Jurnal Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Terutama usia 0-2

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

PERKEMBANGAN BALITA USIA 6-60 BULAN BERDASARKAN KEJADIAN ANEMIA DAN PEMBERIAN STIMULASI MELALUI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENGARUH PELATIHAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

KARAKTERISTIK IBU BALITA KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA

STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-12 BULAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA DI TAMAN POSYANDU PUSKESMAS LAMONGAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PELATIHAN SIAGA SEHAT JIWA TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI RW 06 DAN RW 07 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PENGARUH PELATIHAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN METODE OFF THE JOB TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DENGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi tubuh (Orem, et al., 2001). Penelitian mengenai keadekuatan zat zat gizi

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rustantina 1), Dewi Elliana 2) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi

KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BALITA

PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

SUCI ARSITA SARI. R

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR, RIWAYAT PEMBERIAN AIR SUSU IBU DAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 3-5 TAHUN

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

PELATIHAN SIAGA SEHAT JIWA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KADER DI RW 06 DAN RW 07 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih,

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

TRAINING MANAJEMEN DEMAM DI RUMAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN IBU/PENGASUH

STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA SATU SAMPAI LIMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi


KATA PENGANTAR. rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul. Kembang Anak di Kota Denpasar Tahun 2017 tepat pada waktunya.

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK BALITA DI DAERAH ENDEMI DOWN SYNDROME

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

STUDI TENTANG FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA BALITA DI DESA PENGALANGAN RW 03 MENGANTI GRESIK

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH DI TK NIDZAMIYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRE SCHOOL ( 3-5 TAHUN) DI TPA BERINGHARJO YOGYAKARTA 2013

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS WULUHAN TAHUN 2016

Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 10, Nomor 2, Desember 2016 ISSN X

HUBUNGAN ANTARA STIMULASI KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN BATITA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

Susy Hermaningsih 1, Iryanti 2 Jurusan Keperawatan Bandung Poltekkes Kemenkes Bandung

Transkripsi:

