BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Valent Pelangi Gadinasyin, 2014

2014 PENGARUH KONTROL PERILAKU DAN NIAT TERHADAP PERILAKU MENABUNG MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari BPS (Badan Pusat Statistik), menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan investasi. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurnia Kaniawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara makro salah satunya ditopang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ependi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis makanan mulai dari yang berskala kecil yaitu bisnis makanan yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. kata bahasa Inggris Consumption, berarti pembelanjaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

BAB II GEJALA SHOPAHOLIC DI KALANGAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB I PENDAHULUAN. materialime yang menjurus pada pola hidup konsumtif. Perilaku konsumtif erat

LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control. Saya sangat percaya bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat

2014 S TUDI DES KRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONS UMS I MAS YARAKAT DI KELURAHAN S EKEJATI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian yang dilakukan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meillyza Larassaty Nur Arimbi, 2013

Boks 1. DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) SISWA SMAN 2 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam perekonomian menurut Adam Smith (1776) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat pendapatan masyarakatnya. Namun, data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda), tingkat kesejahteraan masyarakat diperoleh dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga. Perbedaan nilai pengeluaran rumah tangga tiap provinsi menunjukan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduknya dan antar provinsi bisa berbeda jenis barang konsumsi terbesarnya yang mempengaruhi karakteristik masyarakatnya. Di provinsi Jawa Barat komoditi yang menyumbang pengeluaran konsumsi rumah tangga terbesar untuk subgolongan makanan adalah kelompok makanan dan minuman, sedangkan untuk subgolongan bukan makanan paling besar dipengaruhi oleh pengeluaran kelompok perumahan dan fasilitas rumah tangga, setelah itu aneka barang dan jasa sedangkan pengeluaran untuk biaya pendidikan paling kecil. Tabel 1.1 menunjukan kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi Jawa Barat. Kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga dari tahun 2005-2009 rata-rata di atas 60%. Kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga tertinggi terhadap PDRB yaitu pada tahun 2005 sebesar 65,29%, pada tahun 2006 turun sebesar 0,89% 1

2 menjadi 64,40%, tahun 2007 mengalami penurunan kembali menjadi 63,91%. Akan tetapi, pada tahun 2008 kembali naik menjadi 64,02% dan tahun 2009 mengalami kenaikan kembali sebesar 0,44% menjadi 64,46% Tahun Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan pada Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah) PDRB Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kontribusi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB (%) 2005 242.935.199,00 158.610.375,64 65,29 2006 257.499.445,75 165.838.972,39 64,40 2007 274.180.307,83 175.229.388,75 63,91 2008 290.171.128,80 185.765.943,78 64,02 2009 302.629.550,34 195.064.726,14 64,46 Sumber : PDRB Jawa Barat, BPS. Kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan nilai rata-rata di atas 60% setiap tahunnya memberikan arti bahwa kecenderungan konsumsi (marginal propensity to consume) masyarakat Jawa Barat termasuk tinggi. Kecenderungan konsumsi yang tinggi tersebut dikarenakan fenomena selera barat sudah mewarnai gaya hidup masyarakat Jawa Barat, terutama yang terjadi di salah satu kota di Jawa Barat yaitu kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya restoran-restoran makanan siap saji (fast food) dan munculnya tempat-tempat hiburan seperti kafe-kafe, klub malam, serta maraknya pembangunan toko-toko swalayan dan department store di kota Bandung. Salah satu yang mempengaruhi perilaku membeli masyarakatnya adalah banyaknya berbagai macam penawaran produk yang beredar, baik yang secara langsung maupun melalui media massa. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk

3 melakukan pembelian yang hanya memenuhi kepuasan semata secara berlebihan atau biasa disebut perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata tapi untuk memenuhi keinginan yang sifatnya untuk menaikkan prestise, menjaga gengsi, mengikuti mode dan berbagai alasan yang kurang penting. Perilaku konsumtif masyarakat kota Bandung tergolong berlebihan jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Keadaan ini dilihat dari kondisi geografis kota Bandung yang ramai akan pusat-pusat perbbelanjaan dibandingkan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sebagian besar masyarakat kota Bandung lebih senang mengunakan uang untuk memenuhi kebutuhan yang tidak penting dengan berperilaku konsumtif atau hidup dalam dunia konsumerisme yang menjadi syarat mutlak untuk kelangsungan status dan gaya hidup. Hidup dalam dunia konsumerisme tidak pandang umur, jenis kelamin ataupun status sosial. Remaja merupakan salah satu contoh yang paling banyak terkena dampak konsumerisme atau mudah terpengaruh gaya hidup konsumtif. Hal ini disebabkan karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Menurut Monks, Knoers & Hadianto (Samsunuwiati, 2005:190) membedakan masa remaja atas empat bagian yaitu: (1) masa pra-remaja atau prapubertas (10-12 tahun), (2) masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), (3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan (4) masa remaja akhir (18-21 tahun).

4 Lingkungan pergaulan remaja punya banyak pengaruh terhadap minat, sikap, pembicaraan, penampilan dan perilaku lebih besar dibandingkan dengan pengaruh keluarga. Hal ini disebabkan pada masa remaja lebih banyak berada diluar rumah, mereka berusaha untuk melepaskan diri dari pengaruh orang tuanya. Masalah ini menimpa sebagian besar mahasiswa di kota Bandung, salah satunya pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi. Mereka merasa kurang mengontrol pengeluaran uangnya yang menyebabkan mereka berperilaku konsumtif. Disamping itu karena kurangnya perhatian dari orang tua dalam hal pengaturan pengeluaran uang dan karena pemenuhan gaya hidup mereka, maka mereka cenderung berperilaku komsumtif. Kecenderungan perilaku konsumtif mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia dapat tergambarkan dengan jelas dari data rata-rata pengeluaran mereka berdasarkan uang saku yang diperolehnya selama satu bulan dari angket yang disebarkan kepada 100 orang Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi angkatan 2008-2009. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 menunjukan bahwa pengeluaran konsumsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia untuk kebutuhan yang sifatnya kesenangan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pengeluaran mahasiswa untuk kebutuhan pendidikan atau belajar yang merupakan investasi bagi masa depan mereka. Pengeluaran konsumsi mahasiswa yang tinggi tersebut dianggap belum dapat memenuhi kebutuhan

5 mereka. Hal ini tergambar dari data kecukupan mahasiswa terhadap uang saku yang diperoleh pada Gambar 1.1. Tabel 1.2 Rata-Rata Pengeluaran Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Angkatan 2008-2009 dari Uang Saku yang Diperoleh Selama Satu Bulan pada Tahun 2010. JENIS PENGELUARAN Jajan (Makanan dan Minuman) Kebutuhan Kesenangan JUMLAH RATA-RATA Rp. 688.837 Rp. 492.732 ( jalan-jalan, nonton di bioskop, belanja, beli baju, dll) Total Pengeluaran Konsumsi Kebutuhan Pendidikan (alat tulis, Rp. 1.181.569 Rp. 289.925 buku referensi, mengerjakan tugas,dll) Total Kebutuhan Pendidikan Tabungan Total Tabungan Rp. 289.925 Rp. 90.565 Rp. 90.565 Sumber: Pra penelitian, diolah. PERSENTASE 75,64% 18,56% 5,80% Dari Gambar 1.1, diketahui lebih dari setengahnya mahasiswa menganggap bahwaa uang saku yang mereka dapatkan belum memenuhi kebutuhan. Padahal jumlah rata-rata uang saku dan pengeluaran konsumsi mereka sudah cukup tinggi. 0 0 35 % 65 % cukup tidak cukup Gambar 1.1 Diagram Kecukupan Mahasiswa Terhadap Uang Saku yang Diperolehnya Selama Satu Bulan pada Tahun 2010. Sumber: Pra penelitian, diolah.

