KAJIAN PENGGUNAAN BAHASA GURU SMA NEGERI 8 BENGKULU SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Sumarsih. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

TINDAK TUTUR PUJIAN DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI PKBM AL-ISLAMIYAH DESA AWAR-AWAR KECAMATAN ASEMBAGUS KABUPATEN SITUBONDO SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR INDUK MODERN PUSPA AGRO SIDOARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

PENGGUNAAN CAMPUR KODE TUTURAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS V SD NEGERI 19 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

ANALISIS TUTURAN IMPERATIF PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM KOMPAS.COM SKRIPSI. Oleh YAYU LESTARININGSIH NIM

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PENYIAR PROGRAM SEMBANG SEKAMPUNG RADIO PANDAWA EDISI MARET-APRIL 2015 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA INDONESIA PADA RADIO MERCY FM TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mendeskipsikan tindak tutur dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

TINDAK DIREKTIF BAHASA INDONESIA PADA POSTER BADAN LINGKUNGAN HIDUP DI TAMAN WISATA STUDI LINGKUNGAN KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

LOGIKA SEBAGAI PERETAS KONSTRUKSI TUTURAN IMPERATIF LITERAL

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Proceeding IICLLTLC

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUWANGI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

TINDAK TUTUR GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK WANGUN SESANA PENARUKAN SINGARAJA

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS X SLB NEGERI 1 PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA TUTURAN MASYARAKAT DESA PANGKE KECAMATANMERAL BARAT KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

TUTURAN DIREKTIF TOKOH UTAMA DAO MING SI DAN SHAN CAI EPISODE 1-15 DALAM DRAMA SERI METEOR GARDEN ( 流星花园 /LIU XING HUA YUAN) KARYA CAI YUEXUN

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

ANALISIS TUTURAN IMPERATIF DALAM DIALOG FILM LASKAR ANAK PULAU KARYA ARY SASTRA EJOURNAL

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF KICK ANDY DI METRO TV EPISODE 06 MARET 24 APRIL

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

SKRIPSI. Oleh Izza Maulida NIM

CAMPUR KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS 1 SD NEGERI 3 GEROKGAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

Transkripsi:

26 KAJIAN PENGGUNAAN BAHASA GURU SMA NEGERI 8 BENGKULU SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Sumarsih Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengdeskripsikan penggunaan bahasa Indonesia pada guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan secara lisan pada saat proses belajar mengajar sesuai dengan faktafakta yang ditemukan di lapangan. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pengamatan dan rekaman. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah: (1) transkripsi data, (2) kodifikasi data, (3) klasifikasi data, (4) interpretasi data, (5) menarik kesimpulan. Temuan penelitian data menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Serawai. Bahasa yang digunakan ini mengandung fungsi personal atau pribadi, fungsi direktif, dan fungsi referensial. Tindak tutur yang ditemuankan meliputi tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur interogatif.this research purpose was to describe the state of the usage of Indonesian at SMAN 8 South Bengkulu teacher verbally during the learning process in accordance with facts found in the field. Data collection in this research was done by observation and recording technique. Data which have been obtained were analysed with the steps: 1) data collecting, (2) transcription of data, (3) codification of data, (4) classification of data, (5) interpretation of data, (6) making concluding. The results of research show that the use of Ianguage teacher at SMAN 8 Bengkulu Selatan is Indonesian languages anda Serawai languages. This languages included personal function, directive function, and reference function. speech act which yielded included a representative speech act, directive speech act, expressive speech act, and interogative speech act. Kata Kunci: penggunaan bahasa, fungsi bahasa, tindak tutur Pendahuluan Salah satu peran bahasa adalah sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan. Bahasa ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam pengajaran di sekolah. Proses belajar mengajar di sekolah tak akan berjalan tanpa adanya bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Suriamiharja (1984: 107) yang meyatakan bahwa bahasa dan pendidikan merupakan dua hal yang bertalian dengan eratnya. Bahasa adalah alat komunikasi dalam pendidikan, sedangkan pendidikan menyumbangkan sahamnya yang tak ternilai untuk mengembangkan dan membina bahasa. Lingkungan sekolah merupakan sebuah masyarakat bahasa. Mengenai masyarakat bahasa ini Aslinda dan Syafyahya (2007: 8) menyatakan bahawa masyarakat bahasa merupakan sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama dan sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan syarat di antara mereka terjadi saling pengertian. Dalam sebuah masyarakat bahasa dimungkinkan menggunakan lebih dari satu bahasa karena pada dasarnya setiap orang menguasai dan menggunakan lebih dari satu bahasa. Sumarsih - Kajian Penggunaan Bahasa Guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

