KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA DI KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI SUNGAI BUNUT DI KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DI DAERAH IRIGASI SUNGAI ULAR KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PERSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN KABUPATEN SIMALUNGUN

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN DELI SERDANG

TINJAUAN PUSTAKA. sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur, sehingga. pengukur pada bengunan pengambilan (head work) saja, sehingga air

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi

TINJAUAN PUSTAKA. rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PARSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

TINJAUAN PUSTAKA. padi adalah tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan.jika

TINJAUAN PUSTAKA. Irigasi adalah prosesaplikasibuatanairkepermukaan. tanahuntukpertumbuhantanaman di bidang pertanian. Secara

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

TINJAUAN PUSTAKA. dan menyebarkan air ke zona atau daerah lingkungan (zone) perakaran di lahan

Mulai. Ditentukan Lokasi Penelitian. Dikumpulkan Data. Dianalisis Data

Mulai. Ditentukan Lokasi Penelitian. Dikumpulkan Data. Dianalisis Data

Mulai. Ditentukan Lokasi Penelitian. Dikumpulkan Data. Dianalisis Data

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Dimulai. Ditentukan lokasi penelitian. Dikumpulkan data. Analisi Data

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SUKA DAMAI DI KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. dan ekonomi yang sangat penting dalam percaturan dunia. Ini bukanlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 1. Segitiga Oldeman Untuk Menentukan Kelas Agroklimat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera)

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

PERBEDAAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM IRIGASI TEKNIS DENGAN SISTEM POMPANISASI

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

RASIONALISASI PENGGUNAAN SUMBERDAYA AIR DI INDONESIA

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

EVALUASI BEBERAPA METODE PENENTUAN NILAI MODULUS DRAINASE PADA LAHAN SAWAH DI DAERAH DESA SEI BERAS SEKATA KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

1. BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Beras dan perkembangannya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN PADI DI KECAMATAN SEBANGKI KABUPATEN LANDAK JURNAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

Transkripsi:

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA DI KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT (The Study of Rice Potential Production on Namu Sira-Sira Irrigation Fields in Sei Bingai District Langkat Regency) Tri Ayu Purnamasari 1*, Sumono 1, Lukman Adlin Harahap 1 1) Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 2155 * ) Email : triayupurnama.sari@yahoo.com Diterima : 22 September 214 / Disetujui : 3 Oktober 214 ABSTRACT Langkat as one of rice centra region in North Sumatera need to be inspected on wet rice fields condition to hold out and increase production. The purpose of this research was to study the rice potential production on Namu Sira-Sira irrigation fields in Sei Bingai district Langkat regency in achieving the maximum level of rice production based on sun radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research also studied the ratio between irrigation field and crops field, the ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation and realibility of existing irrigation networks. In the year of 29-213, the results indicated that the irrigation network realibility was good enough. The average ratio between irrigation field and crops field was 2,2, the average of ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation was 5,82 and the rice production target was 7,68%. Keyword : irrigation network, potential production, production target, rice PENDAHULUAN Padi (Oryza sativa l.) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terusmenerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono dan Setyono, 1997). Dumairy (1992) menyatakan bahwa irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan, untuk menunjang pertanian. Ruang lingkup atau bidang tugas irigasi meliputi empat pekerjaan pokok sebagai berikut : 1. Pengadaan/pengembangan sumbersumber air alamiah dan penggunaannya 2. Pengaliran air dari daerah sumber ke areal pertanian yang membutuhkan 3. Pemberian dan pembagian air areal pertanian sampai ke tingkat usaha tani 4. Pembuangan kelebihan air dari areal pertanian secara teratur dan terkendali (drainasi). Pusposutardjo (1991) mengatakan dalam penelitiannya bahwa dalam keterbatasan dana pembangunan yang tersedia, biaya investasi per satuan luas lahan beririgasi yang cenderung naik, dan ketergantungan yang sangat tinggi dari produksi padi terhadap sawah beririgasi justru timbul berbagai tanggapan yang menunjukkan kelemahan terhadap kinerja dari jaringan yang ada maupun pelaksanaan pengembangan jaringan irigasi yang sedang dilaksanakan. Berbagai kasus seperti tidak terpenuhinya jaringan irigasi di Proyek Irigasi Simalungun, kemampuan berfungsi yang sangat rendah dari jaringan irigasi di Kalimantan Timur serta tidak difungsikannya jaringan irigasi yang telah selesai dibangun di Kalimantan Tengah, merupakan halhal yang sangat memprihatinkan untuk segera ditangani pemecahan masalahnya. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan peran irigasi sebagai salah satu sarana utama untuk mempertahankan potensi produksi padi. Irigasi Namu Sira-Sira merupakan salah satu irigasi teknis yang ada di Sumatera Utara, yang mencakup empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Binjai Selatan, dan daerah ini merupakan daerah penghasil beras di Kabupaten Langkat. Kecamatan yang paling luas mendapat pelayanan dari Irigasi Namu Sira-Sira adalah 146

