TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2013 Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditi utama perkebunan yang dikembangkan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao merupakan salah satu anggota genus Theobroma dari famili Sterculiaceae. Pada tanaman kakao terdapat banyak sekali Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat mengakibatkan penurunan produksi kakao. Menurut Widodo (2012) salah satu hama utama yang menyerang yaitu Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella. Harga kakao di terminal kakao New York terus menurun dari 250 USD menjadi 125 USD per ton, jauh dari harga kakao asal dari Pantai Gading. Harga kakao yang rendah ini selalu dihubungkan dengan adanya serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK). Penyebaran hama PBK meliputi beberapa sentra produksi kakao yaitu Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, dan beberapa tempat lainnya. Sentra produksi kakao di Jawa Timur khususnya, berada di Kabupaten Ngawi, Magetan, Madiun, Nganjuk, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Jombang, Mojokerto, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi (Gambar 1). Gejala Serangan PBK pada Buah Kakao Buah kakao yang terserang PBK menunjukkan gejala belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Jika buah kita belah biji-bijinya saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang, dan ukurannya menjadi lebih kecil. Karena biji saling melekat, jika dikocok tidak berbunyi, sedangkan jika dibandingkan dengan buah sehat akan berbunyi. Siklus hidup PBK dari telur sampai menjadi imago selama 35-45 hari, dengan metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago).
Telur Berwarna merah jingga, dan diletakkan pada kulit buah, terutama pada alur buah. Imago betina bertelur 50-100 butir pada setiap buah kakao. Larva Larva yang menetas berwarna jingga, bergerak dan mulai membuat lubang ke dalam kulit, selanjutnya masuk ke dalam buah kakao. Larva tua berwarna putih kekuningan. Larva akan menggerek daging buah, di antara biji dan plasenta. Lama hidup larva 14-18 hari. Setiap buah terdapat 6-40 larva. Pupa Pupa terlindung dalam anyaman kokon, periode pupa 6-8 hari, berwarna abuabu gelap dan panjang 8 mm. Imago Imago berupa ngengat dengan panjang 7 mm dan lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih. Pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam. Antena lebih panjang dari tubuhnya dan runcing. Imago aktif mulai sore sampai malam hari. Pada siang hari berlindung di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari. Daya terbang tidak terlalu tinggi, tetapi mudah terbawa angin. Umur imago berkisar antara 5-7 hari. Fluktuasi Serangan PBK pada Tanaman Kakao Gambar 1. Peta Tingkat Serangan Hama PBK di Jawa Timur bulan September 2013.
Pada Gambar 1. terdapat perbedaan tingkat serangan hama PBK di Propinsi Jawa Timur jika dibandingkan bulan Agustus 2013. Bulan Agustus di wilayah Kabupaten Banyuwangi terdapat serangan dengan skala tinggi untuk hama PBK. Tetapi pada bulan September 2013 skala aman serangan. Hal ini kemungkinan karena pada Kabupeten Banyuwangi sudah dilakukan panen raya, sehingga intensitas serangan hama PBK menjadi aman. Atau disana sudah dilakukan pengendalian buah dengan cara penyarungan buah(sarungisasi). Gambar 1. juga menunjukkan bahwa serangan PBK dengan skala tinggi terdapat di Kabupaten Jombang, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gambar 2. Tingkat Serangan PBK di Kabupaten Jombang Di Kabupaten Jombang, daerah yang terdapat tanaman kakao yaitu di Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Bareng dan Kecamatan Wonosalam (Gambaar 2). Serangan PBK menunjukkan bahwa angka serangan tinggi di Kecamatan Ngoro, Bareng dan Wonosalam, dan ketiga kecamatan tersebut berbatasan dengan Kabupaten Malang, yaitu Kecamatan Kasembon, dan Kecamatan Ngantang. Wilayah Malang yang terserang PBK yang berbatasan langsung dengan Blitar yaitu Kecamatan Wonosari, Kalipare, dan Donomulyo. Sedangkan yang berbatasan langsung dengan Lumajang yaitu Kecamatan Poncokusumo, Wajak, Ampelgading, dan Tirtoyudo, sedangkan di Kabupaten Lumajang (Gambar 4) yaitu Kecamatan Senduro, Pasrujambe, dan Tempursari.
Dilihat dari Gambar 4. Kecamatan Pronojiwo tingkat serangan PBK dengan skala sedang, dengan ini maka perlu untuk diwaspadai untuk pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan antara lain dengan sarungisasi (penyelubungan buah), pemangkasan, pengembangan musuh alami (semut hitam, semut rangrang), pemupukan, dilakukan panen sering, serentak dan teratur, dan juga dilakukan sanitasi. Penyebaran hama PBK pada tanaman kakao dapat disebabkan oleh Kebun yang tidak terawat, terbawa dari lokasi yang terserang ke lokasi yang tidak terserang,ya dapat lewat bantuan angin (penyebarannya dapat berpindah dengan jarak yang cukup jauh, dan juga dari kulit buah yang terserang dibiarkan tidak dibakar (Anonim, 2012). Dikarenakan tanaman kakao merupakan tanaman tahunan dan selalu berbuah sepanjang tahun, biasanya banyak terdapat serangan PBK jika terdapat panen raya. Maka sebaiknya dilakukan panen sering untuk menghindari serangan hama PBK pada kakao. Gambar 3. Tingkat Serangan PBK di Kabupaten Malang
Gambar 4. Tingkat Serangan PBK di Kabupaten Lumajang Pada Gambar 3. menunjukkan bahwa Kecamatan Jabung, Dampit dan Sumbermanjing merupakan tingkat serangan dengan skala sedang. Maka untuk lebih lanjut perlu untuk diwaspadai dalam hal pengendalian terhadap hama PBK. PUSTAKA Anonim, 2012. Pengendalian Hama PBK Pada Tanaman Kakao. BPTP Sulawesi Selatan.http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content &view=article&id=757&itemid=296. Diakses tanggal 24 Oktober 2013. Widodo, D. 2012. Hama PBK pada Kakao. Balai Besar Pelatihan Pertanian. http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id/arsip/artikel/artikelpertanian/117-hama-pbk-pada-kakao. Diakses tanggal 24 Oktober 2013.