27 Salah satu masyarakat bahasa yang jelas menggunakan dua bahasa atau lebih dalam proses belajar mengajarnya adalah SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan. Siswa-siswa di sekolah ini berasal dari desa-desa yang ada di sekitar sekolah tersebut. Guru-guru yang mengajar di SMA ini pun, sebagian besar memang berasal dari daerah asli, yaitu Bengkulu Selatan dengan bahasanya bahasa Serawai. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa, terlihat bahwa siswa merasa kesulitan menggunakan bahasa Indonesia, terutama untuk menulis dan berbicara. Penulis, sebagai guru bahasa Indonesia di SMA tersebut, mengalami kesulitan dalam mengajak siswa berbahasa Indonesia. Hal ini penulis asumsikan bahwa penyebabnya adalah jarangnya siswa mendengar bahasa Indonesia. Karena mereka jarang mendengarkan, maka mereka juga mengalami kesulitan menirukannya. Sehubungan dengan bahasa yang dipakai dalam proses belajar mengajar ini, Chaer (2006:2) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia memiliki peranan sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan, bahasa Indonesia seyogyanya dipakai oleh guru dan siswa selama proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berusaha untuk menjawab permasalahan-permasalahan: (1) Bahasa apakah yang digunakan guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012? (2) Apakah fungsi-fungsi bahasa yang ditemuankan guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012? (3) Bagaimana bentuk tindak tutur guru di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan bahasabahasa yang digunakan oleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012? (2) Untuk mendeskripsikan fungsi-fungsi bahasa yang ditemuankan guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012? (3) Untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur guru di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penggunaan bahasa pada proses belajar mengajar pada khususnnya dan pada pengembangan kkurikulum pada umumnya. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan penggunaan bahasa Indonesia pada guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan. Data penelitian tuturan guru pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan, baik yang mengajar bidang studi IPA maupun IPS. Data ini dianalisis dengan prosedur sebagai berikut; (1) transkripsi data, (2) kodifikasi data, (3) klasifikasi data, (4) interpretasi dan (5) menyimpulkan. Diksa, Vol. 1, No. 1, Juni 2015