Kecamatan Sei Bingai. Irigasi ini termasuk irigasi teknis dimana pengelolaan saluran primer dan sekunder dilakukan oleh pemerintah sedangkan saluran tersier dibuat dan dikelola oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Berdasarkan tipe irigasi yang dimilikinya, daerah ini cukup potensial sebagai penghasil beras. Namun dengan berbagai keterbatasan daya dukung lahan, teknologi dan sumber daya manusia terutama di tingkat wilayah tersier perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi padi di daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. METODOLOGI Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data jaringan irigasi pada daerah irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, data produksi padi, data luas irigasi, data luas panen, data rerata radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, data lamanya waktu pertumbuhan padi yang diperoleh dari petani dengan metode wawancara, alat tulis, kamera dan komputer. Penelitian ini bersifat observasi lapang dimana menganalisis data secara deskriptif dan kuantitatif yang diperoleh dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dari wawancara petani dan instansi pemerintah terkaitparameter Penelitian 1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan Dihitung dengan menggunakan rumus : W= Eu T Rs 1 4 gm/m 2..(1) K dimana : W = pertambahan berat kering tumbuhan (kg/ha) T = lama waktu pertumbuhan (hari) Rs = rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi (kal/cm 2 hari) K = tetapan (kal/gr) Eu =koefisien konversi energi surya (untuk kawasan tropis,25) 2. Lama Waktu Pertumbuhan Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi siap panen, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani sebanyak 3 orang, dan data sekunder dari literatur berkenaan dengan varietasnya. 3. Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Di Permukaan Bumi 4. Koefisien Konversi Energi Surya Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi energi surya untuk kawasan tropis sebesar,25. 5. Luas Lahan Beririgasi Luas lahan beririgasi diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Namu Sira-Sira Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara. 6. Luas Lahan Panen Luas lahan panen merupakan perkalian antara luas lahan beririgasi dengan frekuensi waktu panen dan diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat. 7. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Terakhir (29-213) Perkembangan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Namu Sira-Sira Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara dan dihitung dengan menggunakan rumus : Nisbah luas lahan irigasi teknis = Luas Lahan Irigasi Teknis Luas irigasi semi teknis+luas irigasi sederhana (2) 8. Nisbah Antara Luas Lahan Panen dengan Luas Lahan Beririgasi 9. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah Berdasarkan Perkembangan Kerusakan Areal Panen 5 Terakhir (29-213) 1. Aras Produksi Padi Dibandingkan antara potensi produksi padi dengan hasil pengukuran/data dilapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Kecamatan Sei Bingai merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat yang memiliki luas wilayah seluas 33.47 Ha dengan ketinggian tempat 125 Meter dpl, kecamatan ini memiliki 16 Desa/Kelurahan dengan tanah darat seluas 8962 Ha, lahan sawah seluas 319 Ha, perkebunan seluas 472 Ha, perkebunan besar/swasta seluas 4455 Ha, hutan seluas 1189 Ha dan lain-lain seluas 8 Ha (Dinas Pertanian Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 214). Rerata Radiasi Matahari Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat terletak antara 3 36 34 (LU) sampai 98 18 3 (BT). Nilai rerata Rs diperoleh dari Stasiun Sampali Medan yang dianggap dapat mewakili Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dan dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata radiasi matahari pada 5 tahun terakhir (29-213) memiliki nilai yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena energi surya yang diterima dipuncak atmosfer dan persen lama penyinaran yang berbeda-beda setiap tahunnya. 147

