MAKALAH SEMINAR PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PENGAMBILAN GLUKOSA DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN CARA HIDROLISIS ENZIMATIK KECAMBAH JAGUNG

MODIFIKASI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis)menjadi MALTODEKSTRIN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT REAKTOR ENZIMATIK DAN PENAMBAHAN ENZIM α-amilase

PENGARUH KONSENTRASI SUSPENSI PATI TERHADAP HIDROLISIS PATI YANG TERKANDUNG DALAM TEPUNG PATI RAJAWALI

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

STUDI PERBANDINGAN KINETIKA REAKSI HIDROLISIS TEPUNG TAPIOKA DAN TEPUNG MAIZENA DENGAN KATALIS ASAM SULFAT

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI KATALIS PADA KINETIKA REAKSI HIDROLISIS TEPUNG KULIT KETELA POHON

PRODUKSI MALTODEKSTRIN DARI TEPUNG SAGU MENGGUNAKAN ENZIM Α- AMILASE. [The Production of Maltodextrin of Sagoo Flour using α-amylase]

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

HIDROLISA PATI DARI KULIT SINGKONG (VARIABEL RATIO BAHAN DAN KONSENTRASI ASAM)

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTAR DAN RATIO BAHAN PADA HIDROLISA TEPUNG KULIT SINGKONG

PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI UBI JALAR (Ipomoea Batatas L) DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR ENZIMATIS

PEMBUATA SIRUP GLUKOSA BERBAHAN BAKU JAGUNG (Zea Mays) MENGGUNAKAN ALAT REAKTOR ENZIMATIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

PENYIAPAN BAHAN BAKU DALAM PROSES FERMENTASI FASE CAIR ASAM SITRAT MELALUI PROSES HIDROLISA AMPAS SINGKONG

I. PENDAHULUAN. berbagai usaha untuk meningkatkan produksi gula selain gula tebu karena gula tebu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

KINETIKA REAKSI HIDROLISIS PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) MENJADI GLUKOSA DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU ABSTRAK ABSTRACT

I. TUJUAN Menentukan konstanta kecepatan reaksi dengan menggunakan polarimeter.

BIJI MANGGA SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI DEKSTRIN. Yuliatin Ali S. Progdi teknik Lingkungan FTSP-UPNV Jatim ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Percobaan 1.3 Manfaat Percobaan

UJI KERJA REAKTOR ENZIMATIS DALAM PEMBUATAN DEKSTRIN PATI JAGUNG MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

LIMBAH. Veteran Jatim A Abstrak. sebagai. hidrolisa yang. menggunakan khamir. kurun waktu. beberapa tahun hingga lain seperti pembuatan

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

HIDROLISIS KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L.) MENJADI SIRUP GLUKOSA DENGAN KATALIS ASAM KLORIDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

POTENSI GLUKOMANAN UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus B) SEBAGAI PANGAN TERAPI BAGI PENDERITA DIABETES MELITUS (GUMMY DIETERY FIBER)

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 %

Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

KARBOHIDRAT DALAM PAKAN KUCING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA.

LAJU PERURAIAN LAKTOSA DENGAN BANTUAN ENZIM LAKTASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG AYAM BOILER DENGAN PROSES HIDROLISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP KINETIKA REAKSI HIDROLISIS PELEPAH PISANG (Musa Paradisiaca L)

dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh :

KONVERSI TEPUNG SAGU MENJADI SIRUP GLUKOSA DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS ASAM KLORIDA CHLORIDE ACID S A CATALYST]

PENGARUH KONSENTRASI KATALIS ASAM DAN KECEPATAN PENGADUKAN PADA HIDROLISIS SELULOSA DARI AMPAS BATANG SORGUM MANIS

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 99

LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang *

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

Pabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

HIDROLISIS KOLAGEN PEMBUATAN LEM DARI KULIT SPLIT DENGAN KATALISATOR H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HIDROLISA PATI BIJI NANGKA MENJADI GLUKOSA DENGAN KATALISATOR H 2 O, HCL, NaOH, DAN ENZIM

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG SAGU YANG DIHIDROLISIS DENGAN ASAM KLORIDA

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Produksi Glukosa Cair dari Pati Ubi Jalar Melalui Proses Likuifikasi dan Sakarifikasi Secara Enzimatis

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI ENZIM AMILASE

PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

METODE PENELITIAN. ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai. bulan Maret 2012 di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Analisa

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Enzim

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

3 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

Pembuatan Etanol dari Sorgum (Shorghum Bicolor L.Moench) Melalui Hidrolisis Enzimatik diikuti Fermentasi Menggunakan Saccharomyces cerevisiae

Transkripsi:

