BAB II TEORI MAS}LAH}AH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB II. segi lafadz maupun makna, jamaknya (المصالح) berarti sesuatu yang baik. 2 Kata

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

Maslahat secara etimologi didefinisikan sebagai upaya mengambil

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB IV TINJAUAN MASḶAHẠH TERHADAP PENERAPAN FATWA DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 TENTANG PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI DI BRI SYARIAH SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tatanan kehidupan manusia diperlukan adanya hukum yang. masalah-masalah keagamaan maupun kemasyarakatan.

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

SUMBER HUKUM ISLAM 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. aslama yang berarti memelihara, selamat, sentosa, dan berarti pula berserah

BAB IV. A. Pengajuan Pemisahan Harta Bersama Antara Suami dan Isteri Sebagai Syarat Mutlak dalam Izin Poligami

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH. Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

Dialah yang telah menciptakan semua apa-apa yang ada dibumi untuk kalian.

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

BAB II KONSEP PAJAK DALAM PEMERINTAHAN ISLAM DAN MAṠLAḤAH MURSALAH. perkembangan yang signifikan, karena wilayah kekuasaan Islam masih

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERILAKU SADISME DAN MASOKISME DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTRI

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

HUKUM PIDANA TRANSNASIONAL. Dr Trisno Raharjo, S.H. M.Hum

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO DI USAHA SIMPAN PINJAM KAMPOENG ILMU SURABAYA

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN DALAM SISTEM NGGADO DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI JANGKRIK DENGAN SISTEM PERKIRAAN DI DESA KACANGAN KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

Riba, Dosa Besar Yang Menghancurkan

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

POKOK SYARI AH. حفظه هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtaras-Sidawi. Publication: 1435 H_2014 M. 5 Tujuan Pokok Syari ah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

Sumber sumber Ajaran Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

Pendidikan Agama Islam

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

place, product, process, physical evidence

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Transkripsi:

BAB II TEORI MAS}LAH}AH A. Pengertian Mas}lah}ah Kata mas}lah}ah merupakan bentuk mas}dar dari kata kerja s}alaha dan s}aluha, yang secara etimologi berarti: manfaat, faedah, patut. 1 Kata mas}lah}ah dan manfa ah telah di Indonesiakan menjadi maslahat dan manfaat yang berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan, faedah; guna. Dari beberapa arti tersebut dapat diambil suatu pemahaman bahwa setiap sesuatu yang mengandung kebaikan di dalamnya, baik untuk memperoleh kemanfaatan, kebaikan, maupun untuk menolak kemadaratan, maka semua itu disebut dengan mas}lah}ah. 2 Adapun pengertian mas}lah}ah secara terminologi, ada beberapa pendapat dari para ulama, antara lain: 1. Menurut pendapat Imam Ghazali dalam kitab al-mustasyfā, bahwa mas}lah}ah ialah : 1 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), 128. 2 Abbas Arfan, Geneologi Pluralitas Mazhab dalam Hukum Islam, (Malang: UIN-Malang Pres, 2008), 82. 22

23 3 Mas}lah}ah menurut makna asalnya berarti menarik manfaat atau menolak madarat (hal -hal yang merugikan). Akan tetapi, bukan itu yang menjadi maksud kami, sebab meraih manfaat dan menghindarkan madarat adalah tujuan makhluk (manusia). Kemaslahatan makhluk terletak pada tercapainya tujuan mereka. Yang kami maksud dengan mas}lah}ah adalah memelihara tujuan syara (hukum Islam). Tujuan hukum Islam yang ingin dicapai dari makhluk ada lima: yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta mereka. Setiap hukum yang mengandung tujuan memelihara kelima hal ini disebut mas}lah}ah, dan setiap hal yang meniadakannya disebut mafsadat dan menolaknya disebut mas}lah}ah. 2. Menurut pendapat al-khawarizmi sebagaimana dikutip Syaukani dalam kitab Irsya@d al-fuh ūl, mas}lah}ah ialah : 4 Mas}lah}ah adalah memelihara tujuan hukum Islam dengan menolak/ menghindarkan bencana (kerusakan, hal -hal yang merugikan) dari makhluk (manusia). 3. Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip oleh Imam Abu Zahrah, bahwa yang dimaksud dengan mas}lah}ah ialah : 5 Mas}lah}ah adalah pandangan mujtahid tentang perbuatan yang mengandung kebaikan yang jelas dan bukan perbuatan yang berlawanan dengan hukum syara. 3 Imam Abu Hamid al-gazali, al-mustasyfā Min Ilmi al-us ūl, (Libanon: Dār al-khatab al- Ilmiyah, 2010), 275. 4 Imam al-hafidz Muhammad bin Ali as-syaukani, Irsyad al-fuh ūl Juz 2, (Libanon: Dār alkhatab al-ilmiyah, 1999), 270. 5 Muhammad Abu Zahrah, Ibn Taimiyah Hạyatuh wa Asruh- Arauh wa fiqhuh, (Mesir : Dār al-fikr al- Arabi, 2000), 395.

