benar misalnya dengan pemisahan antara sampah medis dengan sampah non medis yang dapat dibedakan dengan kantong plastik dengan kodewarna. Apabila kantong plastik dengan kode warna tersedia maka memudahkan analis laboratorium dalam pemisahan sampah medis yaitu dengan melihat warna kantongnya, sehingga menghindari kesalahan dalam pemisahan sampah medis. Sikap dan kesadaran analis laboratorium juga dapat mempengaruhi dalam proses pemisahan sampah medis dan non medis, yang bisa disebabkan karena kurang sadarnya analis laboratorium akan bahaya yang disebabkan apabila sampah medis dan non medis tidak dipisahkan karena prinsip utama yang perlu diperhatikan dari penanganan sampah medis adalah timbulnya resiko pemaparan bakteri patogen yang kemungkinan ada dalam setiap jenis sampah.

Selain sarana dan prasarana adanya seminar, penyuluhan tentang penanganan sampah medis yang benar juga dapat mempengaruhi analis laboratorium dalam menangani sampah medis karena dalam seminar ataupun pelatihan sering dijelaskan akan pentingnya memisahkan sampah medis dan non medis yaitu menghindari adanya infeksi nosokomial yang disebabkan oleh setiap jenis sampah. Proses penanganan sampah medis ataupun non medis yang dihasilkan oleh Laboratorium Klinik Prodia Pluit hanya sampai pada proses penampungan sampah sementara, hal ini di sebabkan karena Laboratorium Klinik Prodia Pluit belum mempunyai tempat pemusnahan sampah sendiri, oleh karena itu pihak manajemen menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk pemusnahan sampah. Untuk tempat penampungan sementara yang telah sediakan kurang memenuhi syarat, karena letaknya di lantai atas berdekatan dengan ruang makan karyawan, ukurannya yang sangat sempit sehingga menyebabkan susunan wadah sampah medis cair tidak tersusun rapi dan menimbulkan aroma yang kurang sedap yang mengganggu karyawan yang sedang makan. Letaknya yang berada di lantai paling atas menyulitkan petugas pengangkut sampah dalam proses pengangkutan, karena harus dibawa turun ke lantai paling bawah dan sering sampah medis yang berupa cairan tumpah.

Di samping itu seringnya ditemui sampah medis yang dibuang ditempat sampah non medis, misalnya tisu bekas pemeriksaan infeksius di buang ke tempat sampah domestik yang dapat membahayakan apabila sampah domestik tersebut dibuang ke tempat sampah umum, karena dapat menyebabkan infeksi nosokomial. 1.3 Pembatasan Masalah Karena keterbatasan sumber daya, tenaga dan waktu maka dalam penelitian kali ini penulis hanya membatasi permasalahan pada hubungan pengetahuan mengenai penanganan sampah medis dengan perilaku menangani sampah medis di laboratorium Klinik Prodia Pluit karena pengetahuan mengenai penanganan sampah medis dipengaruhi oleh proses penyerapan informasi oleh setiap analis laboratorium memegang peranan penting dalam proses perubahan pengetahuan. Apabila informasi yang disampaikan tidak mengerti, tentu saja proses perubahan pengetahuan tidak terjadi, oleh sebab itu penulis ingin meneliti mengenai hubungan pengetahuan mengenai penanganan sampah medis dan perilaku penanganan sampah medis pada analis Laboratorium Klinik Prodia Pluit agar penelitian ini dapat dijelaskan dengan mendalam dan spesifik.

1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan pengetahuan analis laboratorium mengenai penanganan sampah medis dan perilaku analis laboratorium dalam menangani sampah medis di Laboratorium Klinik Prodia Pluit? 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Mengidentifikasi penanganan sampah medis di Laboratorium Klinik Prodia Pluit. 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengetahuan analis laboratorium mengenai penanganan sampah medis di Laboratorium Klinik Prodia Pluit. 2. Mengidentifikasi perilaku analis laboratorium mengenai penanganan sampah medis di Laboratorium Klinik Prodia Pluit. 3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan analis laboratorium mengenai penanganan sampah medis dan perilaku menangani sampah medis di Laboratorium Klinik Prodia Pluit.

1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Bagi Laboratorium 1. Untuk dapat memberikan kontribusi bagi Laboratorium Klinik Prodia sebagai bahan masukan tentang perilaku analis laboratorium dalam menangani sampah medis di masa yang kan datang. 2. Sebagai referensi dan dapat kiranya membantu instansi-instansi lain yang erat kaitannya dengan penanganan sampah medis. 1.6.2. Bagi Fakultas 1. Memberikan sumbangan pemikiran secara teoritis bagi penerapan dan perkembangan substansi disiplin ilmu di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Ilmu Kesehatan. 2. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi peminat dan peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lebih mendalam. 1.6.3. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang pengaruh pengetahuan dengan perilaku analis laboratorium dalam hal penanganan sampah medis.