BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

HILMAN FAJRI ( )

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka. berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman. 1 Allah berfirman dalam surat al-

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

PENERAPAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS SYARIAH DALAM DI BMT USAHA GABUNGAN TERPADU (UGT) SIDOGIRI KANTOR CABANG BLITAR SKRIPSI

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG PONOLAWEN PEKALONGAN, UPS WONOYOSO DAN UPCS VETERAN PEKALONGAN

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

dibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB III IMPLEMENTASI AKAD QARD} YANG DIRANGKAI DENGAN AKAD IJA<RAH TEMPAT PENYIMPANAN BARANG JAMINAN QARD} DI KJKS BMT NUSYA, SUKODADI, LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan horizontal antar makhluk (mu amalah). Manusia memiliki kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. manusia kecil dari perjalanan kehidupan manusia, karena setelah kehidupan di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS PERILAKU NASABAH BANK MINI SYARIAH UNTUK MENJADI NASABAH BANK MINI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UINSA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini. Dalam rangka menuju

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB III APLIKASI DAN REALISASI UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Karena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput

BAB V PEMBAHASAN. pertama yaitu uji Box s M. Karena nilai sig hitung Box s M pada fixed factors

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan sebuah aspek yang sangat penting, dimana. keberadaannya digunakan untuk mengatur segala urusan pemerintahan.

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Konvensional. Pendirian Pegadaian Syariah Ponolawen dilatar belakangi oleh

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi sha>h{ib al ma>l

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki untuk disimpan dengan tujuan untuk mengelola uang tersebut.

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang syamil (integral), kamil (sempurna) dan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO A. Analisis Aplikasi Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan rahn dalam menentukan ujrahnya adalah berdasarkan jumlah pinjaman yang dilakukan oleh nasabah. Dalam pembiayaan rahn nasabah harus memberikan barang atau harta sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Pada BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo penetapan ujrah dalam akad rahn dilakukan dengan melihat jumlah besar kecilnya pinjaman nasabah. Dalam mengambil kebijakan-kebijakan penting, pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo mempertimbangkan dalam menentukan ujrah (ongkos pemeliharaan) yang terkait dengan barang yang digadaikan sebagai jaminan pinjaman yang telah diberikan kepada nasabah. 66

67 Dari pengertian akad tersebut maka mekanisme operasional BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian pihak BMT menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh BMT. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Dalam pemberian pembiayaan rahn sebagaimana yang dijelaskan dalam bab III yaitu, sebelumnya perlu dilakukan analisa terhadap pemberian pembiayaan rahn, tahapan analisa antara lain: 1. Setiap permohonan wajib dianalisa atau dievaluasi meliputi tujuan penggunaan pinjaman. Hal ini perlu dilakukan karena gadai hanya dipergunakan untuk tujuan sosial (pendidikan, kesehatan) atau sebagai pinjaman untuk keperluan mendesak lainnya. 2. Sebelum pinjaman diberikan, penaksir sesuai dengan level yang telah ditetapkan akan melakukan penaksiran terhadap obyek jaminan dengan mekanisme atau prosedur penaksiran barang obyek gadai. Pemutusan pemberian pinjaman merupakan kewenangan komite pinjaman berdasarkan pada hasil penaksiran penaksir. 3. Proses analisa pembiayaan dilakukan dengan melengkapi pengisian formulir permohonan. Berdasarkan informasi nasabah dan hasil penaksiran komite

