BAB II AKAD MURA<BAH{AH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI FUTURES GRAHA PENA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB II LANDASAN TEORI

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB III PEMBAHASAN. adalah berasal dari kata "ribh" ( ر )yang artinya 'keuntungan'. 14. bersama tambahan keuntungan yang jelas'.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INSTRUMEN HEDGING PADA TRANSAKSI SWAP

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI AREA BANJARMASIN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ISTISHNA. atas dasar saling merelakan, atau jual beli merupakan pemilikan harta benda

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :

PEMBIAYAAN MULTI JASA

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Transkripsi:

BAB II AKAD MURA<BAH{AH A. Teori Mura>bah{ah 1. Pengertian Akad Mura>bah}ah Mura>bah}ah merupakan salah satu konsep dalam melakukan perjanjian jual beli. Konsep ini telah banyak digunakan oleh bank-bank dan lembagalembaga keuangan Islam untuk pembiayaan modal kerja, dan pembiyaan para nasabahnya. 1 Pengertian secara lafz}i, mura>bah}ah berasal dari masdar ribh}un (keuntungan). Mura>bah}ah adalah masdar dari ra>bah}a-yura>bih}u-mura>bah}atan (memberi keuntungan). 2 Mura>bah}ah didefinisikan oleh para fuqaha> sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah margin (mark-up) keuntungan yang disepakati. Karakteristik mura>bah}ah adalah bahwa penjual harus memberitahukan kepada pembeli mengenai harga pembelian produk dan mengatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut. 3 1 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000), 22. 2 M. Yazid Afandi, Fiqih Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syari ah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 85. 3 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 13. 23

24 Keseluruhan harga barang dibayar oleh pembeli (nasabah) secara mencicil. Pemilik (ownership) dari asset tersebut dialihkan kepada nasabah secara proporsional sesuai dengan cicilan-cicilan yang telah dibayar. Dengan demikian barang yang dibeli berfungsi sebagai agunan sampai seluruh biaya dilunasi. Lembaga keuangan diperkenankan pula meminta agunan tambahan dari nasabah yang bersangkutan. 4 Menurut Warkum Sumitro mengartikan bahwa yang dimaksud mura>bah}ah adalah persetujuan jual beli suatu barang, dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama dengan pembiayaan yang ditangguhkan selama satu bulan sampai satu tahun. 5 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mura>bah}ah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak Bank dengan nasabah. Dalam mura>bah}a hpenjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia menambahkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian mura>bah}ah, bank syariah membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah dan menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual sebesar harga pokok dengan ditambahkan keuntungan yang disepakati antara bank dengan calon nasabah dan pembayaran dapat dilakukan dengan cara ditangguhkan. 4 Sutan Remi Sdjahdeni, Perbankan Islam Dalam Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafi, 1999), 64. 5 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 37.

25 Atau dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara Lembaga Keuangan Syariah dengan nasabah, di mana Lembaga Keuangan Islam menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan oleh nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual Lembaga Keuangan Syariah (harga beli LKS ditambah margin keuntungan pada saat jatuh tempo). 6 2. Dasar Hukum Mura>bah}ah a. Al-Quran Dalam surah al-baqarah ayat 275... Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... 7 Dalam surah al-nisa ayat 29... Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.... 8 6 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah Deskripsi dan Ilustrasi, edisi-2 (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 115. 7 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemah, (Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993), 69. 8 Ibid., 97.

26 Surah al-ma idah ayat 1... Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.... 9 Dalam surah al-baqarah ayat 280 Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 10 b. Hadits ع ن د او د ب ن ص ال ح ال م د ني ع ن أ ب ي ه ق ال : سم ع ت أ ب ا س ع ي د الخ د ر ي ي ق و ل :ق ال رس و ل االله ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م إ نم ا ال ب ي ع ع ن ت ر اض Dari Dawud bin Salih al-madani dari ayahnya, berkata: saya mendengar Abu Sa id al-khudri berkata: bahwa Rasulullah SAW 9 Ibid., 121. 10 Ibid., 70.