28 Temuan Penelitian dan Pembahasan 1) Penggunaan Bahasa Telah dikatakan dalam Pendahuluan bahwa guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan, sebagian besar merupakan penduduk asli dari etnis Serawai, begitu juga dengan siswanya, maka dapat dikatakan bahwa guru dan siswa merupakan dwibahasawan, bahkan mungkin multibahasawan. Penutur dan mitra tutur merupakan dwibahasawan, maka dari Temuan penelitian ini diperoleh fakta bahwa selain bahasa Indonesia, bahasa daerah juga sering digunakan pada saat proses belajar mengajar, baik yang dilakukan oleh siswa maupun oleh guru. Hal ini tampak pada data berikut. Guru : α(7a). Jadi, itu perbedaannya(7b). Kalau cara mencarinya itu tetap sama(7c). Jadi samo ajo sama saja kalau ndalaki dio mencarinya (7d). Kalau masih pakai turunan, masih tetap pakai turunan (7e). Dari data tersebut tampak bahwa bahasa Serawai digunakan oleh guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar untuk menggantikan bahasa Indonesia. Kata-kata yang telah diucapkan oleh guru (sebagai penutur) dalam bahasa Indonesia diulang dengan makna yang sama dalam bahasa Serawai. Siswa pun (mitra tutur) menjawab dengan menggunakan bahasa Serawai. Dari data yang terkumpul terlihat bahwa pada saat proses belajar mengajar sering terjadi alih kode dan campur kode. Seperti apa yang disampaikan oleh Chaer dan Agustina bahwa peristiwa ini terjadi oleh beberapa sebab. Peristiwa alih kode dan campur kode serta hal-hal yang menjadi penyebabnya akan dibahas sebagai berikut. (a) Alih Kode (Code Switching) Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa terjadi alih kode dalam peristiwa tutur pada saat proses belajar mengajar. Alih kode ini adalah penggunaan dua bahasa atau lebih secara bergantian pada satu kondisi. Pada penelitian ini, alih kode terjadi antara bahasa Indonesia dan bahasa Serawai yang dipakai secara bergantian pada saat proses belajar mengajar. Alih kode ini dapat terlihat dari data berikut. Guru : Nah, setelah dihidupkan dan berjalan, kenapa motor itu berjalan? (13e) Karno apo? karena apa? (13f) Dari data tersebut tampak bahwa terjadi alih kode yang dilakukan oleh guru pada saat proses belajar mengajar. Pada kondisi di atas, ketika guru menjelaskan tentang kecepatan dan percepatan, guru menanyakan sebabsebab mengapa sepeda motor dapat berjalan. Ketika itu guru menggambarkan kondisi sepeda motor setelah dihidupkan dan menanyakan mengapa sepeda motor tersebut dapat berjalan. Pertanyaan tersebut kemudian diulang dengan menggunakan bahasa Serawai. Kata-kata yang tercetak miring merupakan kata-kata dalam bahasa Serawai, sedangkan kata-kata yang tercetak tegak merupakan kata-kata bahasa Indonesia. (b) Campur Kode (Code Mixing) Selain alih kode, hal yang terjadi pada saat proses belajar mengajar dengan guru seorang dwibahasawan Sumarsih - Kajian Penggunaan Bahasa Guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

29 adalah adanya campur kode (code mixing). Data yang diperoleh dari penelitian ini, juga terjadi campur kode pada saat proses belajar mengajar di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan. Data itu dapat dilihat sebagai berikut. Guru : Kalau ndek dio tidak ada kita lanjutkan dengan percepatan (38a). Kalau kemarin rumus kecepatan apa? (38b) Guru : Nah, segalo semua wong cilik dilupakan. (29e) Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi campur kode pada saat proses belajar mengajar. Guru menyelipkan kata-kata bahasa Serawai di antara kata-kata bahasa Indonesia yang dipakai. Kata yang tercetak miring pada data di atas merupakan kata-kata bahasa Serawai, sedangkan kata yang lainnya adalah kata-kata bahasa Indonesia. 1) Fungsi Bahasa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh Temuan bahwa bahasa yang digunakan oleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012 mengandung fungsi-fungsi sebagai berikut. (a) Fungsi Personal atau pribadi Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh Temuan bahwa bahasa yang digunakan oleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun pelajaran 2011/2012 berfungsi untuk menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Data yang menunjukkan fungsi ini adalah sebagai berikut. Guru : Keruan tugasnya apo? tahu tugasnya apa? (43a) Kebiasaan kamu Harisman ndek berubah tidak berubah. (43b) Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa ini berfungsi untuk menyatakan sikap pembicara. Melalui tuturan tersebut penutur ingin menyatakan bahwa penutur sedang marah kepada mitra tutur karena mitra tutur memiliki kebiasaan yang kurang baik, yaitu tidak memperhatikan ketika penutur sedang berbicara. (b) Fungsi Direktif Berdasarkan data yang terkumpul, penggunaan bahasa guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan juga berfungsi untuk mengatur tingkah laku mitra tutur. Penutur mengharapkan mitra tutur mau melakukan kegiatan yang sesuai dengan keinginan penutur. Hal ini tampak pada data berikut. Guru : Kito mbak kini ndek kita sekarang tidak bicara masalah mesin (15a). Lah keruan galo dengan kito baso motor itu bemesin kita sudah tahu semua bahwa motor itu bermesin (15b). Dari data di atas terlihat bahwa kata-kata itu bukan hanya berupa pernyataan, tetapi secara tidak langsung penutur memerintahkan mitra tutur untuk berpikir hal lain yang menyebabkan sebuah sepeda motor dapat berjalan. Penutur mengatakan bahwa saat ini tidak berbicara mengenai mesin dan semua sudah mengetahui bahwa motor bermesin. Penutur menginginkan mitra tutur bepikir tentang hal yang berbeda yang menjadi penyebab berjalannya sepeda motor. Diksa, Vol. 1, No. 1, Juni 2015