68 Penaksir, maka komite pinjaman memberikan keputusan pemberian atau penolakan pinjaman dengan mencantumkannya dalam formulir permohonan gadai dimaksud pada kolom atau tabel yang telah disediakan untuk masingmasing level komite pinjaman dan penaksir. Kemudian dalam penentuan ujrahnya, pihak BMT mengatakan bahwa jumlah pinjaman yang dilakukan oleh nasabah itu lebih kecil dari pada yang besar, maka pihak BMT memberikan diskon kepada nasabah yang melakukan pinjaman yang lebih kecil. Karena jika biaya ija>rah yang dibebankan pada nasabah di BMT terlihat sama tetapi tentu saja bila sebuah lembaga keuangan memasang tarif yang sama tetapi jumlah pinjaman berbeda maka sirkulasi transaksi tidak akan berjalan akibatnya pegadaian akan merugi. Hal ini yang kemudian menjadi persoalan sehingga pegadaian syariah mengambil langkah adanya sistem perhitungan tetapi yang tidak menyalahi norma Islam, terusan yang dilakukan adalah dengan penerapan diskon yang diberikan pada nasabah. Sebenarnya hal tersebut merupakan suatu kerugian pada pihak yang melakukan pinjaman lebih besar, tetapi demi terselesaikannya pembiayaan ini, akhirnya nasabah yang melakukan pinjaman yang lebih besar menyepakatinya. Dari hasil wawancara dan penjelasan tentang penetapan ujrah dalam akad rahn, penulis dapat menganalisis bahwa bapak Zainal mendapatkan diskon dari pihak BMT dikarenakan jumlah pinjamanya kecil. Sedangkan bapak Suparno

69 harus membayar ujrah lebih besar karena melakukan pinjaman lebih besar dari pada bapak Zainal. Jika dilihat dari aplikasi penetapan ujrah diatas, terdapat perbedaan mengenai penentuan jumlah ujrah antara kedua nasabah tersebut, dimana nasabah yang melakukan pinjaman lebih kecil mendapatkan diskon dari pihak BMT, dibandingkan dengan nasabah yang melakukan pinjaman yang lebih besar, karena pihak BMT sendiri menentukan ujrah didasarkan atas besar kecilnya jumlah pinjaman. B. Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Terhadap Penetapan Ujrah Dalam Akad Rahn di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang dipimpin oleh Ketua Umum MUI. Fungsi utama Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariat Islam. Untuk keperluan pengawasan, Dewan Syariah Nasional (DSN) membuat garis panduan pada produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Syariah Nasional (DSN) pada lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya.

70 Garis panduan pada produk syariah adalah fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan Peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan semua kegiatan dalam lembaga keuangan syariah. Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah sehingga memacu produk layanan dan jasa agar dapat melayani keperluan masyarakat. Salah satu produk yang berkembang di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo adalah pembiayaan rahn. Pembiayaan rahn adalah pembiayaan dengan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam (QS. al-baqarah: 283) sebagai berikut: و إ ن ك نت م ع ل ى س ف ر و ل ت د وا ك ات با ف ر ه ان م ق ب وض ة Artinya:Jika kamu berada dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). 1 Dengan berkembangnya produk pembiayaan rahn di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo, maka pembiayaan rahn terdapat juga ujrah untuk pemeliharaan dan penyimpanan barang. 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Jakarta, Grafika, 2009), 49.

71 Dalam BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo tidak menganut sistem bunga, namun lebih menggunakan biaya jasa, sebagai penerimaan dan labanya, yang dengan pengenaan biaya jasa itu paling tidak dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasionalnya. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya unsur riba (bunga) dalam gadai syariah dalam usahanya pembentukan laba, maka gadai syariah menggunakan mekanisme yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah, seperti melalui akad qard}u>l hasan dan akad ija>rah, akad rahn, akad mud}a>rabah, akad bay muq}a>yyadah, dan akad musha>rakah. Oleh karena itu, pendapat bahwa gadai ketika sebagai sebuah lembaga keuangan, maka fungsi sosialnya perlu dipertimbangkan lagi, apalagi fungsi sosial gadai itu dihilangkan, tidak sepenuhnya benar. Karena paling tidak ada 2 alasan bahwa dengan terlembaganya gadai, bukan berarti menghilangkan fungsi sosial gadai itu, yang berdasarkan hadist-hadist yang mendasarinya menunjukkan bahwa fungsi gadai itu memang untuk fungsi sosial. Alasan itu adalah: 1. Dengan terlembaganya gadai, pegadaian tetap dapat mendapatkan penerimaan dari pihak ra>hin, berupa biaya administrasi dan biaya jasa lainnya, seperti jasa penyimpanan dan pemeliharaan. Berarti pegadaian tidak dirugikan. 2. Fungsi sosial tersebut masih diperlukan guna membantu masyarakat yang membutuhkan dana yang sifatnya mendesak, terutama untuk keperluan hidup sehari-hari, seperti dalam kasus Rasulullah SAW. Yang menggadaikan baju besinya demi untuk mendapatkan bahan makanan.

