BAB I PENDAHULUAN. mungkin senantiasa dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari. tersebut adalah Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP).

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Deksriptif Mengenai Identitas Sosial Anggota KBPPP Yang Bergabung ke Dalam Kelompok Geng Motor Brigez Di Sukabumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti memilih teori Identitas Sosial dari Henry Tajfel, karena menurut

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM HIBAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB II WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG. adalah mengenai tindakan persuasif untuk pencegahan pengaruh negatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

2015 PENYESUAIAN SOSIAL MANTAN ANGGOTA GENG MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR DI BANDUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia dapat dilihat terjadinya banyak tindak

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB IV HASIL PENELITIAN. sendiri diproduksi 600 rebu unit-an Honda CB 100. Namun hingga saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang diri dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Hal ini mengantarkan individu untuk cenderung hidup berkelompok dan membangun interaksi dengan individu lain. Ketika hidup secara berkelompok, terdapat norma serta nilai yang berlaku dan diterapkan di dalam kelompok tersebut baik secara eksplisit maupun implisit. Norma dan nilai inilah yang menjadi dasar anggota kelompok untuk berperilaku, yang mungkin senantiasa dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari. Ketika individu tertarik untuk masuk dalam sebuah kelompok, tentunya individu tersebut sudah mengetahui bagaimana keadaan dari kelompok tersebut, apa yang menjadi nilai-nilai dan norma yang ada dalam kelompok itu dan bagaimana pola interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok itu. Dalam hal ini, kelompok tersebut adalah Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP). KBPP POLRI adalah organisasi kemasyarakatan yang beranggotakan putra putri purnawirawan dan putra putri polri, organisasi tersebut mempunyai hubungan kesejarahan dengan POLRI serta pembinaan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (KAPOLRI), KBPP POLRI juga sebagai Pengemban Misi Bareskrim Polri dan Binmas Polri dalam rangka ikut mensukseskan Grand Strategy POLRI untuk membangun kemitraan (Partnership Building), dan pencitraan. (http://kbppp.ilmci.com/) Di kecamatan Bhayangkara Sukabumi, terdapat sekumpulan remaja yang memiliki orang tua polisi. Remaja tersebut sering berkumpul bersama dan tumbuh 1

2 besar menjadi seorang remaja dalam lingkungan yang sama. Dimulai dari masa anak-anak hingga tumbuh menjadi remaja, merekaselalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama. Kebersamaan yang berlangsung lama ini memupuk rasa kesetiakawanan sampai saat ini. Para remaja ini menjadi anggota sebuah organisasi yang disebut Keluarga Besar Putra Putri Polri, selanjutnya akan disingkat menjadi KBPPP. Awalnya organisasi tersebut bernama Remaja Bhayangkara Club (RBC) namun, pada awal tahun 2003 berganti nama menjadi KBPPP. KBPPP adalah suatu wadah silaturahmi anak polisi dengan anak polisi lainya dalam suatu kota, tidak hanya terpusat pada kota Sukabumi namun terdapat juga dikota-kota lainnya yaitu kota Bandung, Jakarta dan kota-kota lainnya. Para anggota selalu menggunakan atribut keanggotaannya pada saat berkumpul dengan anggota KBPPP lainnya, kegiatan yang diselenggarakan oleh KBPPP serta penyambutan anggota KBPPP lainnya dikota berbeda ketika akan berkunjung ke Sekretariat (misalkan : lambang KBPPP, lambang sektor KBPPP atribut kelengkapan seragam keanggotaan, Tri setya, hymne dan mars, serta bendera, atribut kelengkapan pada sekretariat). Selain itu para anggota pun memahami dan memiliki pemahaman yang sesuai dengan pemahaman dari organisasi KBPPP yaitu semua pengguna baju berwarna merah dengan berlambang logo polisi ialah anggota KBPPP, tujuan anggota KBPPP menggunakan atribut ialah mencerminkan dirinya salah satu dari kelompok serta bangga menjadi kelompoknya tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi ini rutin dilakukan setiap satu minggu sekali. Kegiatan tersebut biasanya diisi dengan acara sharing antar pengurus juga anggota. Pengurus dan anggota berdiskusi dan juga bertukar informasi seputar masalah organisasi. Selain itu, para anggota orgnisasi ini rutin

