Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING

dokumen-dokumen yang mirip
1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018

KPBU PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI LISTRIK

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

FAQ. bahasa indonesia

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan

BUPATI POLEWALI MANDAR

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

2017, No Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lemba

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

2015, No Mengingat b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah d

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang.

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

Materi Paparan Menteri ESDM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2O12 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

DAFTAR ISI Latar Belakang Tujuan Toolkit KPBU Penerima Manfaat... 2

Transkripsi:

Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING 24 Januari 2017

Daftar Isi 1. Latar Belakang Penjajakan Minat Pasar 2. Tahap Pelaksanaan KPBU 3. Kerangka Peraturan Perundang-undangan terkait Pembangunan PLTSa 4. Dasar Hukum Pelaksanaan KPBU PLTSa 5. Dasar Pertimbangan PJPK 6. Dasar Pertimbangan KPBU 7. Kondisi Eksisting TPA Rawa Kucing 8. Layout dan Lokasi TPA Rawa Kucing 9. Tantangan Yang Dihadapi 10. Rencana Pengembangan PLTSa Rawa Kucing 11. Lingkup Kegiatan KPBU PLTSa 12. Bentuk dan Masa Kerjasama 13. Aspek Keuangan 14. Persyaratan Badan Usaha Pelaksana 15. Standar Kinerja

Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) (Perpres 38 Tahun 2015 dan Permen PPN 4 Tahun 2015) PJPK dapat melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) antara lain melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, serta pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pelaksanaan KPBU Tujuan kegiatan adalah memperoleh masukan dan tanggapan terhadap KPBU dari pemangku kepentingan yang berasal dari Badan Usaha / Lembaga / Institusi / Organisasi Nasional atau Internasionalz Penjajakan Minat Pasar ini merupakan bagian dari penyusunan studi Kajian Awal Prastudi Kelayakan

Tahapan Pelaksanaan KPBU

Kerangka Peraturan Perundang-undangan Terkait Pembangunan PLTSa Kerangka Peraturan Perundang-undangan : 1. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi; 3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan; 4. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta perubahannya; 5. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik; 6. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; 7. Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; 8. Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; 9. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan; 10.Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur; dan 11. Peraturan perundang-undangan terkait lainnya

Dasar Hukum Pembangunan PLTSa Pasal 5 UU 18/2008 Pemerintah dan Pemerintah daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam UU 18/2008 Pasal 6 UU 18/2008 Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah dalam penyelenggaaraan pengelolaan sampah sebagaimana diatur dalam UU 18/2008 antara lain: a. Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah; b. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah; dan c. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengelolaan sampah. Pasal 27 UU 18/2008 Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah

Dasar Pertimbangan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) Pasal 6 Perpres 38/2015 (1) Dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku PJPK (2) Penentuan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang sektor Kewenangan Pemerintah Kabupaten / Kota Dalam Pengelolaan Sampah Pasal 9 ayat 1 UU 18/2008 Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan: a. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi; b. Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah; c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain; d. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengelolaan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah; e. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan f. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya Aset Yang Digunakan Aset yang digunakan merupakan Milik Pemerintah Kota Tangerang dalam wilayah Kota Tangerang. Penggunaan aset milik Pemerintah Kota Tangerang dilakukan berdasarkan PP 27/2014 serta peraturan pelaksananya. Perizinan Dalam Pengelolaan Sampah Pasal 17 ayat 1 UU 18/2008 Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari kepala daerah sesuai dengan kewenangannya W A L I K O T A T A N G E R A N G

Dasar Pertimbangan KPBU Kuantitas sampah Kota Tangerang semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dengan segala kegiatannya Pemrosesan akhir dengan sistem Sanitary Landfill membutuhkan lahan yang sangat besar Keterbatasan lahan untuk pemrosesan sampah dengan sistem Sanitary Landfill Diperlukan sistem dan teknologi pengolahan sampah yang dapat mereduksi sampah dan ramah lingkungan

Proyeksi Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah 4.500.000 jiwa 4.000.000 jiwa 3.500.000 jiwa 3.000.000 jiwa 1.420,0 tpd 2.775,7 tpd 2.637,6 tpd 3.000,0 tpd 2.500,0 tpd 2.000,0 tpd 2.500.000 jiwa 2.000.000 jiwa 1.137,5 tpd 1.500,0 tpd 1.500.000 jiwa 1.223,1 tpd 1.000,0 tpd 1.000.000 jiwa 500.000 jiwa 0 jiwa 910,6 tpd Jumlah Penduduk Timbulan Tiba di TPA Linear (Jumlah Penduduk) 500,0 tpd 0,0 tpd

