BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

dokumen-dokumen yang mirip
PROSEDUR DARURAT DAN SAR

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.

PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK

BAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

BAB III DENAH KEADAAN DARURAT

PROSEDUR DARURAT DAN SAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

BAB III KESELAMATAN PELAYARAN

MAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

ISYARAT BAHAYA DI KAPAL. TPL - Prod/C.01. Kompetensi : Prosedur Darurat dan Sar

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 6 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DI KAPAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)


BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

Kata Pengantar. Daftar Isi

BAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK

RENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS. Referensi : - IAMSAR Manual, Vol 2

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

Kode : PTK.NP MELAKUKAN DINAS JAGA DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN BAB I PENDAHULUAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jurnal Penelitian Transportasi Laut

INSTALASI PERMESINAN

Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

BAB II KEBAKARAN. Untuk staf kamar mesin wajib :

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEADAAN DARURAT Keadaan darurat: lain dari keadaan normal

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PAS KECIL UNTUK KAPAL KURANG DARI 7 GROSSE TONNAGE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

ESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System

DESKRIPSI PEMELAJARAN

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

REPUBLIK INDONESIA SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU. Nomor :.

PUTUSAN NOMOR HK.210/09/I/MP.17 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PEDOMAN INDUK PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

METODE TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI AMBULANCE

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.18 TAHUN 2011 TENTANG STANDARDISASI PENGAWAKAN SARANA SAR DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

BAB II PERIHAL ORANG-ORANG. *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK KAPAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR Kapal laut yang berlayar melintasi samudera di berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu yang cukup, bergerak dengan adanya daya dorong pada kecepatan bervariasi. Dalam perjalanan dapat mengalami berbagai masalah yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain alam, manusia dan teknis yang tidak dapat di dugaduga oleh kemampuan manusia yang akhirnya akan mengganggu pelayaran dan dapat beresiko timbulnya korban jiwa. Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat diatasi secara langsung, perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan seluruh awak kapal harus terlibat mengatasi gangguan tersebut atau bahkan meninggalkan kapal. Keadaan darurat ini dapat merugikan semua pihak, baik awak kapal, pemilik kapal serta bahkan akan merusak lingkungan atau ekosistem dasar laut. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang kondisi keadaan darurat ini oleh awak kapal atau calon awak kapal sebaik mungkin agar mereka memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat dan mengatasi dari keadaan darurat terebut untuk meminimalkan korban jiwa. Pembuatan denah keadaan darurat di atas kapal sangat diperlukan agar penanggulangan keadaan darurat dapat dilakukan dengan cepat dan baik. Untuk itu diperlukan perencanaan dan persiapan, pengorganisasian, serta tindakan pendahuluan untuk melakukan penanggulangan, dan penyediaan perlengkapan keadaan darurat adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan di dalam mengatasi keadaan darurat tersebut. Keadaan darurat sering terjadi di kapal yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa maupun harta benda. Oleh karena itu setiap anak buah kapal (ABK) wajib mempelajari prosedur darurat dan SAR. Di dalam proses penyelamatan diri, baik para penolong maupun yang ditolong haruslah tahu dan paham benar tentang : 1. Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan teknik pelaksanaannya. 2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan sebelum dan setelah terjun dari kapal ke laut. 3. Tindakan - tindakan selama terapung dan bertahan di laut. 4. Tindakan-tindakan pada waktu naik sekoci atau rakit penolong. 4.1. KEADAAN DARURAT Keadaan darurat dapat diidentifikasi menjadi beberapa jenis keadaan antara lain : 4.1.1. Jenis keadaan darurat Keadaan darurat di kapal adalah keadaan yang membutuhkan tindakan khusus dan cepat. Keadaan darurat umumnya disebabkan oleh : 55