3 melakukan silaturahmi kepada organisasi lain yang berada baik di Kota Sukabumi maupun di luar Kota Sukabumi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar organisasi KBPPP lainnya. Kegiatan ini pun selalu ditunggutunggu oleh para anggota, hal ini menunjukkan bahwa para anggota antusias untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada. KBPPP tidak hanya menjadi wadah untuk bersilahturahmi sesama anak polisi saja, namun KBPPP juga menjadi penyelenggara kegiatan peringatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia di Sukabumi, mengikuti penyuluhan dengantemasafety riding yang diadakan oleh Polisi Resort (Polres) Sukabumi. Anggota KBPPP mengikutsertakandiri secara sukarela dalam membantu kegiatan yang saatituturun langsung kelapangan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bagaimana cara berkendaraan yang baik serta memberikan helm gratis, selain penyelenggara suatu kegiatan para anggota KBPPP pun menjadi peserta dalam seminar untukmengetahui tentang bagaimana bahayannya sex bebas yang berdampak kepada penyakit-penyakit kelamin, bahaya dalam menggunakan narkoba, serta bahaya dalam mengikuti geng motor. KBPPP mempunyai visi dan misi yaitu menjembatani berbagai latar belakang sosial segenap anggota untuk menjalin kerja sama yang bersifat kekerabatan dari sumber yang sama secara serasi. Mengembangkan dan mendayagunakan potensi yang dimiliki anggota KBPPP, sehingga terbentuk cipta dan karya dalam semangat kebersamaan yang diabadikan untuk kesejahteraan anggota serta mengembangkan misi POLRI. Berdasarkan wawancara terhadap pengurus KBPPP, kinerja para anggota tidak memiliki hambatan mereka selalu menyelesaikan tugas dengan baik sesuai intruksi yang diberikan, seperti: (membuat proposal, mencari dana dipolsek,

4 membuat program kerja pada setiap divisi, membuat stiker, pin, baju, dan diperjual belikan serta membantu kegiatan-kegiatan yang diusung oleh polisi sektor (polsek) dan polisi resort (polres) setempat), mengikuti rapat yang diselenggarakan akan tetapi, kedekatan dalam KBPPP kurang baik banyak anggota kurang membaur satu sama lainya, mereka memiliki peer group masing-masing dalam keanggotaanya, pada saat berkumpul para anggota KBPPP cenderung memiliki kelompok sendiri dan kurang menjadi satu kesatuan didalam keanggotaanya. Remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan manusia yang menyebabkan masa ini berada pada kondisi yang labil. Remaja akan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman sebaya, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal. Sebagian remaja akan melakukan apa saja agar dapat diterima dalam kelompoknya. Remaja seringkali membuat suatu kelompok tersendiri untuk mendukung keeksistensiannya dalam pergaulan. Hal ini menyebabkan banyaknya kelompok-kelompok remaja yang terkadang tidak jelas kegiatannya. Kegiatankegiatan remaja seringkali disebabkan oleh pengaruh lingkungan sosial remaja tesebut. Saat kelompok geng motor mulai merambah terhadap lingkungan disekitar organisasi KBPPP, banyak dari anggota KBPPP yang masuk ke dalam kelompok geng motor tersebut.pengaruh darilingkungan, teman sekolah maupun perkuliahansangat mempengaruhi mereka untuk memilih masuk dalam kelompok geng motor. Teman-teman yang sesama KBPPP pun banyak yang mengikuti masuk kedalam kelompok geng motor Brigez. Mereka pun mengikuti kegiatan yang sering diadakan oleh kelompok geng motor tersebut misalkan, mengikuti kumpul bersama, minum-minuman keras, mengikuti sweeping kejalan jalan besar serta melakukan tawuran dengan geng motor lainnya.