KEMAS 10 (1) (2014) 103-109 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas DUKUNGAN KELUARGA DAN SOSIAL DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL, BAHASA DAN MOTORIK PADA BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS Suryanto 1, Purwandari H, Mulyono WA 1 Jurusan Kesehatan Masyarakat, FKIK Unsoed Purwokerto, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 15 April 2014 Disetujui 5 Mei 2014 Dipublikasikan Juli 2014 Keywords: Family role; Social support; Toddlers growth and development Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh peran keluarga dan dukungan sosial dalam proses pertumbuhan dan perkembangan balita di Kabupaten Banyumas. Penelitian dilakukan dengan teknik pre and post test design pada satu kelompok, dan sampel diambil secara purposive (34 orangtua balita). Lokasi penelitian di RW 3, Desa Rempoah, Baturraden, Banyumas. Tahap I, dilakukan dengan mengidentifikasi keluarga dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang balita, membentuk panduan stimulasi dan video stimulasi untuk balita, melatih kader kesehatan/relawan untuk pendampingan stimulasi tumbuh kembang balita. Tahap II, dilakukan dengan implementasi model; (1) memberikan pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita dengan media video dan modul, (2) demonstrasi dan pendampingan stimulasi menggunakan alat permainan edukatif, (3) implementasi dengan kunjungan rutin setiap 2 minggu sekali selama 5 bulan. Instrumen: kuesioner pra-skrining perkembangan dari Depkes, lembar observasi dan alat pengukuran antropometri (BB, PB, LILA, dan LK). Hasil penelitian adalah peran keluarga dan dukungan sosial mempengaruhi proses tumbuh kembang, uji paired t test menunjukkan model pemberdayaan berdampak terhadap pertumbuhan balita baik pada indikator berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan (masingmasing dengan p value 0,00). Pemberdayaan keluarga terbukti mampu meningkatkan perkembangan balita, baik pada indikator personal sosial, bahasa, motorik halus, motorik kasar (masing-masing dengan p value 0,00). Kesimpulan adalah peningkatan peran keluarga dan dukungan sosial dapat memberikan efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan personal sosial, bahasa, motorik pada balita. FAMILY AND SOCIAL SUPPORT IN PERSONAL GROWTH AND DEVELOPMENT SOCIAL, LANGUAGE, AND MOTOR ON TODDLER IN THE DISTRIC BANYUMAS Abstract Alamat korespondensi: Jl. HR Boenyamin 708 Purwokerto Email: soer_yanto4@yahoo.com Identifying the effect of family role and social support in growth and development process of toddler in Distric Banyumas. Research was done by using pre and posttest design technique to a cluster, sample was taken by purposive sampling (34 parents of toddler). Research located in RW 3 Rempoah Village, Baturraden, Banyumas. Phase 1, done by identifying the families in growth stimulation toddlers, creating stimulation manual and video stimulation for toddlers, training the health cadres / volunteers in order to mentor the growth and development stimulation of toddlers. Phase II, done by model implementation; (1) giving growth stimulation training toddler with video and media modules, (2) demonstrate and stimulation mentoring using educational toys; (3) implementation with regular visits for 5 month in every 2 weeks. Instruments : pra-skrining development questionnaire from department of Health, observation paper and Anthropometric measurement tools (Body Weight, Body Length, Upper Arm Circumference, and Head Circumference). Family role and social support effect the growth and development process. The test of Pair T-test indicate empowerment model impacts in toddlers growth both in body weight, body length, upper arm circumference, head circumference (each with p value 0,00). Family empowerment proven to improve toddlers development, both in social personal indicator, language, fine and gross motor (each with p value 0,00). CONCLUSION. Family role and social support enhancement can give positive effect on personal growth and development on social, language, and motor on toddlers. 2014 Universitas Negeri Semarang ISSN 1858-1196