30 (c) Fungsi Referensial Bahasa yang digunakan oleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan berfungsi juga untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekitar penutur. Fungsi ini dapat dilihat dari data berikut. Guru : Kalau pada gerak lurus posisi itu dilambangkan dengan R sedangkan untuk gerak melingkar posisi itu dilambangkan dengan (1e). bahasa itu berfungsi untuk membicarakan sebuah objek. Objek yang dibicarakan pada tuturan tersebut adalah lambang posisi pada gerak. Tujuan dari tuturan ini adalah supaya mitra tutur memahami apa yang disampaikan oleh penutur. 1) Tindak Tutur (Speech Act) Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada guru yang mengajar bahwa bahasa yang dipakai oleh guru-guru di SMA dalam menyampaikan materi pelajaran mengandung tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur interogatif. Masing-masing tindak tutur tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut. a. Tindak Tutur Representatif Sesuai penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa tindak tutur representatif yang ditemuankan oleh guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan meliputi tindak tutur yang menyatakan menunjukkan, mengemukakan, dan menjelaskan. Tindak tutur yang menyatakan menunjukkan ditemuankan oleh guru ketika guru ingin menunjukkan sesuatu sebagai pelengkap dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Hal ini dimaksudkan supaya siswa lebih mudah memahami penjelasan yang diberikan. Tindak tutur ini dapat dilihat dari data sebagai berikut. Guru :Jadi, itu perbedaannya(7b). Kalau cara mencarinya itu tetap sama. (7c). Jadi, samo ajo sama saja kalau ndalaki dio mencarinya (7d). Guru : Banyak sekali perbedaan. (13d) Diekspresikan seperti kalau kita ingin menghadap penguasa atau orang yang mempunyai kekuasaan itu memiliki cara-cara tertentu. (13e) Dari data tersebut dapat kita lihat salah satu bentuk tindak tutur yang mengandung makna menunjukkan. Ciri linguistik dari makna menunjukkan ini sama dengan makna berita, yaitu bila dilisankan diakhiri dengan nada yang menurun dan jika dituliskan diakhiri dengan tanda titik. Tindak tutur representatif selanjutnya adalah tindak tutur yang mengandung makna mengemukakan. Tindak tutur ini ditemuankan oleh guru ketika guru mengemukakan sesuatu kepada siswa. Hal ini dapat dilihat dari data berikut. Guru : Yang pakai motor takut ditanyoi ditanyai. (13a). Guru : Ibu ada tugas. (41a) (diam sejenak) Ibu semalam mulai ibu tulis. (41b) Sumarsih - Kajian Penggunaan Bahasa Guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

