Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Teknologi PTT, Tingkat penerapan PTT, Produksi.

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAB V. kelembagaan bersih

STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

MODUL KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V STATUS KEBERLANJUTAN DAS CILIWUNG HULU

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Pedoman Umum. PTT Kedelai. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

Peluang Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENANAMAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

EVALUASI STATUS KEBERLANJUTAN AGROPOLITAN PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR A. Faruq Hamdani 1, Benny Joy 2, dan E.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Keragaan Usahatani Kacang Hijau di Lahan Suboptimal Kabupaten Sambas

Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Abstrak

Pedoman Umum. PTT Kedelai

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Pengembangan Sistem Agribisnis Ikan Lele

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

Introduksi Varietas Kedelai Mendukung Program Peningkatan Produksi Menuju Swasembada Kedelai di Jawa Tengah

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

ABSTRAK PENDAHULUAN ABSTRACT R. WIDIRIANI 1, S. SABIHAM 2, S. HADI SUTJAHJO 3, DAN I. LAS 4 ISSN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

Transkripsi:

Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana : BOPTN 2013 Universitas Jember Kontak email : agustin_agrisos@yahoo.co.id 1 Dosen PS.Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember 2 Mahasiswa PS.Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember ABSTRAK Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi yang mempunyai posisi strategis dalam keseluruhan kebijakan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam menu pangan penduduk Indonesia. Namun permasalahan yang ada dalam peningkatan produksi kedelai adalah kesenjangan produktivitas di tingkat petani yang cukup besar, dibandingkan dengan potensi yang dapat dicapai petani, sehingga kebutuhan kedelai dalam negeri tidak dapat tercukupi oleh produksi dalam negeri. Pendekatan PTT merupakan salah satu alternatif yang memberikan jaminan adanya peningkatan produktivitas, peningkatan keuntungan usahatani dan melestarikan sumberdaya untuk keberlanjutan sistem produksi usahatani. Penggunaan varietas unggul bermutu merupakan komponen teknologi dasar/unggulan dalam model PTT yang mudah diadopsi petani dan memberikan kontribusi yang nyata dalam peningkatan produksi tetapi kenyataannya di lapangan penggunaan varietas unggul baru mencapai 10% dan produktivitas petani masih banyak pada kisaran 1,2 ton/ha. Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui produktivitas dan produksi usahatani kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember, 2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember, 3. Untuk menganalisis tingkat keberlanjutan usahatani kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) produktivitas usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah sebesar 2.208,46 kg/ha, (2) usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah menguntungkan dengan pendapatan yang diterima petani adalah rata-rata sebesar Rp. 12.623.034,68 per hektar untuk satu kali musim tanam tahun 2013, (3) usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember cukup berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan pada dimensi ekologi adalah 68,1956, dimensi ekonomi adalah 69,1640 dan pada dimensi sosial adalah 69,2915. Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan 1

EXECUTIVE SUMMARY Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana : BOPTN 2013 Universitas Jember Kontak email : agustin_agrisos@yahoo.co.id 1 Dosen PS.Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember 2 Mahasiswa PS.Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi yang mempunyai posisi strategis dalam keseluruhan kebijakan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam menu pangan penduduk Indonesia. Menurut Simatupang, dkk. (2005), hampir 90% konsumsi kedelai adalah konsumsi bahan pangan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat, oleh karena itu ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting. Berdasarkan data Balai Penelitian Kacangkacangan dan Umbi-umbian (2010), hingga saat ini produksi nasional baru mampu memenuhi 35 40% dari kebutuhan dalam negeri. Berbagai kendala peningkatan produksi kedelai nasional banyak dihadapi, salah satunya adalah rendahnya produktivitas kedelai. Terlihat adanya kesenjangan produktivitas di tingkat petani yang cukup besar, dibandingkan dengan potensi yang dapat dicapai petani. Produktivitas pertanaman kedelai di tingkat petani saat ini masih rendah yaitu sebesar 1,2 t/ha dengan kisaran 0,6 2,0 t/ha, padahal teknologi produksi yang tersedia mampu menghasilkan >2 t/ha. Namun demikian, peluang peningkatan produksi melalui perbaikan teknologi masih terbuka lebar. Hal tersebut pula yang terjadi di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang tinggi dalam pengusahaan usahatani kedelai, namun masih menghadapi kendala pada produktivitas tanaman kedelai. Oleh karena itu usaha-usaha untuk meningkatkan produksi dan produktivitas harus terus diupayakan. Komponen teknologi produksi yang dikemas dalam model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah penggunaan benih bermutu varietas unggul dan pengelolaan LATO (lahan, air, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman) yang mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 2 ton/ha dan diharapkan mampu 2