Pendahuluan Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu fungsi afektif, sosialisasi dan penempatan sosial, perawatan kesehatan, reproduksi dan ekonomi. Keluarga berperan dan menjadi aktor kunci dalam menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan anggota keluarga (Zulaekah, 2014; Setiadi, 2008). Penelitian oleh Purwandari H (2011), menunjukkan dukungan keluarga yang diwujudkan dalam pemberian rangsang atau stimulasi tumbuh kembang pada bayi terbukti mampu meningkatkan skor perkembangan bayi pada kelompok intervensi. Bayi dan balita membutuhkan stimulasi yang baik. Fase balita adalah fase keemasan tapi juga rentan dalam perkembangannya. Stimulasi yang kurang akan mengakibatkan kemampuan sosialisasi, bahasa, motorik halus dan kasar menjadi terlambat (Depkes RI, 2009). Indikator kurangnya stimulasi tumbuh kembang dapat dilihat dari menurunnya cakupan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK). Di Jawa Tengah, pada tahun 2007 dilaporkan cakupan SDIDTK baru 35,66% jauh dibawah SPM 2010 95% (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2008). Puskesmas Baturaden 2 merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Banyumas yang memiliki cakupan SDIDTK rendah. Pada tahun 2010, dari hasil penelitian yang dilakukan Purwandari, (2011), menemukan implementasi SDIDTK untuk bayi, baru terdokumentasi 13,28%. Namun dokumentasi ini dirasakan kurang efektif karena hanya terfokus pada bayi (0-12 bulan), padahal dalam setiap posyandu terdapat balita yang lain (usia 12 bulan ke atas sampai 72 bulan). Balita (0-72 bulan) merupakan sasaran utama dalam pengukuran SDIDTK. Wilayah posyandu di RW 3 Desa Rempoah, termasuk salah satu wilayah kerja puskesmas yang aktivitas SDIDTK masih rendah. Cakupan SDIDTK yang rendah karena beban kerja bidan yang tinggi. Hasil observasi di lapangan saat penelitian tahun 2011 menunjukkan bidan justru tidak dapat mendampingi posyandu karena harus melakukan pelayanan kesehatan umum dan lansia. Banyaknya tugas lain yang dibebankan pada Bidan menyebabkan pengukuran pertumbuhan dilakukan kader kesehatan. Hasil wawancara dengan tiga bidan ditemukan fakta bidan menfokuskan pada pelayanan posyandu lansia karena harus memberikan pengobatan.selain itu pencatatan setiap bulan yang harus dilakukan setiap bidan mencapai 30 laporan. Berdasarkan fakta ini, perlu dikembangkan model pemberdayaan keluarga dengan melibatkan kader kesehatan/relawan untuk membantu pendampingan stimulasi pada balita. Hasil riset sebelumnya menunjukkan model pemberdayaan hanya dengan melibatkan keluarga inti (ayah dan ibu), menggunakan media modul, video, alat permainan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga (Purwandari, 2011). Fakta lain menunjukkan bidan tidak efektif melakukan skreening tumbuh kembang dan lebih melibatkan kader kesehatan, maka pada pengembangan model pemberdayaan keluarga tahun kedua ini dilakukan dengan melibatkan tenaga kader kesehatan/relawan untuk melakukan pendampingan stimulasi pada area yang lebih luas yaitu pada balita dan waktu implementasi diperpanjang lebih 4 bulan. Perkembangan yang diukur, lebih difokuskan pada perkembangan personal sosial, bahasa dan motorik. Tujuan secara umum adalah untuk mengidentifikasi peran keluarga dan dukungan sosial (kader kesehatan/relawan) pada proses pertumbuhan dan perkembangan balita di Kabupaten Banyumas melalui studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Baturraden 2. Tujuan khusus: (1) mengidentifikasi kebutuhan keluarga untuk melakukan stimulasi tumbuh kembang pada balita, (2) mengidentifikasi model pemberdayaan keluarga yang sesuai, (3) membuat media pembelajaran dalam bentuk modul dan video tumbuh kembang balita, (4) melatih kader kesehatan/tenaga relawan untuk melakukan pendampingan proses stimulasi tumbuh kembang balita, (5) mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan ketrampilan keluarga sebelum dan setelah intervensi, (6) mengidentifikasi gambaran pertumbuhan serta perkembangan balita sebelum dan setelah intervensi (7) mengidentifikasi dampak pemberdayaan terhadap pengetahuan dan ketrampilan keluarga setelah intervensi. 104

