Sumber: [11 Februari, 2010]

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

METODOLOGI PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I/2014

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen dibandingkan tahun 2008. Dimana nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp. 2.177,0 triliun, sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp. 2.082,3 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp. 662 triliun, yaitu dari Rp. 4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 5.613,4 triliun pada tahun 2009. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial masih didominasi oleh Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB nasional triwulan IV-2009 sebesar 57,6 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 4,5 persen (Tabel 1). Tabel 1. Nilai PDB menurut lapangan usaha tahun 2007-2009, laju pertumbuhan dan sumber pertumbuhan tahun 2009. Lapangan Usaha 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) Laju Pertumbuhan 2009 (%) Sumber Pertumbuhan 2009 (%) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 541,6 713,3 858,3 271,4 284,3 296,4 4,1 0,6 441,0 543,4 591,5 171,4 172,3 180,0 4,4 0,4 1.068,7 1.380,7 1.480,9 538,1 557,8 569,5 2,1 0,6 34,7 40,8 46,8 13,5 15,0 17,1 13,8 0,1 5. Konstruksi 305,2 419,8 555,0 121,9 130,8 140,2 7,1 0,4 6. Perdagangan, 589,3 692,1 750,6 338,8 363,3 367,9 1,1 0,2 Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan 264,3 312,5 352,4 142,3 166,1 191,7 15,5 1,2 dan Komunikasi 8. Keuangan, Real 305,2 368,1 404,1 183,7 198,8 208,8 5,0 0,5 Estat dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 399,3 483,8 573,8 182,0 193,7 205,4 6,4 0,6 Produk Domestik 3.949,3 4.954,0 5.613,4 1.963,1 2.082,1 2.177,0 4,5 4,5 Bruto (PDB) PDB Tanpa Migas 3.532,8 4.426,4 5.146,5 1.820,5 1.939,3 2.035,1 4,9 - Sumber: http://www.bps.go.id, 2010 [11 Februari, 2010]

Melihat laju pertumbuhan PDB non-migas yang tinggi, ini mengindikasikan bahwa sektor industri non-migas sedang dalam kondisi yang baik. Dengan melihat kondisi yang demikian, para pengusaha akan terpicu untuk membuka usaha baru ataupun berinvestasi dalam sektor industri tersebut. Karena laju pertumbuhan yang tinggi merupakan salah satu indikator bahwa sektor industri tersebut merupakan sektor yang potensial. Industri percetakan merupakan salah satu bagian dari sekian banyak usaha dalam industri non-migas yang potensial, karena industri percetakan dapat menunjukkan kinerja yang baik dan mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap perekonomian nasional. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku dalam industri produk kertas dan percetakan dari Rp. 31.036,3 milyar pada tahun 2004, Rp. 33.898,8 milyar pada tahun 2005, Rp. 39.637,0 milyar pada tahun 2006, Rp. 45.403,1 milyar pada tahun 2007, dan Rp. 51.912,3 milyar pada tahun 2008. Kecenderungan peningkatan hal-hal di atas menandakan bahwa industri percetakan akan semakin berkembang pada tahun yang akan datang. Artinya industri tersebut menguntungkan untuk tetap dilaksanakan dan berpotensi untuk berkembang dimasa yang akan datang. Ketua Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), Jimmy Juneanto berpendapat bahwa tahun 2009 merupakan tahun booming bagi industri grafika. Hal ini dikarenakan pada tahun 2009 Indonesia memasuki masa Pemilu, sehingga banyak produk percetakan yang dibutuhkan untuk kegiatan kampanye partai-partai politik. Sejak semakin banyaknya pemilihan kepala daerah secara langsung, membuat pertumbuhan industri percetakan digital printing tumbuh pesat, yakni mencapai 70 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya anggaran pendidikan, pertumbuhan industri iklan outdoor, pemilihan anggota legislatif, kepala daerah dan kampanye partai-partai politik. Namun, jika hanya mendasarkan kepada permintaan yang meningkat pesat pada musim kampanye yang merupakan acara lima tahun sekali (musiman) untuk membuka usaha baru atau mengembangkan usaha percetakan, hal ini akan menimbulkan bias permintaan. Oleh karena itu Jimmy Juneanto menambahkan, bahwa idealnya Indonesia memiliki 100

ribu perusahaan grafika jika didasarkan dari permintaan yang meningkat dan jumlah penduduk. Sampai saat ini, di Indonesia sudah ada sekitar 10 ribu perusahaan grafika, dan yang tercatat menjadi anggota PPGI sebesar 6 ribu perusahaan. Dari jumlah tersebut, 90 persen merupakan industri skala Usaha Kecil Menengah (UKM). Sehingga masih terbuka peluang yang cukup besar untuk membuka usaha baru maupun untuk mengembangkan usaha. PT Bening Embun merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang percetakan digital di Bogor. PT Bening Embun yang memiliki cakupan wilayah bisnis di daerah Bogor dan sekitarnya, saat ini berupaya untuk mengembangkan usaha yang sudah dimilikinya sekarang. Salah satu cara yang dipilih untuk mengembangkan usahanya yaitu dengan cara mengganti mesin cetak digital lama dengan mesin cetak digital baru yang memiliki teknologi yang lebih tinggi serta kapasitas produksi yang jauh lebih besar. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar PT Bening Embun dapat melayani jumlah permintaan yang lebih besar atau dengan kata lain meningkatkan kapasitas produksi serta meningkatkan pelayanan jasa cetak digital. 1.2. Perumusan Masalah Pemilihan teknologi untuk berproduksi pada dekade milenium baru saat ini, baik untuk barang maupun jasa telah dan sedang berkembang terus sesuai dengan kemajuan zaman. Hendaknya kemajuan teknologi membawa efisiensi yang tinggi pada proses produksi sekaligus menghasilkan produktivitas yang tinggi pula (Umar, 2005). Faktor teknologi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing suatu usaha. Usaha yang memiliki teknologi yang tinggi akan mampu bersaing dalam iklim persaingan yang sangat ketat, karena usaha tersebut dapat menawarkan barang dengan kualitas yang tinggi dengan harga yang murah serta waktu pemenuhan pesanan yang lebih cepat. Pada tahun 2008 PT Bening Embun menggunakan mesin cetak digital buatan China dengan kapasitas produksi lebih kurang 6 m 2 per jamnya, dengan jam kerja satu hari sebesar 8 jam, PT BE (Bening Embun) hanya