meningkatkan efisiensi usahatani. Penggunaan varietas unggul bermutu merupakan komponen teknologi dasar/unggulan dalam model PTT yang mudah diadopsi petani dan memberikan kontribusi yang nyata dalam peningkatan produksi tetapi kenyataannya di lapangan penggunaan varietas unggul baru mencapai 10% dan produktivitas petani masih banyak pada kisaran 1,2 ton/ha. Pendekatan PTT merupakan salah satu alternatif yang memberikan jaminan adanya peningkatan produktivitas, peningkatan keuntungan usahatani dan melestarikan sumberdaya untuk keberlanjutan sistem produksi usahatani. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji lebih dalam mengenai manfaat PTT terhadap peningkatan produksi kedelai, pendapatan dan tingkat keberlanjutan dari pendekatan PTT tersebut. Selanjutnya permasalahan pada kajian ini dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana produktivitas dan produksi usahatani kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember? 2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember? 3. Bagaimanakah keberlanjutan usahatani kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember? Berdasarkan permasalahan yang diatas maka beberapa tahapan yang dilaksanakan pada penelitian adalah dilakukannya identifikasi terhadap potensipotensi sumberdaya yang ada dan kendala-kendala di daerah penelitian, data-data tentang produksi, produktivitas dan pendapatan petani kedelai. Selain itu juga ditetapkan indikator-indikator untuk mengetahui tingkat keberlanjutan usahatani kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Kemudian data-data yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis produktivitas, analisis pendapatan dan analisis rapfish untuk mengetahui keberlanjutan usahatani kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada awalnya masih jauh dari produktivitas optimal, tercatat produktivitas kedelai di Kecamatan Bangsalsari pada tahun 2011 adalah sebesar 18,11 ku/ha (1811 kg/ha) (Agustina, 2012). Dengan adanya pelaksanaan SLPTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari yang telah berjalan selama kurang lebih enam tahun maka produktivitasnya semakin meningkat. Pada musim tanam 3

(MK II) tahun 2013 produktivitas usahatani kedelai di Desa Sukorejo telah mengalami peningkatan menjadi rata-rata 2.208,46 kh/ha. Petani kedelai dengan PTT di Desa Sukorejo menggunakan benih kedelai bantuan dari pemerintah, dimana masing-masing petani memperoleh bantuan benih varietas unggul bermutu sesuai dengan luas lahan yang dimilki (varietas anjasmoro dan baluran). Berdasarkan umurnya, varietas unggul kedelai dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu varietas berumur genjah (kurang dari 80 hari), varietas berumur sedang (81-89 hari) dan varietas berumur dalam (lebih dari 90 hari). Varietas unggul kedelai yang digunakan oleh petani Program SLPTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalah Anjasmoro dan Baluran. Kedua varietas kedelai tersebut memiliki umur sedang masing-masing 82-92 hari dan 80 hari. Cara tanam tugal dianjurkan pada lahan yang mempunyai kandungan air tanah relative rendah. Benih kedelai ditanam secara tugal pada kedalaman 2-3 cm dengan alat tugal, jarak tanam 40 cm x 10-15 cm dengan 2/3 biji per lubang sehingga kebutuhan benih kedelai per ha adalah 40 kg. Dengan cara tanam ditugal (larikan) dapat menghemat kebutuhan benih kedelai per hektar, walaupun ada sebagian kecil petani kedelai menanam dengan cara disebar. Penggunaan benih unggul, perbaikan budidaya seperti cara tanam, pemupukan dan pengendalian OPT yang tepat merupakan beberapa hal yang mendorong meningkatkan produktivitas kedelai di Desa Sukorejo. Analisis Pendapatan Petani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalah menguntungkan. Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total (Rp. 17.209.400,00 per hektar) dan biaya total (Rp. 4.586.365,32 per hektar) yang dikeluarkan petani selama proses produksi kedelai. Berdasarkan hal tersebut maka rata-rata pendapatan petani kedelai pada MK II tahun 2013 adalah sebesar Rp. 12.623.034,68 per hektar. Besarnya pendapatan petani kedelai tergantung pada biaya produksi yang dikeluarkan, produksi yang dihasilkan dan harga jual yang berlaku. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani kedelai di daerah penelitian meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Pada penelitian ini, biaya-biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani antara lain, biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, bokhasi, dan biaya lainnya (biaya untuk penggilingan kedelai dan biaya pengairan yang dibayarkan kepada petugas secara sukarela dimana biasanya semakin banyak hasil/produksi maka biaya 4