Metode Metode penelitian menggunakan desain pre and post test pada satu kelompok. Sampel diambil secara purposive 34 responden (ibu dan balita). Lokasi penelitian di RW 3, Desa Rempoah, Baturraden. Tahap I, dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan keluarga dalam stimulasi tumbuh kembang, membentuk panduan stimulasi dan video stimulasi untuk balita, melatih kader/relawan untuk pendampingan stimulasi tumbuh kembang balita. Tahap II, melakukan: (1) pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita dengan media video dan modul, (2) demonstrasi dan pendampingan stimulasi menggunakan alat permainan edukatif, (3) melakukan kunjungan rutin setiap 2 minggu sekali selama 5 bulan. Instrumen yang dipakai adalah lembar observasi pengukuran antropometri (BB, PB, LILA, dan LK), perkembangan bayi diukur dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yaitu kuesioner baku dari Depkes. Perkembangan dikaji dari kemampuan personal social, bahasa, motorik halus dan kasar. Analisis statistik menggunakan uji paired t test. Hasil dan Pembahasan Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan masa yang penting dalam perkembangan selanjutnya. Peran keluarga dalam bidang kesehatan dan dukungan sosial berkontribusi bagi balita dalam menjalani proses tumbuh kembang secara normal dan wajar sehingga tidak ada penyimpangan. (1) Identifikasi kebutuhan untuk stimulasi tumbuh kembang Hasil penelitian menunjukkan 100% responden teridentifikasi adanya kebutuhan untuk mendapatkan informasi stimulasi tumbuh kembang balita. Hasil survei ini menunjukkan adanya kebutuhan keluarga untuk melakukan stimulasi tumbuh kembang. Stimulasi tumbuh kembang adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak, agar tumbuh kembang secara optimal. Latihan diberikan untuk merangsang kemampuan personal sosial, bahasa, motorik halus dan kasar (Depkes, 2009). (2) Identifikasi model pemberdayaan Hasil riset juga menunjukkan model pemberdayaan yang dikehendaki oleh responden adalah dalam bentuk penyuluhan rutin (41,27%). Frekuensi penyuluhan minimal 2 minggu sekali disetujui oleh mayoritas responden (94,1%), penggunaan kombinasi antara penggunaan modul, video dan pendampingan petugas disepakati oleh sebagian besar responden ( 67,6%). Dukungan sosial untuk balita dapat diberikan melalui ibu balitanya yaitu dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan stimulasi dini tumbuh kembang untuk balita. Kegiatan ini terdiri dari pelatihan klasikal selama 2 sesi. Sesi I, membahas praktik perawatan anak, dilanjutkan materi pertumbuhan dan perkembangan, cara melakukan stimulasi tumbuh kembang dengan melakukan demonstrasi kepada keluarga. Setelah pelatihan, keluarga diberikan modul untuk pengingat aktivitas yang harus dilakukan selama di rumah. Keluarga balita kemudian dikumpulkan dalam kelompok kecil berisi 8-10 orang, un- Tabel 1. Dukungan Sosial Yang Dibutuhkan oleh Responden (n=34) Model Ya Tidak Jumlah % Jumlah % Penyuluhan rutin 14 41,2 20 58,8 Frekuensi penyuluhan 2 kali/mg 32 94,1 2 5,9 Pendampingan petugas 6 17,6 28 82,4 Penggunaan Buku Modul 7 20,6 27 79,4 Penggunaan Video 5 14,7 29 85,3 Kombinasi (modul, video, petugas) 23 67,6 11 32,4 Sumber: data primer 105

tuk kemudian diberikan pendampingan setiap 2 minggu sekali. Pendampingan ini dilakukan oleh kader, tenaga relawan dan didampingi peneliti. Aktivitas selama pendampingan adalah mengevaluasi praktik stimulasi yang telah dilakukan, memberikan feeback dan mengajarkan praktik stimulasi untuk usia di atasnya. Media menggunakan modul dan video. Dalam modul terdapat lembar kunjungan, dan setiap kunjungan dituliskan apa yang menjadi permasalahan keluarga, untuk kemudian diberikan solusi. Stimulasi yang diberikan adalah stimulasi perkembangan motorik halus, kasar, personal sosial dan bahasa sesuai dengan tahapan usia. Proses ini berlangsung selama 5 bulan. Hasil temuan pada riset ini sesuai dengan penelitian Rustina, (2007), menemukan adanya kebutuhan video untuk media pembelajaran orangtua dalam meningkatkan partisipasi perawatan bayi prematur. (3) Pengetahuan dan keterampilan keluarga Kompetensi pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam stimulasi pertumbuhan dan perkembangan balita diukur dari pengetahuan terhadap prinsip stimulasi, kemampuan mengidentifikasi kebutuhan stimulasi, kemampuan mengidentifikasi jenis aktivitas stimulasi, dan kemampuan mendemonstrasikan stimulasi perkembangan pada anak. Berdasarkan kuesioner yang diberikan dapat diketahui bahwa pada dasarnya ibu-ibu balita sudah memperoleh pengetahuan tentang stimulasi tumbuh kembang, hal ini dapat dilihat dari rerata kemampuan tentang prinsip stimulasi tumbuh kembang yang mencapai rerata diatas 50 yaitu pengetahuan terhadap prinsip 73,79, mengidentifikasi kebutuhan stimulasi 91,00, jenis aktivitas stimulasi 91,03, dan ketrampilan menstimulasi 78,6. Setelah intervensi semua skor cenderung meningkat kecuali pengetahuan terhadap aktivitas stimulasi yang turun menjadi 88,21. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang anak. Riset sebelumnya yang dilakukan Purwandari (2011) menemukan pelatihan yang diberikan dengan media modul dan video mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian tentang pengetahuan keluarga tentang jenis aktivitas yang dibutuhkan untuk stimulasi, yang skor menurun setelah pelatihan. Kondisi ini dimungkinkan karena jumlah aktivitas stimulasi setelah intervensi jumlahnya semakin meningkat, seiring dengan meningkatkan usia anak. Kondisi ini dapat membingungkan orangtua, sehingga saat dikaji kembali setelah intervensi pengetahuan keluarga tentang jenis aktivitas stimulasi pada anak, skor menurun. (4) Pertumbuhan dan perkembangan balita Hasil pengukuran PB, BB dapat diidentifikasi status gizi menggunakan panduan PB/ BB. Hasil riset menunjukkan status gizi kebanyakan dalam status normal (gambar 2). Setelah prinsip stimulasi identifikasi jenis stimulasi identifikasi aktivitas setelah intervensi sebelum intervensi ketrampilan stimulasi 0 20 40 60 80 100 120 Gambar 1. Rerata Skor Pengetahuan Ibu Balita di RW 03 Desa Rempoah, Kec. Baturaden Bulan Mei-Septermber 2012 (n=34) 106