6 Disamping itu, untuk mengetahui perilaku mahasiswa dalam menggunakan uang saku yang diperolehnya, dibawah ini diketahui mengenai data kecenderungan perilaku konsumtif mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, seperti yang tercantum dalam Tabel 1.3. Tabel 1.3 Kecenderungan Perilaku Konsumtif Mahasiswa Program Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia. Frekuensi Makan di Restoran Fast Food Selama 1 Bulan Tidak Pernah 1 kali > 3 kali 27,27% 4,55 % 68,18 % Frekuensi Jalan-Jalan dan Belanja di Mall Selama 1 bulan Tidak Pernah 1 Kali > 3 kali 13,63% 4,55 % 81,82 % Tidak Berkamera 14,77% Tipe HP yang DiMiliki Kamera 62,50 % Membeli Baju Baru dalam 1 Bulan Kamera + 3G 22,73 % Tidak Pernah 1 kali > 2 kali 12,56% 35,14 52,30 Sumber : Pra penelitian, diolah. Pada Tabel 1.3, dapat diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi cenderung memiliki perilaku konsumtif dalam menggunakan uang saku yang diperolehnya dari orang tua. Hal ini diketahui dari perilaku mereka yang terbiasa makan di restoran fast food dengan data lebih dari 3 kali adalah 68,18% mahasiswa selama satu bulan makan di restoran fast food, jalan-jalan dan belanja di Mall dengan data 81,82% mahasiswa menyatakan lebih dari 3 kali dalam sebulan jalan-jalan dan belanja di Mall. Selain itu jenis HP yang dimilikinya pun bermayoritas kamera dengan data 62,50 % dan membeli baju baru dalam sebulan rata-rata lebih dari 2 kali dalam sebulan dengan data 52,30%.

7 Perilaku konsumsi mahasiswa dalam keempat hal tersebut dianggap konsumtif, karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya yang masih mengandalkan orang tua. Berdasarkan fakta dan argumen di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa dan dikaji berdasarkan teori perilaku yang direncanakan dari Icek Ajzen. Judul penelitian yang akan penulis angkat adalah FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA (Dikaji Berdasarkan Teori Perilaku yang Direncanakan dari Icek Ajzen pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh sikap terhadap niat perilaku konsumtif 2. Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap niat perilaku konsumtif 3. Bagimana pengaruh kontrol perilaku yang dirasakan terhadap niat perilaku konsumtif 4. Bagaimana pengaruh sikap terhadap perilaku konsumtif 5. Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap perilaku konsumtif

8 6. Bagaimana pengaruh kontrol perilaku yang dirasakan terhadap perilaku konsumtif 7. Bagaimana pengaruh niat perilaku konsumtif terhadap perilaku konsumtif 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap niat perilaku konsumtif 2. Untuk mengetahui pengaruh norma subjektif terhadap niat perilaku konsumtif 3. Untuk mengetahui pengaruh kontrol perilaku yang dirasakan terhadap niat perilaku konsumtif 4. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku konsumtif 5. Untuk mengetahui pengaruh norma subjektif terhadap perilaku konsumtif 6. Untuk mengetahui pengaruh kontrol perilaku yang dirasakan terhadap perilaku konsumtif 7. Untuk mengetahui pengaruh niat perilaku konsumtif terhadap perilaku konsumtif

9 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa berdasarkan teori perilaku yang direncanakan (Theory of Planned behavior) dari Icek Ajzen. 2. Penelitian ini dikaji berdasarkan teori perilaku yaitu teori perilaku yang direncanakan (Theory of Planned Behavior) untuk memahami fenomena perilaku konsumtif. Dengan demikan, penelitian ini berimplikasi pada teori yaitu mendukung daya prediksi teori tersebut dalam menjelaskan fenomena perilaku konsumtif. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dan ekonomi negara dalam rangka mengurangi perilaku konsumtif. 2. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi para ahli untuk menggunakan teori perilaku yang direncanakan (Theory of Planned Behavior) dari Icek Ajzen untuk suatu penelitian dalam memahami pengaruh sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dirasakan dan niat terhadap fenomena perilaku tertentu.