24 4. Menurut pendapat Jalaluddin Abdurrahman, mendefinisikan mas}lah}ah sebagai berikut : 6 Mas}lah}ah dengan pengertian yang lebih umum dan dibutuhkan ialah semua yang bermanfaat bagi manusia baik yang bermanfaat untuk meraih kebaikan dan kesenangan maupun yang bersifat untuk menghilangkan kesulitan dan kesusahan. Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa mas}lah}ah merupakan tujuan dari adanya syariat Islam, yakni dengan memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan, serta memelihara harta. B. Landasan Syariah Mas}lah}ah Landasan syariah berupa al-qur an, Hadis serta kaidah fiqih yang berkaitan dengan mas}lah}ah akan di uraikan secara terperinci sebagai berikut: 1. Al-Quran 6 Jalaluddin Abdurrahman, al-masalih al-mursalah wa Makanatuha Fi al-tasyri, (Mesir: Matba ah al-sa adah, Cet. 1, 1983), 13.

25 Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah surat al-anbiyā (21) ayat 107: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. 7 Redaksi ayat di atas sangat singkat, namun ayat tersebut mengandung makna yang sangat luas. Di antara empat hal pokok, yang terkandung dalam ayat ini adalah: 1) Rasul/utusan Allah dalam hal ini Nabi Muhammad saw, 2) yang mengutus beliau dalam hal ini Allah, 3) yang diutus kepada mereka ( al- a>lami>n), serta 4) risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yaikni rahmat yang sifatnya sangat besar. 8 Juga disebutkan dalam firman Allah surat al-baqarah (2) ayat 185 Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu 9 Dalam ayat tersebut, terdapat kaidah yang paling besar di dalam tugas-tugas yang dibebankan akidah Islam secara keseluruhan, yaitu memberikan kemudahan dan tidak mempersulit. Hal ini memberikan kesan kepada hati yang merasakan kemudahan di dalam menjalankan kehidupan ini secara keseluruhan dan mencetak jiwa 7 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, (Bandung: CV. Insan Kamil, 2009), 331. 8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-misbah: pesan, kesan dan keserasian al-qur an vol. 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 133. 9 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, 28.

26 orang muslim berupa kelapangan jiwa, tidak memberatkan, dan tidak mempersukar. 10 2. Hadis Nabi saw Dari Abu Hurairah Radịyallahu Anhu, dia berkata, Rasulullah Sạllallahu Alaihi wa Sallam melarang orang kota menjualkan barang dagangan orang kampung, dan janganlah kalian melakukan transaksi jual beli dengan najasy (memuji barang dangangan secara berlebihan), janganlah seseorang menjual sesuatu yang sedang dijual oleh saudaranya, janganlah seseorang melamar orang yang sedang dilamar saudaranya, dan janganlah seseorang meminta talak saudarinya agar ia menduduki posisinya. (Muttafaq Alaih) 11 Larangan-larangan Rasulullah dalam hadis tersebut, dimaksudkan untuk kemaslahatan umat. Salah satunya larangan mendatangi petani ke desa untuk membeli komoditi mereka adalah untuk memelihara kemaslahatan para petani desa dari kemungkinan terjadinya penipuan harga. Oleh sebab itu, menurut al-tụfi sebagaimana dikutip oleh Nasrun Haroen, 12 bahwa pada dasarnya baik firman Allah swt maupun sabda Rasul saw, bertujuan untuk 10 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur an di bawah naungan al-qur an jilid 1, penjerj. As ad Yasin, et al, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 205. 11 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan ani, Subul As-Salam Syarah Bulughul Maram, penterj. Muhammad Isnan, et al Terjemah Subul Salam Syarah Bulughul Maram Jilid 2, (Jakarta: Darus Sunnah, 2010), 361. 12 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos, 1996), 128.

