BAB I PENDAHULUAN. perjalanan waktu, berbagai daerah di berbagai belahan dunia melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya

BAB I PENDAHULUAN. perolehan devisa hingga mencapai 10 juta Dollar AS. 1. urutan keempat sebagai penghasil devisa terbesar di Indonesia setelah sektor

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sebagai salah satu penghasil devisa negara. Di samping sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi salah satu industri terbesar dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata, baik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. wisata. Pariwisata merupakan bagian dari wisata yaitu segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Dalam menjalani kehidupan, manusia pun dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. dapat dilihat dari banyaknya Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah maupun pemerintah pusat dapat memanfaatkannya sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi kehidupan masyarakat Indonesia. sangat susah, sehingga pemerintah harus melakukan pengadaan impor beras.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shelly Novianti Ismanda, 2013

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wisata kuliner, dan berbagai jenis wisata lainnya. Salah satu daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia ada dimuka bumi ini mereka tidak terlepas dari aktivitas

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan manusia dengan sebaik-baiknya, dengan memanfaatkan kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

INTERAKSI SOSIAL ANTARA WISATAWAN DENGAN MASYARAKAT LOKAL Drs. H. Gumelar S. Sastrayuda (2009) 1

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Cikole Jayagiri Resort Bandung

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

2016 PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor jasa terutama jasa perbankan. transaksi ekonomi terus mengalami perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan merupakan kompleks budi dan daya, bukan semata-mata keseniaan

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata di Indonesia, yang sudah mulai berkembang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. membuat ulang, sedangkan dalam bahasa inggris re-creation, yang secara harfiah

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Tiongkok merupakan pasar wisatawan asing terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. (Muljadi, 2009: 2). Hal ini disebabkan subsektor pariwisata relatif masih muda

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keutungan tersendiri untuk menarik wisatawan. Seakan tidak ingin

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan di Indonesia. Hal ini

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TEORI PARIWISATA DAN RELEVANSINYA

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pariwisata telah menjadi industri yang mendunia di zaman modern sekarang ini. Pada awalnya orang biasa menetap di suatu tempat. Perjalanan hanya dilakukan untuk mencari makanan dan menghindari bahaya. Seiring perjalanan waktu, berbagai daerah di berbagai belahan dunia melakukan perjalanan. Pada puncak masa kekaisaran di Mesir, perjalanan untuk kepentingan bisnis maupun kesenangan mulai berkembang yaitu seperti penyelenggaraan festival festival kerakyatan di berbagai tempat. Kegiatan perjalanan juga berkembang pada zaman Romawi karena beberapa alasan seperti rangsangan pertumbuhan perdagangan dan munculnya kalangan menengah yang memiliki cukup uang untuk melakukan perjalanan (Mill, 2000) Sejak dulu Indonesia telah disambangi banyak negara negara penjelajah seperti bangsa Eropa yaitu Belanda dan Portugis. Indonesia menjadi salah satu negara yang banyak dikunjungi oleh para pedagang di masa lampau terutama dalam sektor perdagangan rempah rempah. Memasuki masa modern, munculah istilah yang kini dikenal dengan nama pariwisata. Itulah kata yang dipakai untunku mengungkapkan perjalanan sesorang. Pelakunya disebut wisatawan. Seseorang yang bepergian ke luar juga belum dapat dikatakan sebagai wisatawan bila tidak memenuhi syarat tertentu. Salah 1

2 satunya adalah ketika seseorang tidak datang untuk bekerja atau untuk mencari pendidikan maka dapat disebut sebagai wisatawan. Berbagai macam motivasi wisatawan mewarnai dasar kunjungan wisatawan ke suatu tempat. Dalam Gray via Ross ( 1998), pada dasarnya wisatawan memiliki dua motivasi dalam berwisata yaitu keinginan bertualang dan keinginan mendapat sinar matahari. Namun menurut Dann via Ross ( 1998), banyak dari apa yang dinamakan penelitian motivasi pada dasarnya belum menyentuh pertanyaan yang mendasar, yakni apa sebenarnya alasan utama orang melakukan perjalanan. Mayo dan Jarvis (1981) menelaah ulang karya McIntosch via Ross (1998) yang mengatakan bahwa motivasi untuk berpariwisata salah satunya adalah motivasi fisik yaitu motivasi yang berhubungan dengan istirahat fisik, ikut berolahraga, rekreasi pantai, hiburan yang membuat tubuh tidak tegang, dan pertimbangan kesehatan.motivasi fisik ini menjadi salah satu dasar dalam penelitian ini yaitu dalam hal pertimbangan kesehatan. Merapi Farma Herbal merupakan salah satu objek wisata yang melakukan penekanan terhadap kesehatan. Tempat ini merupakan salah satu lokasi apotek hidup yang diketahui di daerah Yogyakarta berdiri hingga saat ini. Merapi Farma Herbal menyediakan berbagai fasilitas permainan anak anak, pelayanan edukasi herbal, pembenihan tumbuhan herbal hingga penjualan jamu jamuan tradisional. Dalam perjalanannya, pendiri memiliki tujuan untuk mengenalkan manfaat tumbuhan herbal kepada khalayak ramai karena