31 Dari data tersebut terlihat guru mengemukakan bahwa yang memakai motor takut diberi pertanyaan. Pertanyaan tersebut berhubungan dengan materi pelajaran, sehingga siswa khawatir jika dia menjawab pertanyaan dari guru maka akan diberi pertanyaan lebih lanjut. Data berikutnya guru mengemukakan bahwa guru akan memberikan tugas kepada siswa. Ciri linguistik dari tindak tutur yang mengandung makna mengemukakan ini adalah jika dilisankan, tindak tutur ini diakhiri dengan nada menurun, jika dituliskan akan diakhiri dengan tanda titik. Tindak tutur representatif berikutnya yang ditemukan dalam penelitian adalah tindak tutur yang mengandung makna menjelaskan. Tindak tutur ini ditemuankan oleh guru ketika guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi yang sedang diajarkan. Reaksi yang diinginkan oleh guru sebagai penutur terhadap siswa sebagai mitra tutur adalah siswa dapat menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Ciri linguistiknya adalah jika dilisankan akan diakhiri dengan nada yang menurun, dan jika dituliskan akan diakhiri dengan tanda titik. Hal ini dapat dilihat dari data berikut. Guru :Jadi, untuk posisi pada gerak lurus itu hampir sama dengan posisi pada gerak (berhenti sejenak) melingkar(1b). Yang membedakan di sini itu cuman (diam sejenak) satuan dan tanda(1c). tindak tutur ini ditemuankan oleh guru untuk menjelaskan materi tentang posisi gerak lurus dan posisi pada gerak melingkar. Ini dikemukakan supaya siswa dapat memahami materi tentang posisi pada gerak lurus dan posisi pada gerak melingkar. adalah jika dilisankan akan diakhiri dengan nada yang menurun dan jika dituliskan akan diakhiri dengan tanda titik. Data dari tindak tutur ini dapat dilihat berikut. Guru : Jadi percepatan itu adalah perubahan kecepatan. ditambah dikit terhadap waktu terhadap waktu (36c). Perubahan kecepatan terhadap waktu. (36d) Dari data di atas terlihat juga bahwa tindak tutur ini ditemuankan oleh guru untuk menjelaskan materi tentang percepatan. Guru sebagai penutur berharap siswa sebagai mitra tutur memahami apa yang disampaikannya. adalah jika dilisankan akan diakhiri dengan intonasi yang menurun dan jika dituliskan akan diakhiri dengan tanda titik (.). b) Tindak tutur Direktif Tindak tutur direktif ini secara umum ditemuankan oleh guru untuk mendorong mitra tutur (siswa) melakukan sesuatu. Tindak tutur direktif ini oleh Rahardi disebut dengan tindak tutur imperatif. Menurut Austin, tindak tutur ini meliputi mengusulkan, memohon, meminta, dan memerintah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data bahwa tindak tutur direktif yang ditemuankan oleh guru di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan meliputi tindak tutur yang bermakna menyuruh, Diksa, Vol. 1, No. 1, Juni 2015

32 meminta dan mengajak. Masing-masing tindak tutur ini akan dijelaskan berikut beserta contoh datanya. Tindak tutur direktif yang pertama yang ditemuankan oleh guru sebagai penutur adalah tindak tutur yang menyatakan menyuruh. Tindak tutur ini berupa suruhan yang mengharapkan suatu tindakan dari mitra tutur untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh penutur. Data mengenai tindak tutur ini dapat dilihat berikut. Guru : Silakan dicatat sendiri! (36b) Guru : Sebelumnya, Yuldi, maju! (1b) Maju!(1c) Ha.. Nopan, maju!(1d) Amalia, maju Amalia!(1e) Dengan... Juni, maju sini!(1f) Yuldi, Nopan, Amalia, Juni, maju!(1g) Yuldi!(1h) Amalia, maju selangkah!(1i) Dari data di atas terlihat bahwa tindak tutur ini bermakna menyuruh siswa. Guru menyuruh siswa untuk mencatat materi yang telah dijelaskan. Harapan guru sebagai penutur adalah supaya siswa sebagai mitra tutur mengikuti apa yang diinginkan oleh guru, yaitu mencatat materi pelajaran. Data berikutnya, tindak tutur ini bermakna menyuruh siswa. Guru menyuruh siswa untuk maju ke depan kelas. Harapannya adalah supaya siswa mengikuti apa yang diinginkan oleh penutur, yaitu maju ke depan kelas. Ciri linguistik dari tindak tutur ini adalah diawali dengan kata silakan. Ciri lain adalah jika dilisankan maka diakhiri dengan nada yang sedikit meninggi, namun jika dituliskan maka akan diakhiri dengan tanda seru (!). Tindak tutur direktif selanjutnya yang ditemuankan oleh guru adalah tindak tutur yang bermakna meminta. Tindak tutur ini diungkapkan oleh guru untuk meminta kepada siswa supaya siswa melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diminta oleh guru. Data mengenai tindak tutur itu dapat dilihat sebagai berikut. Guru : Cubo kinaki kudai coba lihat dulu di motor! (21a) tindak tutur ini bermakna meminta. Guru meminta siswa untuk melihat tanda apa yang ada di motor. Reaksi yang diinginkan oleh guru sebagai penutur adalah siswa mau melihat tanda apa yang ada di motor. Tanda itu akan berguna bagi pembelajaran tersebut. adalah diawali dengan kata cubo coba. Ciri lain adalah jika dilisankan tindak tutur ini diakhiri dengan nada yang sedikit meninggi, namun jika dituliskan tindak tutur ini diakhiri dengan tanda seru (!). Tindak tutur direktif yang terakhir yang ditemuankan oleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan adalah tindak tutur yang mengandung makna mengajak. Tindak tutur ini diungkapkan oleh guru untuk mengajak siswa melakukan sesuatu. Harapan guru sebagai penutur adalah siswa sebagai mitra tutur mau melakukan sesuatu. Tindak tutur ini dapat dilihat dari data berikut. Guru : Jadi, kita lanjutkan! (1a) tindak tutur ini bermakna mengajak. Guru mengajak siswa untuk melanjutkan Sumarsih - Kajian Penggunaan Bahasa Guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