27 bersabda, Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. 11 ع ن ص ال ح ب ن ص ه ي ب عن أ ب ي ه ق ال. ق ال ر س و ل االله ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م ث لا ث ف ي ه ن ال ب ر ك ة ال ب ي ع إ لى أ ج ل و ال م ق ار ض ة و أ خ لا ط ال ب ر ب ال شع ير ل ل ب ي ت لا ل ل ب ي ع Dari Shaleh bin Suhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mud}arabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. 12 c. Ijma Imam Marghinani yang merupakan salah satu imam maz}hab Hanafi menyatakan, bahwa mura>bah}ah hukumnya boleh dilakukan, berdasarkan kondisi penting bagi validitas penjualan didalamnya, di samping itu karena manusia sangat membutuhkannya. 13 Berdasarkan realita adanya praktek-praktek yang dilakukan oleh Ahlu al-madi>nah (penduduk kota Madinah), imam Malik menyatakan, bahwa mura>bah}ah hukumnya boleh dilakukan. Di kota Madinah 11 Muahammad bin Yazid Abu Abdillah al-qazwaniy (disebut Ibn Mâjah), Sunan Ibnu Mâjah, Juz 2, (Beirut: Dar al-fikr, t.th.), 737. 12 Ibid., 768. 13 Abdullah Saed, Bank Islam dan Bunga Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer Tentang Riba dan Bunga, Penerjemah Muhammad Ufuqul Mubin, Nurul Huda, Ahmad Shahih, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet I, 2003), 138.

28 terdapat praktek, bahwa suatu hari pernah ada seorang yang membeli baju di sebuah kota dan mengambilnya di kota lain untuk menjualnya kembali berdasarkan suatu kesepakatan yang didasarkan atas suatu keuntungan tertentu. Terhadap praktek tersebut Ahlu al-madi>nah tidak mengingkarinya, sehingga menjadi dasar konsensus bagi pembolehan praktek mura>bah}ah. 14 Sebagaimana mazhab Hanafi dan imam Malik, imam Syafi i juga membolehkan praktek mura>bah}ah dengan mengilustrasikan, bahwa apabila seseorang menunjukkan suatu komoditas atau barang kepada orang lain, selanjutnya mengatakan: belilah barang ini untukku, maka aku akan memberikan komisi atau keuntungan untukmu segini dan segini, kemudian orang tersebut membelinya, maka transaksi semacam ini menurut imam Syafi i sah hukumnya. 15 d. Kaidah Fiqih ا لا ص ل فى ال م ع ام لا ت الا ب اح ة إ لا أ ن ي د ل د ل ي ل ع ل ى تح ر يم ه ا Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. 16 14 Abdullah Saed, Menyoal Bank Syariah, kritik atas interpretasi bunga bank kaum neo revavilis, penerjemah Arif Maftuhin, (Jakarta: Paramadina, Cet I, 2004), 120. 15 Ibid., 122 16 Rachmat Syafe i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 283.

29 3. Syarat dan Rukun Mura>bah}ah Mura>bah}ah merupakan salah satu aplikasi jual beli sebagai bagian dari jual beli, maka menurut para ulama hukumnya boleh dilakukan dengan beberapa alasan, antara lain: a. Keumuman dalil baik dari al-quran dan al-hadits yang membolehkan jual beli secara umum. b. Ijma kaum muslimin, karena jenis jual beli ini telah dilakukan oleh kaum muslimin di semua negeri dan setiap masa. Karena seseorang yang tidak mempunyai keterampilan berjual beli akan menyebabkan ia menggantungkan diri pada orang lain dan hatinya tetap merasa tenang. Ia dapat membeli barang selanjutnya menjualnya kembali dengan keuntungan yang logis sesuai dengan kesepakatan. 17 Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pembiayaan mura>bah}ah yaitu: a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah b. Kontrak pertama harus sudah sesuai dengan rukun yang ditetapkan c. Kontrak harus bebas riba d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atau kerusakan barang sesudah pembelian 17 Abdullah al-muslih dan Sholah al-shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2004) 199-199.