3 menurut beliau dewasa ini sangat sedikit anak muda maupun orang dewasa yang mengetahui besarnya manfaat herbal. Pengaruh gaya hidup instan menjadi salah satu pemicunya. Menurut beliau kebanyakan pengunjung yang datang berwisata adalah karena sudah memiliki sakit yang parah dan tidak dapat disembuhkan oleh pengobatan modern. Alasan ini berhubungan dengan pendapat Dann. Menyikapi pendapat Dann lebih lanjut, beliau mendeskripsikan motivasi para wisatawan untuk berwisata dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong adalah faktor yang membuat kita ingin bepergian sementara faktor penarik adalah faktor yang mempengaruhi kemana wisatawan akan pergi setelah ada keinginan awal untuk bepergian. Keinginan wisatawan untuk sehat mendorong mereka untuk melakukan wisata herbal. Melalui hasil penelitian lebih lanjut ingin diketahui apa saja faktor penarik dan pendorong wisatawan untuk mengunjungi Merapi Farma Herbal dan motivasi wisatawan berkunjung ke Merapi Farma Herbal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang ditemukan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1. Apa motivasi wisatawan berkunjung ke wisata herbal di Merapi Farma Herbal? 2. Apa faktor pendorong dan faktor penarik wisatawan untuk berkunjung ke wisata herbal di Merapi Farma Herbal?

4 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui motivasi kunjungan wisatawan terhadap wisata herbal di Merapi Farma Herbal. 2. Mengetahui faktor pendorong dan faktor penarik wisatawan untuk berkunjung ke wisata herbal di Merapi Farma Herbal. 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah di bidang keilmuan akademik dan pemahaman lebih mendalam mengenai kekayaan herbal sebagai salah satu keanekaragaman hayati pariwisata Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi salah satu objek wisata pilihan bagi wisatawan dalam maupun luar negeri sehingga dapat mengenalkan herbal Indonesia seperti yang diharapkan oleh pemilik Merapi Farma Herbal. b. Menjadi bahan pembenahan pengelola objek wisata untuk meningkatkan pelayanannya lebih baik lagi. c. Mengenalkan kekayaan alam Indonesia kepada wisatawan.

5 1.5 Tinjauan Pustaka Motivasi wisatawan terhadap suatu objek wisata telah mendapat perhatian bagi banyak peneliti peneliti di dalam maupun luar negeri. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan terhadap suatu objek wisata. Dalam bagian ini akan dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang motivasi motivasi wisatawan terhadap suatu objek wisata. Beberapa hasil penelitian tersebut diantaranya : 1. Dalam penelitiannya, Nur Budhi Puji Wibowo (2010) yaitu Pengaruh Motivasi Wisata, Persepsi Tentang Daya Tarik Destinasi Dan Kualitas Pelayanan Wisata Terhadap Lama Tinggal di Provinsi DIY menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif antara motivasi wisata, persepsi wisatawan tentang daya tarik destinasi serta kualitas pelayanan wisata secara bersama sama terhadap lama tinggal wisatawan khusus untuk wisatawan asing. Hal ini menginformasikan bahwa kunjungan wisatawan terhadap suatu objek wisata dapat disebabkan oleh daya tariknya. Dalam hal ini Wibowo mengambil koresponden dari wisatawan lokal dan mancanegara yang berwisata di DIY. 2. Harti Buryaningsih (2009) melakukan penelitian dengan judul Agrowisata Salak Pondoh Sebagai Daya Tarik Pariwisata Di Desa Wisata Garongan mendapati bahwa kunjungan wisatawan terhadap Desa Wisata Garongan didominasi oleh karya wisata (study tour) siswa sekolah dan pelatihan budi daya ikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu motivasi kunjungan wisatawan terhadap objek wisata adalah dengan tujuan edukasi dan