33 materi yang sedang dibahas. Reaksi yang diinginkan guru dari siswa adalah siswa mau memperhatikan penjelasan berikutnya. Penjelasan yang akan disampaikan oleh guru merupakan penjelasan lanjutan dari penjelasanpenjelasan sebelumnya. adalah jika dilisankan tindak tutur ini diakhiri dengan nada yang agak meninggi dan jika dituliskan maka diakhiri dengan tanda titik. c) Tindak Tutur Ekspresif Berdasarkan penelitian diperoleh Temuan bahwa tindak tutur ekspresif yang ditemuankan oleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan adalah tindak tutur yang menyatakan membenarkan dan menyalahkan secara halus. Masing-masing tindak tutur akan dijelaskan sebagai berikut beserta contoh datanya. Tindak tutur ekspresif yang pertama yang ditemuankan oleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan adalah tindak tutur yang bermakna membenarkan. Tindak tutur ini dapat dilihat dari data berikut. Guru : Benar ada perpindahan (16f). guru membenarkan apa yang disampaikan oleh siswa. Pembenaran ini disampaikan karena siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar. adalah adanya kata benar. Dengan adanya kata benar ini secara langsung guru telah menyatakan bahwa apa yang disampaikan siswa tersebut benar. Ciri linguistik lain dari tindak tutur ini adalah jika dilisankan maka diakhiri dengan nada yang sedikit merendah dan jika dituliskan akan diakhiri dengan tanda seru (!). Tindak tutur ekspresif berikutnya yang ditemuankan soleh guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan adalah tindak tutur yang bermakna menyalahkan. Tindak tutur ini disampaikan oleh guru karena guru merasa tidak puas dengan apa yang dilakukan oleh guru. Tindak tutur ini dapat dilihat dari data berikut. Guru : Awak pakai motor terus tiap hari hari! (26a) Percepatan ndek keruan tidak tahu, kecepatan ndek keruan tidak tahu! (26b) terlihat bahwa tindak tutur yang ditemuankan oleh guru ini adalah menyalahkan secara halus. Guru secara halus menyalahkan siswa karena siswa tidak memahami kecepatan dan percepatan walaupun setiap hari menggunakan motor. Menurut asumsi guru, siswa seharusnya mengetahui percepatan dan kecepatan karena mereka setiap hari menggunakan motor. Pada pemakaian sepeda motor terdapat kecepatan dan percepatan. adalah jika dilisankan tindak tutur ini diawali dengan intonasi yang sedikit meninggi dan diakhiri dengan intonasi yang merendah. Namun, jika dituliskan tindak tutur ini diakhiri tanda seru (!). d) Tindak Tutur Interogatif Dari penelitian di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan diperoleh data bahwa tindak tutur interogatif yang ditemuankan oleh guru meliputi tindak tutur interogatif yang memang menginginkan jawaban dan tindak tutur Diksa, Vol. 1, No. 1, Juni 2015