Nilai Rs sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan padi sawah. Karena radiasi matahari sangat penting dalam tahap pemasakan biji, pengisian gabah dan pembungaan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Yang et al. (28) dalam Satoto, dkk (213) yang menyatakan bahwa radiasi sinar matahari pada fase pemasakan biji, akumulasi biomassa khususnya pada saat pengisian gabah, kapasitas produksi sink per unit biomassa dan saat pembungaan merupakan faktor kritis yang menyebabkan senjang hasil antara musim kemarau dan musim hujan pada ekosistem lahan sawah irigasi. Tabel 1. Nilai Rerata Radiasi Matahari di Kec. Sei Bingai Kab. Langkat No Nilai Rs (Kal/cm 2 hari) 1 29 232,58 2 21 217,56 3 211 226,88 4 212 26,84 5 213 243,8 Sumber : BMKG Sampali Medan (214) Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan Dalam menentukan potensi produksi padi persatuan luas lahan Yosida (1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyarankan bahwa untuk kawasan tropis nilai Eu (dengan kemampuan konversi energi surya dari tanaman padi tengahan sampai tinggi seperti varietas unggul sebesar,25 (2,5%); K = 4 kal/g. Lama waktu pengisian bulir sampai masak (T) di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat = 3 hari. Potensi produksi padi persatuan luas lahan di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1. Pada Tabel 2 dapat dilihat nilai produksi padi yang dicapai di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat selama 5 tahun terakhir (29-213). Nilai W merupakan nilai karbohidrat (hasil fotosintesis) bersih yang dihasilkan. Apabila nilai W dianggap merupakan berat beras, maka dengan menggunakan konversi,5 dari gabah kering giling ke beras maka akan diperoleh potensi produksi/ha padi kering giling yang dapat dilihat pada Tabel 2. Potensi produksi padi persatuan luas lahan di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat terendah berada pada tahun 21 dan potensi produksi tertinggi berada pada tahun 212. Penurunan dan peningkatan potensi produksi padi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti lamanya pengisian bulir padi hingga panen dan besarnya energi surya yang sampai di permukaan bumi. Semakin lama waktu pengisian bulir padi maka akan semakin besar pertambahan berat kering tanaman padi tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara wawancara menunjukkan bahwa lamanya waktu pengisian bulir padi hingga panen dengan varietas padi unggul seperti ciherang IR 64, Situbagendit, dan lain-lain di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat yaitu 3 hari. Badan Litbang Pertanian (29) menyatakan bahwa lama waktu pengisian malai sampai bunting pada varietas IR 64 yaitu 3-35 hari. Berdasarkan varietas yang digunakan dengan lama waktu pengisian bulir 3 hari, maka faktor utama besarnya potensi produksi padi pada 5 tahun terakhir (29-213) bukan karena lama waktu pengisian bulir, namun karena besarnya energi surya yang sampai di permukaan bumi (Tabel 2). Besarnya energi surya yang sampai dipermukaan bumi juga mempengaruhi penurunan dan peningkatan potensi produksi padi dimana semakin besar energi surya yang sampai dipermukaan bumi maka potensi produksi akan semakin besar (Persamaan 1). Tabel 2. Potensi Produksi Padi Kecamatan Sei Bingai No Nilai Rs Nilai W (kw/ha) Potensi Produksi Padi/ha (kw/ha) 1 29 232,58 43,61 87,22 2 21 217,56 4,79 81,58 3 211 226,88 42,54 85,8 4 212 26,84 48,91 97,82 5 213 243,8 45,58 91,16 148

Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan (Kw/Ha) 1 95 9 85 8 Gambar 1. Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan Kec. Sei Bingai Nilai rerata radiasi matahari (Rs) pada tahun 212 merupakan nilai rerata radiasi matahari terbesar dalam kurun 5 tahun terakhir (29-213) sehingga potensi produksi padi pada tahun 212 merupakan potensi produkksi padi tertinggi selama kurun 5 tahun terakhir (29-213). Besar kecilnya nilai rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi merupakan faktor penentu dalam penentuan besarnya potensi produksi padi. Hal ini sesuai dengan Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa secara pasti dapat ditetapkan bahwa energi surya yang dapat sampai dipermukaan bumi (incident solar radiation) akan merupakan faktor penentu nilai batas produktifitas lahan akan budidaya padi sawah. Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi Luas lahan irigasi adalah luas lahan yang dirancang untuk dapat diberi air irigasi di dalam suatu daerah irigasi (DI). Perkembangan luas lahan irigasi pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2. Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat No Produktivitas (kw/ha) Puso (ha) Luas lahan beririgasi (ha) 1 29 63,64 2.762 2 21 63,64 2.762 3 211 61,28 2.762 4 212 62,54 2.762 5 213 61,42 2.762 Sumber :Dinas Pertanian Kabupaten Langkat (214) Luas Lahan Beririgasi (Ha) 3 2 1 Gambar 2. Luas Lahan Beririgasi Kec. Sei Bingai Rincian perkembangan luas lahan irigasi menurut kelas irigasinya dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3. Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat tidak ada pertambahan luas lahan irigasi baik teknis, semi teknis maupun sederhana dalam kurun 5 tahun terakhir (29-213) dan juga tidak ada kerusakan dalam klas irigasi tersebut. Nisbah antara lahan irigasi teknis dengan irigasi semi teknis dan sederhana yaitu 5,82. Hal ini berarti bahwa pengembangan daerah irigasi Namu Sira-Sira mengarah pada potensi untuk perluasan areal pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan irigasi dengan klas irigasi teknis lebih besar dari pada irigasi semi teknis dan sederhana. 149

Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Sei Bingai Irigasi Teknis (Ha) Irigasi Semi Teknis (Ha) Irigasi Sederhana (Ha) Nisbah lahan irigasi teknis/(semi teknis + sederhana) 29 2357 28 125 5,82 21 2357 28 125 5,82 211 2357 28 125 5,82 212 2357 28 125 5,82 213 2357 28 125 5,82 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat (214) Perkembanagn Luas Lahan Beririgasi (Ha) 25 2 15 1 5 29 21 211 212 213 Irigasi Teknis (Ha) Irigasi Semi Teknis (Ha) Irigasi Sederhana (Ha) Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kec. Sei Bingai Nisbah Antara Luas Panen dengan Luas Lahan Beririgasi Nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pe`layanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi dilahan sawah (Pusposutardjo, 1991). Perkembangan kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4. Tabel 5. Nisbah Antara Luas Panen dengan Luas Lahan Beririgasi No Luas Irigasi (Ha) Luas Panen Padi Sawah (Ha) Luas Panen/ Luas Irigasi 1 29 2.762 7.345 2,66 2 21 2.762 4.489 1,62 3 211 2.762 6.96 72,2 4 212 2.762 6.97 2,52 5 213 2.762 6.675 2,42 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat (214) Nisbah Luas Lahan Panen dan Luas Lahan Irigasi 3 2,5 2 1,5 1,5 Gambar 4. Nisbah Luas Lahan Panen dan Luas Lahan Irigasi Kec. Sei Bingai 15