intervensi balita yang kurus sudah tidak ada, dan balita gemuk meningkat menjadi 5,88 %. Indikator-indikator pertumbuhan lain seperti berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar lengan atas dan lingkar kepala menunjukkan sedikit kenaikan reratanya (tabel 3). Dari tabel 3 menunjukkan jumlah balita kurus berkurang jumlahnya setelah intervensi pemberdayaan. Fakta ini menunjukkan proses pelatihan, pendidikan kesehatan, dan proses pendampingan pada keluarga mampu meningkatkan pengetahuan keluarga terkait penyediaan nutrisi yang adekuat pada anak. Pengetahuan ini akan terimplementasi dalam bentuk praktik keseharian berkaitan penyediaan nutrisi bagi anak, sehingga balita yang kurus menjadi berkurang setelah intervensi diberikan. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Siddiqi (2007), menemukan stimulasi dini akan memberikan efek peningkatan perkembangan pada anak yang kerdil, kelebihan atau kekurangan gizi. Pemberian suplementasi zinc dan stimulasi psikososial mampu meningkatan perkembangan anak yang mengalami kurang gizi. Hasil riset ini sesuai dengan hasil riset sebelumnya. Suatu program stimulasi yang diberikan dirumah oleh pengasuh dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan motor anak yang terinfeksi HIV (Potterton, 2010). Rangsang atau stimulasi dini oleh keluarga dan ssoal diberikan dengan memberikan pelatihan kepada orangtua cara melakukan stimulasi dini untuk personal sosial, bahasa, motorik halus dan kasar kepada keluarga. Selain itu, keluarga diberikan permainan sederhana untuk melatih stimulasi. Hamadani (2006), mengembangkan indikator yang mempengaruhi perkembangan anak usia 18 bulan diantaranya: kegiatan bermain, variasi alat permainan, sumber permainan, keberadaan buku dan majalah. (5) Dampak model pemberdayaan terhadap pengetahuan dan ketrampilan keluarga Penerapan model pemberdayaan memberikan dampak terhadap pengetahuan keluarga, khususnya terkait prinsip dan kemampuan 100.00 80.00 94.12 94.12 60.00 40.00 Sebelum Setelah 20.00 0.00 2.940.00 2.945.88 Kurus Normal Gemuk Gambar 2. Status Gizi Balita sebelum dan setelah intervensi di RW 03 Desa Rempoah, Kec. Baturaraden Bulan Mei-Sept 2012 (n= 34) Tabel 3. Pertumbuhan Balita di RW 03 Desa Rempoah, Bulan Mei September 2012 (n=34) No Pertumbuhan Sebelum Setelah mak min rerata sd mak min rerata Sd 1 Berat Badan Awal 5,00 18,00 10,62 3,16 6,00 19,00 11,12 3,13 2 Tinggi/ Panjang Badan Awal 58,00 104,00 80,32 13,34 61,00 107,00 83,71 12,70 3 Lingkar Kepala Awal 41,00 50,00 46,32 2,57 44,00 50,00 47,32 1,97 4 Lingkar Lengan Atas Awal 12,00 24,00 15,26 2,09 13,00 19,00 15,38 1,52 Sumber: data primer 107