6 aktivitas massal seperti outbond (outbound). Ditelaah lebih lanjut, kegiatan outbond sebenarnya dibuat untuk melatih kekompakan dan relaksasi. 3. Inayatulah Ilah Nashrudin (2011) dalam tesisnya Pengaruh Kualitas Produk Kuliner Terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan Di Lesehan Malioboro menyimpulkan bahwa hubungan antara kualitas kuliner dan motivasi kunjungan tidak signifikan. Penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi berkunjung wisatawan terhadap Malioboro lebih dipengaruhi oleh keterikan Lesehan Malioboro dengan kawasan Malioboro secara utuh yang merupakan ikon pariwisata Yogyakarta. 4. Dalam penelitiannya, Pratiwi Juniar Achmad Gani (2012) dengan judul Pengaruh Kualitas Produk Wisata Terhadap Kepuasan Dan Motivasi Kunjungan Kembali Wisatawan Mancanegara Di Kawasan Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba mendapati bahwa kawasan tersebut memiliki kualitas produk wisata yang kurang baik sehingga kurang memuaskan wisatawan. Hal ini membuat kurangnya motivasi wisatawan mancanegara untuk kembali mengunjungi daerah tersebut. Lebih lanjut ditemukan bahwa hal yang paling mempengaruhi motivasi kunjungan wisatawan secara langsung adalah kualitas aksesbilitas atau tingkat pencapaian, kualitas pelayanan atau sumber daya manusia, kualitas atraksi, kualitas amenitas, dan kualitas harga. 5. Dilla Pratiyudha Sayangbatti (2011) dalam penelitiannya Motivasi Dan Persepsi Wisatawan Tentang Daya Tarik Destinasi Terhadap Minat Kunjungan Kembali Di Kota Wisata Batu menyimpulkan bahwa motivasi wisatawan yang

7 menonjol adalah ingin menenangkan diri, menikmati keindahan alam, mencari tempat baru yang lebih nyaman, dan melakukan aktivitas baru yang menimbulkan ketenangan / keamanan. 1.6 Landasan Teori a) Wisata Herbal Menurut Undang Undang Pemerintah Nomor 10 Tahun 2009 mengenai Kepariwisataan, wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. 1 Sementara pengertian herbal, atau herb dalam bahasa Inggris, menurut Wikipedia adalah tanaman atau tumbuhan yang memiliki kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan. Jadi wisata herbal adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara yang dalam hal ini berhubungan dengan tumbuhan obat. 2 Wisata herbal sendiri belum begitu banyak dikembangkan di Indonesia. Herbal sebagai salah daya tarik wisata memang sangat menarik 1 Diakses di http://kunaruh.blogspot.com/2013/02/pengertianasastujuan dari wisata.html pada hari Jumat, 28 Februari 2014 pukul 08.38. 2 Diakses di http://www.anneahira.com/pengertian herbal.htm pada hari Jumat, 28 Februari pukul 08.49.

8 untuk dikembangkan mengingat herbal sendiri merupakan warisan budaya Indonesia sejak zaman nenek moyang. Seiring perkembangan zaman, herbal kini dikemas menjadi lebih menarik dengan beradaptasi dengan kecenderungan dunia saat ini. Kebutuhan dan keinginan masyrakat dunia saat ini akan berwisata menjadi salah satu dasar berkembangnya wisata herbal dewasa ini. b) Motivasi Wisata Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan pemicu dari proses perjalanan wisata, walaupun motivasi ini acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan tersebut. Sharple (1994) ; Wahab (1975 via Pitana, 2005). Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar diri seseorang. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan/keinginan dari manusia yang ingin dicapai, sesuai dengan teori hierarki kebutuhan Maslow. Maslow via Pitana (2005) membagi kebutuhan manusia menjadi lima unsur utama hierarki kebutuhan manusia yaitu : a. Kebutuhan Fisiologis b. Kebutuhan Keamanan c. Kebutuhan Sosial d. Kebutuhan Prestise e. Aktualisasi Diri