30 e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalkan pembelian dilakukan secara hutang. 18 Syarat yang terpenting dalam mura>bah}ah adalah bebas dari riba serta harus ada penjelasan atau kejujuran dari lembaga keuangan syariah mengenai barang yang dibeli apakah ada kerusakan atau tidak. Secara prinsip, jika syarat dalam poin 1, 4, dan 5 tidak terpenuhi, pembeli (nasabah mempunyai pilihan: a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual c. Membatalkan kontrak 19 Adapun rukun-rukun yang terdapat dalam mura>bah}ah adalah sebagai berikut: 20 a. Penjual (ba i) Dalam hal ini penjual adalah Lembaga Keuangan Syariah, yakni pihak yang mempunyai barang yang dijadikan obyek dalam transaksi. 18 Karnaen Perwaatmadja, MPA dan Syafi i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Syariah, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992) 102. 19 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 102. 20 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akutansi Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005), 53.

31 b. Pembeli (Musytari>) Yang dimaksud dengan pembeli adalah pihak nasabah yang akan melaksakan transaksi dengan pihak lembaga keuangan syariah. c. Obyek Barang Jelas (Ma qu>d Alaih) Merupakan barang yang dibutuhkan oleh pembeli kedua dan barang yang akan dijadikan obyek dalam transaksi. d. Harga (S}aman) Harga dalam jual beli adalah suatu jumlah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qi>mah) benda yang menjadi obyek jual beli lebih tinggi maupun lebih rendah. e. Ijab kabul (S}igat) Ijab kabul merupakan perkataan serah terima dari penjual dan pembeli dalam hal ini pihak lembaga keuangan syariah dan nasabah. 21 4. Macam-Macam Mura>bah}ah Mura>bah}ah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu: a. Mura>bah}ah tanpa pesanan, yaitu apabila ada yang memesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, lembaga keuangan syariah menyediakan barang dagangannya. Akan tetapi, penyediaan barang tersebut tidak 21 Ibid., 55

32 terpengaruh atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. 22 b. Mura>bah}ah berdasarkan pesanan, lembaga keuangan syariah baru akan melakukan transaksi mura>bah}ah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan. Akan tetapi, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. 23 Mura>bah}ah dalam pesanan dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 1) Mura>bah}ah berdasarkan pesanan dan bersifat mengikat, yaitu apabila telah pesan harus dibeli; 2) Mura>bah}ah berdasarkan pesanan dan tidak bersifat mengikat, yaitu walaupun nasabah memesan baarang, tetapi nasabah yang tidak terkait dapat menerima atau membatalkan barang tersebut. 24 5. Sistem Pembayaran Mura>bah}ah Contoh perhitungan pembayaran mura>bah}ah : Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah motor. Ia dapat datang ke bank syariah dan memohon agar bank membelikanya. Setelah diteliti dan ditanyakan dapat diberikan, bank membelikan motor tersebut dan diberikan kepada nasabah. 105. 22 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2008), 23 Ibid., 105-106 24 Wiroso, Jual Beli Murabahah, 37-38.

33 Jika harga motor tersebut 4 juta rupiah dan bank ingin mendapatkan keuntungan Rp 800.000,00 selama dua tahun, harga yang ditetapkan kepada nasabah seharga Rp 4.800.000,00. Nasabah dapat mencicil pembayaran tersebut Rp 200.000,00 per bulan. 25 6. Manfaat dan Resiko Pembiayaan Mura>bah }a h Sebagaimana jenis bisnis (tija>rah) atau traksaksi jual beli lainnya, mura>bah}ah mempunyai beberapa manfaat dan beberapa resiko yang perlu diantisipasi agar tidak terjadi. Di antara beberapa manfaat mura>bah}ah antara lain adalah: a. Kemungkinan terjadi penipuan lebih kecil, kalau ketentuan harga itu cocok, maka pembelipun merasa puas dengan mengetahui harga modal (pokok) murabahah yang dijelaskan oleh penjual. b. Kedua belah pihak mendapatkan kesenangan melalui hubungan transaksi jual beli murabahah yang disyariatkan dan suci, tanpa ada unsur apapun dan tanpa hal yang diragukan yaitu pedagang mendapatkan keuntungan sedangkan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar suka sama suka. 26 25 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik,171 2013) 26 Hanafipraja, Manfaat Dan Resiko Murabaha, dalam http://www.blogspot.com (28 Mei