identifikasi jenis stimulasi yang dibutuhkan dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang (p value= 0,04; p value=0,01). Namun demikian, model pemberdayaan tidak memberikan dampak terhadap pengetahuan, khususnya terkait aktivitas stimulasi (p value 0,46). Sementara untuk ketrampilan melakukan stimulasi, model pemberdayaan tidak terbukti memberikan dampak terhadap kemampuan ketrampilan dalam melakukan stimulasi (p value 0,40.) (6) Dampak model pemberdayaan terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita Model pemberdayaan memberikan dampak terhadap pertumbuhan balita (berat badan dengan p value 0,00, panjang badan p value 0,00, lingkar kepala p value 0,00, lingkar lengan atas p value 0,00). Selain pertumbuhan, implementasi model pemberdayaan mampu memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan personal sosial, bahasa, motorik halus dan kasar, masing-masing dengan nilai p value 0,00. Menurut Croesnoe (2009), menemukan pemberian stimulasi kognitif di rumah dan taman kanak-kanak memberikan dampak positif pada anak dengan orang tua yang memiliki pendapatan rendah. Studi lain yang dilakukan dilakukan Nahar (2009), menunjukkan intervensi psikososial yang terintegrasi untuk anak kurang gizi berat mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-24 bulan. Intervensi psikososial dilakukan dengan melakukan pertemuan rutin setiap hari dengan ibu dan anak, serta sesi pertemuan secara individu selama 2 minggu di rumah sakit. Kegiatan ini diikuti dengan kunjungan rumah secara rutin selama 6 bulan. Hasil temuan menunjukkan model pemberdayaan memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Hasil riset ini selaras dengan hasil-hasil riset sebelumnya. Riset yang dilakukan Hamadani (2006), Huda, Khatun dan Grantham-McGregor (2006) menunjukkan pemberian stimulasi psikososial pada anak usia 6-24 bulan dengan kurang gizi di Bangladesh, mampu meningkatkan perkembangan mental, kemampuan vokalisasi, kooperatif, sikap terhadap penguji, nada emosional, dan pengetahuan ibu tentang pengasuhan. Intervensi psikososial dilakukan dengan mengajarkan pentingnya interaksi anak-orangtua dan mempertahankan perkembangan anak (memberikan pujian, umpan balik positif, permainan yang sesuai, pengajaran tentang pemberian label dan hukuman). Studi yang dilakukan Nair (2009), menemukan pemberian stimulasi dini (di rumah) pada satu tahun pertama kehidupan, efektif meningkatkan indeks perkembangan mental dan psikomotor bayi. Intervensi psikososial pada tahap perkembanga kritis (di bawah 5 tahun) dapat mencegah perilaku kekerasan pada usia remaja dan dewasa (Grantham-McGregor, 2011). Bonnier (2008) menemukan program stimulasi dini dalam bentuk Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program serta Infant Health and Development Program, efektif untuk mempertahankan kemampuan kognitif dan interaksi orangtua dan anak, kemampuan gerak kasar meningkat dibandingkan dengan individu yang berisiko lainnya. Sementara Barros (2008), menemukan stimulasi kognitif yang kuat mampu memberikan pengaruh pada anak dengan orangtua yang memiliki pendidikan rendah. Riset yang dilakukan Egami (2009), menemukan latihan pergerakan mata dengan penanda mampu mengestimasi kemampuan penglihatan pada masa kanak-kanak. Hasil studi ini menunjukkan stimulasi visual memberikan manfaat positif bagi anak. Penutup Dukungan keluarga dalam melakukan rangsang/stimulus tumbuh kembang pada bayi dan balita dapat meningkatkan proses tumbuh kembang. Peningkatan peran keluarga dan dukungan sosial (kader kesehatan) juga berdampak positif terhadap peningkatan proses tumbuh dan kembang balita (seperti: personal sosial, bahasa dan motorik). Keluarga dan kader kesehatan disarankan untuk terus memberikan dukungan kepada bayi dan balita di lingkungan keluarga dan saat kegiatan posyandu dengan cara memberikan rangsang secara optimal. 108

