BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3



dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan/mendorong/mengantarkan siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN METODE PEMBELAJARAN CERAMAH

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

I. PENDAHULUAN. Dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur usaha (kegiatan), usaha itu bersifat. itu mempunyai dasar dan tujuan (Hasbullah, 1999:3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Pelaku yang berperan langsung dalam mencapai peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil. Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Tinjauan Tentang Aktivitas Belajar. a. Aktivitas Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

9. Masalah matematika sintesis adalah suatu soal matematika yang memerlukan. kemampuan dalam menggabungkan unsur pokok ke dalam struktur baru.

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik. yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu. Berbagai tantangan bebas bermunculan dari beberapa sudut dunia menuntut untuk dihadapi. Berani atau tidak semua itu akan terus berdatangan sehingga hanya muncul dua pilihan yaitu berani bersaing atau tertindas. Tertindas merupakan realita yang sangat dibenci dan ditakuti oleh kebanyakan orang. Kebanyakan orang mempunyai keinginan untuk bersaing demi menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk menuju kehidupan yang lebih mulia. Keinginan tersebut tidak bisa terwujud tanpa menggunakan senjata yang handal. Pendidikan merupakan senjata yang handal dalam menghadapi berbagai tantangan karena kerja pendidikan yang sangat mendasar dan luas. Hal tersebut dapat dilihat dalam pengertian pendidikan itu sendiri yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia, sehingga tugas dari seorang pendidik adalah menjaga serta mengembangkan fitrah yang ada dalam diri manusia agar menjadi insan yang sempurna sesuai fitrah yang ada. Selain itu juga tertera dalam Undang Undang sisdiknas No 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. 1 Menurut Howard Gardner terdapat tujuh potensi kecerdasan yang dimiliki manusia yaitu kecerdasan linguistik, logika matematika, spatial, kinestetik, musik, interpesonal dan Intra personal. 2 Dari ketujuh kecerdasan- 1 Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan Islam, (Semarang: Rasail, 2008) hlm. 13 2 Linda Campbell, dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3 1

2 kecerdasan tersebut memiliki karakteristik masing-masing sehingga membutuhkan respon yang berbeda dalam proses pembelajarannya. Ketujuh kecerdasan yang ada mengalami kemunculan yang berbeda-beda antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Terkadang peserta didik yang satu menonjol dalam kecerdasan liguistiknya sedangkan yang lainnya menonjol pada kecerdasan matematikanya atau yang lainnya. Adanya kenyataan tersebut tidak merubah tujuan dari proses pendidikan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini tujuan dari pendidikan tetap sama seperti yang tertera dalam Undang-Undang sisdiknas nomor dua. Tujuan umum pendidikan tersebut kemudian memunculkan tujuan instruksional pendidikan untuk memperjelas tujuan umum dari pendidikan itu sendiri. B.S. Bloom dan kawan-kawannya menyumbangkan tujuan instruksional pendidikan yang disebut dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom diklasifikan menjadi tiga ranah yaitu kognitif,afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan. Ranah psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas. 3 Penelitian ini mengkaji ranah kognitif pada aspek pemahaman yang merupakan level kedua dalam aspek tersebut. Pemahaman mencakup kemampuan untuk mencakup inti dan menyampaikan kembali dari materi dalam suatu proses pembelajaran. 4 Pemahaman lebih mendalam dari pada pengetahuan sehingga untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan cara yang tepat. Adanya posisi pemahaman yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya dan didukung dengan berbagai potensi yang berbeda dari masing-masing peserta didik, menuntut kepada pendidik untuk menggunakan 3 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm. 244-245 4 Ibid, hlm. 246

3 metode yang tepat. Hal ini sangat diperlukan agar tidak terjadi pemahaman yang salah dalam diri peserta didik. Berbagai metode pembelajaran telah bermunculan diakhir-akhir ini dengan karakteristik masing-masing dengan tujuan yang tidak jauh beda. Adapun tujuan dari masing-masing metode tersebut adalah menghantarkan pembelajaran kearah yang lebih ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan. Sedangkan prinsip umum dalam memfungsikan metode adalah menciptakan suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik. 5. Salah satu dari metode pembelajaran yang ada yaitu metode pembelajaran kooperatif Jigsaw. Metode pembelajaran ini memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengeluarkan pendapatnya dalam kelompok masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab dan saling memberikan masukan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mencari jawaban dari permasalahan yang sedang dibahas. Selain itu peserta didik juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada kelompok lain. Sedangkan guru hanya mengantarkan, memantau serta menyimpulkan materi dalam pembelajaran tersebut. 6 Rangkaian kegiatan tersebut sangat mendukung pemahaman bagi peserta didik. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Bobbi DePorter dalam Quantum Teaching yang menyatakan bahwa ketika seseorang menyatakan sesuatu maka ia akan menangkap sebanyak 70%. 7 Selain itu ada lagi metode pembelajaran yang sudah ada sejak dahulu yaitu metode pembelajaran Ceramah. Penggunaan metode pembelajaran ini seorang pendidik cenderung lebih aktif dalam usaha memahamkan kepada peserta didiknya yaitu dengan menjelaskan dengan tuntas sedangkan peserta didik berkonsentrasi untuk mendengarkan dan menanyakan sesuatu yang 18 5 Ismail, Srategi Pembelajaran Islam Berbagai PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 6 Isjono, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 78 7 Bobbi Deporter, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 57

