ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

INDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

INDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2011

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN...

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

III. KEADAAN UMUM LOKASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. air terbatas maka produksi pangan akan terhambat. Pada dasarnya permasalahan yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA KEDUA (SECOND CITY) DI KABUPATEN SITUBONDO

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Inventarisasi dan Evaluasi Jaringan Pipa PDAM Kabupaten Situbondo

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

Transkripsi:

Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO ABSTRAK Ir. H. Cholil Hasyim, MSi. Wilayah Kab. Situbondo mempunyai luas sawah irigasi sebesar 31.403 ha pada tahun 2005 (Sumber: Dinas Pertanian Prop. Jatim). Dengan pertambahan penduduk dan adanya laju pembangunan yang relatif pesat, maka tak terelakkan adanya kemungkinan alih fungsi lahan dari hutan dan lahanpertanian menjadi permukiman dan industri. Tujuan pembahasan materi dalam judul penelitian ini yaitu melakuakan analisis trend irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi di Kab. Situbondo. Berdasarkan hasil analisa data skunder di dapatkan adanya kenaikan luas baku sawah irigasi teknis yang mengindikasikan terjadinya kejadianalih fungsilahanyang cukup signifikan di kabupaten Situbondo yang merupakan kecamatan kecamatan yang termasuk dalam DI. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten situbondo menurut lapangan usaha pertanian berdasarkan data terahir tahun 2004 sebesar Rp 1.149.244,24 dimana laju pertumbuhan PDRB dari tahu 2000 sampai 2004 sebesar 12,67%. Kata Kunci : trend, lahan irigasi, PDRB PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam hal kecenderungan menurunnya kuantitas luasan sawah dan luasan tanaman padi atau dengan kata lain adanya dugaan alih fungsi lahan dan atau luasan tanaman padi, perlu diwaspadai agar penyediaan pangan nasional dari propinsi Jawa Timur tetap terpenuhi, sesuai dengan target yang telah direncanakan. Untuk mengetahui lebih jauh atas dugaan alih fungsi lahan tersebut, kajian atau analisis atas dugaan tersebut perlu atau harus dilakukan di Kabupaten Situbondo. Perumusan Masalah 1. Bagaimana menganalisa tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi di Kab. Situbondo? 2. Bagaimana pengaruh tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi terhadap PDRB di Kabupaten Situbondo? Maksud dan Tujuan 1. Menganalisa tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi di Kab. Situbondo. 2. Mengetahui pengaruh tren irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan sawah irigasi terhadap PDRB di Kab. Situbondo.

2 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31 DASAR TEORI Alih Fungsi Lahan Berdasarkan penyebabnya dapat dibuat beberapa alternatif definisi Alih Fungsi Lahan sebagai berikut : 1. Berubahnya fungsi lahan irigasi menjadi fungsi lain non pertanian (bangunan, Fasum). 2. Berubahnya jenis tanaman yang dibudidayakan, dari tanaman pangan dan Palawija menjadi tanaman lain seperti Perkebunan, tanaman Kehutananan atau Buah buahan. 3. Berubahnya jenis lahan atau kelas lahan irigasi menjadi lahan kering atau lahan tadah hujan. Sedangkan berdasarkan durasi atau lama berlangsungnya dan reversibilitasnya dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Alih fungsi lahan permanen (AFL permanen) 2. Alih fungsi lahan sementara (AFL sementara) Pola Tata Tanam Secara umum pola tata tanam dimaksudkan untuk: menghindari ketidak seragaman tanaman, menghemat air, melaksanakan waktu tanam yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan, meningkatkan produksi tanaman. Untuk menentukan kebutuhan air irigasi digunakan pola tata tanam dan jadwal tanam dengan menggeser waktu tanam sesuai dengan ketersediaan debit. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian. Keseimbangan jumlah air yang masuk dan keluar dari suatu lahan pertanian adalah sebagai berikut (Suhardjono, 1994): a. Jumlah air yang masuk pada suatu lahan pertanian berupa air irigasi (IR) dan air hujan (R) b. Sedangkan air yang keluar merupakan sejumlah air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman (ET), air bagi persemaian dan pengolahan tanah (Pd), maupun sejumlah air yang merembes karena perkolasi dan infiltrasi (P dan I). Di samping faktor hujan (R) serta faktor lainnya (Pd, P, dan I), kebutuhan air tanaman (ET) merupakan faktor penting yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi (IR). Makin besar ET makin besar pula IR. Sehingga salah satu usaha untuk memperkecil kebutuhan air irigasi adalah memperkecil kebutuhan air tanaman. Metode Pembagian Air Untuk penyesuaian pembagian air sekurang-kurangnya diperlukan data-data sebagai berikut :

Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 3 a. Air yang tersedia, b. Kebutuhan air tanaman, c. Kehilangan air. Metode untuk menentukan penjatahan/pembagian air yang lazim digunakan di Indonesia adalah : a. Metode Pasten. b. Metode FPR. c. Metode Faktor K. FPR air. yang. tersedia (l/det/ha) Luas. relatif. totalpalawija METODE PENELITIAN PERMASALAN MAKSUD & TUJUAN STUDI LITELATUR PENGUMPULAN DATA SKUNDER HIDROLO GI ALIH FUNGSI LAHAN SISTEM IRIGASI LUAS LAHAN IRIGASI LUAS PANEN TATA TANAM PDRB ANALISA DATA TEKNIK REGRESI PROSENTASE PERTUMBUHAN KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 1: Metode Penelitian

4 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31 Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari: Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari: Peta Rupabumi DAS yang ditinjau, skala 1 : 25.000 Peta dan Data Tata Guna Lahan Data Kependudukan Data sosial ekonomi Data statistik Kabupaten dan Kecamatan Data PDRB Kabupaten Bondowoso Letak Geografis Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya diujung timur Pulau Jawa, bagian Utara dengan posisi di antara 7º35 7º44 Lintang Selatan dan 113º30-114º42 Bujur Timur. Letak Kabupaten Situbondo disebelah utara berbatasan dengan Selat Madura, disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan disebelah timur berbatasan dengan Selat Bali. Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 Km² atau 163.850 Ha, bentuknya memanjang dari Barat ke Timur lebih kurang 140 Km. Pantai Utara umumnya berdataran rendah dan disebelah selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah lebih kurang 11 Km. Luas wilayah menurut Kecamatan, terluas adalah Kecamatan Banyuputih 481,67 Km² disebabkan oleh luasnya hutan jati di perbatasan antara Kecamatan Banyuputih dan Wilayah Banyuwangi Utara. Sedangkan luas wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Besuki yaitu 26,41 Km². Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 14 kecamatan memiliki pantai dan 3 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan Sumbermalang, Kecamatan Jatibanteng dan Kecamatan Panji. Temperatur daerah ini lebih kurang diantara 24,7ºC 27,9ºC dengan rata-rata curah hujan antara 994 mm 1.503 mm per tahunnya dan daerah ini tergolong kering. Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian 0 1.250 m di atas permukaan laut. Keadaan tanah menurut teksturnya, pada umumnya tergolong sedang 96,26 %, tergolong halus 2,75 %, dan tergolong kasar 0,99 %. Drainase tanah tergolong tidak tergenang 99,42 %, kadang-kadang tergenang 0,05 % dan selalu tergenang 0,53 %. Jenis tanah daerah ini berjenis antara lain alluvial, Regosol, Gleysol, Renzine, Grumosol, Mediteran, Latosol dan Andosol. Kondisi Daerah Studi Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Situbondo mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 terus mengalami peningkatan di mana pada tahun 2000, jumlah penduduk tercatat sebanyak 585.817 jiwa yang bertambah menjadi 626.886 jiwa pada tahun 2003. kemudian angka tersebut turun menjadi 621.624 jiwa pada tahun 2004 dan kembali meningkat menjadi sebanyak 631.381 jiwa pada tahun 2005. Meskipun terjadi penurunan jumlah penduduk pada tahun 2004, namun demikian secara umum jumlah penduduk di Kabupaten Situbondo selama kurun waktu 6 tahun antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 terus mengalami peningkatan dengan laju petumbuhan penduduk rata-rata dari 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1,49 % per tahun.

Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 5 Berikut disajikan data tentang jumlah penduduk di Kabupaten Situbondo dirinci per kecamatan, seperti pada Tabel berikut : Tabel 1: Jumlah Penduduk Kabupaten Situbondo No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 Sumbermalang 24.637 26.014 26.263 26.770 27.343 27.251 2 Jatibanteng 20.192 21.058 21.345 21.430 21.470 21.782 3 Banyuglugur 19.742 20484 20.698 21.559 21.635 21.888 4 B e s u k i 53.786 55.086 56.148 57.969 57.580 57.927 5 S u b o h 23.643 24.508 24.774 25.267 24.887 25.182 6 Mlandingan 22.100 22.054 22.360 22.553 22.343 22.491 7 Bungatan 22.088 22.720 23.159 23.805 24.144 25.384 8 K e n d i t 26.945 27.369 27.634 27.980 27.431 27.989 9 Panarukan 47.149 47.243 48.215 50.242 49.997 50.558 10 Situbondo 44.322 44.437 45.077 45.748 45.063 46.031 11 Mangaran 28.606 29.899 30.261 31.246 29.753 30.378 12 P a n j i 56.554 61.279 62.102 64.013 60.533 64.487 13 Kapongan 34.571 34.359 34.885 36.518 35.741 36.430 14 A r j a s a 36.155 36.693 38.290 39.178 39.515 39.765 15 J a n g k a r 32.407 34.796 35.168 35.957 35.417 35.690 16 Asembagus 45.976 45.082 46.217 47.773 48.142 48.593 17 Banyuputih 46.944 46.764 47.760 48.878 50.629 49.555 Jumlah 585.817 599.845 610.356 626.886 621.624 631.381 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000-2005

6 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31 Gambar 2: Peta Wilayah Kabupaten Situbondo

Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 7 Tabel 2: Kepadatan Penduduk Kabupaten Situbondo No Kecamatan Luas wilayah (Km²) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 Sumbermalang 129,47 190 201 203 207 211 210 2 Jatibanteng 66,08 306 319 323 324 325 330 3 Banyuglugur 72,66 270 282 285 297 298 301 4 B e s u k i 26,41 2062 2086 2126 2195 2180 2193 5 S u b o h 30,84 767 795 803 819 807 817 6 Mlandingan 39,61 558 557 565 569 564 568 7 Bungatan 66,07 334 344 351 360 365 384 8 K e n d i t 114,14 236 240 242 245 240 245 9 Panarukan 54,38 864 869 887 924 919 930 10 Situbondo 27,81 1608 1598 1621 1645 1620 1655 11 Mangaran 46,99 801 636 644 665 633 646 12 P a n j i 35,70 1204 1717 1740 1793 1696 1806 13 Kapongan 44,55 776 771 783 820 802 818 14 A r j a s a 216,38 167 170 177 181 183 184 15 J a n g k a r 67,00 484 519 525 537 529 533 16 Asembagus 118,74 387 380 389 402 405 409 17 Banyuputih 481,67 97 97 99 101 105 103 Jumlah 1.638,50 358 366 373 383 379 385 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000-2005 Luas Sawah Irigasi Berikut disajikan data tentang luas sawah irigasi teknis di Kabupaten Situbondo dirinci per kecamatan, seperti pada Tabel 4 berikut : Tabel 3 : Luas Sawah Irigasi Teknis No Kecamatan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 Sumbermalang 155 727 727 727 727 727 2 Jatibanteng 275 424 424 424 424 424 3 Banyuglugur 1.579 245 245 245 245 245 4 B e s u k i 245 1.684 1.638 1.681 1.681 1.681 5 S u b o h 1.135 1.196 1.180 1.180 1.180 1.180 6 Mlandingan 1.109 1.313 1.313 1.313 1.313 1.313 7 Bungatan 984 1.021 1.021 1.021 1.021 1.021 8 K e n d i t 1.145 1.152 1.152 1.152 1.152 1.152 9 Panarukan 3.427 3.427 3.419 3.818 3.407 3.407 10 Situbondo 875 875 873 873 872 872 11 Mangaran 2.541 2.541 2.541 2.541 2.541 2.541 12 P a n j i 1.514 1.511 1.511 1.511 1.511 1.511 13 Kapongan 2.070 2.070 2.070 2.070 2.070 2.070 14 A r j a s a 2.775 2.814 2.814 2.814 2.807 2.807 15 J a n g k a r 2.538 2.538 2.538 2.538 2.538 2.538 16 Asembagus 2.959 2.959 2.959 2.959 2.968 2.968 17 Banyuputih 3.029 3.039 3.039 3.039 3.039 3.039 Jumlah 28.355 29.536 29.509 29.906 29.496 29.496 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000-2005