1. Faktor alam: cuaca buruk, gempa bumi di laut dan keadaan lainnya yang umumnya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. 2. Faktor manusia: kelalaian, kelelahan fisik, ketidaktrampilan manusia yang dapat mengakibatkan kapal kandas, bocor, kebakaran dan meledak 3. Faktor teknis: kelelahan bahan, kurangnya perawatan peralatan dan perlengkapan yang ketinggalan zaman atau tidak layak laik. Jenis keadaan darurat yang harus menyebabkan anak buah kapal (ABK) untuk meninggalkan kapal diantaranya: 1. Kapal terbakar dan meledak 2. Kapal tubrukan dengan kapal lain 3. Kapal kandas 4. Kapal terjadi kebocoran yang tidak dapat ditanggulangi 5. Kapal tenggelam karena muatan lebih 4.1.2. Sijil Darurat Sijil darurat memberikan rincian prosedur-prosedur tindakan ABK/crew dalam keadaan darurat : 1. Sijil darurat harus dibuat oleh setiap kapal penumpang dan baik isi maupun bentuknya harus disetujui oleh pemerintah. 2. Sebelum kapal berangkat, salinan sijil darurat harus digantung pada beberapa tempat strategis di kapal, terutama di kamar ABK. 3. Tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh setiap ABK dalam keadaan darurat. 4. Sijil darurat selain menunjukan tugas khusus, harus pula menunjukan tempat berkumpul (kemana setiap ABK) harus pergi. 5. Sijil darurat harus menunjukan pembagian tugas bagi ABK, dalam hal : a. Penutupan pintu kedap air, katup-katup penutup mekanis dan lubang-lubang pembuangan b. Melengkapi sekoci penolong, termasuk portable radio, dan alat-alat penolong lainnya. c. Peluncuran sekoci penolong. d. Persiapan umum alat-alat lainnya. e. Pemadaman kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran. 6. Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam hal terjadi kebakaran serta tuga-tugas khusus yang harus dilaksanakan sehubungan dengan operasi pemadaman kebakaran di kapal. 7. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan pemanggilan bagi ABK untuk berkumpul distasiun pesawat luput maut. Masing- 56

masing semboyan tersebut dapat diberikan di kapal penumpang untuk pelayaran international jarak pendek dan untuk kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45,7m), harus dilengkapi dengan semboyan-semboyan yang dijalankan secara elektronik. Semua semboyan ini dibunyikan dari anjungan 4.1.3. Isyarat Pada Keadaan Darurat Isyarat bahaya adalah suatu isyarat atau tanda pengingat bagi anak buah kapal bila terjadi suatu keadaan darurat atau keadaan bahaya. Isyarat bahaya yang dibunyikan apabila terjadi keadaan darurat di atas kapal adalah: 1. Isyarat kebakaran 2. Isyarat peran meninggalkan kapal 3. Isyarat orang jatuh ke laut 4. Isyarat pembatalan Membunyikan alarm atau lonceng kapal secara terus menerus selama 10 detik. Perwira kapal yang bertugas atas perintah nakhoda segera membunyikan alarm atau suling kapal dengan bunyi 7 tiupan pendek dan 1 tiupan panjang secara terus menerus. ABK yang pertama melihat orang jatuh ke laut segera meneriakan: Orang jatuh ke laut!... Orang jatuh ke laut! Teriakan diarahkan ke anjungan Perwira kapal yang bertugas atas perintah nakhoda untuk membatalkan isyarat segera meniupkan seruling dengan 3 tiupan seruling pendek atau dengan 3 bunyi bel pendek. 4.1.4. Prinsip Pencegahan Keadaan Darurat Pencegahan terjadinya keadaan darurat merupakan kewajiban bagi setiap ABK atau personil yang ada di atas kapal. Apabila terjadi situasi keadaan darurat ABK harus segera bertindak sesuai dengan peran yang telah ditetapkan. Tindakan untuk menghindari terjadinya keadaan darurat diantaranya ; 1. Kapal harus laik laut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Membuat rencana dan pelayaran yang benar. 3. Memantau dan menganalisa berita cuaca dan berita keamanan navigasi. 4. Melaksanakan pemeriksaan dan perawatan semua peralatan di kapal. 5. ABK harus mempunyai kemampuan fisik dan mental yang kuat serta terampil dalam melaksanakan tugasnya. 6. Buat daftar pembagian tugas keadaan darurat agar tercipta kerjasama yang baik 7. Tempatkan alat-alat pemadam kebakaran pemadam api ringan pada tempattempat yang strategis dan mudah dijangkau. Serta seuai dengan kemungkinan penyebab/ media mudah terbakar. Setiap anak buah kapal yang ada di kapal harus mengetahui : 57