pengairan semakin banyak). Sarana produksi yang digunakan oleh seluruh petani responden dalam proses produksi tanaman kedelai terdiri dari benih, pupuk, dan pestisida. Tingginya produksi kedelai di Desa Sukorejo dipengaruhi oleh adanya bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan oleh pemerintah serta keikutsertaan petani pada sekolah lapang PTT kedelai. Selain itu pendapatan juga sangat ditentukan oleh harga jual kedelai. Harga jual kedelai di pasaran memang fluktuatif, namun cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rata-rata harga kedelai per kg yang dinikmati petani adalah sebesar Rp 7.793,50. Pada kisaran harga rata-rata seperti yang telah disebutkan, ada beberapa petani di Desa Sukorejo yang panen awal dapat menikmati harga kedelai sampai Rp. 8.100,00 per kg, namun ada juga petani yang hanya mampu menikmati harga dibawah harga rata-rata yaitu sebesar Rp. 7.600,00 per kg. Dengan jumlah produksi dan harga rata-rata yang diterima petani kedelai maka petani dapat meraup keuntungan sebesar Rp. 12.623.034,68 per hektarnya dalam kurun waktu sekitar 3 bulan sehingga petani dapat memperoleh pendapatan per bulan sebesar Rp. 4.207.678,23/ha. Analisis keberlanjutan usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari dilakukan untuk mengetahui bagaimana usahatani kedelai dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) mampu bertahan dan terus berkembang. Keberlanjutan usahatani kedelai, pada penelitian ini dilihat dari tiga dimensi yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi dan dimensi sosial. Dengan menggunakan analisis yang merupakan modifikasi Rapfish maka pada penelitian ini akan digunakan analisis Rap- PTT_Kedelai. Indeks keberlanjutan pada dimensi ekologi pada usahatani kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari yang secara skematis status aspek ekologi ataupun ordinasi aspek ekologinya disajikan pada Gambar 5.1. berikut ini. 5

Other Distingishing Features RAPFISH Ordination 60 UP 40 20 0 BAD GOOD 0 20 40 60 80 100 120 Real Fisheries References Anchors -20-40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 5.1 Indeks Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Berdasarkan Dimensi Ekologi Berdasarkan Gambar 5.1 diatas dapat diketahui bahwa hasil ordinasi Rapfish pada dimensi ekologi diperoleh nilai indeks keberlanjutan usahatani kedelai dengan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalah sebesar 68,1956, berarti status aspek ekologi cukup berkelanjutan karena berada pada nilai indeks antara 50,01 75. Nilai indeks keberlanjutan tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan dimensi ekologi, pelaksanaan usahatani kedelai melalui PTT di Desa Sukorejo memberikan manfaat yang cukup besar bagi petani yang mengusahakannya, sehingga faktor tersebut merupakan salah satu alasan kuat mengapa usahatani kedelai sampai saat ini terus menjadi pilihan petani setempat. Analisis leverage dilakukan bertujuan untuk melihat atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi pada usahatani kedelai dengan PTT di Desa Sukorejo. Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) digunakan untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek ekologi menuju status yang lebih baik. Atribut sensitif bisa dilihat dari nilai Root Mean Square (RMS), dimana yang termasuk dalam kategori sensitif yaitu atribut yang mimiliki nilai RMS lebih dari 2%. Berdasarkan Gambar 5.2, ada lima atribut yang sensitif (faktor pengungkit utama) yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi pada usahatani kedelai melalui PTT sesuai urutan prioritasnya yaitu: (1) tingkat penggunaan 6

Other Distingishing Features Attribute pestisida pada usahatani kedelai PTT, (2) pemenuhan petani untuk pengairan, (3) penggunaan pupuk saat usahatani kedelai PTT, (4) tingkat pemanfaatan lahan untuk menanam kedelai dan (5) kesesuaian lahan untuk kedelai. Leverage of Attributes Pemanfaatan jerami pada proses pengolahan tanah untuk usahatani kedelai penggunaan pupuk saat usahatani kedelai PTT Tingkat penggunaan pestisida pada usahatani kedelai PTT Tingkat pemanfaatan lahan untuk menanam kedelai Pemenuhan petani untuk pengairan Kesesuaian lahan untuk Kedelai 0 1 2 3 4 5 6 7 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 5.2. Analisis Leverage of Attributes Dimensi Ekologi pada Usahatani Kedelai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Indeks keberlanjutan pada dimensi ekonomi pada usahatani kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari secara skematis disajikan pada Gambar 5.3. berikut ini. RAPFISH Ordination 60 UP 40 20 0 BAD GOOD 0 20 40 60 80 100 120 Real Fisheries References Anchors -20-40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 5.3 Indeks Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Berdasarkan Dimensi Ekonomi Berdasarkan Gambar 5.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil ordinasi Rapfish pada dimensi ekonomi diperoleh nilai indeks keberlanjutan usahatani kedelai dengan 7