MAKALAH SEMINAR PENELITIAN PEMANFAATAN SUKUN ( Artocarpus altiris ) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN GULA RENDAH KALORI SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN ENZIM β-amilase DARI KECAMBAH KACANG HIJAU Oleh : Agus Lugraha Dimas Damar Adikrisna L2C307004 L2C307025 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

PEMANFAATAN BUAH SUKUN (Artocarpur artilis) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN GULA RENDAH KALORI SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN ENZIM β-amilase DARI KECAMBAH KACANG HIJAU Agus Lugraha dan Dimas Damar Adikrisna Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024) 7460058 Abstrak Pemanfaatan sukun sementara ini masih sebatas dikonsumsi sebagai bahan makanan. Pembuatan maltosa dari bahan baku sukun sangat prospektif, selain dari sisi harga yang murah dan sangat mudah didapatkan di berbagai tempat tanpa mengenal musim.maltosa merupakan salah satu gula rendah kalori yang pada pemanfaatannya sangat membantu para penderita penyakit diabetes melitus yang membutuhkan asupan karbohidrat rendah kalori, selain itu harga jual maltosa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gula sejenis yang telah banyak diproduksi. Penelitian ini membahas kondisi optimum dalam pembuatan gula rendah kalori maltosa secara enzimatis menggunakan enzim β-amylase yang diisolasi dari kecambah kacang hijau. Variabel-variabel yang berpengaruh pada hidrolisa sukun secara enzimatis adalah konsentrasi larutan pati, suhu, dan waktu. Pada penelitian ini digunakan variabel berubah suhu (50 o C dan 60 o C) dan konsentrasi larutan pati (30 % dan 40 %). Dari hasil penelitian diperoleh konversi maltosa tertinggi pada suhu 60 o C dengan konsentrasi larutan pati 40% Kata Kunci: Sukun, Maltosa, β-amilase. Abstract Nowadays the only uses of breadfruit is just as consumed food. The producing of maltose from breadfruit as raw material is very prospective because breadfruit has low price and it is easy to find in any places within anykind of season. Maltose is low calorie sugar that use to help diabetes desease which is low calorie carbohydrate needed, beside maltose selling price is higher rather than any other kind of produced sugar. This research is about to find the optimum condition in producing low calorie sugar maltose by enzymatic process using β amylase enzyme that isolated from germinated small green peanut. Influenced variables in breadfruit hydrolysis process are feed concentration, temperature, and operation time of hydrolysis. At this research applied variable changes that is temperature (50 o C and 60 o C) and starch sollution concentration (30 % and 40 %). From the result obtained the highest maltose convertion by using temperature 60 o C and starch sollution concentration 40 %. Keywords : Breadfruit, Maltose, β-amylase. PENDAHULUAN Sukun ( Artocarpur artilis ) merupakan salah satu sumber pati yang dapat berpeluang untuk dijadikan bahan pembuatan gula, selain dari bahan baku tanaman yang mengandung pati lainnya yang telah banyak diteliti dan dikembangkan. Saat ini pemanfaatan sukun sementara hanya sebatas dikonsumsi sebagai bahan makanan selingan. Pembuatan maltosa dari bahan baku sukun sangat prospektif, selain dari sisi harga yang murah juga sangat mudah didapatkan di berbagai tempat tanpa mengenal musim. Pembuatan maltosa dari sukun dilakukan dengan reaksi enzimatis menggunakan enzim β-amylase, dimana enzim ini diperoleh dari kecambah biji kacang hijau. Biji kacang hijau yang dikecambahkan umumnya disebut sebagai tauge. Selama proses berkecambah, bahan makanan cadangan diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan, baik untuk tumbuhan maupun manusia. Proses berkecambah (germinasi) dipengaruhi oleh kondisi dan tempat. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk proses berkecambah adalah 34 o C. Pada saat berkecambah terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna. Selama proses itu pula terjadi peningkatan jumlah protein dan vitamin, sedangkan kadar lemaknya mengalami penurunan.