27 kemaslahatan manusia. Dengan demikian keberadaan mas}lah}ah sebagai landasan hukum tidak diragukan lagi dan bisa dijadikan dalil mandiri. C. Pembagian Mas}lah}ah Pembagian jenis mas}lah}ah dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain; mas}lah}ah berdasarkan tingkat kebutuhannya, mas}lah}ah berdasarkan cakupannya (jangkauannya), mas}lah}ah berdasarkan ada atau tidaknya perubahan, dan mas}lah}ah berdasarkan ada atau tidaknya syariat dalam penetapannya. 1. Mas}lah}ah Dari Segi Tingkatannya Mas}lah}ah berdasarkan tingkat kebutuhannya sebagaimana merujuk kepada pendapatnya al-syatibi dalam menjaga lima tujuan pokok syariat ( maqa>sid al- s}ari> ah), maka seperti yang dijelaskan oleh al-syatibi terdapat tiga kategori dan tingkatan kekuatan kebutuhan akan Mas}lah}ah, yaitu: 1) Al-Mas}lah}ah al-d}aru>riyyah (kemaslahatan primer) ialah kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan akhirat. Kemaslahatan ini, terdiri atas lima, yaitu: memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta. Kelima kemaslahatan ini, disebut dengan al-mas}a>lih al-khamsah.

28 2) Al-Mas}lah}ah al-h}a>jiyyah (kemaslahatan sekunder) yaitu sesuatu yang diperlukan oleh seseorang untuk memudahkan untuk menjalani hidup dan menghilangkan kesulitan dalam rangka memelihara lima unsur di atas. Jika tidak tercapai manusia akan mengalami kesulitan seperti adanya ketentuan rukhs}ah (keringanan) dalam ibadah. 3) Al-Mas}lah}ah al-tahsīniyah (kemaslahatan tersier), yaitu memelihara kelima unsur pokok dengan cara meraih dan menetapkan hal-hal yang pantas dan layak dari kebiasaankebiasaan hidup yang layak dari kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik, serta menghindarkan sesuatu yang dipandang sebaliknya oleh akal sehat. 13 2. Mas}lah}ah Berdasarkan Cakupannya Bila ditinjau dari segi cakupan, Jumhur Ulama membagi mas}lah}ah kepada tiga tingkatan, yaitu: 1) Al-Mas}lah}ah al- Āmmah (mas}lah}ah umum), yang berkaitan dengan semua orang seperti mencetak mata uang untuk kemaslahatan suatu Negara. 2) Al-Mas}lah}ah al-galibah (mas}lah}ah mayoritas), yang berkaitan dengan mayoritas (kebanyakan) orang, tetapi tidak bagi semua orang. Contohnya orang yang mengerjakan bahan baku pesanan 13 Haroen, Ushul Fiqh 1, 115.

29 orang lain untuk dijadikan barang jadi, maka apabila orang tersebut membuat kesalahan (kerusakan) wajib menggantinya. 3) Al-Mas}lah}ah al-kha>s}s}ah (mas}lah}ah khusus/pribadi), yang berkenaan dengan orang-orang tertentu. Seperti adanya kemaslahatan bagi seorang istri agar hakim menetapkan keputusan fasah} karena suaminya dinyatakan hilang. 14 3. Mas}lah}ah Dari Segi Keberadaan Mas}lah}ah Menurut Syara Sedangkan mas}lah}ah dilihat dari segi keberadaan mas}lah}ah menurut syara, menurut Muhammad Mustafa Syalabi seperti yang dikutip oleh Dahlan Tamrin dalam buku Filsafat Hukum Islam, dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Al-Mas}lah}ah al-mu tabarah, yaitu mas}lah}ah yang secara tegas diakui syariat dan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan hukum untuk merealisasikannya, misalnya : 1) Agama bagi seseorang merupakan fitrah, pemerintah dalam menerapkan tujuan syariat yang berifat d}aru>riyah ini harus melindungi agama bagi setiap warga negaranya. Dalam keberagaman Islam selalu mengembangkan sikap tasammuh (toleransi) terhadap pemeluk agama lain, sepanjang tidak mengganggu satu sama lain. 15 14 Tamrin, Filsafat Hukum Islam, 121-122. 15 A. Rahmat Rosyadi dan Rais Ajmad, Formulasi Syariat Islam dalam Prespektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), 47.

30 2) Perlindungan terhadap jiwa, hikmah keberadaan syariah dengan aturannya melindungi jiwa manusia agar terhindar dari kezaliman orang lain, 16 dalam firman Allah surat al-isra ayat 33:... Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar 17. 3) Keberadaan syariah ialah melindungi akal pikiran supaya ia tetap sehat dan berfungsi dengan baik. Segala perkara yang dapat merusak kesehatan akal harus disingkirkan. 18 Sebagaimana firman Allah surat al-maidah ayat 91: Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). 19 4) Perlindungan terhadap kehormatan manusia, karena manusia adalah makhluk mulia, kehormatannya senantiasa dijaga dan 48. 16 Ya qub, Pengantar Ilmu Syari ah (Hukum Islam), (Bandung: CV. Diponegoro, 1995), 17 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, 285. 18 Zinuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 12. 19 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, 123.