Kondisi Eksisting TPA Rawa Kucing Kota Tangerang Lokasi pengolahaan sampah perlu dijaga supaya tidak memerlukan perluasan lahan Lokasi TPA Rawa Kucing sudah sesuai dengan peruntukannya (sesuai dengan RTRW Kota Tangerang sebagaimana diatur dalam Perda Tangerang 6 Tahun 2012) Lokasi TPA terletak disekitar Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara yang membatasi ketinggian bangunan, batasan jarak pandang, dan potensi gangguan radar

Layout TPA Rawa Kucing

Lokasi TPA Rawa Kucing Lokasi pekerjaan berada di wilayah administrasi Kota Tangerang, terletak di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rawa Kucing yang merupakan aset Pemerintah Kota Tangerang

Posisi TPA terhadap Bandara Soekarno-Hatta Kawasan horizontal dalam bandara: adalah bidang datar di atas dan di sekitar bandar udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan ukuran tertentu untuk kepentingan pesawat udara melakukan terbang rendah pada waktu akan mendarat atau setelah lepas landas. Dalam Peraturan Menteri Perhubungan KM 14 Tahun 2010, kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 4.000 m dari ujung permukaan utama Apabila ujung taxi-way diperpanjang untuk pesawat besar (A380), maka radius semakin kecil, dan ketinggian bangunan yang diperbolehkan semakin pendek. Saat in TPA Rawa Kucing berada pada titik 2,900m dari ujung taxiway, dan berdasarkan bangunan tertinggi yang diperbolehkan adalah 46m

Lokasi PLTSa

Tantangan Yang Dihadapi Lokasi TPA Rawa Kucing 1 Lokasi TPA Rawa Kucing berada pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandar Udara Soekarno Hatta Resiko pembatasan ketinggian bangunan Dasar Pertimbangan Relative proximity terhadap run-way Soekarno-Hatta (± 3 km) Berada dalam kawasan horizontal dengan Batas ketinggian +46 meter dihitung dari elevasi runway Resiko emisi stack-gas waste to energy mengganggu jarak pandang lepas landas pesawat (dapat dimitigasi oleh penggunaan teknologi yang tepat) & operasi radar. Perencanaan PLTSa perlu diintegrasikan dengan Rencana Operasi TPA 2 Mengingat jumlah sampah yang terus meningkat, maka penentuan kapasitas PLTSa mempertimbangkan daya tampung TPA. Setelah tahun 2020, PLTSa 1,000 tpd tidak lagi mampu menampung 100% beban sampah yang masuk TPA, sehingga sebagian akan diproses di Sanitary Landfill Perlu dipertimbangkan peningkatan kapasitas PLTSa lebih dari 1000 ton/hari untuk mengantisipasi peningkatan jumlah sampah tersebut

RENCANA PENGEMBANGAN PLTSa RAWA KUCING Pembangunan Sistem/Fasilitas Pengolahan Sampah dengan teknologi Thermal Process dan Teknologi Lainnya Kapasitas pengolahan sampah minimum 1000 ton/hari Luas lahan yang tersedia 5 Ha Tingkat reduksi minimum 90% Kelebihan Pembangunan dan pelaksanaan incinerator di kota Tangerang akan lebih cepat, tanpa pembebasan lahan baru & penetapan tata ruang (RUTR/RDTR) Dapat diintegrasikan dengan kondisi existing TPA Rawa Kucing Kelemahan Memiliki resiko penutupan incinerator apabila terjadi perpanjangan runway Bandara Soeta Nilai investasi yang cukup tinggi karena penyesuaian teknologi untuk memenuhi syarat minimum KKOP Pemerintah wajib menjamin investor & perbankan bahwa Pemerintah Tangerang akan memberikan kompensasi yang layak apabila terjadi perluasan bandara yang berdampak pada proyek. Perlu pengelolaan TPA dengan standar tinggi sehingga dapat menghindari resiko kebakaran & pencemaran lingkungan lainnya, yang dapat mengakibatkan penutupan fasilitas secara keseluruhan