34 c. Adanya keuntungan bagi penerima pesanan (penjual/bank) yang muncul dari silisih harga jual beli dari penerima pesanan (penjual/bank) dengan harga jual kepada pemesan(pembeli/nasabah). d. Kesederhanaan sistem mura>bah}ah yang memberi kemudahan penanganan administrasi baik bagi penerima pesanan (penjual/bank) ataupun kepada pemesan (pembeli/nasabah). 27 Di samping mengandung beberapa manfaat, mura>bah}ah juga mempunyai beberapa resiko yang perlu diantisipasi agar tidak terjadi, antara lain adalah: a. Kelalaian yang dilakukan dengan sengaja oleh pemesan (nasabah). b. Fluktuasi harga komparatif, yang terjadi apabila harga suatu barang di pasaran naik. Setelah penerima pesanan (bank) membelikannya untuk pemesan (nasabah). Dalam hal demikian, penerima pesanan (bank) tidak dapat mengubah harga jual beli yang telah disepakati. c. Penolakan barang pesanan oleh pemesan (nasabah) bisa jadi karena barang tersebut dalam keadaan rusak dalam perjalanan. Karenanya pihak pemesan (bank) harus mengasuransikannya, atau bisa jadi karena spesifikasi barang pesanan tersebut tidak sesuai dengan pesanan. Dalam hal demikian penerima pesanan (bank) beresiko untuk menjual barang tersebut pada pihak lain. 27 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, 106-107.

35 d. Penjual barang yang dilakukan pemesan (nasabah) yang telah membelinya. Karena mura>bah}ah merupakan jual beli dengan cara hutang, maka ketika kontrak ditanda tangani bersama, barang pesanan tersebut menjadi milik pemesan (nasabah). Dalam hal demikian maka ia bebas melakukan apa saja, termasuk menjual barang tesebut. Jika yang terjadi demikian, maka kemungkinan default akan lebih besar. 28 B. Ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 82/DSN-MUI/VIII/2011 Tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Di Bursa Komoditi. 1. Ketentuan Umum Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan: a. Bursa adalah PT Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) yang telah memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) untuk mengadakan kegiatan Pasar Komoditi Syariah; b. Perdagangan adalah perdagangan komoditi di Bursa berdasarkan prinsip syariah berupa kegiatan jual beli komoditi antara Peserta Pedagang Komoditi dengan Peserta Komersial,antara Peserta Komersial dengan Konsumen Komoditi; dan dalam perdagangan dengan penjualan 28 Ibid., 107.

36 lanjutan, jual beli dilakukan antara Konsumen Komoditi dengan Peserta Pedagang Komoditi; c. Perdagangan Serah Terima Fisik adalah perdagangan yang diakhiri dengan penerimaan komoditi secara fisik oleh Konsumen Komoditi sebagai pembeli; d. Perdagangan dengan Penjualan Lanjutan adalah perdagangan yang dilanjutkan dengan penjualan komoditi oleh Konsumen Komoditi; e. Komoditi di Bursa adalah komoditi yang dipastikan ketersediaannya untuk ditransaksikan di Pasar Komoditi Syariah sebagaimana ditetapkan oleh Bursa atas Persetujuan Dewan Pengawas Syariah, kecuali indeks dan valuta asing; f. Penjual adalah Peserta Pedagang Komoditi, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang menjadi Peserta Komersial, atau Konsumen Komoditi; g. Pembeli adalah Peserta Komersial atau Konsumen Komoditi, dan Peserta Pedagang Komoditi dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan; h. Peserta Pedagang Komoditi adalah peserta yang menyediakan stock komoditi di Pasar Komoditi Syariah; i. Peserta Komersial adalah LKS yang membeli komoditi dari Pedagang Komoditi;