4 belum dipahami 8. Metode ini akan menimbulkan kesan yang mendalam bagi peserta didik dari sikapnya yang unik. Kata-kata yang diucapkan dengan khas dari gaya dan nada masing-masing pendidik akan lebih mengena dan efektif sehingga peserta didik akan semakin tertarik.ungkapan-ungkapan lucu mudah sekali diselipkan ditengah-tengah ceramah sehingga kesegaran dan kegembiraan akan mudah dipertahankan 9. Hal ini akan mempermudah pemahaman bagi peserta didik. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bobbi DePorter bahwa keberhasilan belajar juga ditentukan juga oleh pengaruh suasana menyenangkan dan menggembirakan 10 Dilihat dari aktifitasnya, antara kedua metode pembelajaran terlihat memiliki kelebihan masing-masing. Pada metode yang pertama peserta didik aktif sedangkan pada metode yang kedua terlihat lebih berkonsentrasi untuk mendengarkan dan keaktifannya hanya terlihat bagi sebagian peserta didik yang suka bertanya. Secara teoritis bisa dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan metode pembelajaran Ceramah sama-sama dapat memahamkan karena kedua metode tersebut mempunyai cara masing-masing dalam menyampaikannya. Pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw, peserta didik akan memahami materi melalui diskusi bersama temannya dan dimantapkan melalui penyimpulan dari pendidik. Sedangkan dalam metode pembelajaran Ceramah peserta didik akan berkonsentrasi untuk mendengarkan berbagai uraian dari pendidik, tetapi yang perlu diingat bahwa diantara kedua metode mempunyai ciri khas masing-masing sehingga menyebabkan hasil dari tingkat pemahaman dari kedua metode tersebut akan mempunyai perbedaan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang studi komparasi tingkat pemahaman siswa antara yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan yang diajar 8 Djusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar,(Bandung: Angkasa,1982), hlm. 16-17 9 Ibid, hlm. 19 10 Bobbi Deporter, op.cit, hlm. 76

5 menggunakan metode pembelajaran Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami, Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 B. Penegasan Istilah Untuk memperjelas pokok permasalahan yang dibahas serta batasan ruang lingkup dan menghindari kesalahpahaman judul skripsi yang peneliti susun, peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini sebagai berikut: 1. Studi Komparasi Studi adalah kajian, telaah, penelitian dan penyelidikan secara ilmiah 11 Komparasi adalah perbandingan atau pembandingan sehingga penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah ada perbedaan nilai suatu observasi berdasarkan klasifikasi subjek. 12 Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa studi komparasi adalah suatu kajian ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah ada perbedaan nilai suatu observasi berdasarkan klasifikasi subjek tertentu. Fokus bahasan dalam penelitian ini adalah pemahaman peserta didik. Adapun pengklasifikasian pemahaman yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah pemahaman peserta didik yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan peserta didik yang diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah. 2. Tingkat Pemahaman Tingkat merupakan susunan yang berlapis-lapis, tinggi rendah martabat, taraf, kelas, dan lain-lain. 13 Pemahaman merupakan proses, perbuatan memahami atau memahamkan. 14 Sedangkan pemahaman kaitannya dengan pendidikan seperti yang dijelaskan dalam manajemen 11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,1990 ), hlm. 160 12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1987), hlm. 273 13 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, op.cit, hlm. 1469 14 Ibid hlm. 965

6 pembelajaran karya Kelvin Seifert menyatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diterima dari bahan yang diingat kurang lebih sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya. 15 Sedangkan dalam psikologi pengajaran karya W.S Winkel menyatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. 16 Berdasarkan beberapa pengertian pemahaman yang ada maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan suatu kemampuan untuk menangkap inti serta menyampaikan kembali baik dalam bentuk tulisan, perkataan maupun simbol dari materi yang telah disampaikan. Jadi tingkat pemahaman adalah tahapan kemampuan seseorang untuk menangkap inti serta menyampaikan kembali baik dalam bentuk tulisan, perkataan maupun simbol dari materi yang telah disampaikan. Adapun materi yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah iman kepada Rasul-Rasul Allah. Dalam pengukurannya, pemahaman akan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jumlah nilai masing-masing. Adapun tingkat pemahaman peserta didik akan diukur secara tertulis sehingga nilai yang diterima oleh peserta didik merupakan gambaran pemahaman dari peserta didik tersebut. 3. Metode kooperatif Jigsaw Metode kooperatif Jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan melalui beberapa tahapan. 17 Tahapan dalam metode ini diantaranya guru memberikan pandangan umum tentang sekilas materi, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing 15 Kelvin Seifert, Manajemen pembelajaran dan instruksi pendidikan (Yogyakarta: Irasod, 2007), Cet 1,hlm. 151 16 W.S. Winkel, op.cit, hlm. 246 17 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet1, hlm. 77

