BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

BAB III METODE PENELITIAN

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa dan Periapikal serta Mekanismenya 1. Nyeri 1.1 Definisi Nyeri 1.2 Klasifikasi Nyeri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar terbagi menjadi tiga tahapan utama yang disebut Triad Endodontic yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian selular, termasuk odontoblas yang membentuk dentin. Anatomi

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pulpa radikuler. Pulpa koronal terletak di kamar pulpa pada bagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

ENDODONTIC-EMERGENCIES

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin di dalam mulut dengan cara pengambilan semua jaringan pulpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

Kuretase Periapikal Pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan Atas Dengan Nekrosis Pulpa, Disertai Lesi Periapikal

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. odontoblast. Pada tahap awal perkembangannya, odontoblast juga. pertahanan (Walton & Torabinejad, 2008).

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN

Bedah endodontik suatu pendekatan konservatif dalam penanggulangan kista yang lebih dari 2/3 panjang saluran akar gigi anterior

Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

IV. PRINSIP BIOMEKANIK PREPARASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

Pengantar skills lab INTERPRETASI RADIOGRAFIK DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI. Hanna H. Bachtiar Iskandar Menik Priaminiarti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

Distribusi Penyakit Periapikal berdasarkan Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

Transkripsi:

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan perawatan endodontik (Ford, 2004). 2.1. Anatomi Gigi Normal Gigi terdiri dari empat jaringan yaitu email, dentin, sementum, dan pulpa (Scheid, 2007). Email, dentin, dan sementum merupakan jaringan keras gigi, sedangkan pulpa merupakan jaringan lunak gigi (Itjiningsih, 1995). Anatomi gigi normal terdapat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Anatomi Gigi Normal (Itjiningsih, 1995) 4

5 Email merupakan bagian paling keras dari tubuh manusia, meliputi seluruh mahkota gigi (Roberson et al., 2006). Fungsi email adalah sebagai proteksi eksternal terhadap rangsang dan tekanan pengunyahan (Scheid, 2007). Email lebih tebal dan padat pada area insisal dan oklusal, ketebalan dan kepadatannya menurun secara progresif ke arah cementoenamel junction (Roberson et al., 2006). Email yang tidak didukung oleh dentin yang cukup akan bersifat rapuh, sehingga gigi menjadi rentan terhadap fraktur (Heasman, 2003). Email tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki bagiannya yang rusak, sehingga membutuhkan prosedur preparasi dan restorasi (Itjiningsih, 1995). Dentin merupakan bagian terbanyak dari gigi. Dinding kavitas pulpa, kamar pulpa, dan saluran pulpa, dibentuk oleh dentin (Scheid, 2007). Dentin memiliki kemampuan untuk memperbaiki bagiannya yang rusak, karena dentin dibentuk oleh pulpa (Itjiningsih, 1995). Dentin memberikan kekuatan pada gigi sehingga dapat menahan beban kunyah dan trauma. Fungsi dentin lainnya adalah melindungi pulpa (Bergenholtz, 2010). Pulpa terdiri atas jaringan ikat, di dalamnya terdapat pembuluh darah arteri, vena, sistem limfatik, dan saraf. Fungsi pulpa memberi nutrisi pada gigi dan membentuk dentin (Satish, 2003 ; Wheeler, 1993). Kamar pulpa memiliki atap, fungsinya sebagai pemersatu dinding-dinding kavitas. Atap pulpa di daerah insisal atau oklusal disebut tanduk pulpa (Messer, 2003 ; Scheid, 2007).

6 2.2. Kondisi Jaringan Keras Gigi setelah Perawatan Endodontik Perawatan endodontik adalah tindakan pencegahan dalam menjaga kesehatan pulpa, baik vital maupun non vital, untuk mempertahankan fungsi gigi dalam lengkung rahang dari infeksi mikroorganisme. Jaringan pendukung gigi juga harus diperhatikan sebelum perawatan endodontik, seperti adanya periodontitis, kegoyangan gigi, dan abses periapikal. Keadaan ini merupakan akibat dari karies yang berlanjut (Ford, 2004 ; Ling Ng, 2008). Perawatan endodontik melibatkan pembuangan jaringan gigi cukup banyak baik jaringan pulpa, dentin nekrotik, maupun jaringan keras gigi (Segovic et al., 2002). Hal ini menyebabkan perubahan struktur gigi, sifat fisik dari dentin, dan perubahan warna pada gigi (Garg, 2011). 2.2.1. Perubahan Struktur Gigi setelah Perawatan Endodontik Perubahan struktur gigi karena perawatan endodontik akan semakin lemah oleh adanya karies, trauma, preparasi akses kavitas, dan preparasi saluran akar. Kondisi ini dapat menyebabkan gigi menjadi rentan terhadap fraktur dan integritas struktur gigi akan terganggu akibat kehilangan oklusi (Garg, 2011). Etiologi perubahan struktur gigi terdapat pada Gambar 2.2. dan 2.3.