5 Sebagian besar para remaja KBPPP yang masuk kedalam kelompok geng motor Brigez sangat dihormati oleh anggota geng motor karena para remaja KBPPP mempunyai kelebihan yang membedakan dengan kelompok anggota lainnya. Misalkan, mempunyai informasi yang tepat tentang jalan apa saja yang dijadikan titik razia oleh polisi sehingga ketika akan melakukan sweeping dijalan dan menyerang markas anggota gengster lainnya tidak terkena razia. Para remaja yang bergabung di Brigez pun berani menerobos barikade polisi ketika tidak sengaja berpapasan dengan razia yang sedang dilakukan. Perilaku yang demikian, membuatnya disegani anggota Brigez lainnya. Alasan para remaja KBPPP masuk kedalam kelompok geng motor Brigez yaitu, karena merasa nyaman dengan lingkungannya, dapat penghasilan berupa uang dengan cara memperjualbelikan sparepart motor dan helm yang dicuri, serta mendapatkan perlindungan darikelompoktersebut. Keberadaan geng motor merupakan sebuah fenomena sosial yang cukup menarik, karena aksi mereka ditandai dengan banyakhalnegatif seperti aksi perkelahian, kekerasan, bahkan kriminal seperti penjambretan, perampokan, penodongan dan perilaku negatif lainnya. Umumnya mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan merupakan hal biasa bahkan dianggap wajar, meskipun masyarakat menilai bahwa perbuatan tersebut dianggap sebagai perbuatan yang sangat tidak terpuji dan bisa menggenggu ketenangan masyarakat. Anggota geng motor merasa bangga jika masyarakat takut. Adanya rasa bangga bagi anggota geng motor yang mampu merobohkan lawan, merusak harta benda orang lain, merampok, merusak fasilitas umum, merupakan musibah bagi masyarakat. Pada awalnya geng motor terbentuk dari rasa kesetiakawanan yang tinggi antar sesama anggota yang sebagian besar adalah remaja. Kesetiakawanan yang

6 berkembang pada kelompok geng motor mengarah pada kegiatan dan tindakan negatif para anggota. Para anggota geng motor adalah remaja laki-laki. Para remaja ini tertarik untuk masuk geng motor karena beberapa faktor seperti: senang dengan kebut-kebutan, mengikuti idolanya, ajakan teman, tidak percaya diri, ingin berkuasa dan terkenal diantara teman-temannya, hubungan keluarga yang memiliki masalah, serta keingintahuan yang besar mengenai gengster. Enam dari dua puluh lima anak polisi yang bergabung dengan geng motor Brigez adalah seorang pelajar SMA kelas 3, mereka masih menyempatkan diri untuk berkumpul bersama dan mengikuti tawuran diwaktu yang seharusnya mereka mempersiapkan diri untuk UN. Mereka mengatakan Ujian Nasional (UN) bukan masalah yang penting dikarenakan pasti akan mendapatkan jawaban dari pihak sekolah, yang menjadi penting ialah mempertahankan harga diri kelompok dihadapan kelompok lain. Selebihnya dari mereka adalah seorang mahasiswa, dari hasil wawancara pada mahasiswa mereka menuturkan bahwa banyak efek negatif yang mereka rasakan selama mereka berkumpul, seperti kurang tidur, pola makan yang tidak teratur, banyak tugas yang tidak dikerjakan sehingga mereka tidak mengumpulkan tugas-tugas kuliah. Namun, hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi mereka, hal tersebut akan terbayar ketika mereka mendapatkan kesenangan yang ada pada kelompoknya sehingga mereka mempertahankan bergabung kedalam geng motor meskipun banyak hal negatif yang mereka rasakan. Dari hasil observasi dan wawancara, didapat bahwa mayoritas pada kelompok geng motor ini adalah remaja SMA dan Mahasiswa yang rata-rata berumur 16 sampai 21 tahun. Banyak dijumpai para remaja yang identik sebagai pelajar berkumpul di tempat yang dinamakan Warlong saat masih jam sekolah. Berdasarkan hasil wawancara secara umum pada 50 remaja yang sering berkumpul