dapat memproduksi produk cetakan sebesar 48 m 2. Hal ini membuat PT BE kesulitan untuk memenuhi pesanan pelanggan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga kadang pesanan konsumen tertunda dikarenakan kapasitas yang relatif kecil. Pengoperasian mesin cetak buatan China yang sekarang digunakan PT BE pun relatif sulit, karena langkah pengoperasiannya yang rumit. Berdasarkan hal-hal tersebut, di awal tahun 2009 pemilik PT Bening Embun berkeputusan untuk mengganti mesin cetak digital dengan teknologi dan kapasitas produksi yang jauh lebih tinggi yaitu 45 m 2 per jamnya dengan resolusi maksimum memcapai 1440 dpi dimana mesin awal resolusi maksimumnya hanya mencapai 360 dpi, serta pengoperasian mesin yang lebih mudah dengan tujuan masalah-masalah tadi dapat teratasi. Untuk pengembangan usaha digital printing, dalam hal ini berupa penggantian mesin cetak digital, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan peningkatan mutu produk serta peningkatan mutu layanan terhadap konsumen. Sehingga diharapkan dengan adanya penggantian mesin cetak digital dengan kapasitas yang lebih besar, PT Bening Embun dapat menerima pesanan dengan jumlah yang lebih besar dari tahun sebelumnya serta dapat meningkatkan kecepatan waktu pemenuhan pesanan produk yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan pelanggan, dan penambahan jumlah konsumen. Hal di atas akan berdampak pada peningkatan daya saing dan peningkatan keuntungan bagi pengusaha. Namun, untuk penerapan teknologi tersebut membutuhkan dana investasi yang jumlahnya sangat besar, disamping hal tersebut pemilik perusahaan PT Bening Embun dalam mengambil keputusan untuk melakukan penggantian mesin cetak digital dilakukan hanya berdasarkan atas masukan-masukan dari para karyawan dan pemantauan keadaan perusahaan oleh diri sendiri (subjektif) bukan berdasarkan studi yang komprehensif, sehingga keputusan yang diambil belum dapat dipastikan tepat atau tidaknya. Selain hal itu, keputusan untuk melakukan penggantian mesin tersebut dilakukan tanpa melihat kinerja perusahaan dari sisi finansial selama tahun 2008, karena pada tahun tersebut perusahaan belum memiliki laporan keuangan, arus pemasukan dan

pengeluaran hanya tercatat pada bon-bon transaksi. Pada pertengahan tahun 2009 pun perusahaan belum membuat laporan keuangan yang resmi, hanya saja transaksi-transaksi harian sudah dicatat di microsoft excel dan dibuat rekapannya tiap bulan. Dengan demikian, studi kelayakan investasi sangat diperlukan agar dapat menganalisa apakah penggantian mesin tersebut layak atau tidak dilihat dari aspek-aspek yang mempengaruhi dan bagaimana implikasinya terhadap perusahaan berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh peneliti. Diantara aspek-aspek tersebut, yang terutama akan dibahas adalah aspek teknis, aspek pasar dan aspek finansial. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kelayakan usaha dengan investasi penggantian mesin cetak digital jika dibandingkan dengan kelayakan usaha tanpa mengalami penggantian mesin cetak digital? Dari kedua alternatif yang ada, mana yang lebih baik? 2. Bagaimana sensitivitas investasi usaha tersebut terhadap beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelayakannya? 3. Bagaimana implikasinya terhadap perusahaan berdasarkan hasil dari poin pertama dan kedua? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis dan membandingkan kelayakan usaha dengan atau tanpa investasi penggantian mesin cetak digital. 2. Menganalisis sensitivitas kondisi kelayakan investasi yang akan dilakukan. 3. Menyusun keputusan-keputusan manajerial berdasarkan kesimpulan poin pertama dan kedua.

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini mengevaluasi kebijakan PT Bening Embun yang bergerak dibidang percetakan digital yaitu investasi berupa penggantian mesin large format printer (LFP) outdoor. Sehingga dari hasil penelitian ini pihak perusahaan dapat mengetahui apakah kebijakan yang diambil sudah tepat atau belum. 2. Penelitian ini dapat menunjukkan perbandingan kelayakan usaha percetakan digital yang dijalankan oleh PT Bening Embun sebelum dan sesudah penggantian mesin LFP outdoor berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen serta aspek finansial. 3. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan oleh pihak perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja perusahaan berdasarkan beberapa aspek yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen serta aspek finansial, sehingga diharapkan kinerja perusahaan dan keuntungan yang diperoleh PT Bening Embun dapat meningkat setelah perusahaan memperbaiki kinerjanya.