7 Gambar 2.2. Karies yang luas pada gigi (Beer et al., 2006 ; Schmerzaft & Ekelig, 2009) Gambar 2.3. Trauma pada Gigi Depan (Beer et al., 2006) Penyebab lain yang mengakibatkan gigi rentan terhadap fraktur adalah dentin yang tipis pada daerah servikal akibat preparasi akses (Wagnil, 2002). Preparasi akses kavitas, pembersihan, dan pembentukan saluran akar merupakan langkah dalam perawatan endodontik yang membutuhkan pembuangan jaringan cukup banyak. Fungsi preparasi akses kavitas adalah membuka jalan menuju kamar pulpa sampai dengan foramen apikal (Ford, 2004). Dasar kamar pulpa dan orifis akan terlihat jelas pada akses yang benar (Hafifah et al., 2006). Preparasi akses kavitas merupakan langkah paling penting dalam perawatan endodontik, karena memungkinkan pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang optimal (Torabinejad & Walton, 2002).

8 Syarat intervensi minimal dalam konservasi tidak menjadi prioritas dalam preparasi akses (Gutmann, 1997). Preparasi akses membutuhkan pembuangan atap kamar pulpa, sehingga lapang pandang yang didapat baik dan kamar pulpa dapat dibersihkan dengan baik. Syarat akses lurus juga harus dipenuhi untuk memudahkan penggunaan instrumen selama proses perawatan. Preparasi akses kavitas yang luas disebabkan karena karies yang besar dan letak orifis gigi yang berjauhan (Europian society of Endodontic, 2006 ; Bergenholtz, 2010 ; Johnson, 2005). Preparasi akses kavitas yang luas terdapat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Preparasi Akses Kavitas yang Luas (Beer et al., 2006) Pengangkatan atap pulpa, yang merupakan pemersatu dinding-dinding kavitas, mengakibatkan gigi menjadi lebih rentan terhadap fraktur (Messer, 2003). Pengangkatan atap kamar pulpa harus dilakukan karena merupakan letak dari tanduk pulpa, untuk mencari orifis. Proses selanjutnya adalah pengangkatan jaringan pulpa. Pengangkatan jaringan pulpa juga melemahkan gigi (Chong, 2010).

9 Pengangkatan jaringan pulpa menghilangkan salah satu fungsi pulpa, yaitu membentuk dentin, selain itu akan mempengaruhi struktur dan sensitivitas dari dentin (Roberson et al., 2006 ; Roth, 1981). Pengangkatan jaringan pulpa mengakibatkan fungsi nutrisi pulpa hilang, suplai cairan ke dentin berkurang. Hal ini menyebabkan ikatan email dan dentin terganggu, sehingga gigi menjadi lebih mudah patah (Satish, 2003). Pembersihan dan pembentukan saluran akar merupakan bagian yang penting dari perawatan endodontik. Pembersihan saluran akar merupakan pengangkatan iritan dari saluran akar dengan menekankan instrumen ke arah dinding saluran akar. Iritan yang dihilangkan dalam proses pembersihan diantaranya adalah bakteri, produk bakteri, jaringan nekrotik, jaringan vital, produk saliva, darah, dan iritan lain pada saluran akar (Torabinejad & Walton, 2002). Pembentukan saluran akar merupakan suatu tindakan untuk membentuk saluran akar yang konus dan kontinyu, mulai dari koronal hingga ke apikal dengan menggunakan instrumen saluran akar. Pengangkatan lapisan dentin juga dilakukan selama tindakan pembentukan saluran akar. Semua tindakan ini membutuhkan pembuangan jaringan keras gigi dalam jumlah yang besar (Gambar 2.5). Kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar akan mengurangi kekuatan dari gigi, karena itu restorasi yang diperlukan untuk mengganti struktur gigi yang hilang harus tepat dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama pada gigi (Torabinejad & Walton, 2002).

10 Gambar 2.5. Pembuangan Jaringan Keras Gigi dalam Jumlah Besar selama Preparasi Saluran Akar pada Gigi Posterior (Garg, 2011) a. Pembuangan seluruh karies b. Pembuangan atap kamar pulpa sebagai pemersatu dindingdinding kavitas c. Pembuangan dinding saluran akar untuk mendapatkan akses lurus d. Pengangkatan jaringan pulpa 2.2.2. Perubahan Sifat Fisik pada Dentin setelah Perawatan Endodontik Perubahan sifat fisik pada dentin disebabkan oleh berkurangnya kelembaban dentin, baik di koronal maupun radikuler, sebanyak 9%. Penurunan kelembaban merupakan akibat dari kehilangan jaringan pulpa (Cohen, 2011 ; Garg, 2011). Beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak ada perubahan sifat fisik dari dentin setelah perawatan endodontik. Secara umum jaringan keras gigi memiliki kekuatan tekan yang tinggi dan kekuatan tarik yang rendah, sehingga bersifat rapuh. Fraktur yang sering terjadi pada gigi setelah perawatan endodontik