Nisbah luas panen dengan luas lahan beririgasi pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dalam kurun 5 tahun terakhir yang terendah berada pada tahun 21 yaitu dibawah 2,. Hal ini disebabkan oleh luas lahan panen padi sawah yang masih rendah yang kurang memperhatikan dalam hal pengolahan tanah, bibit, pemberian pupuk serta penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada petani. Hal ini sesuai dengan literatur Yuniawan (212) yang menyatakan bahwa faktor lahan dan keikutsertaan petani pada kegiatan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Selanjutnya ditahun 29, 211, 212 dan 213 terjadi peningkatan menjadi diatas 2,. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran 2 x tanam padi per tahun di lahan sawah beririgasi dapat tercapai dan usaha pemerintah serta petani untuk meningkatkan hasil panen dengan memperhatikan berbagai hal seperti pengolahan tanah, bibit, pemberian pupuk serta penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian. Artinya bahwa kemampuan pelayanan jaringan irigasi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat sudah cukup baik. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produk Padi Sawah Pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat tidak ada kerusakan luas lahan beririgasi dan kerusakan areal panen (Tabel 3) serta luas lahan panen dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat yang menunjukkan bahwa jaringan irigasi ini sudah mampu untuk mengatasi masalah kekeringan (kemarau) sehingga keandalan jaringan irigasi untuk stabilisasi produk padi sawah di daerah ini sudah cukup baik dalam meningkatkan produksi padi sawah. Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi merupakan salah satu indikator keandalan fungsional jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah. Departemen Pertanian dalam Badan Litbang Pertanian (29) menyatakan bahwa peningkatan produksi padi masih dapat Tabel 6. Aras Pencapaian Produksi Padi Kecamatan Sei Bingai diupayakan melalui indeks pertanaman (IP) dan produktivitasnya. Pada lahan sawah yang dianjurkan dengan IP padi 2 atau dua kali dalam setahun. Di beberapa daerah sebagian petani mengusahakan padi lima kali panen dalam 2 tahun (IP 25) dan dilokasi tertentu bahkan tiga kali pertahun (IP 3) karena air tersedia sepanjang musim. Program intensifikasi padi selama ini terutama diarahkan pada lahan irigasi dengan suplai air yang terjamin. Aras Pencapaian Produksi Padi Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat di Tabel 6 dan Gambar 5. Aras pencapaian produksi padi tertinggi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat adalah 78,1% pada tahun 21 dan terendah pada tahun 212 sebesar 63,93%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keandalan jaringan irigasi yang sudah cukup baik belum mampu meningkatkan potensi produksi padi menuju aras pencapaian yang maksimal. Aras produksi yang tinggi dapat mencapai 9%. Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa aras produksi >9% merupakan nilai produksi yang sangat tinggi. Hal data menyatakan bahwa belum tercapainya aras produksi padi yang tinggi (9%) karena masih lemahnya manajemennya. Asnawi dalam Varley (1995) menyatakan bahwa salah satu pokok dalam irigasi adalah kelemahan manajemen. Kelemahan ini terjadi karena perhatian dalam membangun irigasi hanya tertuju pada hal-hal fisik bangunan irigasi. Dalam meningkatkan produktivitas pertanian menuju swasembada beras dilakukan program intensifikasi melalui peningkatan mutu dalam penggunaan pupuk, bibit, peptisida, irigasi yang baik, pengolahan lahan, pemberantasan hama dan penyuluhan langsung kepada petani untuk memberikan bimbingan dalam menerapkan pemakaian bibit unggul, pupuk kimia, peptisida, irigasi yang baik dan perbaikan bercocok tanam. Dengan dilakukan penyuluhan kepada petani, program intensifikasi dapat terlaksana. No Potensi Produksi Padi/ha (kw/ha) Produksi Padi Dalam Insus (kw/ha) *) Aras (%) 1 29 87,22 63,64 72,96 2 21 81,58 63,64 78,1 3 211 85,8 61,28 72,2 4 212 97,82 62,54 63,93 5 213 91,16 61,42 67,38 *) Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat (214) 151

Aras Pencapaian Produksi (%) 1 8 6 4 2 Gambar 5. Aras Pencapaian Produksi Padi Kec. Sei Bingai KESIMPULAN 1. Potensi produksi padi terendah yaitu 81,58 Kw/Ha pada tahun 21 dan tertinggi yaitu 97,82 Kw/Ha pada tahun 212. 2. Nisbah antara irigasi teknis dengan irigasi semi teknis dan sederhana yaitu 5,82 yang menunjukkan bahwa klas irigasi teknis lebih besar daripada semi teknis dan sederhana. 3. Nisbah antara luas panen dengan luas irigasi terendah 1,62 pada tahun 21 dan tertinggi 2,66 pada tahun 29, selanjutnya 2,2 pada tahun 211, 2,52 pada tahun 212 dan 2,42 pada tahun 213.. 4. Keandalan jaringan irigasi sudah cukup baik karena tidak ada kerusakan jaringan irigasi. 5. Aras pencapaian produksi padi terendah 63,93% pada tahun 212 dan tertinggi 78,1% pada tahun 21. DAFTAR PUSTAKA Dumairy, 1992. Ekonomika Sumberdaya Air Pengantar ke Hidronomika. BPFE, New Dehli Badan Litbang Pertanian, 29. Kajian Peningkatan Intensitas Tanaman Padi Sawah Di Sulawesi Tengah. http://litbang.deptan.go.id [Diakses Pusposutarjo, S., 1991. Analisis Tinjau (Reconainssance Analysis) Potensi Sistem Irigasi Indonesia Untuk Mendukung Swasembada Beras. Redaksi Perhimpunan Teknik Pertanian, Bogor. Satoto, Yuni. Y., Untung. S. dan Made. J. M., 213. Perbedaan Hasil Padi Antarmusim Di Lahan Sawah Irigasi. Balai Besar Penelitian Padi, Jawa barat. Suparyono, dan Setyono, A., 1993. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi. Penebar Swadaya, Jakarta. Varley, R. C. G., 1995. Masalah dan Kebijakan Irigasi Pengalaman Indonesia. PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Yuniawan, A., 212. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Prodksi Padi Usaha Tani Padi Di Kabupaten Ciamins. http://academia.edu [Diakses pada 24 Juni 214] 152