37 j. Konsumen Komoditi adalah pihak yang membeli komoditi dari Peserta Komersial; k. Peserta Agen adalah pihak yang melaksanakan amanat Peserta Pedagang Komoditi atau melaksanakan amanat Peserta Komersial; l. Wa d adalah janji sepihak yang disampaikan salah satu pihak untuk melaksanakan suatu transaksi; m. Bai adalah jual beli, yaitu pertukaran harta dengan harta yang menjadi sebab berpindahnya kepemilikan obyek jual beli; n. Mura>bah}ah adalah penjualan suatu barang (komoditi) dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba; o. Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak (Muwakkil/pemberi kuasa) kepada pihak lain (wakil) untuk melakukan hal-hal yang boleh diwakilkan; p. Qabd adalah penguasaan komoditi oleh pembeli yang menyebabkan ia berhak untuk melakukan tindakan hokum (tasharruf, seperti menjual) terhadap komoditi tersebut, menerima manfaat atau menanggung risikonya; q. Qabdh Haqiqi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli atas fisik komoditi yang dibelinya;

38 r. Qabdh Hukmi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli secara dokumen kepemilikan komoditi yang dibelinya baik dalam bentuk catatan elektronik maupun non-elektronik;dan s. Muqayyad}ah adalah salah satu bentuk jual beli yang berupa pertukaran komoditi dengan komoditi lainnya, baik pertukaran antar komoditi yang sejenis maupun pertukaran antar komoditi yang berbeda jenis; 29 2. Ketentuan Mengenai Perdagangan Ketentuan mengenai Perdagangan menurut fatwa DSN adalah sebagai berikut, antara lain : a. Komoditi yang diperdagangkan harus halal dan tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan; b. Jenis, kualitas, dan kuantitas komoditi yang diperdagangkan harus jelas; c. Komoditi yang diperdagangkan harus sudah ada (wujud) dan dapat diserahterimakan secara fisik; d. Harga Komoditi yang diperdagangkan harus jelas dan disepakati pada saat akad (Ijab qabul); e. Akad dilakukan melalui penawaran dan penerimaan yang disepakati para pihak yang melakukan perdagangan dengan cara-cara yang lazim berlaku di Bursa; 29 Fatwa DSN MUI Nomor 82/DSN-MUI/VIII/2011, tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Di Bursa Komoditi.

39 f. Penjual harus memiliki komoditi atau menjadi wakil pihak lain yang memiliki komoditi; g. Penjual wajib menyerahkan komoditi yang dijual kepada pembeli dengan tata cara dan waktu sesuai kesepakatan; h. Pembeli wajib membayar komoditi yang dibeli kepada penjual dengan tatacara dan waktu berdasarkan kesepakatan; dan i. Pembeli boleh menjual komoditi tersebut kepada selain penjual sebelumnya/pertama hanya setelah terjadi qabdh haqiqi atau qabdh hukmi atas komoditi yang dibeli. 3. Ketentuan Mengenai Bursa Ketentuan mengenai bursa berjang\ka menurut fatwa DSN adalah sebagai berikut, antara lain : a. Bursa wajib membuat peraturan mengenai mekanisme perdagangan komoditi yang tidak bertentangan dengan prinsipprinsip syariah; b. Bursa wajib membuat peraturan mengenai mekanisme yang memungkinkan terjadinya serah fisik komoditi yang diperdagangkan; c. Bursa tidak boleh membuat peraturan yang melarang terjadinya serahterima fisik komoditi yang diperdagangkan; d. Bursa wajib menyediakan sistem perdagangan di Bursa; e. Bursa wajib melakukan pengawasan terhadap perdagangan di Bursa;

40 f. Bursa boleh menetapkan syarat-syarat tentang pihak-pihak yang melakukan perdagangan di Bursa. 30 30 Ibid