8 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31 No Kecamatan Tabel 4 : Luas Sawah Irigasi Semi Teknis 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 Sumbermalang 575 31 31 31 31 31 2 Jatibanteng 382 239 239 239 239 239 3 Banyuglugur 161 227 227 227 227 227 4 B e s u k i 227 51 51 51 51 51 5 S u b o h 61 - - - - - 6 Mlandingan 293 93 93 93 93 93 7 Bungatan 50 13 13 13 13 13 8 K e n d i t - - - - - - 9 Panarukan - - - - - - 10 Situbondo - - - - - - 11 Mangaran - - - - - - 12 P a n j i 39 39 39 39 39 39 13 Kapongan 189 189 189 189 189 189 14 A r j a s a 11 - - - - - 15 J a n g k a r 362 362 362 362 362 362 16 Asembagus - - - - - - 17 Banyuputih - - - - - - Jumlah 2.350 1.244 1.244 1.244 1.244 1.244 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000-2005 Berikut disajikan data tentang luas sawah irigasi sederhana di Kabupaten Situbondo dirinci per kecamatan, seperti pada Tabel 3.5 berikut : No Kecamatan Tabel 5: Luas Sawah Irigasi Sederhana 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumbermalan g 28 - - - - - 1 2 Jatibanteng 81 75 75 75 75 75 3 Banyuglugur 8 26 26 26 26 26 4 B e s u k i 23 6 17 17 17 17 5 S u b o h 1 - - - - - 6 Mlandingan 5 - - - - - 7 Bungatan - - - - - - 8 K e n d i t 63 63 63 63 63 63 9 Panarukan - - - - - - 10 Situbondo - - - - - - 11 Mangaran - - - - - - 12 P a n j i 33 33 33 33 33 33 13 Kapongan 133 133 133 133 133 133 14 A r j a s a 4 4 4 4 4 4 15 J a n g k a r 248 248 248 248 248 248 16 Asembagus - - - - - - 17 Banyuputih 64 64 64 64 64 64 Jumlah 691 652 663 663 663 663 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000 2005 Ekonomi

Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 9 Berikut disajikan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Situbondo menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku seperti Tabel berikut Tabel 6: PDRB Kabupaten Situbondo Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku (x 10 6 Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 I Pertanian 617.214,65 716.806,96 923.621,08 1.027.669,32 1.149.244,24 II Pertambangan & Penggalian 9.010,51 10.811,45 65.897,28 80.646,72 88.106,42 III Industri Pengolahan 188.879,11 223.894,96 303.474,35 318.771,06 348.998,96 IV Listrik, Gas dan Air Minum 15.156,61 20.330,93 28.005,60 34.116,41 38.378,80 V B a n g u n a n 58.948,35 66.758,17 82.623,07 104.528,30 117.916,78 VI Perdagangan, Hotel & Restoran 577.214,25 647.241,84 988.620,44 1.103.932,22 1.231.085,23 VII Pengangkutan dan Komunikasi 125.704,51 146.644,69 159.203,71 185.018,17 205.602,44 VIII Keuangan, Persewaan dan Jasa /Perusahaan 83.136,19 94.746,37 116.416,22 129.050,16 137.580,24 IX Jasa - Jasa 119.356,17 145.628,79 267.284,85 293.996,33 321.167,43 PDRB 1.794.620,35 2.072.864,16 2.935.146,60 3.277.729,69 3.638.080,53 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000 2005 Tabel 7: PDRB Kabupaten Situbondo Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan (x 10 6 Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 I Pertanian 303.666,08 310.674,62 752.352,11 786.444,40 824.052,67 II Pertambangan & Penggalian 4.954,35 5.138,88 49.393,04 55.939,09 57.794,19 III Industri Pengolahan 86.010,11 87.848,94 249.950,07 253.970,76 263.173,24 IV Listrik, Gas dan Air Minum 8.090,41 8.861,68 21.911,80 23.457,48 24.231,88 V B a n g u n a n 28.866,45 29.093,92 69.127,89 73.182,14 78.124,78 VI Perdagangan, Hotel & Restoran 243.986,88 250.072,51 797.141,53 830.021,20 865.292,12 VII Pengangkutan dan Komunikasi 63.049,86 66.100,49 129.566,86 135.937,52 140.215,86 VIII Keuangan, Persewaan dan Jasa /Perusahaan 51.920,67 63.944,45 95.358,65 96.817,37 98.102,59 IX Jasa - Jasa 75.553,11 77.966,27 208.197,60 212.829,64 222.140,69 PDRB 866.097,92 889.401,76 2.372.999,54 2.468.599,58 2.573.128,01 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000 2005 ANALISA DATA Wilayah Kabupaten Situbondo Luas sawah irigasi di Kabupaten Situbondo dari 2001 sampai dengan 2005 cenderung turun dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0,02 % pertahun atau 7,25 ha. Penurunan terjadi pada luas sawah dengan irigasi teknis dengan laju penurunan rata-rata pertahun sebesar 0,03 % yaitu 29.536 ha pada 2001 menjadi 29.496 pada 2005 atau terjadi penurunan sekitar 10 ha sawah irigasi teknis

10 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31 pertahun. Pengurangan sawah irigasi teknis terjadi di Kecamatan Besuki, Suboh, Panarukan, Situbondo dan Arjasa yang umumnya merupakan daerah perkotaan dan pusat aktivitas bagi wilayah di sekitarnya sehingga terjadi perubahan lahan sawah irigasi teknis ke fungsi yang lain seperti untuk pemukiman, fasilitas perdagangan dan industri dan sebagainya. Sedangkan untuk sawah irigasi setengah teknis luasnya cenderung stagnan dan sawah irigasi sederhana rata-rata pertahun naik sebesar 0,42 % tetapi luasnya kurang signifikan dibanding jenis sawah irigasi yang lain serta lajunya cenderung stagnan. Luas (ha) 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 29.536 0 LUAS SAWAH IRIGASIDI WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO 31.432 31.416 31.813 31.403 31.403 29.509 29.906 29.496 29.496 y = 1244 1.244 1.244 1.244 1.244 1.244 652 663 663 663 663 2001 2002 2003 2004 2005 Teknis Setengah Teknis Sederhana Jumlah total sawah Linear (Sederhana) Linear (Teknis) Linear (Setengah Teknis) Linear (Jumlah total sawah ) Gambar 3: Grafik Perubahan Sawah Irigasi di Wilayah Kabupaten Situbondo Berdasarkan analisa grafik dengan persamaan linier, penurunan lahan untuk sawah irigasi teknis mengikuti persamaan y = -9,3x + 29.617. Persamaan linier perubahan luas sawah irigasi di Kabupaten Situbondo ditunjukkan dalam Tabel berikut : Tabel 8: Persamaan Linier Perubahan Luas Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Situbondo Jenis Sawah y = -7,1x + 31515 y = 2,2x + 654,2 Persamaan Linier Irigasi Teknis y = -9,3x + 29617 Irigasi Setengah Teknis y = 1244 Irigasi Sederhana y = 2,2x + 654,2 Sawah Irigasi y = -7,1x + 31515 Sumber : Analisis BPS Kabupaten Situbondo 2001-2005 Berikut disajikan Grafik perbandingan antara baku sawah dengan luas sawah di Kabupaten Situbondo seperti Gambar berikut : y = -9,3x + 29617

Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 11 Perbandingan Baku Sawah dan Luas Sawah di Kabupaten Situbondo Luas (ha) 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 Teknis Baku Sawah Teknis Luas sawah Setengah Teknis Baku Sawah Setengah Teknis Luas sawah Sederhana Baku Sawah Sederhana Luas sawah Total Baku Sawah Total Luas sawah - 2001 2002 2003 2004 2005 Gambar 4: Grafik Perbandingan Luas Sawah dengan Baku Sawah Irigasi di Wilayah Kabupaten Situbondo KESIMPULAN DAN SARAN Dari serangkaian pembahasan dan analisa pada bab di muka maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Mulai tahun 2001 terjadi peningkatan luas baku sawah teknis sebesar rata-rata 71,75 ha pertahun dan penurunan luas sawah teknis rata-rata 10 ha pertahun. Secara rinci laju perubahan ini dapat dilihat pada Gambar di bawah : Grafik Perubahan Baku Sawah Teknis dan Luas Sawah Teknis di Kabupaten Situbondo 29.536,00 29.509,00 29.906,00 29.496,00 y = -9,3x + 29617 R 2 = 0,0068 29.496,00 Luas (ha) 28.578 28.578 29.509 29.506 y = 150,2x + 28557 R 2 = 0,2537 28.865 2001 2002 2003 2004 2005 Baku Sawah Teknis Linear (Luas Sawah Teknis) Luas Sawah Teknis Linear (Baku Sawah Teknis) Gambar 5: Grafik Perubahan Baku Sawah Teknis dan Luas Sawah Teknis di Kab. Situbondo Sumber: Data diolah dari BPS Kabupaten Situbondo 2001 2005 dan PU Pengairan Jawa Timur

12 NEUTRON, VOL.9, NO.1, FEBRUARI 2009 : 20-31 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Situbondo menurut lapangan usaha pertanian berdasarkan data terakhir 2004 sebesar Rp. 1.149.244,24 - dimana laju pertumbuhan rata-rata PDRB dari 2000 sampai dengan 2004 sebesar 12,67 %. Berikut disajikan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Situbondo menurut lapangan usaha pertananian berdasarkan harga berlaku seperti Tabel berikut : Tabel 9: PDRB Kabupaten Situbondo Menurut Lapangan Usaha Pertanian Berdasarkan Harga Berlaku (x 10 3 Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 I Pertanian 617.214,65 716.806,96 923.621,08 1.027.669,32 1.149.244,24 Sumber : Kabupaten Situbondo Dalam Angka 2000 2005 Berdasarkan tabel di atas PDRB meningkat sesuai dengan peningkatan luas baku sawah teknis dan luas sawah teknis. Ini menunjukkan bahwa pengaruh kenaikan luas baku sawah teknis dan luas sawah teknis terhadap PDRB adalah pasitif. Dan hal tersebut selayaknya dipertahan atau ditingkatkan kan oleh pemerintah Kab. Situbondo. Saran: 1. Mempertahankan luas baku sawah teknis dan luas sawah teknis agar produksi pertanian di kab. Situbondo minimal tetap dengan hasil yang dicapai sebelumnya 2. Penataan ruang kab. Situbondo tetap dipertahankan seperti kondisi exsisting agar luas baku sawah teknis dan luas sawa teknis tetap terjaga dan pada akhirnya mampu meningkatkan PDRB kab. Situbondo 3. Tetap memelihara jaringan irigasi di wilayah kab. situbondo DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum, 1986, Kriteria Perencanaan Irigasi bagian Penunjang, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia - Jakarta. 2. Departemen Pekerjaan Umum, 1986, KP-01, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia - Jawa Timur. 3. Sri Harto BR,Dip.H, 1989, Analisis Hidrologi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada 4. Ir. Suyono Sosrodarsono 1985, Penerbit Pradnya Paramita Jakarta. 5. BAPPEDA Situbondo, 2006, Profil Kabupaten Situbondo, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Situbondo

Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 13