7 di Warlong ini didapatkan 25 remaja anak polisi. Mereka masuk kedalam kelompok geng motor Brigez terbilang sudah cukup lama, mereka sudah terbilang senior dalam kelompok tersebut, mereka biasanya menghabiskan waktu seharian berkumpul di tempat tersebut, dengan banyak kegiatan seperti minum-minuman keras, bermain gitar, hingga melakukan tawuran dengan geng motor lainya. Para anggota pun selalu mengikut sertakan atribut keanggotaannya ketika berinteraksi dengan orang lain, para anggota selalu menghadiri setiap pertemuan atau berkumpul dan para anggota selalu menjaga nama baik kelompok geng motor Brigez ini. Selain itu para anggota pun memahami dan memiliki pemahaman yang sesuai dengan pemahaman dari kelompok geng motor Brigez yaitu semua pengguna rompi berlambang kelelawar serta berwarna merah, putih dan hitam adalah salah satu dari bagian kelompoknya. Para anggota merasa bangga dengan keanggotaannya dalam kelompok Brigez ini terlihat dari perilaku yang dimunculkannya, seperti para anggota selalu menggunakan atribut-atribut kelompok Brigez setiap kali berkumpul maupun dalam kegiatan sehari-harinya. Para anggota juga selalu mengikut sertakan atribut keanggotaannya ketika berinteraksi dengan orang lain, para anggota selalu menghadiri setiap pertemuan atau berkumpul di akhir pekan dan para anggota selalu menjaga nama baik kelompok. Hal yang sudah dijelaskan tersebut merupakan bagian identitas sosial para anggota yang membedakannya dengan anggota geng lain. Identitas social itu sendiri adalah definisi seseorang tentang siapa dirinya, termasuk di dalam atribut pribadi dan atribut yang dibaginya bersama dengan orang lain. Individu yang tergabung dalam suatu kelompok biasanya akan menghayati diri sebagai bagian dari kelompok dan berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompoknya. Pengetahuan serta perilaku yang ditunjukan oleh anggota KBPPP

8 sesuai dengan kelompoknya namun, kategorisasi diri terhadap kelompoknya kurang diidentifikasi oleh anggota KBPPP sehingga para anggota KBPPP mengkategorisasikan kepada kelompok lain yaitu kelompok geng motor Brigez. Remaja KBPPP yang bergabung dengan geng motor Brigez menampilkan perilaku yang tidak serupa dengan tingkah laku pada anak polisi lainnya atau pada umumnya. Misalnya dilihat dari kegiatan sehari-hari seperti mabuk-mabukan, balapan liar, ugal-ugalan dalam mengendarakan motor, tawuran dengan kelompok geng motor lainya dan banyak meresahkan masyarakat. Segala tindakannya serta perilakunya tersebut menjadi sesuai dengan norma yang sudah tertanam dalam kelompok. Identitas sosial adalah ciri atau keadaan khusus dari suatu kelompok. Hal ini merupakan indikasi bahwa individu memang tak bisa lepas dari pengaruh lingkungannya. Dari paparan diatas terlihat bahwa anggota KBPPP yang bergabung dengan Brigez memperlihatkan perilaku yang bertentangan. Di satu sisi mereka memperlihatkan perilaku yang positif memberikan penyuluhan langsung terhadap masyarakat di sisi lain mereka memperlihatkan perilaku yang negatif seperti melakukan tawuran, ugal-ugalan dijalan serta merusak fasilitas jalan. Kondisi dimana sesorang bergabung dalam dua kelompok yang bertentangan menurut Brewer (2002), walaupun tiap individu memiliki identitas lebih dari satu, menurutnya ada yang rendah sifatnya tetapi ada juga yang tinggi sifat kekompleksitasan identitasnya. Individu dengan kompleksitas identitas sosial yang rendah cenderung akan lebih sering bertemu dan berinteraksi pada kelompoknya. Identitas tersebut membuat jarak antara individu dan kelompok sulit dipisahkan. Kompleksitas sosial yang rendah adalah identitas yang secara subjektif lebih melekat pada satu representasi kelompok. Individu dengan kompleksitas identitas