31 dilindungi oleh syariah, 20 sebagiamana firman Allah dalam surat al-isra ayat 70: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan 21. 5) Perlindungan terhadap harta, untuk menjaga harta agar tidak beralih tangan secara tidak sah, atau dirusak orang, syariah Islam telah mengaturnya. Misalnya, Islam membolehkan manusia melakukan berbagai transaksi dalam muamalah. 22 Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah surat an-nisa ayat 29: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. 23 20 Ya qub, Pengantar Ilmu Syari ah (Hukum Islam), 46. 21 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, 289. 22 A. Rahmat Rosyadi dan Rais Ajmad, Formulasi Syariat Islam dalam Prespektif Tata Hukum Indonesia, 49. 23 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, 83.

32 b. Al-Mas}lah}ah al-mulga>h, yaitu sesuatu yang dianggap mas}lah}ah oleh akal pikiran, tetapi dianggap palsu karena kenyataannya bertentangan dengan ketentuan syariat. Misalnya, penambahan harta melalui riba dianggap mas}lah}ah. 24 Kesimpulan seperti itu bertentangan dengan nas s al-quran surat al-baqarah ayat 275: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba 25 c. Al-Mas}lah}ah al-mursalah, yaitu mas}lah}ah yang tidak diakui secara eksplisit oleh syara dan tidak pula ditolak serta dianggap batil oleh syara, tetapi masih sejalan secara substantif dengan kaidah-kaidah hukum yang universal. Gabungan dari dua kata tersebut, yaitu mas}lah}ah mursalah menurut istilah berarti kebaikan (mas}lah}ah ) yang tidak disinggung dalam syara, untuk mengerjakannya atau meninggalkannya, namun jika dikerjakan akan membawa manfaat. 26 Oleh sebab itu dikatakan oleh Ibnu Taimiyah seperti yang dikutip Nazar Bakry dalam buku Fiqh dan Ushul Fiqh: 24 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), 92. 25 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, 47. 26 A. Hanafi, Ushul Fiqih, (Jakarta, Wijaya 1989), 144.

33 Hukum sesuatu adakah dia haram atau mubah, maka dilihat dari segi kebiasaan dan kebaikannnya. 27 Contohnya, peraturan lalu lintas dengan segala ramburambunya. Peraturan seperti ini tidak terdapat dalil khusus yang mengaturnya. Namun, peraturan tersebut sejalan dengan tujuan syariat, yaitu dalam hal memelihara jiwa dan harta. 28 D. Kehujjahan Mas}lah}ah Para ulama Ushul Fiqh sepakat menyatakan bahwa mas}lah}ah almu tabarah dapat dijadikan sebagai hujjah dalam menetapkan hukum Islam. Kemaslahatan seperti ini termasuk dalam metode qiyas. Mereka juga sepakat bahwa mas}lah}ah mulgāh tidak dapat dijadikan hujjah dalam menetapkan hukum Islam, adapun terhadap kehujjahan mas}lah}ah mursalah, para ulama Ushul Fiqh berbeda pendapat. 29 Kalangan ulatma Malikiyah dan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa mas}lah}ah mursalah merupakan hujjah syar iyyah dan dalil hukum Islam. Ada beberapa argumen yang dikemukakan oleh mereka, di antaranya: 1. Adanya perintah al-quran, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah surat al-nisa ayat 59: 27 Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 61. 28 Satria Efendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 149-150. 29 Haroen, Ushul Fiqh 1, 120.

34 Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al - Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama ( bagimu) dan lebih baik akibatnya. 30 Pada ayat ini Allah memerintahkan supaya kaum muslimin taat dan patuh kepada Allah, kepada rasul Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka untuk dapat terciptanya kemaslahatan umum. 31 2. Hadis Nabi saw yang menjadi kebolehan melakukan ijtihad, sebagai berikut : 30 Kementerian Agama RI, Mushaf al-qur an Terjemah, 87. 31 Muhammad Ihsan, Tafsir Surat an-nisa, dalam http://users.nofeehost.com/alquranonline/alquran_tafsir.asppageno&suratke=4#top (08 April 2013)