Karbohidrat sebagai bahan persediaan makanan dirombak oleh enzim alfa-amilase dan beta-amilase yang bekerja saling mengisi. Alfa-amilase memecah pati menjadi glukosa, sedangkan beta-amilase memecah pati menjadi maltosa. Pada akhirnya, maltosa akan diubah menjadi glukosa dan fruktosa. Selama proses berkecambah, kandungan glukosa dan maltosa meningkat sepuluh kali lipat. Kadar sukrosa dan fruktosa meningkat dua kali lipat, tapi galaktosa menghilang. Adanya gkukosa dan fruktosa menyebabkan tauge terasa enak dan manis. Maltosa merupakan disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa yang bergabung melalui ikatan alfa. Maltosa tidak terlalu banyak dipakai dalam industri makanan, namun dapat diperoleh dari proses digestasi pati yang terdapat dalam tanaman barley, sukun, jagung,dll. Maltosa memiliki rumus kimia C 12 H 22 O 11 dengan rumus struktur seperti pada gambar 2 di bawah ini: Gambar 2. Struktur Kimia Gula Maltosa Reaksi hidrolisa pati menjadi maltosa dilakukan dengan menggunakan enzim β-amylase merupakan salah satu contoh reaksi enzimatis komersial yang penting pada saat ini. Pengubahan menjadi maltosa diinginkan karena maltosa merupakan jenis gula rendah dengan kalori yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengadakan kajian awal secara laboratoris sejauh mana sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan maltosa Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu dan kadar suspensi pati terhadap konversi maltosa yang dihasilkan. Selain itu untuk menentukan kondisi operasi yang optimum dalam proses pembuatan maltosa. Manfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain: Memberikan peluang alternatif yang lebih ekonomis pada pemilihan bahan baku untuk pembuatan maltosa sebagai gula rendah kalori, Merupakan sumbangan pemikiran dalam usaha mendayagunakan bahan-bahan hasil pertanian, dan Meningkatkan nilai ekonomis dari sukun selain sebagai bahan makan. Proses pembuatan maltosa dapat dilakukan melalui proses hidrolisa enzimatis dengan menggunakan bantuan enzim β amilase. Enzim β amilase diambil dari sari kecambah kacang hijau. Selama proses berkecambah, kandungan glukosa dan maltosa meningkat sepuluh kali lipat. Kadar sukrosa meningkat dua kali lipat, tapi galaktosa menghilang. Adanya gkukosa dan maltosa menyebabkan tauge terasa enak dan manis. Enzim β amilase pada kondisi optimumnya dapat dengan baik menghidrolisa pati yang terkandung dalam buah sukun menjadi maltosa. Dari adanya penelitian ini dapat diketahui kondisi optimum hidrolisa pati sukun menjadi maltosa. METODOLOGI PERCOBAAN Bahan utama dalam penelitian ini adalah tepung buah sukun, dan enzim yang digunakan dalam proses hidrolisa adalah enzim β-amilase. Sedangkan alat yang digunakan adalah rangkaian alat hidrolisa yang terdiri dari labu leher tiga, pendingin balik, termometer, pengaduk mekanik dan pemanas yang ditunjukkan pada gambar 3 di bawah ini: Gambar 2. Rangkaian Alat Reaksi Hidrolisis Enzimatis Pati Sukun

Keterangan: 1. Pendingin Bola 2. Pengaduk Mekanik 3. Konektor 4. Reaktor Labu Leher Tiga 5. Pemanas 6. Klem 7. Statif 8. Termometer Penelitian ini dilakukan dengan tahapan penyiapan tepung sukun, persiapan alat, proses analisa bahan baku, proses hidrolisa enzimatis, dan analisa hasil. Variabel yang digunakan sebagai variabel tetap adalah waktu pemanasan (2 jam) dan jenis enzim (β-amilase). Sedangkan untuk variabel berubah digunakan konsentrasi larutan pati (30 % dan 40 %) dan suhu operasi (50 o C dan 60 o C). Pertama-tama sukun dikupas kulitnya kemudian dicuci sampai bersih. Potong buah sukun dengan ukuran tipis dan jemur di bawah sinar matahari selama 2 hari untuk mengurangi kadar airnya. Setelah sukun kering, haluskan sukun hingga menjadi bubuk menyerupai tepung. Kacang hijau yang telah dicuci kemudian direndam selama semalam. Lalu dikecambahkan dalam wadah. Sebanyak 30 gr kecambah yang diperoleh dihaluskan dengan menggunakan 300 ml air, hingga diperoleh sari kecambah yang nantinya digunakan dalam proses hidroisa. Larutan glukosa standar dibuat dengan cara melarutkan ± 2,5 gram glukosa anhidrid dengan aquades sampai 100 ml. Contoh hasil hidrolisis tersebut kemudian disaring dan diambil 5 ml dengan menggunakan pipet volume. Kemudian encerkan menjadi 100 ml, tambahkan larutan fehling A dan B yang masing-masing 5 ml dan glukosa anhidrid sebanyak 15 ml, panaskan sampai mendidih dan titrasi sampai terjadi warna merah bata (M). Hitung glokosa yang dihasilkan dengan persamaan di bawah ini: X = ( F M )* N *( 100/5 ) *( B/5 ) W Dengan B = 500 ml. Hasil yang diperoleh kemudian dikalikan dengan 0,9 untuk memperoleh kadar pati awal dalam sampel pati sukun. Rangkai alat hidrolisa dan siapkan suspensi pati sukun dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Masukkan suspensi pati sukun dan sari kecambah ke dalam labu leher tiga. Pastikan pengaduk, thermometer dan pendingin bola sudah terpasang dengan benar, dan alirkan air melalui pendingin bola. Panaskan suspensi pati sukun dengan suhu yang telah ditentukan dengan disertai pengadukan. Jaga suhu tetap konstan selama 2 jam. Ambil contoh sampel tiap 10 menit untuk dianalisa kadar pati yang terkonversi. Data yang didapat dianalisa secara polarimetri, yang dalam hal ini kami dibantu oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Dinas Perindustrian Jawa Tengah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Grafik hubungan waktu terhadap konversi maltosa dengan parameter suhu dan konsentrasi larutan pati dapat dilihat dalam gambar di bawah ini: Grafik Hubungan Waktu terhadap Konversi Maltosa 60 Konversi Maltosa (%) 50 40 30 20 10 0 0 20 40 60 80 100 120 140 Waktu (menit) Suhu 50oC konsentrasi 30% suhu 50oC konsentrasi 40% Suhu 60oC konsentrasi 30% Suhu 60oC konsentrasi 40oC Gambar 1. Grafik Hubungan Waktu terhadap Konversi Maltosa dengan Parameter Suhu dan Konsentrasi Larutan Pati