72 Penentuan besarnya ujrah di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo ditentukan berdasarkan besarnya jumlah pinjaman tetapi yang membedakan perbedaan biaya yang dikenakan antara satu nasabah dengan nasabah yang lain dalam menggadaikan barang dengan nilai taksiran yang sama tetapi jumlah pinjaman berbeda adalah adanya diskon ija>rah yang diberikan karena nasabah meminjam dibawah harga pinjaman. Jadi terlihat sekali bahwa perhitungan biaya ija>rah atau biaya sewa tempat bukan dilihat dari jumlah pinjaman nasabah, berarti dalam penentuan biaya ujrah di BMT tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syari ah Nasional NO: 25/DSN- MUI/III/2002. Yaitu bahwa besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhu>n tidak boleh ditentukan oleh jumlah besar pinjaman. Dalam aplikasi penetapan ujrah dalam akad rahn di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo. Bapak Zainal dan bapak Suparno, beliau berdua melakukan pinjaman kepada pihak BMT dengan jumlah pinjaman yang berbeda dan membawa barang jaminan yang sama, bapak Zainal sendiri melakukan pinjaman sebesar Rp. 5.000.000.- sedangkan bapak Suparno melakukan pinjaman sebesar Rp. 7.000.000.- dari situ sudah terdapat perbedaan dari segi jumlah pinjaman. Pihak BMT sendiri kemudian melakukan penaksiran kepada kedua nasabah tersebut, bapak Zainal yang melakukan pinjaman lebih kecil mendapatkan diskon dari pihak BMT, karena melakukan pinjaman lebih kecil dari pada bapak Suparno, hal tersebut tidak sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002.

73 Meskipun aplikasi penetapan ujrah dalam akad rahn ini tidak sesuai dengan fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, namun niat baik BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo patut diapresiasi (diberi respon yang positif). memberikan pembiayaan menggunakan akad rahn dan ija>rah dengan tujuan daripada peminjam terjatuh di tangan rentenir yang memberikan hutang dengan menerapkan bunga yang lebih besar dan merupakan riba yang diharamkan dalam syari at Islam. Yakni adanya unsur tolong menolong agar ikatan akadnya bisa segera selesai, hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam (QS. al- Ma>idah: 2) sebagai berikut: و ت ع او ن وا ع ل ى ال ب و الت ق و ى و ل ت ع او ن وا ع ل ى اثإ و ال ع د و ا ن Artinya :Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa. 2 Prinsip tolong-menolong dalam akad rahn, sebagaimana telah dijelaskan dalam akad tabarru, namun demikian BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo juga dituntut eksis mengingat telah dipercaya oleh Pemodal dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan mengembalikan modal dari lembaga tersebut dengan prinsip saling menguntungkan, jadi hal ini semakin memperjelas akad ija>rah yang merupakan unsur utama dalam keberlangsungan perum pegadaian itu sendiri. 2 Ibid., 106.

74 Pada aplikasi penetapan ujrah dalam akad rahn, pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo adalah lembaga keuangan yang dituntut untuk mengembalikan modalnya, maka dalam pelaksanaanya pihak pegadaian melakukan terobosan dengan adanya diskon ija>rah, dimana fungsi diskon ini sendiri untuk menarik minat nasabah. Tarif diskon ija>rah di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo berlaku bila ra>hin (nasabah) meminjam uang lebih kecil. Dengan melihat realisasi penetapan ujrah dalam akad rahn, nasabah yang melakukan pembiayaan rahn di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo, Pada dasarnya nasabah harus menyerahkan barang sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dari pihak BMT, dan Peminjam diharuskan mengembalikan hutang pokok pada waktu yang telah ditentukan, baik dengan cara mengangsur atau dengan cara dibayar tunai. Dalam penetapan ujrah, meskipun barang yang diserahkan nasabah kepada pihak BMT itu sama dalam harga jual dipasaran, akan tetapi tidak menjadi patokan dalam penetapan ujrahnya, karena pihak BMT melakukan penetapan ujrah berdasarkan atas jumlah pinjaman yang dilakukan oleh nasabah.