35 Dari Mu adz bin jabal bahwa Rasulullah saw, ketika hendak mengutusnya ke Yaman, beliau bertanya kepadanya, Bagaimana kamu memutuskan suatu hukum ketika kamu diminta untuk memutuskan suatu keputusan? Mu adz menjawab, aku akan memutuskan dengan Kitabullah. Rasulullah bertanya lagi, jika tidak terdapat ketentuannya dalam Kitabullah? Mu adz menjawab, aku akan memutuskan dengan ketentuan yang terdapat dalam Sunnah Rasulullah. Rasulullah bertanya lagi, Jika kamu tidak menemukan didalam Sunnah Rasulullah? Mu adz menjawab lagi, aku akan melakukan ijtihad dengan pendapatku (fikiranku), dan aku tidak akan menyempitkan ijtihadku. Kemudian Rasulullah berkata, Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusan Rasulullah karena sesuatu yang memuaskan Rasulullah. 32 Dengan wajh al-istidla>l bahwa dalam berijtihad banyak metode yang bisa dipergunakan. Dengan demikian, restu Rasulullah kepada Mu adz untuk melakukan ijtihad juga sebagai restu bagi kebolehan mujtahid untuk mempergunakan metode istisla>h dalam berijtihad. 3. Tujuan pokok penetapan hukum Islam adalah untuk mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia. Kemaslahatan manusia akan selalu berubah dan bertambah sesuai dengan kemajuan zaman. Dalam kondisi semacam ini akan, akan banyak timbul masalah baru yang hukumnya belum ditegaskan dalam al-quran dan sunnah. Jika pemecahan masalah baru itu hanya ditempuh melalui metode qiyas maka akan terjadi banyak masalah baru yang tidak dapat diselesaikan oleh hukum Islam. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat ditempuh lewat metode ijtihad yang lain, di antarannya adalah istisla>h. 33 32 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar al-fikr, 1952), 272. 33 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), 132-134.

36 Dalam menggunakan mas}lah}ah mursalah sebagai hujjah, para ulama bersikap sangat hati-hati, sehingga tidak menimbulkan pembentukan syariat berdasarkan nafsu dan keinginan tertentu. Maka dari itu, para ulama menyusun syarat-syarat mas}lah}ah mursalah yang dipakai sebagai dasar pembentukan hukum. Syarat-syarat tersebut, antara lain: a. Harus benar-benar merupakan mas}lah}ah atau hukum mas}lah}ah yang bersifat fikiran. Maksudnya, agar bisa diwujudkan pembentukan hukum suatu masalah yang melahirkan kemaslahatan dan menolak kemadharatan. b. Mas}lah}ah tersebut dapat melahirkan kemaslahatan bagi kebanyakan umat manusia, yang dapat terwujud, bukan untuk kepentingan perorangan. c. Pembentukan hukum dengan mengambil kemaslahatan itu tidak bertentangan dengan dasar ketetapan al-quran, Hadis, dan ijma. 34 Adapun kalangan ulama Syafi iyah dan ulama Hanabilah berpandangan bahwa mas}lah}ah mursalah tidak bisa dijadikan hujjah syar iyyah dan dalil hukum Islam. Ada beberapa argumen yang mereka kemukakan, di antaranya: a. Penyikapan mas}lah}ah mursalah sebagai hujjah berarti mendasarkan penetapan hukum Islam terhadap sesuatu yang meragukan dan 34 Miftahul Arifin dan A. Faishal Haq, Ushul Fiqh Kaidah-kaidah Penerapan Hukum Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), 145.

37 mengambil satu di antara dua kemungkinan tanpa disertai dalil yang mendukung. b. Sikap menjadikan mas}lah}ah mursalah sebagai hujjah menodai kesucian hukum Islam dengan memperturutkan hawa nafsu dengan dalih mas}lah}ah. Dengan cara ini akan banyak penetapan hukum Islam yang didasarkan atas kepentingan hawa hafsu. Sebab, dunia terus bertambah maju dan seiring dengan itu akan muncul hal-hal baru yang oleh nafsu dipandang mas}lah}ah, padahal menurut syara membawa mafsadah c. Hukum Islam telah lengkap dan sempurna. Menjadikan mas}lah}ah mursalah sebagai hujjah dalam menetapkan hukum Islam, berarti secara tidak langsung tidak mengakui karakter dan kesempurnaan hukum Islam. Demikian juga memandang mas}lah}ah mursalah sebagai hujjah akan membawa dampak bagi terjadinya perbedaan hukum Islam disebabkan perbedaan kondisi dan situasi. Hal ini menafikan universalitas, keluasan, dan keluwesan hukum Islam. 35 35 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), 132-133.