1. Lokasi dan cara menggunakan peralatan pemadam kebakaran 2. Lokasi dan cara menggunakan peralatan penolong 3. Prosedur keadaan darurat yang harus dilaksanakan Jika di kapal terjadi keadaan darurat maka orang yang pertama mengetahui segera melakukan prosedur sebagai berikut : 1. Membunyikan alarm 2. Melaporkan keadaan darurat kepada perwira jaga. 3. Melakukan tindakan pencegahan terjadinya keadaan darurat 4.2. ALAT ALAT ISYARAT Isyarat semboyan atau secara visual dengan menggunakan pantulan sinar matahari melalui cermin (phyrotecchnique) adalah cara lain yang dapat berfungsi sebagai isyarat tanda bahaya. Jenis-jenis Isyarat visual untuk di kapal terdiri dari : 1. Cerawat tangan (rand hard flare) Cerawat tangan digunakan sebagai alat isyarat bahaya dengan nyala warna merah terang dengan lama menyala 10 detik, dan digunakan pada malam hari. 2. Cerawat parasut (parachute signal) Cerawat parasut berfungsi sebagai alat isyarat visual yang dapat dilontarkan secara vertikal sejauh 300 m dengan lama menyala 40 detik, dan digunakan malam hari. 3. Isyarat asap apung (buoyant smoke signal) Isyarat asap apung digunakan sebagai alat isyarat visual yang dapat mengeluarkan asap jingga selama 10 detik di atas air dan digunakan pada siang hari. Alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal biasanya harus; 1. Mudah terlihat 2. Mudah dijangkau 3. Dapat diluncurkan paling lama 30 menit. Perawatan terhadap alat keselamatan tersebut harus dilakukan secara periodik, agar anak buah kapal terlatih mengenal arti dan pentingnya keselamatan. 4.3. MENCEGAH TERJADINYA KEADAAN DARURAT Upaya dalam mencegah terjadinya keadaan darurat antara lain : 1. Badan kapal dan mesin harus kuat dan memenuhi syarat. 2. Peralatan dan perlengkapan harus baik dan terpelihara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Berita cuaca harus dipantau setiap saat. 58

4. Anak buah kapal harus mempunyai kemampuan fisik dan mental, terdidik dan terampil. 5. Anak buah kapal harus mempunyai disiplin yang tinggi dan mampu bekerjasama antar mereka. 4.4. SAR DENGAN BANTUAN HELIKOPTER Penyelamatan korban dari kapal dengan bantuan helikopter dapat dilaksanakan bila kondisi laut aman. Jenis peralatan yang digunakan untuk mengangkut korban dengan helikopter terdiri dari : 1. Pengangkat jenis tunggal (single lift) 2. Pengangkat jenis ganda (double lift) 3. Pengangkat jenis keranjang (basket lift) 4. Pengangkat tandu (stretcher lift) 5. Jaring penyelamat ( rescue net) Faktor-faktor yang menghambat pertolongan korban dari atas kapal dengan helikopter antara lain : 1. Cuaca buruk 2. Malam hari 3. Keterampilan pilot dan awak pesawat 4. Kepanikan korban 5. Keterampilan memasang alat bantu pengangkat 4.5. PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat. Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk : 1. Menghidupkan tanda bahaya 2. Menemukan dan menaksir besarnya kejadian 3. Kemungkinan bahayanya 4. Mengorganisasi tenaga dan peralatan. 4.5.1. Persiapan Perencanaan dan persiapan ádalah syarat utama untuk mecapai keberhasilan dalam pelaksanaan menanggulangi keadaan darurat di kapal. Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang harus mereka lakukan pada keadaan darurat, misalnya kebakaran di tangki muatan, kamar mesin, kamar ABK, kapal lepas dari dermaga dan hanyut, cara lepas dari dermaga dan lain-lain, harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus dilakukan mengatasi segala keadaan darurat. Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti dalam pengorganisasian keadaan darurat, antara lain : 59