11 diakibatkan oleh kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar atau garis fraktur dari email dan dentin yang tersisa (Ford, 2004 ; Schwartz et al., 2004 ; Suprastiwi, 2006). 2.2.3. Perubahan Warna pada Gigi Salah satu etiologi pewanaan pada gigi adalah nekrosis pulpa. Bakteri atau bahan kimia menyebabkan iritasi pada jaringan pulpa sehingga menyebabkan nekrosis dan pelepasan produk disintegrasi yang akan masuk ke dalam tubulus dan merubah warna pada dentin. Tingkat pewarnaan gigi dipengaruhi oleh keluasan nekrosis pada pulpa (Cohen & Hargeaves, 2011). Perubahan warna gigi sering terjadi setelah perawatan endodontik, seperti pada Gambar 2.6. Hal ini disebabkan perubahan biomekanis pada dentin yang menyebabkan terjadinya pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya ini menyebabkan gangguan estetik pada gigi. Perubahan warna pada gigi dapat disebabkan oleh pembersihan dan pembentukan saluran akar yang tidak sempurna atau akumulasi dari bahan pengisi saluran akar, debris, dan material bahan tambal yang tersisa pada kamar pulpa. Gigi yang mengalami perubahan warna dapat diatasi dengan melakukan perawatan bleaching atau dengan restorasi estetik (Brenna, 2009 ; Garg, 2011).

12 Gambar 2.6. Perubahan Warna Gigi setelah Perawatan Endodontik (Brenna et al., 2009) 2.3. Hal yang Harus Dipertimbangkan pada Gigi setelah Perawatan Endodontik, sebelum Prosedur Restorasi Prosedur restorasi akhir sebaiknya dilakukan segera setelah gigi selesai dirawat endodontik, namun terdapat beberapa keadaan yang mengharuskan penempatan restorasi akhir harus ditunda. Keadaan keadan tersebut adalah jika terdapat tanda kegagalan dari perawatan endodontik (Ford, 2004). Berhasil atau tidaknya perawatan endodontik ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografis (Torabinejad & Walton, 2002). Tanda kegagalan secara klinis adalah rasa nyeri, baik secara spontan ataupun akibat rangsang, perkusi dan tekan positif, palpasi mukosa sekitar gigi positif, terdapat pembengkakan di sekitar mukosa gigi disertai rasa nyeri saat dipalpasi, dan adanya fistula pada periapikal. Tanda kegagalan secara radiografis adalah jika terjadi perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa, pelebaran jaringan periodontal, dan perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal. Prosedur restorasi sebaiknya ditunda jika terdapat tanda-tanda tersebut (Torabinejad & Walton, 2002).

13 Prosedur restorasi akhir pada gigi dapat dilakukan segera jika sudah tidak ada keluhan pada gigi, dari pemeriksaan radiologis tidak terdapat gambaran radiolusen, jika sebelum perawatan terdapat gambaran radiolusen, gambarannya tidak meluas. Kondisi gusi dan jaringan periodontal juga harus diperhatikan. Penempatan restorasi akhir pada pasien dengan rangsang tekan positif ketika pengunyahan, harus ditunda selama dua hingga tiga minggu. Evaluasi dengan jangka waktu yang sama dilakukan jika rangsang masih tetap positif. Penundaan restorasi akhir juga harus dilakukan jika terdapat gambaran radiolusen pada periapikal dengan diameter lebih dari 2 mm. Perawatan ulang dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus tersebut (Chong 2004 ; Ford, 2004). Kasus dengan prognosis yang meragukan, menyebabkan harus dilakukan penundaan prosedur restorasi hingga terdapat tanda penyembuhan secara klinis dan radiografis. Selama menunggu tanda penyembuhan ini, gigi harus dilindungi oleh restorasi sementara yang adekuat, yaitu restorasi yang dapat mencegah kebocoran koronal, dapat menahan beban kunyah, dan dapat memenuhi nilai estetik yang dibutuhkan gigi (Ford, 2004). Pertimbangan penting lainnya dalam posedur restorasi adalah biological width. Biological width adalah dimensi dari jaringan lunak yang melekat pada koronal gigi hingga puncak tulang alveolar. Tepi restorasi ditentukan berdasakan petimbangan biological width. Terdapat tiga pilihan penempatan tepi restorasi, yaitu supragingiva, paragingiva, dan subgingiva. Penempatan tepi restorasi pada supragingiva memberikan dampak yang paling minimal pada periodontal, namun kurang

14 optimal secara estetik. Penempatan tepi restorasi pada paragingiva menyebabkan retensi plak yang lebih banyak dibandingkan dengan supragingiva, namun risiko biologisnya lebih rendah dibandingkan dengan subgingiva dan cukup baik secara estetik. Tepi restorasi pada subgingiva menyebabkan risiko biologis yang tinggi, jika tepi restorasi diletakkan terlalu jauh dibawah jaringan gingiva, akan mengganggu perlekatan dari gingiva yang dapat menyebabkan resesi gingiva atau resorbsi tulang alveolar (Nitin & Nikhil, 2009).