Lingkup Kegiatan KPBU PLTSa Ruang Lingkup Kegiatan Badan Usaha Pelaksana, terdiri dari : Merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara PLTSa dengan seluruh sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan, dengan teknologi Thermal Procces dan teknologi lainnya yang ramah lingkungan dan telah terbukti (Proven) dalam pengolahan sampah dengan kapasitas pengolahan minimum 1000 Ton/hari Menyusun Feasibility Study, AMDAL, Detailed Engineering Design (DED) untuk seluruh Prasarana dan Sarana yang akan dibangun dengan mengikuti Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang berlaku baik secara nasional maupun internasional Mengurus dan mendapatkan seluruh perizinan yang diperlukan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku Menyiapkan pembiayaan (Equity dan Loan) yang diperlukan dalam melaksanakan proyek ini untuk mencapai sasaran dan standar kinerja yang telah ditetapkan Menyiapkan sumber daya manusia yang berpengalaman, terlatih dan terampil untuk melaksanakan proyek ini Memberdayakan tenaga kerja lokal termasuk pemulung

Bentuk dan Masa Kerjasama Bentuk Kerjasama Build, Operate, Transfer (BOT) Masa Kerjasama 23 Tahun (3 Tahun Pembangunan + 20 Tahun Operasional)

Aspek Keuangan Berdasarkan Asumsi No Asumsi Satuan Nilai 1 Nilai Investasi (CAPEX) USD 94,2 juta 2 Biaya Operasi (OPEX) USD 5,97 juta/tahun 3 Power Export MW 12 4 Total Residue Persentase 10% 5 Total Reduksi Sampah Persentase 90% 6 IRR Persentase 14% 7 Equity : Loan Persentase 30 % : 70 %

Persyaratan Badan Usaha Pelaksana Aspek administrasi : Akte perusahaan Ijin-ijin perusahaan Perusahaan yang berbadan hukum berupa Badan Usaha Dalam dan Luar negeri serta Badan Usaha Milik Negara/Daerah Aspek Keuangan: Memiliki kemampuan/kapasitas keuangan untuk membiayai proyek Memiliki kekayaan total minimum 3 kali biaya investasi (CAPEX) Memiliki kekayaan bersih minimum 3 kali Ekuitas Aspek Teknis/Teknologi : Memiliki teknologi pengolahan sampah (Thermal Process) dan teknologi lainnya yang ramah lingkungan dan telah terbukti (Proven) Memiliki pengalaman EPC teknologi Thermal Process dan teknlogi lainnya minimal 3 proyek dalam 10 tahun terakhir dengan kapasitas pengolahan minimal 500 Ton/hari dan telah beroperasi minimal 5 tahun secara terus-menerus Memiliki pengalaman pengoperasian dan pemeliharaan teknologi Thermal Procces dan teknologi lainnya minimal 3 proyek dalam 10 tahun terakhir dengan kapasitas minimal 500 ton/hari dan telah beroperasi minimal 5 tahun secara terus-menerus

Standar Kinerja Memenuhi Standar Kinerja yang berlaku baik secara nasional maupun internasional meliputi Arsitektur, Sipil, Mekanikal, Elektrikal dan Tata Lingkungan Memenuhi Standar Kualitas/Baku Mutu Lingkungan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku baik secara Nasional maupun Internasional meliputi Air,Tanah, Udara, Kebisingan dan Kesehatan Masyarakat/Lingkungan

Tata Kelola Keuangan : Struktur Aliran Uang Masuk dan Keluar KPBU PLTSa 9 LENDER a) Lembaga Perbankan b) Lembaga Non- Perbankan (PT. SMI, IIF, dll) 3 dan 8 2 PJPK 1 BADAN USAHA PELAKSA NA 7 4 5 6 PLTSa PENJELASAN 1. Pemerintah Kota Tangerang melakukan kontrak kerjasama dengan BUP untuk merencanakan, membangun, mengoperasikan, dan memelihara PLTSa ( Proyek ); 2. BUP melakukan kontrak kerjasama dengan perbankan/ lembaga keuangan untuk membiayai Proyek; 3. BUP melakukan kontrak kerjasama dengan PT PII (IIGF) untuk penjaminan Proyek (apabila diperlukan); 4. BUP menyelesaikan seluruh kegiatan Proyek; 5. BUP mendapatkan tipping fee dari PJPK atas pengelolaan sampah; 6. PLN melakukan pembelian tenaga listrik dari BUP atas pengoperasian PLTSa; 7. Tanggung Jawab dan Risiko dalam pelaksanaan Proyek berada pada BUP, selama masa perjanjian kerjasama; 8. Apabila terjadi risiko dalam penjaminan, maka PT PII (IIGF) akan membayar klaim kepada BUP; selanjutnya 9. Pemerintah Kota Tangerang akan membayar kepada PT PII (IIGF) berdasarkan Regres

TERIMA KASIH Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING 24 Januari 2017