9 Dalam perjalanannya, sebelum melakukan perjalanan wisata, seorang calon wisatawan terlebih dahulu melakukan sebuah proses mental, untuk sampai kepada keputusan, menyangkut kapan akan melakukan perjalanan, berapa lama, ke mana, dengan cara bagaimana, dan seterusnya (Pitana, 2005). Proses pengambilan keputusan sangat penting dalam hal ini. Pitana (2005) mengatakan ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan di atas, antara lain sebagai berikut : 1. Karakteristik wisatawan. 2. Kesadaran akan manfaat perjalanan. 3. Gambaran perjalanan. 4. Keunggulan daerah tujuan wisata. Atas dasar teori Maslow sebelumnya, Dann (1977 via Pitana, 2005) melaporkan temuannya bahwa kebutuhan sosial (social needs) dan kebutuhan penghargaan (esteem needs) memegang peran penting, yang termasuk di dalamnya keinginan rasa diterima oleh masyarakat dan rasa ingin dihargai. Dann menemukan bahwa motivasi orang melakukan perjalanan adalah karena dua faktor yaitu : a. Faktor Pendorong : faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. 1. Anomie (Anomie) : Kebutuhan untuk berinteraksi sosial dengan yang tidak ditemui di tempat tinggalnya.

10 2. Memperbesar Ego (Ego-enchancement) : Kebutuhan untuk diakui, melemaskan otot/syaraf. b. Faktor Penarik : faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Kemana akan pergi. Menurut Dann masyarakat hidup dalam masyarakat anomi dan ini menumbuhkan kebutuhan dalam diri seseorang untuk melakukan interaksi sosial yang jauh dari lingkungan rumah. Krippendorf (1987 via Ross, 1998) menemukan ada beberapa motif yang mendorong seseorang untuk bepergian. Krippendorf menguraikan delapan motivasi perjalanan dalam tulisan tulisannya tentang pariwisata. Perjalanan tersebut dilakukan untuk : 1. Pemulihan dan pembaharuan jiwa. 2. Kompensasi dan integrasi sosial. 3. Pelarian. 4. Komunikasi. 5. Kebebasan. 6. Menentukan nasib. 7. Kebahagiaan. 8. Perluasan Wawasan

11 Poin pemulihan dan pembaharuan jiwa, kebebasan, dan kebahagiaan termasuk dalam opsi relaksasi, kesehatan, berpartisipasi dalam keg. olahraga, dan bersantai. Motivasi pelarian masuk dalam opsi mendapatkan suasana yang berbeda dengan keseharian dan mendapatkan kepuasan batin. Perluasan wawasan, kompensasi dan integrasi sosial, dan menentukan nasib masuk dalam opsi motivasi lain lain. Komunikasi masuk dalam opsi mengunjungi teman/keluarga atau menemui mitra kerja, dan menentukan nasib masuk dalam opsi melakukan hobi yang berbeda dengan orang lain, menggali potensi diri, atau mengembangkan diri dengan kegiatan tertentu. 1.7 Metode Penelitian a) Cara Pengumpulan Data Pengumpulan / Koleksi data yang didapatkan harus sesuai dengan tujuan penelitian untuk menjamin keberlangsungan penelitian ( Sarwono, 2006 ) a. Kuesioner Kuesioner ini disebarkan kepada 94 orang sampel acak yang digunakan sebagai data. Kuesioner berisikan profil wisatawan, pertanyaan seputar motivasi dan faktor penarik pendorong wisatawan hingga saran kepada Merapi Farma Herbal. Kuesioner adalah instrumen survei untuk mendapatkan datanya (Jogiyanto, 2008 )

12 b. Wawancara Wawancara dilakukan kepada Bapak Sidik Raharjo selaku pemilik Merapi Farma Herbal untuk mendapatkan data seputar destinasi dan sejumlah wisatawan untuk menjamin kelengkapan dan keakuratan data yang diperlukan. c. Observasi Cara ini dilakukan dengan berjaga jaga di waktu operasional Merapi Farma Herbal. Mengamati kondisi sekitar dan arus datang dan pergi wisatawan dari Merapi Farma Herbal. Observasi juga dilakukan untuk mengamati pergerakan wisatawan Merapi Farma Herbal untuk melihat aktivitas apa saja yang dilakukan di lokasi. b) Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Analisis deskriptif adalah mentransformasi data mentah ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan; serta menyusun, memanipulasi, dan menyajikan supaya menjadi suatu informasi.(kusmayadi, 2000). Travers (1978 via Sevilla,dkk, 1993) mengatakan bahwa tujuan utama metode ini adalah menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian ini mengambil lokasi di Merapi Farma Herbal dengan objek penelitian adalah wisatawan dan dengan metode penelitian survei. Data yang diperoleh dari penyebaran