7 kelompok diberikan bahan untuk didiskusikan. Penerapannya metode ini mempunyai karakteristik tersendiri diantaranya peserta didik akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok dibatasi antara empat sampai enam anggota. Selanjutnya dari masing-masing anggota mempunyai kewajiban untuk memahamkan anggota yang lainnya melalui proses diskusi. Proses penerapan metode ini seorang pendidik hanya mengarahkan proses pembelajaran serta memberikan penguatan di akhir, sehingga peran peserta didik sangat dominan dalam proses pembelajarannya. Metode ini pertama kali diujicobakan oleh Elliot Aronson di Universitas Texas. Ini merupakan metode pertama yang akan digunakan dalam penelitian. 4. Metode Ceramah Metode Ceramah adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara atau suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan. 18 Peran pendidik dalam metode ini sangat aktif karena mempunyai kewajiban untuk memahamkan kepada peserta didik. Sedangkan peserta didik pasif karena hanya mendengarkan penyampaian dari pendidik dan menanyakan halhal yang belum dipahami. Peserta didik menganggap benar semua yang disampaikan oleh peserta didik. Ini merupakan metode ke dua yang akan digunakan dalam penelitian. 5. SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang adalah sebuah sekolah yang menjadi sasaran dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun objek penelitiannya adalah peserta didik kelas XI yang ada di SMA Unggulan Nurul Islami Mijen pada tahun Ajaran 2010/2011 C. Pembatasan Masalah Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pendidik. Pendidik merupakan komponen yang harus ada dalam proses belajar mengajar. Akan 18 Djusuf Djajadisastra, Metode Mengajar, (Bandung : Angkasa, 1982), hlm. 15

8 tetapi tidak hanya pendidik saja yang menjadi pendukung tercapainya tujuan pendidikan. Selain pendidik, metode pembelajaran yang digunakan sangat penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu seorang pendidik harus mampu memilih metode yang tepat dalam kegiatan pembelajarannya karena jika metode yang digunakan tidak sesuai akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti dalam penelitian ini hanya mengukur dari segi kognitifnya saja karena pemahaman merupakan ranah kognitif pada tingkatan kedua. Dalam pemahamannya peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sebenarnya bisa untuk diteliti. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya meneliti satu faktor saja yaitu metode yang digunakan terhadap pemahaman peserta didik. Sedangkan pemahaman yang diukur adalah pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul - Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan metode Ceramah pada peserta didik kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami, Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. D. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting karena merupakan salah satu mata pelajaran yang ikut berperan dalam pembentukan kepribadian peserta didik, sehingga pendidik harus mampu memberikan pemahaman yang jelas bagi peserta didiknya agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam menangkap materi yang disampaikan. Mengacu pada penjelasan yang ada dalam latar belakang masalah bahwa ada berbagai cara untuk memahamkan kepada peserta didik baik menggunakan metode yang sudah lama dipakai ataupun metode yang barubaru ini dipopulerkan. Dalam penelitian ini difokuskan pada dua metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan metode pembelajaran Ceramah.

9 Metode kooperatif Jigsaw merupakan metode pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi kajian oleh para ahli pendidikan. Metode pembelajaran ini mempunyai karakteristik yang sangat populer. Salah satunya dalam proses pembelajaran seorang peserta didik cenderung aktif dan diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan dalam metode Ceramah peserta didik cenderung pasif karena hanya mendengarkan ceramah dari pendidiknya. Adanya karakteristik yang berbeda tersebut mengakibatkan orang cenderung pada salah satu metode. Dalam hal ini kebanyakan orang sering berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif Jigsaw akan lebih mudah memberikan pemahaman karena dalam prosesnya peserta didik banyak terlibat. Jika hanya dilihat secara sekilas terlihat suatu kebenaran, tetapi sebenarnya ada berbagai kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam fungsi untuk memahamkan peserta didiknya. Melihat permasalahan tersebut maka memunculkan permasalahan dalam penelitian mengenai sejauh mana perbandingan tingkat pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul- Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan yang diajar menggunakan metode Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang. E. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan tingkat pemahaman peserta didik tentang Iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar menggunakan metode Ceramah pada peserta didik kelas XI di SMA Unggulan Nurul Islami Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

10 perbedaan pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan metode pembelajaran Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 G. Manfaat Penelitian Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada manfaatnya masingmasing. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan bagi pendidik untuk menggunakan metode yang lebih tepat dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik. 2. Sebagai bahan acuan bagi sekolah yang dijadikan sebagai objek penelitian dalam upaya meningkatkan mutu dan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI. 3. Menambah khazanah keilmuan bagi para pembaca dimanapun berada. 4. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dengan topik yang relevan dengan penelitian ini.