Attribute PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalah sebesar 69,1640, berarti status aspek ekonomi cukup berkelanjutan. Selanjutnya Gambar 5.4, menunjukkan ada tujuh atribut yang sensitif yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi pada usahatani kedelai melalui PTT sesuai urutan prioritasnya yaitu: (1) kestabilan harga kedelai setiap musim panen, (2) ketersediaan tenaga kerja, (3) kestabilan permintaan kedelai, (4) kestabilan produksi kedelai tiap tahun, (5) bantuan pemerintah pada UT kedelai PTT, (6) modal untuk usahatani kedelai PTT dan (7) kemudahan memperoleh sarana produksi. Leverage of Attributes Rata-rata penghasilan petani kedelai PTT relatif terhadap UMR Kabupaten Jember kemudahan memperoleh sarana produksi kestabilan harga kedelai setiap musim panen kestabilan permintaan kedelai besarnya pasar untuk kedelai modal untuk usahatani kedelai PTT pendapatan petani 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 5.4 Analisis Leverage of Attributes Dimensi Ekonomi pada Usahatani Kedelai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Indeks keberlanjutan pada dimensi sosial pada usahatani kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari berdasarkan statusnya disajikan pada Gambar 5.5. berikut ini. 8

Other Distingishing Features RAPFISH Ordination 60 UP 40 20 0 BAD GOOD 0 20 40 60 80 100 120 Real Fisheries References Anchors -20-40 DOWN -60 Fisheries Sustainability Gambar 5.5 Indeks Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Berdasarkan Dimensi Sosial Berdasarkan Gambar 5.5 diatas dapat diketahui bahwa hasil ordinasi Rapfish pada dimensi sosial diperoleh nilai indeks keberlanjutan usahatani kedelai dengan PTT di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari adalah sebesar 69,2915, berarti status aspek sosil cukup berkelanjutan. Selanjutnya Gambar 5.6, menunjukkan ada tujuh atribut yang sensitif yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi pada usahatani kedelai melalui PTT sesuai urutan prioritasnya yaitu: (1) pengetahuan terhadap lingkungan, (2) frekwensi penyuluhan dan pelatihan, (3) konflik selama pengusahaan kedelai PTT, (4) kelembagaan/kelompok tani, (5) kelembagaan di bidang input dan output, (6) peran masyarakat dalam usahatani kedelai PTT dan (7) jumlah rumah tangga petani kedelai PTT. 9

Attribute Leverage of Attributes Lembaga layanan pemerintah Kelembagaan di bidang input dan output Kelembagaan/Kelompok tani Frekwensi penyuluhan dan pelatihan peran masyarakat dalam usahatani kedelai PTT konflik selama pengusahaan kedelai PTT Pengetahuan terhadap lingkungan Jumlah RT petani kedelai PTT Sosialisasi pekerjaan 0 1 2 3 4 5 6 7 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 5.6 Analisis Leverage of Attributes Dimensi Sosial pada Usahatani Kedelai melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Analisis Rap_PTT_Kedelai pada setiap dimensi (ekologi, ekonomi, dan sosial) seperti diatas menunjukkan bahwa ketiga dimensi yang ditetapkan dan dianalisis maka dapat dilihat bahwa dimensi sosial memiliki indeks keberlanjutan paling tinggi (69,2915), kemudian selanjutnya adalah dimensi ekonomi (69,1640), dan yang paling rendah adalah dimensi ekologi (68,1956). Berdasarkan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi hasil analisis Rap_PTT_Kedelai dapat disimpulkan bahwa semua dimensi pada usahatani kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang termasuk kategori cukup berkelanjutan. Nilai indeks keberlanjutan untuk setiap dimensi dapat dilihat pada diagram layang pada Gambar 5.7 berikut: 10

DIAGRAM LAYANG-LAYANG EKOLOGI 100 8068,19 60 40 20 0 69,29 SOSIAL 69,16 EKONOMI Gambar 5.7 Diagram Layang Posisi Keberlanjutan Usahatani Kedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan bahwa, (1) produktivitas usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah sebesar 2.208,46 kg/ha, (2) usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah menguntungkan dengan pendapatan yang diterima petani adalah rata-rata sebesar Rp. 12.623.034,68 per hektar untuk satu kali musim tanam tahun 2013 dan (3) usahatani kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember cukup berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan pada dimensi ekologi adalah 68,1956, dimensi ekonomi adalah 69,1640 dan pada dimensi sosial adalah 69,2915. Referensi: Agustina, Titin. 2012. Dampak Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) terhadap Pendapatan dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Kedelai. Tesis. Malang. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2010. Pekan Kedelai Nasional (PKN) 2010 Inovasi Teknologi Kedelai Menuju Swasembada Kedelai Tahun 2014. Malang. Simatupang P., Marwoto dan D.K.S. Swastika. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub Optimal di BALITKABI Malang : IV(168-189). 11