Daftar Pustaka Barros, A.J. D. Matijasevich, A. Santos, I. S and Halpern, R. 2008. Child development in a birth cohort: effect of child stimulation is stronger in less educated mothers. International Journal off Epidemiology. Vol 39 (1): 285-294. Bonnier. C. 2008. Evaluation of early stimulation programs for enhancing brain development. Journal Acta Paediatrica. Vol 97 (7): 853-858 Crosnoe, et.al. 2009. Family socioeconomic status and consistent environmental stimulation in early childhood. Journal Child Development. Vol 81(3):972-987. Departemen Kesehatan Jawa Tengah. 2008. Profil Kesehatan Tahun 2008. Depkes Jawa Tengah. Semarang. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Departemen Kesehatan. Jakarta. Egami, C. et.al.. (2009). Development of human visual cognitive function in childhood: evaluation by exploratory eye movements to a picture of a smiling face. Journal No To Hattatsu. Brain And Development. Vol 42(5): 340-345. Grantham-McGregor, S. M. 2005. Zinc supplementation and psychosocial stimulation: effects on the development of undernourished Jamaican children. American Journal of Clinical Nutrition. Vol 82 (2): 399-405. Hamadani, J.D. et.al.. 2006. Psychososial Stimulation Improves The Developmental of Undernourished Children in Rural Bangladesh. The Journal of Nutrition. 136: 2645-2652. Hamadani, J.D. et.al.. M. 2006. Use of family care indicators and their relationship with child development in Bangladesh. Journal off Health, Population, And Nutrition. Vol 28 (1): 22-33. Nair, et.al.. 2009. Effect of Child Development Centre model early stimulation among at risk babies a randomized controlled trial. Journal Indian Pediatrics. Vol 46:20-26. Nahar, et.al.. 2009. Effects of psychosocial stimulation on growth and development of severely malnourished children in a nutrition unit in Bangladesh. Europe Journal Clinical Nutrition. Vol 63 (6): 725-731. Potterton, J. et.al.. (2010). The effect of a basic home stimulation programme on the development of young children infected with HIV. Developmental Medicine And Child Neurology, 52(6), 547-551. Purwandari, H., Suryanto & Mulyono, W.A., 2011. Model pemberdayaan berbasis keluarga untuk meningkatkan tumbuh kembang bayi di Kabupaten Banyumas. Penelitian Unggulan, dipresentasikan pada seminar nasional Puslit Gizi dan Kesehatan LPPM Unsoed, 23-24 November, 2011. Rustina, dkk. 2007. Model Asuhan Keperawatan Bayi Prematur Berpusat Pada Keluarga. UI. Jakarta. Zulaekah S. Dkk. 2014. Anemia Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Malnutrisi. Kemas, 9 (2): 106-114 109