13 kuesioner akan diolah dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan sesuai tujuan penelitian. Kegunaan lain dari penelitian survei untuk mengadakan evaluasi (Singarimbun, 1989) Berikut disajikan jumlah kunjungan wisatawan terhadap Merapi Farma Herbal di dusun Sidorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, D.I. Tabel 1.1 Kunjungan Merapi Farma Herbal dari April 2013 No Hari / Tanggal Jumlah Instansi 1 Minggu, 05/05/2013 55 orang SMA 1 Kota Mungkit 2 Rabu, 22/05/2013 6 orang Fress Consultan PJB Gresik 3 Selasa, SMK Bakti Kuningan 28/05/2013 105 orang Jabar 4 Rabu, 29/05/2013 20 orang Insmart/Defron 5 Sabtu, 08/06/2013 30 orang Kelompok Tani Imogiri 6 Minggu, Kelompok Tani Ngudi 09.06/2013 50 orang Makmur 7 Selasa, 11/06/2013 21 orang Kepurun 8 Kamis, 20/06/2013 20 orang Petro Cina 9 Sabtu, 22/06/2013 100 orang Bank BNI Tasik 10 Jumat, 30/06/2013 140 orang Penabur bunga Bandung 11 Selasa, 17/09/2013 36 orang Kepurun, PLN 12 Rabu, 18/09/2013 60 orang Prima Jaya, Petro Kimia 13 Sabtu, 19/10/2013 70 orang STTP Jogja 14 Kamis,23/10/2013 375 orang SMK Subang 15 Sabtu, 26/10/2013 40 orang BKP 3 Kab. Kediri 16 Kamis, 07/11/2013 120 orang Univ. Trunojoyo/Madura 17 Selasa, 19/11/2013 40 orang Kepurun 18 Rabu, 20/11/2013 30 orang Ketindan 19 Sabtu, 30/11/2013 50 orang SMK Pemuda 3 Blitar 20 Rabu, 18/12/2013 40 orang Kpi Kepurun 21 Rabu, 18/12/2013 45 orang SMK Aisiyah Palembang

14 22 Kamis, 19/12/2013 60 orang UNIBA 23 Jumat, 20/12/2013 20 orang Kpi Kepurun 24 Sabtu, 21/12/2013 55 orang UII (Karyawan) 25 Senin, 23/12/2013 90 orang SMK Pekalongan Jumlah : 1673 orang ( Sumber : Data Kunjungan oleh Merapi Farma Herbal, 2013 ) 3 Data di atas merupakan hasil rekapitulasi jumlah kunjungan yang dimiliki oleh Merapi Farma Herbal. Meskipun telah berdiri beberapa tahun namun perhitungan kunjungan baru dilakukan secara cermat sejak Mei 2013 hingga penghujung akhir tahun 2013. Untuk menentukan sampel dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu jumlah populasi diketahui dan tidak diketahui. Dalam penelitian ini populasi ketahui sehingga digunakan teknik menentukan sampel dengan teknik Slovin. Teknik Slovin adalah teknik yang biasa digunakan dalam pengambilan model sampel acak (Siregar, 2011) Rumus Slovin : n = N 1 + Ne 2 3 Merapi Farma Herbal didirikan pada tahun 1999 namun data kunjungan baru mulai dicatat dan direkapitulasi sejak April 2013 hingga Desember 2013 sementara data bulan Januari April 2014 belum direkapitulasi.

15 Keterangan : n N e = sampel = jumlah populasi = perkiraan tingkat kesalahan Pengaplikasian rumus : N = N 1 + Ne 2 = 1673 1 + 1673(10) 2 = 1673 1 + 1673(0,01) = 1673 1 + 16,73 = 94,35 = 94 Dari hasil penghitungan melalui rumus Slovin, jumlah sampel yang diperlukan adalah 94 orang dengan perkiraan tingkat kesalahan 10 %.

16 1.8 Sistematika Penelitian Penelitian ini dibagi dalam empat bab untuk memberikan gambaran yang jelas. Berikut pembagiannya. BAB I berisi pendahuluan, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode yang digunakan dan sistematika penulisan. BAB II berisi gambaran umum mengenai lokasi objek penelitian, dimulai dari gambaran umum Merapi Farma Herbal sebagai objek penelitian. Dalam bab ini akan dijelaskan profil lengkap mengenai objek tersebut. BAB III membahas hasil analisis penelitian yang dilakukan berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan. BAB IV adalah kesimpulan dari penelitian yang dibuat. Pada bab ini pula disertakan saran dari kesimpulan yang didapat. Dari penelitian ini diharapkan adanya kemanfaatan bagi Merapi Farma Herbal untuk dapat mengembangkan dirinya lebih baik lagi bagi masyarakat.