34 interogatif yang tidak menginginkan jawaban. Masing-masing tindak tutur interogatif ini akan dibahas sebagai berikut beserta contohnya datanya. Tindak tutur interogatif yang pertama adalah tindak tutur interogatif yang memerlukan jawaban. Pertanyaan yang disampaikan oleh penutur benarbenar menginginkan jawaban dari mitra tutur. Hal ini terlihat dari data berikut. Guru :Apakah selama kalian pakai motor itu kecepatannya selalu seperti itu? (27) tindak tutur interogatif tersebut benarbenar membutuhkan jawaban dari miitra tutur. Penutur menanyakan apakah kecepatannya selalu sama selama siswa (mitra tutur) mengendarai sepeda motor. Tindak tutur ini menginginkan jawaban dari mitra tutur. Jawaban yang diinginkan adalah ya atau tidak. adalah jika dilisankan akan diakhiri dengan intonasi yang meninggi. Ciri lainnya adalah jika dituliskan, tindak tutur ini menggunakan kata tanya apakah dan diakhiri dengan tanda tanya (?). Tindak tutur interogatif yang kedua adalah tindak tutur interogatif yang tidak menginginkan jawaban. Tindak tutur ini disampaikan oleh penutur dimaksudkan untuk menarik perhatian mitra tutur, bukan untuk mencari jawaban. Tindak tutur ini dapat dilihat dari data berikut. Guru : Sangat apa? (13c) Banyak sekali perbedaan. (13d) tindak tutur ini disampaikan oleh penutur hanya untuk menarik perhatian mitra tutur. Penutur tidak menginginkan jawaban dari mitra tutur karena jawabannya langsung disampaikan oleh penutur. sama dengan tindak tutur interogatif yang lain, yaitu jika dilisankan diakhiri dengan intonasi yang meninggi, namun jika dituliskan tindak tutur ini menggunakan kata tanya apa dan diakhiri dengan tanda tanya (?). Hanya bedanya dengan tindak tutur lainnya adalah bahwa tindak tutur ini dilanjutkan dengan jawaban yang diinginkan. Jawaban ini disampaikan sendiri oleh mitra tutur, sehingga tidak perlu menunggu jawaban dari mirta tutur. Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa. Bahasa yang digunakan oleh guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun ajaran 2011/2012 yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Serawai. Bahasa tersebut memiliki fungsi fungsi personal, fungsi direktif, fungsi referensial. Tindak tutur yang ditemuankan oleh guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan tahun ajaran 2011/2012 meliputi 4 (empat) tindak tutur, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur interogatif. Namun, yang paling banyak ditemuankan adalah tindak tutur representatif. Saran Sebagai seorang guru yang mengajar di pendidikan tingkat Sumarsih - Kajian Penggunaan Bahasa Guru SMA Negeri 8 Bengkulu Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

35 menengah atas, hendaknya guru menerapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau bahasa pengantar di dunia pendidikan. Guru hendaknya menggunakan bahasa Indonesia secara tertib selama proses belajar mengajar. Guru hendaknya meminimalisai penggunaan bahasa daerah dan menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya selama proses belajar mengajar. Dengan demikian, siswa pun akan ikut tertib menggunakan bahasa Indonesia. Daftar Pustaka Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional Ibrahim, Abd. Syukur. 1995. Sosiolinguistik Sajian, Tujuan, Pendekatan, dan Problem. Surabaya: Usaha Nasional Rahardi, R. Kunjana. 2004. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: Semarang Press Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik.Yogyakarta: Sabda Suryaman, Ukun. 1992. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Alumni Diksa, Vol. 1, No. 1, Juni 2015