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu akan meningkatkan konversi maltosa. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya waktu maka, maltosa yang terbentuk semakin banyak sehingga konversi menjadi besar. Dan pada waktu yang sama untuk konsentrasi larutan pati 40% memiliki konversi lebih besar dibandingkan untuk konsentrasi 30%, hal tersebut selain dikarenakan semakin besar konsentrasi maka akan terbentuk isomerisasi dari fruktosa sebagai hasil antara yakni maltosa sehingga jumlah maltosa yang dihasilkan akan semakin banyak. Selain itu semakin lama waktu akan meningkatkan konversi maltosa. Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya waktu, kesempatan terjadinya reaksi untuk mencapai hasil reaksi pembentukan maltosa secara optimal akan lebih banyak sehingga konversi menjadi lebih besar. Pengaruh Suhu terhadap Konversi Maltosa Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada suhu 60 o C tercapai konversi maltosa lebih tinggi dibandingkan pada suhu 50 o C, hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan Arhenius: Ea R. T k = Ae. Keterangan: K = Konstanta kecepatan reaksi A = Faktor frekuensi tumbukan Ea = Energi aktivasi R = Konstanta gas T = Temperatur Dari persamaan Arhenius, dapat diketahui bahwa suhu berbanding lurus dengan konstanta kecepatan reaksi sehingga dengan naiknya suhu maka reaksi akan semakin cepat. Demikian pula suhu berbanding lurus dengan konstanta Arhenius yang mana semakin tinggi suhu suatu reaksi maka akan semakin tinggi pula intensitas terjadinya tumbukan antar partikel dalam larutan yang bereaksi. Dengan semakin besar intensitas tumbukan maka antar partikel akan menjadi aktif untuk terpicu bergabung dengan partikel yang lain membentuk senyawa baru sebagai hasil reaksi. Oleh karena Ea selalu berharga positif, rumus arhenius menunjukkan bahwa laju reaksi akan selalu meningkat dengan naiknya suhu reaksi. Bagi reaksi enzimatis, kenaikan suhu ini ada batasnya, yaitu pada saat temperatur denaturasi tercapai. Dari persamaan, semakin tinggi suhu, maka reaksi akan semakin cepat sehingga dengan waktu operasi yang sama, untuk suhu 60 o C reaksi pembentukan maltosa lebih cepat sehingga jumlah maltosa yang dihasilkan semakin banyak oleh karena itu konversi maltosa lebih besar dari pada suhu 50 o C. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan: 1. Sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gula maltosa melalui reaksi enzimatis menggunakan enzim β-amilase dari kecambah kacang hijau. 2. Pati sukun dapat menghasilkan maltosa dengan konversi paling optimum melalui reaksi enzimatis dengan enzim β-amilase pada suhu 60 o C dengan konsentrasi larutan pati 40%. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Herry Santoso, selaku koordinator penelitian dan Ir. Sumarno, MSi, selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah penelitian ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat diterima sebagai sumber pemikiran demi kemajuan ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Agra, I.B., Warnijati, S., dan Pujianto, B., 1973, Hidrolisa Pati Ketela Rambat Pada Suhu Lebih dari 100 o C, Forum Teknik,3. Groggins, P.H., 1950, Unit Process in Organic Synthesis, 5ed., Mc Graw Hill Book Company Inc., New York. Kerr, R.W., 1950, Chemistry and Industry of Starch, 2ed., Academic Press. Inc., New York. Soedarmadji, S., Analisis Bahan Makanan dan Hasil Pertanian, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tjokroadikoesoemo, P.S., 1986, HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya, PT. Gramedia, Jakarta