9 sosial yang tinggi dapat melihat perbedaan dirinya dengan kelompoknya. Dari mereka tercipta juga jarak serta adanya pemisahan antara dirinya sejati dengan dirinya sebagai anggota kelompok. Melihat fenomena diatas para anak polisi tidak membatasi langkah mereka untuk menjalin kelompok dengan geng motor walaupun sudah mengetahui konsenkuensi yang akan diterima apabila mereka tertangkap oleh pihak berwajib. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran identitas sosial Anggota KBPPP yang bergabung kedalam kelompok geng motor Brigez di Sukabumi.. 1.2 Identifikasi Masalah Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas, peneliti akan membahas mengenai Identitas Sosial dalam penelitian ini. Identitas sosial adalah ciri atau keadaan khusus dari suatu kelompok. Menurut Tajfel (dalam Hogg and Abram, 1998), identitas sosial (social identity) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Terdapat tiga komponen yang dapat menjelaskan tentang identitas sosial, komponen-komponen tersebut yaitu komponen kognitif yakni merupakan kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan keanggotaan kelompoknya (Tajfel, 1978 dalam Ellemers et. al, 1999). Komponen ini juga berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok

10 (Hogg, 2001). Pengetahuan serta perilaku yang ditunjukan oleh anggota KBPPP sesuai dengan kelompoknya namun, kategorisasi diri terhadap kelompoknya kurang diidentifikasi oleh anggota KBPPP sehingga para anggota KBPPP mengkategorisasikan kepada kelompok lain yaitu kelompok geng motor Brigez. Komponen evaluatif merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Komponen evaluatif ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan kelompoknya (Tajfel, 1978 dalam Ellemers et. al, 1999). Para aggota KBPPP kurang merasa diakui oleh lingkunganya meskipun Pandangan positif dari masyarakat dan kelompok lain terhadap KBPPP sangat baik namun, mereka lebih memilih kelompok lain yaitu geng motor Brigez agar dirinya merasa diakui dan ditakuti oleh lingkungan sekitar. Komponen emosional merupakan perasaan terlibat secara emosional terhadap kelompok. Komponen emosional ini lebih menekankan pada seberapa besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (komponen afektif). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap identitas sosial yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat terhadap kelompoknya walaupun k kelompoknya diberikan karakteristik negatif (Tajfel, 1978 dalam Ellemers et. al, 1999). Anggota KBPPP memiliki keterlibatan emosional didalam kedua kelompok, yaitu kelompok KBPPP dan kelompok geng motor Brigez. Untuk lebih jelas dalam penelitian ini, permasalahan akan dijelaskan melalui pertanyaan: Bagaimana gambaran mengenai identitas sosial anggota KBPPP yang bergabung kedalam kelompok geng motor Brigez di Sukabumi?

11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Peneliti Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengukur dan memperoleh data empirik untuk mendapatkan gambaran mengenai identitas sosial anggota KBPPP yang bergabung kedalam kelompok geng motor Brigez di Sukabumi. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran secara spesifik mengenai komponen-komponen pada identitas sosial, yakni meliputi komponen kognitif, evaluatif, dan emosional anggota KBPPP yang bergabung kedalam kelompok geng motor Brigez di Sukabumi. 1.4 Bidang Kajian Bidang kajian dari penelitian ini adalah Psikologi Sosial. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun praktis, yaitu : 1.5.1 Kegunaan Teoritis Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk penerapan teori Identitas Sosial untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada anggota KBPPP yang bergabung kedalam kelompok geng motor Brigez di Sukabumi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi yang bermanfaat terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu Psikologi terutama kajian Psikologi Sosial atau yang berkaitan dengan identitas sosial dan dapat membantu penelitian-penelitian sejenis

12 1.5.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang bermanfaat bagi Organisasi KBPPP (Keluarga Besar Putra Putri Polri) khususnya, bagi anak polisi yang bergabung kedalam kelompok tersebut.