1. Pusat Komando. Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan nakhoda atau perwira senior serta dilengkapi perangkat komunikasi intern dan extern. 2. Satuan Keadaan Darurat. Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor ke pusat komando, menyarankan tindakan apa yang harus diambil. 3. Satuan Pendukung. Kelompok pendukung yang dipimpin oleh seorang perwira yang harus selalu siap untuk membantu kelompok induk dengan perintah pusat komando serta menyediakan bantuan pendukung seperti peralatan, perbekalan, bantuan medis, dll. 4. Kelompok Ahli Mesin. Kelompok ini dipimpin oleh seorang masinis. Tanggung jawab utamanya adalah di kamar mesin dan bisa memberikan bantuan bila diperlukan. 4.5.2. Tindakan Pendahuluan Seorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya, melaporkan kepada perwira jaga yang kemudian akan menyiapkan organisasi. Sementara itu yang berada di lokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus tahu tempat tugas dan apa tugasya. Termasuk kelompok pendukung harus stand-by menunggu perintah selanjutnya. 4.5.3. Tata Cara Prosedur Keadaan Darurat Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek yang diikuti dengan 1 tiupan panjang dengan menggunakan suling kapal atau sirine. Sebagai tambahan dapat dilengkapi dengan bunyi bel atau gong secara terus menerus. Jika semboyan ini berbunyi, berarti semua orang yang berada di atas kapal harus mengenakan pakaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat darurat. ABK melakukan tugas di tempat darurat mereka sesuai dengan yang tertera di dalam sijil awak darurat dan selanjutnya menunggu perintah. Setiap juru mudi dan anak buah sekoci menuju ke sekoci dan mengerjakan : 1. Membuka tutup sekoci, melipat dan memasukkannya ke dalam sekoci. 2. Dua orang dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk memasang tali penahan sekoci yang berpasak dan seorang di belakang untuk memasang propeler sekoci. 3. Tali yang berpasak dipasang sejauh mungkin ke depan tetapi sebelah dalam dari lopor sekoci dan di sebelah luar tali-tali lainnya. 4. Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai rompi renang dengan benar atau tidak. 5. Selanjutnya menunggu perintah 60

Berikut ini akan dijelaskan prosedur atau tata cara dan tindakan yang perlu diambil dalam menghadapi beberapa situasi keadaan darurat. 4.5.3.1. Tubrukan Apabila kapal terjadi tubrukan, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga laut sebagai berikut : 1. Bunyikan sirine bahaya 2. Menggerakan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan 3. Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup 4. Lampu-lampu dek dinyalakan 5. Nahkoda diberi tahu 6. Petugas kamar mesin diberi tahu 7. VHF dipindahkan ke chanel 16 8. Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat 9. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi. 10. Ketinggian air pada got-got dan tangki-tangki diukur. 11. Bertindak secara procedural atau mengikuti perintah penanggungjawab kapal. Gambar. 4.1. Kapal Tubrukan 4.5.3.2. Kandas Atau Terdampar Apabila kapal kandas atau terdampar, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga laut sebagai berikut : 1. Stop mesin 2. Bunyikan sirine bahaya 3. Pintu-pintu kedap air ditutup 61

4. Nahkoda diberi tahu 5. Petugas kamar mesin diberi tahu 6. VHF dipindahkan ke chanel 16 7. Tanda-tanda bunyi "kapal kandas" dibunyikan 8. Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan 9. Lampu dek dinyalakan 10. Ketinggian air pada got-got dan tangki-tangki diukur 11. Kedalaman laut di sekitar kapal diukur 12. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi. Gambar. 4.2 Kapal Kandas 4.5.3.3. Kebakaran Apabila terjadi kebakaran di kapal, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga sebagai berikut : 1. Sirine bahaya dibunyikan 2. Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran 3. Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup. 4. Lampu-lampu di dek dinyalakan 5. Nahkoda diberi tahu 6. Petugas di kamar mesin diberi tahu 7. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi. 62

Gambar 4.3. Kapal Terbakar 4.5.3.4. Air Masuk Ke Dalam Ruangan 1. Sirine bahaya dibunyikan 2. Siaga (dalam keadaan darurat) 3. Pintu-pintu kedap air ditutup 4. Nahkoda diberi tahu 5. Petugas di kamar mesin diberi tahu 6. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi Suatu keadaan dapat diatasi secara tepat dan cepat sangat tergantung pada kerjasama antar penolong dan yang ditolong. Kapal lain atau tim SAR diharapkan dapat memberikan pertolongan dengan mencari lokasi kecelakaan. Untuk mempercepat ditemukannya lokasi kecelakaan diharapkan bantuan yang aktif dari awak kapal dan penumpang yang mendapat kecelakaan. Untuk itu buatlah tanda-tanda yang dapat diapungkan di air atau apa saja yang kiranya dapat menarik perhatian kapal lain atau tim SAR, misalnya menggunakan isyarat visual atau menggunakan cermin semboyan. 63